Pages - Menu

Thursday, October 10, 2013

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 34 Part 2

Ms. Koh dan Young Ja bergosip ria membahas kabar perceraian Ny. Ma. Young Ja terkejut dengan mulut membulat, "Perselingkuhan?. Jadi maksudmu Nyonya Ma mempunyai hubungan dengan pria lain?". Ms. Koh membenarkan.

"Aigo", ucap Young Ja dengan mulut membulat. Lalu tertawa, "Itu sebabnya dia tidak menerima tunjangan". 

Ms. Koh berkata itu bukan satu-satunya alasan. Ny dan tuan Ma memiliki perasaan yang pahit mengenai hal itu dan sekarang mereka meluapkannya. Itu bukanlah sebuah berita baru bagi teman-teman mereka.

"Ha. Dia selalu berbicara seolah-olah dia adalah wanita berkelas", cibir Young Ja. "Jadi, siapa anak dari kekasihnya?. Siapa anak haram itu?". Ms. Koh bungkam.
"Bukankah dia putra pertama yang bertanggung jawab pada Taesan Home Shopping?", tebak Young Ja.


Ms. Koh cengar-cengir, lalu berkata, "Dia adalah putrinya". Young Ja melongo, "Putrinya?. Siapa?". Lalu tertegun, "Maksud mu menantuku?".
"Ya", jawab Ms. Koh takut-takut. 

Young Ja megap-megap seperti ikan kekurangan air, "Kenapa kau tidak mengatakan itu padaku sejak awal?". Ms. Koh beralasan itu karena bukan topik yang menyenangkan, jadi aku tidak mengatakannya padamu.


"Apa-apaan", Young Ja ngamuk dan langsung mencekik Ms. Koh. Ms. Koh kaget menerima serangan dadakan, "Ada apa denganmu?". Young Ja menguncang-guncang Ms. Park dan berkata, "Ini adalah pernikahan palsu".


Young Ja terus mencekik, sampai akhirnya Ms. Koh berhasil melepaskan diri dan meminta Young Ja untuk tenang. Ms. Koh berkata, Itulah mengapa mereka (keluarga Tae San) menikahkan Hong Ju dengan putra Young Ja. Ms. Koh batuk-batuk, lalu menyambung, "Kalau tidak, kenapa dia membiarkan putrinya menikahi putramu yang berstatus duda?".
"Kau sebaiknya tutup mulut", Young Ja mencak-mencak melempari Ms. Koh dengan buku-buku yang ada di hadapannya. Ms. Koh langsung ngacir, "Nyonya Bang, tolong tenanglah. Tenanglah", ucapnya keluar kantor.

(Wkwkwk...Lucu liat Young Ja mencak-mencak). 

Young Ja syok, "Apa-apaan ini?. Apa yang harus kulakukan?. Oh tidak".


Hong Ju menumpahkan kesedihannya denggan mengurung diri di kamar, tidur-tidur'an tanpa melakukan apapun. Chul Goo masuk ke kamar dan bertanya bagaimana dengan keadaan Hong Ju. Ia menarik tangan Hong Ju, mengajaknya jalan-jalan dan makan diluar. Hong Ju menarik tangannya,, "Berhenti mengganguku".

"Saat kau merasa sedih, kau seharusnya pergi keluar. Tinggal di rumah akan membuatmu merasa lebih buruk", ucap Chul Goo. 


"Apa kau sekarang simpati padaku?'", tanya Hong Ju. "Kau tidak suka melihatku atau dekat denganku. Kenapa kau menjadi baik sekali?. Apa kau merasa kasihan padaku karena keadaanku sekarang".

"Kenapa harus kasihan?". 

"Aku tidak butuh simpati sialanmu!. Jadi jangan pedulikan aku!", teriak Hong Ju meluapkan emosinya. Lalu pergi keluar kamar.

"Kau mau pergi kemana?. Hei. Hei!", panggil Chul Goo. "Aish...Dasar pemarah".


Ki Choon kembali kerumah setelah mengantar Myung Soon ke halte bis. Ki Choon berkata Myung Soon memaksa ingin naik bis dan ingin pergi ke bandara sendirian. Nenek berkata Myung Soon sama seperti ibunya, tidak suka bila harus menyusahkan orang lain, "Aku senang kita menyuguhkannya mie kuah, sebelum dia pergi. Kalian melakukan pekerjaan bagus".

