Se Yoon membawa Chae Won ke acara ulang tahun presdir Lee untuk mengenalkannya secara resmi, sebagai wanita yang ia cintai pada kedua orang tuanya. Tanpa Se Yoon ketahui di ruangan itu ada Joo Ri beserta ibunya. Young Ja yang panas langsung berdiri dan memukul kepala Se Yoon dengan sangat keras.
Semua yang berada disitu terkejut. Sol Joo bahkan sampai berdiri. Joo Ri syok dengan kelakuan ibunya yang kasar, "Ibu, ada apa denganmu?". Dengan emosi meluap Young Ja berkata, "Bagaimana bisa dia membawanya kesini jika dia tidak menganggap kita sebagai sekelompok orang bodoh?.
"Ibu, kumohon hentikan", ucap Joo Ri berusaha menenangkan hatinya ibunya yang sedang terbakar emosi.
(Bener-bener ya, Presdir Lee dan Sol Joo, cuma diam aja liat anaknya dipukul kaya gitu. Ck..ck..ck..#geleng-geleng kepala).
"Tolong jangan merasa tersinggung", ucap Young Ja minta pengertian pada ke-2 orang tua Se Yoon. "Aku percaya kau akan memahamiku sebagai orang tua".
"Tentu saja", sahut presdir Lee. "Kami tidak memiliki alasan untuk ini. Maafkan kami".
Sol Joo : Se Yoon tidak tahu kalian diundang kesini malam ini. Itu sebabnya...".
Young Ja memotong, "Maaf kami tamu yang tidak diharapkan, permisi untuk pergi terlebih dahulu. Selamat bersenang-senang". Young Ja mengambil tasnya mengajak Joo Ri pulang.
Joo Ri mengikuti ibunya, sebelum pergi ia melayangkan pandangan jutek-nya pada Chae Won yang sedang menunduk. Chae Won sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya dihadapan mereka.
Setelah Joo Ri pergi, Sol Joo bertanya pada Se Yoon dengan nada tinggi, "Apa pikiranmu masih waras?. Beraninya kau membawanya kesini?". "Dan betapa tidak bijaksananya dia untuk datang bersamamu", Sol Joo menatap tajam Chae Won.
Chae Won yang menyadari kehadirannya tidak dinginkan berniat pergi. Se Yoon menahan tangan Chae Won, untuk tetap berada di sampingnya. "Dia tidak tahu tentang acara ini. Sebenarnya, aku berbohong padanya untuk mengajaknya kesini", jelas Se Yoon ke Sol Joo.
"Sialan. Aku bahkan tidak bisa makan malam dengan tenang!', Presdir Lee bangkit dari duduknya dengan marah, jalan keluar.
"Kita bicara nanti di rumah", Sol Joo menyusul suaminya keluar.
Tinggal Chae Won dan Se Yoon diruangan yang luas itu. Se Yoon menarik napas panjang, bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, "Kurasa kita tidak bisa makan malam disini. Ayo pergi".
"Kenapa kau melakukan ini padaku?. Kenapa kau membuatku merasa menyedihkan begini?", Chae Won merasa buruk dan tak tahan lagi untuk tidak menangis.
Se Yoon merengkuh Chae Won dalam pelukannya, "Jangan merasa menyedihkan. Aku ada di sampingmu. Maafkan aku sudah mengagetkanmu. Aku tahu ini berat untukmu, tapi kita harus melalui ini. Kita menangkan hati mereka bersama-sama. Yang harus kau lakukan hanyalah berpegangan saja padaku. Ini tidak akan lama. Bersabarlah. Mengerti?".
Se Yoon mengeratkan pelukan-nya. Tak ada yang bisa Chae Won lakukan selain menangis. Se Yoon berusaha membuat Chae Won nyaman, meski ia juga terlihat sedih.
Young Ja dan Joo Ri pulang kerumah. Joo Ri benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah kasar ibunya, "Meskipun Ibu kesal, bagaimana bisa Ibu memukul Se Yoon di hadapan orang tuanya?. Apa yang akan mereka pikirkan tentangku?".
Young Ja ngomel tanpa titik koma dalam satu tarikan napas, "Ibu tidak peduli apa yang akan mereka pikirkan tentangku. Ibu merasa jauh lebih baik setelah memukulnya!".
"Ibu benar-benar tidak membantu"
"Cukup. Mulai sekarang, Ibu tidak akan menuruti keinginanmu. Lebih baik kau melupakannya sekarang, sepenuhnya".
"Ibu pikir aku tidak ingin untuk melupakannya?. Tapi aku tidak bisa!". ucap Joo Ri setengah berteriak lalu naik ke kamar.
"Ya Tuhan. Ini gila. Dia membuatku jadi gila", keluh Young Ja.
Hong Ju turun dari kamar. Young Ja melampiaskan kekesalannya pada Hong Ju, "Hong Ju. Apa yang terjadi dengan keluargamu?. Ibumu berjanji untuk memasukkan kami ke dalam Taesan Home Shopping, tapi dia tidak pernah menindaklanjuti. Ya atau tidak?. Dia seharusnya menanggapinya, apapun itu".
"Aku akan menelpon Ibuku", jawab Hong Ju.
"Kau selalu bilang begitu", Young Ja mengikuti cara bicara Hong Ju, "Ayolah, telponlah Ibumu di hadapanku".
"Tidakkah Ibu pikir ini sudah keterlaluan?", sentak Hong Ju membuat Young Ja terdiam. Young Ja lalu bicara dengan nada rendah, "Yah, maafkan aku jika kau tersinggung tapi. Bisakah kau menelponnya besok?. Tidak, tidak. Bisakah kau mengatur pertemuan makan siang dalam minggu ini?".
"Baiklah", sahut Hong Ju jalan menuju dapur.
Young Ja menarik napas kesal, "Sialan. Tidak ada yang menyenangkan hatiku, tidak satu pun. Ooohhh....".
Ms. Park sedang bicara dengan seseorang di telepon. Hong Ju tampak cemas berdiri disampingnya. Begitu Ms. Park menutup telepon, Hong Ju langsung bertanya, "Apa yang dia katakan?. Mereka menandatangani suratnya?".
"Ya", jawab Ms. Park sembari menghela napas panjang.
"Ini tidak baik", guman Hong Ju cemas bercampur sedih.
Perasaan Hong Ju semakin sedih ketika balik ke kamar. Ia melihat Chul Goo yang membawa bantal dan selimut. Chul Goo berkata akan tidur di ruang kerja, sementara Hong Ju boleh tidur di kamar ini sendirian.
Hong Ju bertanya apa dirinya begitu menjijikan. Chul Goo berkata bukan seperti itu. Chul Goo bingung bagaimana menjelaskannya, tapi yang jelas seluruh ruang dalam hatinya sudah terisi dengan Chae Won, jadi tidak ada ruang untuk Hong Ju.
"Sungguh menyedihkan", guman Hong Ju.
"Maaf. Selamat malam", ucap Chul Goo melenggang keluar kamar tanpa beban.
Tak tahan lagi, Hong Ju pun menangis sedih. Siapa yang tidak tahan di perlakukan seperti ini. Chul Goo sama sekali tidak memandangnya dan menganggapnya sebagai istri. Dan yang lebih menyedihkan lagi, Hong Ju tidak punya seseorang tempat ia berbagi dan mencurahkan kesedihannya.
Se Yoon mengantar Chen Won pulang, setibanya mereka di depan pintu gerbang rumah mie, Se Yoon berkata, "Ah...Aku benci harus pulang. Bisakah kau membiarkanku tidur disini malam ini?".
"Apa", tanya Chae Won kaget. Se Yoon berkata tak berani pulang untuk menghadapi orang tuanya di rumah.
Chae Won mengatakan itulah sebabnya kau seharusnya tidak melakukan itu. Se Yoon balik tanya, "Lalu apa aku harus menyembunyikanmu karena takut pada orang tuaku?. Kau tidak menginginkan itu, kan?".