Kang Sook mengetuk meja, memberi kode pada Kang Jin untuk bicara pada kakek. Kang Jin berkata pada kakek tidak bisa melanjutkan kompetisi karena masalah pribadi. Kakek menebak sepertinya Kang Jin mempunyai banyak urusan. Kang Jin membenarkan, "Maafkan aku. Terima kasih atas semua ajaranmu. Ijinkan aku memberikan hormat". Kang Jin berlutut memberi hormat pada kakek dan nenek. 

Kakek menampakkan wajah kehilangan. Kang Sook dan Do Hee tersenyum puas. Kang Jin hanya menahan perasaanya di dalam hati saja. Ki Ok yang tak tahan lagi menahan tangisnya, memilih lari keluar. Membuat kakak dan orang tuanya bingung. Kang Sook dan Do Hee berbisik. Ki Choon memperhatikan gelagat mereka. Hal itu membuatnya semakin curiga ada sesuatu yang mereka sembunyikan. 

Tak lama kemudian, Kang Jin pulang. Di luar, ia bertemu dengan Ki Ok yang sedang menangis. Kang Jin mengucapkan selamat tinggal. Ki Ok ingin tahu Kang Jin menyukainya. Ki Ok yakin itu bukan karena warisan 10 milyar. Kang Jin kembali menyangkal, semuanya sudah ia katakan dengan jelas kemarin. 


"Schumann's Dedication. Kenapa kau memainkan Schumann's Dedication setelah aku pergi?". Kang Jin tak bisa menjawab. Ki Ok berkata, "Itu adalah musik yang diciptakan Schumann's untuk kekasihnya, Clara. Jangan coba untuk membohongiku lagi. Kau juga mencintaiku". 

"Omong kosong apa yang kudengar ini?", teriak Ki Choon tiba-tiba. Oh..rupanya dia mendengar pembicaraan mereka dari balik pintu. 

"Oppa!", Ki Ok kaget dengan kemunculan Ki Choon tiba-tiba.

"Dia adalah pria tua tidak berguna", bentak Ki Choo lalu menarik kerah jas Kang Jin. "Beraninya kau. Beraninya kau menginginkan adikku?. Apa kau sudah gila?".

Kang Jin pasrah, "Ya, pukul saja aku. Pukuli saja aku sampai babak belur sehingga aku bisa sadar".

"Tidak masalah. Ikut aku", Kang Jin menarik paksa Kang Jin ke pabrik. Ki Ok mengejar, "Berhenti. Berhenti!". 


Kang Sook dan Do Hee keluar mendengar suara ribut-ribut. Kang Sook bingung dan panik, Ki Choon sudah kehilangan kesadarannya, apa yang harus kita lakukan. Kang Sook lari menyusul Ki Choon ke pabrik. Do Hee tak kalah panik, "Ini masalah besar. Oh...suamiku...suamiku", Do Hee masuk ke dalam rumah. 


Setiba di parbik, Ki Choon langsung melayangkan bogem mentahnya ke wajah Kang Jin. Ki Ok teriak terkejut. Ki Choon menuduh Kang Jin, "Terakhir kali kau masuk ke kamarnya dan tidur disana. Itu sudah direncanakan, kan?". 

Kang Jin diam, berdiri sempoyongan. "Kenapa kau tidak menjawab?. Apa kau mengabaikanku?", bentak Ki Choon. Ki Choon berancang-ancang melayangkan kembali pukulan-nya. 


Ki Ok memeluk pinggang Ki Choon dari belakang, "Kumohon jangan. Dia tidak bersalah. Jika kau ingin memukulnya, pukul saja aku".


"Minggir-lah gadis bodoh", Ki Ok siap mengarahkan tinjunya. Ki Ok bergerak cepat berdiri di depan Kang Jin. Dan tinju Kang Jin mendarat mulus di wajah Ki Ok. Ki Ok langsung pingsan saat itu juga. Kang Jin menyambut badan Ki Ok yang rebah ke arahnya. 


Ki Choon melongo, sama sekali tak menyangka adiknya yang menerima bogem mentahnya. Kang Sook datang dan menghentikan Ki Choon.
"Nona Uhm, kau baik-baik saja?", Kang Jin menguncang badan Ki Ok, cemas. 
"Lepaskan dia", Ki Choon teriak-teriak tidak terima adiknya di sentuh Kang Jin. 

"Sudah hentikan. Hentikan", Kang Sook menahan Ki Choon.

Kakak dan ipar Ki Ok berkumpul di kamar Ki Ok, menunggu adik mereka itu sadar dari pingsannya. Saat Ki Ok membuka mata, kata pertama yang ia tanyakan adalah, "Dimana Tuan Kang?". 

"Oh... Aku tidak bisa percaya ini. Dia mencari pria itu segera setelah dia sadar", ucap Do Hee. 