Chae Won tidak yakin apakah melakukan dengan benar, "Jika aku adalah orang tuamu, aku juga akan menentangmu berkencan dengan seorang janda. Aku merasa begitu tidak tahu malu hanya dengan mendengarkanmu".
Se Yoon memegang pundak Chae Won, "Yang harus kau lakukan adalah memberikanku semangat, bukan menyalahkan diri sendiri. Kita bisa berbaikan dengan orang tuaku nanti. Mengerti?. Karena itu, ayo kita isi ulang".
"Apa?".
"Aku melihatmu mengisi ulang Ayahmu pada waktu itu dan aku benar-benar iri" (Episode 15 part 1)
Chea Won tertawa, "Apa?".
"Ayolah, bateraiku sudah lemah", rengek Se Yoon. "Siap?. Klik", Se Yoon menempelkan keningnya ke kening Chae Won.
Chae Won : Sudah terisi penuh. |
Se Yoon : Tidak mau. Aku baru setengah terisi. |
Mereka diam dalam posisi seperti ini untuk beberapa saat. Sampai Se Yoon merasa terisi penuh. (sweet *-*)
Chae Won tersenyum geli. Se Yoon berterima kasih karena Chae Won sudah mengisi ulang dirinya. Se Yoon mengucapkan selamat malam dan beranjak pergi. Chae Won menahan, "Bawalah pakaian dan sepatunya. Kau harus mengembalikannya malam ini. Tunggu disini sebentar. Aku akan cepat ganti pakaian".
Se Yoon mengaku kalau ia sudah membeli semua. "Kau ini benar-benar lambat berpikir. Tidak bisa dipercaya aku jatuh cinta pada wanita yang tidak berakal sehat begini", canda Se Yoon.
Chae Won protes, "Apa?".
Se Yoon tersenyum dan berkata, "Orang bilang kau seharusnya tidak membelikan kekasihmu sepasang sepatu, tapi aku membelikannya untukmu karena aku mempercayaimu. Jangan melarikan diri".
Di kamar, Hyo Dong senyum-senyum sendiri sembari memandangi ponselnya. Choon Hee masuk, ia yang heran bertanya apa yang kau lihat, kenapa kau tersenyum-senyum. Hyo Dong menunjukkan ponselnya, Choon Hee membaca sms, "Ayah, hari ini sangat berangin. Pastikan untuk memakai baju keselamatan. Bersemangatlah!".
Hyo Dong bilang sms itu dari Se Yoon. Choon Hee bertanya bukankah Hyo Dong tidak menyukainya. Hyo Dong menilai Se Yoon pria yang baik. Choon Hee membenarkan, "Sudah kubilang padamu. Aku menyukainya sejak pertama melihatnya. Mungkin aku tahu dia akan menjadi calon menantuku".
Hyo Dong khawatir jika Chae Won terluka lagi. Memikirkannya saja membuatnya takut. Choon Hee diam, sebagai orang tua ia juga bisa merasakan hal itu, ditambah lagi calon besan-nya itu adalah Sol Jo. Sepasang suami istri ini menghela napas panjang, diam dan berkutat dengan pikirannya masing-masing.
Chae Won membawakan minuman herbal untuk kakek. Setelah kakek menghabiskan minuman, Chae Won bertanya bagaimana kondisi kakeknya saat ini. Kakek merasa baik. Chea Won bertanya lagi kenapa kakeknya tidak pergi kerumah sakit. Kakek minta Chae Won jangan khawatir, ia merasa bisa bertahan hidup paling tidak 10 tahun lagi.
Kakek bertanya tidakkah Chae Won bersedih harus berhenti bekerja. Chae Won berkata tidak, sebelumnya ia sudah berpikir untuk belajar membuat mie lebih banyak lagi. Perkataan Chae Won itu menentramkan hati Kakek, "Kakek yakin kau akan menjadi pembuat mie yang hebat".
"Ya. Aku akan bekerja keras, kakek", jawab Chae Won. "Bagus", kakek merasa lega.
Do Hee dan Kang Sook membangunkan Ki Ok yang masih malas-malas'an tidur di kamar. Ki Ok menutupi wajahnya, meminta mereka untuk meninggalkannya sendiri. Do Hee berkata mereka baru menemui tuan Kang. Ki Ok langsung duduk, tidak suka kenapa kakak iparnya itu menyusahkan Kang Jin seperti ini.
Kang Sook menunjukkan kertas. Ki Ok bertanya apa ini. Do Hee berkata itu janji yang ditulis Kang Jin dengan darahnya sendiri. Kang Sook menyambung, dia terus menghindari kami tapi akhirnya kami mendapatkan ini darinya.
Ki Ok membaca tulisan yang tertera, kemudian menempelkan kertas itu ke dadanya, "Ya. Tuhan. Kalian kejam sekali", Ki Ok hampir menangis.
Do Hee tak peduli, paling tidak itu adalah alat untuk melindungi keselamatan Ki Ok, "Sekarang karena gigolo tua itu menuliskan perjanjian dengan darahnya, yang harus kau lakukan sekarang hanyalah menetapkan pikiranmu".
Ki Ok menjawab Kang Jin bukanlah gigolo tua. Do Hee yang sok tahu berkata Kang Jin mendekati Ki Ok karena uang, itu namanya gigolo.
"Apa yang kau katakan?. Dia bukan orang semacam itu. Itu bukan karena uang", sanggah Ki Ok tak terima.
"Ayolah, dia mengakuinya", kata Kang Sook
Ki Ok tak percaya, "Apa dia mengatakan dia mendekatiku karena uang 10 milyar?".
Do Hee balik bertanya, "Lalu apa kau pikir dia jatuh cinta padamu?'. Kang Sook menyambung, "Jika seperti itu, langit akan menghukumnya". Ki Ok berusaha menjelaskan kepada 2 kakak iparnya itu, kalau mereka sudah salah paham. Kang Jin bukanlah pria seperti itu.
"Sadarlah", ucap Do Hee. "Jika tidak, dia sudah menolak untuk menulis ini. Kau lugu sekali". Kang Sook ikut memojokkan "Bagaimana bisa kau dibodohi olehnya?. Tidak bisa dipercaya kau tidak
punya mata untuk laki-laki. Tidak ada gunanya menangisi susu yang sudah
tumpah".
Do Hee menyuruh Ki Ok untuk mengakhiri semuanya sampai disini, apa yang akan terjadi jika kakek dan nenek mengetahui hal ini. Kang Sook menyahut pasti mereka akan pingsan karena kaget dan meninggal.
Ki Moon dan Ki Choon masuk ke kamar Ki Ok karena mendengar suara mereka dari luar. Ki Choon merasa ada hal yang mencurigakan. Kang Sook dan Do Hee tentu saja menyangkal. "Tidak ada".
"Aku kesal sekali", guman Ki Ok bangkit berdiri keluar kamar. Ki Moon yang heran tanya apa yang terjadi pada adiknya. Do Hee menjawab Ki Ok hanya sedikit tertekan. Ki Choon semakin curiga. Kang Sook berusaha menutupi dengan berkata, "Apanya yang mencurigakan?. Pikirannya melayang kemana-mana. Itu saja".
Kang Jin memandangi jari kelingkingnya yang terbalut perban, jari yang ia gunakan untuk menulis surat perjanjian. Ki Ok datang mencemaskan keadaan Kang Jin, "Apa kau baik-baik saja?', Ki Ok meniup jari Kang Jin yang terluka, "Pasti itu perih".
"Jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Kudengar kau sedang sakit. Kau tak apa-apa?".
Ki Ok mengeluarkan kertas yang Kang Jin tulis dari kantonya, "Apa ini benar-benar janjimu?. Apa benar kau mendekatiku karena uang?".
"Maafkan aku. Aku memendam pikiran jahat untuk beberapa waktu. Seperti yang kau lihat, aku hidup kekurangan. Perasaanmu terhadapku begitu murni tapi perasaanku tidak seperti itu".