Ki Moon yang biasa tenang kini ikut memarahi Ki Ok, "Apa kau sudah gila?. Apa kekuranganmu sehingga kau...". Do Hee memotong ucapan Ki Moon, mengingatkan suaminya kalau ada Bo Reum bersama mereka. Do Hee lalu meminta Chae Won membawa Bo Reum keluar. Chae Won menurut, membawa Bo Reum keluar jalan-jalan. 

Ki Moon melanjutkan omelannya, "Apa kekuranganmu sehingga kau menyukai pria tua itu?. Ini tidak benar, kan?. Oppa benar-benar tidak bisa memahamimu!". 
Ki Choon : Hyung. Apa kau tidak dengan apa yang aku ucapkan barusana?. Aku dengan jelas mendengar dia mengatakan "aku mencintaimu" pada gigolo tua itu.


Ki Ok marah, memelintir tangan Ki Choon dan memukulinya. "Jaga ucapanmu. Gigolo tua?". 
"Berhenti memukuli suamiku", Kang Sook tidak terima Ki Choon dipukuli. 
Ki Choon hanya diam dipukuli sembari berkata, "Adiknya itu benar-benar sudah kehilangan akal". 

Hyo Dong mengoleskan salep ke bibir Kang Jin yang terluka. Kang Jin mengucapkan terima kasih pada Hyo Dong dan Choon Hee. "Aku tahu kalian akan berpihak padaku. Yah...karena aku membantu kalian berdua menikah, sekarang giliran kalian mendukungku. Ayo kita jaga persahabatan ini kekal abadi".


Choon Hee sama sekali tidak mempunyai niat mendukung Kang Jin, "Bagaimana denganmu, yobo?". 
"Tidak seorang pun kecuali orang gila yang akan mendukungnya", jawab Hyo Dong. "Bersikaplah sesuai umurmu. Bagaimana bisa kau bersikap sekotor ini?". 
"Apa?. Kotor?".

Hyo Dong berkata jika mertuanya sampai mengetahui hal ini, seluruh keluarga akan kacau balau. Choon Hee menambahkan bau akan cepat menyebar, "Kau seharusnya tidak bersikap begini".

Kang Jin lemas, tidak mempunyai pendukung. Meskipun cintanya murni, tetap saja dimata orang lain. Ia tak ubahnya seperti pria tua yang tidak tahu diri (umur). Tapi cinta memang susah ditebak dan dikendalikan. 


Chae Won mengajak Bo Reum ke toko mainan. Bo Reum tanya, "Noona kenapa mereka bertengkar lagi?". Chae Won menjelaskan mereka tidak bertengkar. Mereka hanya berbeda pendapat. Chae Won meminta maaf karena tidak bisa sering-sering main dengan Bo Reum belakangan ini, sebagai gantinya ia akan membelikan Bo Reum mainan. "Ini adalah hadiah Hari Anak yang kuberikan di awal".

Bo Reum loncat-loncat senang, "Yey". Chae Won membolehkan Bo Reum mengambil mainan yang dia suka. Bo Reum melihat-lihat sekeliling, dan pilihannya jatuh pada Lego. 

Terdengar dering ponsel Chae Won. Wajahnya berseri-seri saat melihat nama yang muncul di layar ponsel, siapa lagi kalau bukan Se Yoon, "Ya..Se Yoon-shi", jawabnya.
Se Yoon tanya "Kau dimana?". Chae Won menjawab ada di toko mainan. Se Yoon mengajak Chae Won makan malam bersama. Chae Won mengiyakan dengan hati senang. 


Sol Joo melangkahkan kakinya masuk ke pekarangan rumah mie (Ih...mau ngapain sich!). "Apa yang bisa kubantu?', tanya Hyo Dong dari arah belakang. Sol Joo berbalik. "Apa anda datang untuk membeli mie?", tanya Hyo Dong lagi. Sol Joo bertanya bukankah ini rumah nona Min Chae Won?. 

Hyo Dong mengiyakan, "Boleh saya bertanya ada keperluan apa?". 
"Apa anda Ayahnya?", tanya Sol Joo balik. Hyo Dong kembali mengiyakan. Sol Joo memperkenalkan dirinya sebagai ibunya Lee Se Yoon. 

Hyo Dong sedikit kaget, "Bagiamana kabar Anda?", sembari membungkuk memberi salam. Hyo Dong mengajak Sol Joo masuk. Sol Joo menolak dengan cepat, "Tidak. Bisakah saya berbicara dengan anda tentang sesuatu di coffee shop sekitar sini?". 