Ki Ok tidak percaya, "Itu bohong". Kang Jin berkata, "Aku tidak berbohong. Aku berpikir bahwa kehidupanku akan berbalik jika kau menjadi pewaris dari 10 milyar. Jadi aku mencoba untuk mendapatkanmu. Tapi kakak iparmu mengetahuinya". Ki Ok tetap tidak percaya, "Kau berbohong agar bisa melepaskanku. Kau mempunyai perasaan padaku juga. Bahkan sebelum aku mengatakan soal uang 10 milyar, kau sudah punya perasaan padaku".
"Perasaan apa?. Aku terlalu tua untuk merasakan cinta. Maafkan aku karena dulu aku mempunyai pikiran jahat. Setelah kompetisi besok, aku akan menghilang dari pandanganmu".
Ki Ok menangis, "Kupikir dulu kita mempunyai pikiran yang sama. Aku tidak tahu kau punya niat seperti itu. Aku sangat kecewa. Selamat tinggal", Ki Ok keluar dengan perasaan kecewa dan sedih.
Kang Jin sedih, "Aku terlalu tua dan miskin untuk menyatakan cintaku padamu. Aku akan menyimpanmu jauh dalam lubuk hatiku", Kang Jin berdiri, duduk di depan pianonya.
Ki Ok berbalik menoleh kebelakang ketika mendengar alunan piano dari dalam rumah Kang Jin, "Schumann's Dedication", guman-nya. Ki Ok diam di tempatnya mendengarkan. Sedih dan terharu.
Di dalam rumah, Kang Jin menekan tuts-tuts piano dengan penuh perasaan.
Sol Joo berdiri di ruang tengah siap memarahi Se Yoon yang baru saja pulang, "Kenapa tadi kau membawanya?. Apakah itu pernyataan perang melawan kami?'. Se Yoon lelah, "Haruskah aku bertengkar dengan ibu lagi. Bukankah tiga tahun yang lalu sudah cukup?".
Sol Joo mengatakan jika wanita itu adalah wanita biasa, maka ia tidak akan menentang. Ia akan akan menyetujuinya, jika wanita itu tidak lebih buruk dari Eun Seol. "Tapi dia seorang janda!".
"Aku mencintainya. Apa lagi yang kubutuhkan?. Dia memulihkan hatiku untuk dapat merasakan cinta lagi dimana dulu aku pernah menyerah".
Sol Joo berkata ada banyak sekali wanita baik yang bisa Se Yoon cintai. Se Yoon menjawab itu hanyalah pemikiran ibunya, "Chae Won satu-satunya wanita yang tepat untukku". Sol Joo bertanya apa yang sudah membutakan mata dan telinga putranya. Se Yoon meminta ibunya untuk menerima Chae Won apa adanya, "Jangan hanya berpikir buruk tentang dirinya. Kumohon".
Pagi hari. Kediaman Bang Young Ja.
"Apa ada berita yang menarik?. Berikan korannya padaku", pinta Young Ja melihat Ms. Park masuk ke dalam rumah dengan membawa koran.
"Tidak ada yang spesial", jawab Ms. Park enggan memberikan koran yang ia bawa.
"Hei. Kau jadi lancang. Kenapa kau tidak memberikan korannya padaku?. Berikan saja padaku!", omel Young Ja.
Mau tak mau, Ms. Park memberikannya meski dengan setengah hati. Young Ja merampas. Matanya terbelalak kaget ketika membaca berita utama yang terpampang di depan halaman, dengan gambar Ny. Ma bersama Tuan Ma. "CEO Taesan Grup Ma Young Chol setuju untuk bercerai".
Merasa penasaran, Young Ja pun membaca isi artikel, "Oh Hye Sook, istri dari CEO Taesan,
Ma Young Chol, mengajukan gugatan cerai dan pembagian harta pada tanggal 10 bulan ini dan kemudian menarik gugatannya. Sumber terdekat Tuan Ma mengungkapkan bahwa Nyonya Oh tidak mendapatkan tunjangan. Kecurigaan di sekitar penyebab dan proses perceraian semakin diperkuat".
Ma Young Chol, mengajukan gugatan cerai dan pembagian harta pada tanggal 10 bulan ini dan kemudian menarik gugatannya. Sumber terdekat Tuan Ma mengungkapkan bahwa Nyonya Oh tidak mendapatkan tunjangan. Kecurigaan di sekitar penyebab dan proses perceraian semakin diperkuat".
"Apa yang terjadi", Young Ja lari ke lantai atas sembari meneriak-kan nama Hong Ju. Ms. Park yang tetap berdiri di ruang tengah, hanya bisa menarik napas. Pastinya dia sudah tahu, karena itu dia berusaha menyembunyikan koran dari Young Ja.
"Ya Tuhan!. Apa Ibu tidak bisa mengetuk?", Chul Goo kaget setengah mati dengan kemunculan Young Ja secara tiba-tiba. Young Ja tak peduli, membangunkan Hong Ju yang sedang tertidur.
"Bicara dengannya nanti saja. Dia masih tidur nyenyak", cegah Chul Goo.
"Bangun saja", Young Ja menarik selimut dan membuat Hong Ju bangun, "Aku tertidur karena minum obat tidur. Ada masalah apa?".
Young Ja menuduh Hong Ju menyembunyikan perceraian orang tuanya. Chul Goo kaget, "Mereka bercerai?". Young Ja ngomel sembari menunjukkan koran yang ia bawa, "Lihatlah. Beritanya terpampang di koran!. Apa ini sebabnya dia terus menunda masalah Home Shopping?. Tidak. Itu tidak penting sekarang. Mereka bilang Ibumu tidak menerima uang tunjangan sepeser pun dan...
"Aaaaahhhhhhh... ", Hong Ju teriak histeris. Young Ja sontak mundur kebelakang saking terkejut.
Chul Goo kebingungan, "Kantong plastik".
Ms. Park datang tepat waktu, membawa kantong plastik dan memberikan pertolongan pertama untuk Hong Ju, "Satu, dua, tiga, tarik napas. Satu, dua, tiga, buang napas". Hong Ju patuh mengikuti instruksi Ms. Park.
Chul Goo ikut-ikut'an menarik napas dan membuang napas seperti yang di instruksikan Ms. Park.
Young Ja : Lalu apa?. Kesepakatan Home Shopping-nya batal?. (Hahaha..masih aja mikirin bisnis dan keuntungan).
Hari pertama Chae Won bekerja di pabrik. Sebelum mulai bekerja, ia merenggankan badan, menikmati udara pagi yang masih segar bebas polusi.
Selanjutnya, merapihkan pabrik. Membersihkan peralatan, mengelapnya hingga kinclong.
Berkeliling memeriksa mie yang sudah mengering. Semuanya ia lakukan dengan hati riang, tanpa beban.
Hari itu menjadi special dengan kiriman bunga dari Se Yoon. Chae Won tersenyum senang membaca tulisan yang tercetak diatas pita, "Selamat atas langkah awal sebagai pembuat mie, Min Chae Won".
Se Yoon jalan menuju ruang rapat, sembari bicara dengan Chae Won di telepon. Sejenak ia berhenti sebentar di depan ruangan marketing. Joo Ri yang kebetulan berdiri di depan pintu, langsung menyembunyikan dirinya, mencuri dengar.
Se Yoon berkata jika ia tahu Chae Won akan tersentuh begini, pasti ia akan mengirimkan se-truk bunga. "Jangan bekerja terlalu keras. Santai saja, mengerti?. Aku akan menelponmu setelah meeting selesai", Se Yoon mematikan telepon dengan wajah sumringah. Lalu jalan menuju ruang meeting.
Sepasang mata menatap kepergian Se Yoon dengan sedih. Memang cinta sepihak itu sungguh menyedihkan.
Do Hee menentang habis-habis'an ketika Choon Hee mengutarkan niatnya lagi untuk mengikuti kompetisi. Do Hee tidak terima menagih janji Hyo Dong, ditambah lagi Chae Won ikut bergabung. Menurutnya itu sungguh tidak masuk akal. Ki Moon sependapat dengan istrinya, menurutnya Hyo Dong sudah keterlaluan.
Chae Won berkata keinginan-nya mengikuti kompetisi ini bukan untuk memenangkan 10 milyar, melainkan untuk belajar. Do Hee tidak percaya, "Kau pikir kami ini orang yang bodoh?". Do Hee melihat Kang Sook dan Ki Choon yang sedari tadi diam, "Ngomong-ngomong, kalian aneh. Kenapa kalian tidak mengatakan apa-apa?".
Ki Choon dan Kang Sook melirik Choon Hee, dibalas pula dengan lirikan tajam dari Choon Hee. Kang Sook berkata akan mengikuti apapun keputusan-nya. Ki Choon mengutarakan pendapatnya yang sama dengan Kang Sook. Do Hee semakin curiga, "Ini aneh melihat kalian menerimanya tanpa ada perlawanan. Apa mereka mengetahui sesuatu tentang kalian?".
"Apa yang kau bicarakan?. Tidak!", sangkal Ki Choon dan Kang Sook gelagapan.
Hyo Dong angkat bicara, "Yah..kita begini saja. Jika timku memenangkan kompetisinya, kami akan memberi kalian hadiah uang 10 milyar-nya. Silahkan kalian bagi rata menjadi tiga".
"Benarkah", tanya mereka.
"Ya. Kami tidak berkompetisi demi uang. Kita akan menyepakati itu", jawab Choon Hee
"Bagaimana kami bisa mempercayaimu?", tuntut Do Hee.
Hyo Dong : Kita akan menuliskan perjanjian dan disahkan notaris, setuju?
Ki Moon ragu, "Apa kau yakin?".
"Kami berjanji", jawab Hyo Dong, Choon Hee dan Chae Won membuat 2 tim yang lain tersenyum senang. Deal, tidak ada lagi yang protes.
Sebelum kembali ke Amerika, Myung Soon lebih dulu berkunjung kerumah mie. Dan sesuai janji kakek, ia akan menjamu tamunya itu dengan makanan yang mengingatkan Myung Soon tentang memori ibunya. Kakek minta Myung Soon jangan terlalu serius. Pilihlah rasa yang paling mendekati dengan apa yang pernah kau rasakan dulu.
Myung Soon ragu, apakah ia bisa mengingatnya, itu sudah lama sekali. Kakek yakin Myung Soon bisa mengingatnya. "Yah, ayo kita mulai".
Ke-4 peserta kompetisi keluar dari dapur dengan membawa makanan mereka. Kakek ingin mendengar alasan dari bahan-bahan makanan dan prosesnya, di mulai dari Ki Moon.
Ki Moon menjelaskan, "Kami membuat mie dari ampas tahu. Aku ingat dulu ada produsen tahu di dekat pabrik kita". Nenek membenarkan, dulu memang ada produsen tahu. Ki Moon melanjutkan, "Pemiliknya biasa memberikan ampas tahu secara cuma-cuma. Mungkin Ibu Myung Soon dulu meminta pada mereka dan membuat mie dengan kuah ampas tahu".
Do Hee : Kedelai kaya dengan protein. Kami beranggapan bahwa dia sering membuat mie semacam ini untuk Myong Soon.
Seul Hong : Rasanya benar-benar enak.
Kakek : Hh...masuk akal. Selanjutnya Ki Choon.
"Ya. Kami membuat mie dengan kuah tauco. Kedelai Jangdan adalah ciri khas dari Paju. Mie yang dicicipi Myong Soon pasti terbuat dari kedelai Jangdan. Ibu bilang ada banyak lahan kedelai Jangdan di sekitar sini.
Selajutnya
Ki OK membuat mie ayam cuka. Kang Jin menjelaskan, "Orang tuaku berasal
dari Provinsi Pyongahn (Korea Utara), dan begitu juga dengan Ibu Myung
Soon. Orang-orang Pyongahn menyukai mie ini. Aku sering memakannya saat
aku kecil".
Ki Ok : Orang tidak akan pernah lupa rasa dari masakan rumahan. Jadi kami berpikir bahwa mungkin Ibunya membuatkan mie ini yang berasal dari kampung halamannya.
Myung Soon bahkan tidak mengetahui ibunya melarikan diri dari Korea Utara. Nenek berkata ibu Myung Soon mengalami segala macam penderitaan sejak dia melarikan diri di usia muda.
Kakek : Sekarang Choon Hee...tunggu masakanmu kelihatan seperti.
Choon Hee membenarkan apa yang sedang kakek pikiran, "Aku membuat mie gepeng. Kudengar kalau Ayah memberikan mie yang terpotong-potong kecil pada pekerjanya yang membutuhkan. Ibu Myung Soon pasti mencampurnya dengan air dan membuat mie gepeng. Kakek membenarkan, ibu Myung Soon tidak mempunyai mesin penggiling di rumahnya.
Hyo Dong : Kami membuat mie dengan kuah perilla, yang mana itu adalah makanan di kuil.
Chae Won : Nenek mengatakan padaku bahwa Bibi Myong Soon sakit saat dia kecil jadi Ibunya membawanya ke kuil dan berdoa pada Buddha karena dia tidak punya uang.
Hyo Dong : Karena dia cuma punya sedikit untuk dipersembahkan pada Buddha, dia mungkin membawa adonan tepung terbuat dari potongan mie.
Choon Hee : Jadi kami menarik kesimpulan bahwa mie yang ada dalam ingatannya pastilah mie gepeng dengan kuah perilla.
Myung Soon samar-samar ingat biasa pergi ke kuil bersama ibunya. Myung Soon terisak, "Aku tidak tahu kalau ibuku dulu semiskin itu dan menjalani kehidupan yang keras".
Nenek : Mie nya nanti bisa dingin. Kenapa kau tidak coba sedikit?
Chae Won menyajikan mie buatan tim-nya ke hadapan Myung Soon. Myung Soon mencoba satu sendok, mengingat rasanya dan berkata, "Ya. Ini dia. Ini adalah rasa dari mie yang dibuat Ibuku untukku. Terima kasih. Terima kasih sudah mengingatkanku pada kenangan bersama Ibuku".
Kakek : Semangkuk mie dapat mengingatkan kembali kenangan masa kecilnya. Mie sangat bernilai. Mie bukanlah makanan untuk sekedar pengisi perut. Mie berisi kenangan dan kesenangan.
Anak dan menantu Uhm mengangguk mengerti, menarik pembelajaran dari kompetisi kali ini. Che Won tersenyum, penjelasan kakek semakin membuatnya bersemangat untuk mempelajari mie lebih jauh, agar bisa menjadi pembuat mie yang hebat.
Lanjut ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 34 Part 2
annyeong.. makasih ya udah buat sinopsisnya. ak suka bgt.
ReplyDeletemian, br komentar skrg stlh sekian lm bolak2 k blog nuri :-)
Wahhhhhh kereeeennnnn hwaiting hwaitinggg hwaitinggggg :D
ReplyDeletebiasanya cuma jdi pembaca yang budiman...kak nuri...lanjut...cuma kakak yg buat sinopsis ini....
ReplyDeleteya memang cinta sepihak itu tidak menyenangkan pernah mengalami :((( Nah loh kok curhat? Semangat nulis sinopsisnya dilanjut teruss yaa
ReplyDeletekasian hong ju...
ReplyDeleteiya, saya juga sering bolak balik blog ini untuk nunggu sinopsis ini, semangatttt yach kak nuri, kami menanti episode2 berikutnya, kamsamida
ReplyDeleteNuri sinopsisnya bagus......tks. ika
ReplyDeleteKa..ko sinop eps 33 part 2 g bs dbka yh????
ReplyDeleteKa..ko sinop eps 33 part 2 g bs dbka yh????
ReplyDeleteBisa kok say, barusan kebuka. Ini link-nya Epi 33 Part 2
Deletehttp://blognyanuri.blogspot.com/2013/10/sinopsis-hundred-years-inheritance_7.html
cinta sepihak mmg membingungkan, kalau dia tersenyum serasa dunia jd indah..(pengalaman pribadi, he.he)
ReplyDeletecinta sepihak mmg membingungkan, kalau dia tersenyum serasa dunia jd indah..(pengalaman pribadi, he.he)
ReplyDelete