"Tentu", jawab Hyo Dong dengan wajah tegang. 

Coffee shop. Sebelumnya Sol Joo mengucapkan maaf atas kunjungannya yang mendadak. Hyo Dong berkata tidak apa-apa. Sol Joo menebak pasti Hyo Dong sudah mengetahui kenapa ia datang menemuinya. Hyo Dong mengangguk, mengetahui maksud kedatangan Sol Joo.

Sol Joo berkata kedua anak mereka, putri Hyo Dong dan putranya tidak mendengarkan peringatannya sama sekali. Jadi ia meluangkan waktu untuk menemui ayah Chae Won. 

Mulai dari sini, Sol Joo menguasai pembicaraan, tanpa memberikan Hyo Dong kesempatan bicara. Hyo Dong diam, sesekali menundukkan wajah seperti orang yang tampak sangat kecil di hadapan Sol Joo. 

Sol Joo mengatakan, "Kedua anak kita, putri anda dan putra saya, tidak mendengarkan saya sama sekali. Jadi saya meluangkan waktu untuk menemui anda. Katakanlah mereka dibutakan oleh cinta. Lalu kita harus menuntun mereka ke jalan yang benar. Se Yoon membatalkan pertunangannya setelah dia bertemu putri anda.
 
"Se Yoon gila dan kehilangan kendali. Dia adalah putra generasi ke-5 dan pewaris dari perusahaan. Dia membutuhkan istri yang sesuai untuk status sosialnya. Dunia sudah berubah, tapi tetap saja, beraninya seorang janda...".

Hyo Dong mengangkat kepalanya, merasa tersinggung. Sol Joo menghentikan ucapannya, "Maafkan saya". 

"Tidak apa-apa. Saya bisa memahami anda", Hyo Dong merendah. Tapi Hyo Dong bukanlah seorang ayah yang tidak bisa membela putrinya, "Bagaimanapun, meskipun Chae Won mempunya latar belakang  orang yang miskin, dia orang yang jujur. Apapun yang dia lakukan, selalu sempurna. Saya bangga dengan putri saya dan..."

"Itu memalukan bahwa anda berbicara begitu naif", potong Sol Joo tanpa perasaan. Dengan menyinggung senyum sinis dia berkata, "Jika anda berada di posisi saya, apa anda mau memiliki seorang menantu yang salah?". 
Hyo Dong diam tak bisa bicara. Kata-kata tajam itu menohok dalam hatinya. Ayah mana yang tidak merasa sakit hati mendengar putrinya yang ia banggakan dianggap "Salah" oleh orang lain. Seseorang yang bahkan tidak mengetahui dengan baik bagaimana sikap putrinya itu. 

Young Ja yang baru pulang kerja langsung tanya pada Ms. Park dimana Hong Ju. Ms. Park menjawab dia ada di kamarnya. Young Ja membanting tas, ngomel seperti biasanya, "Saat kami pulang dari bekerja keras, dia bahkan tidak memberi salam pada kami sementara dia cuma bermalas-malasan?". Young Ja naik kelantai atas, menuju kamar Hong Ju.

Chul Goo heran, "Bukankah kita biasanya begitu?. Apa masalahnya?. Ibu!. Ibu", Chul Goo menuju kamarnya. 

Ms. Park menghela napas...bakal ada perang di rumah ini. 

Young Ja masuk ke kamar Chul Goo. Hong Ju duduk di tepi ranjang dengan menggendong coco. Young Ja ngomel dengan suara bising nan memekakan telinga, "Kau tidak mengganggapku dan suamimu?. Yang kau pedulikan hanyalah anak anjing sialan itu. Ini cara mu untuk mengacaukan segalanya, hah!". 

"Ibu menakuti Coco. Berhenti berteriak", jawab Hong Ju tanpa semangat.

""Ibu menakuti Coco", Young Ja mengolok gaya bicara Hong Ju. "Beraninya kau memotong ucapan Ibu mertuamu?. Apa otakmu sudah mati atau apa?". 


Chul Goo masuk, minta ibunya berhenti ngomel, "Cobalah untuk mengerti.Ini adalah hari yang buruk baginya".
"Hei", Young Ja kembali teriak ke Hong Ju, "Kenapa kau tidak mengatakannya?. Kau dan Ibumu melakukan penipuan!. Aku tahu kau anak yang lahir di luar pernikahan".


"Jangan katakan itu ibu", Chul Goo menarik lengan ibunya. 

Young Ja menepis, "Apa yang harus kutakutkan dalam kondisi ini?. Semua koran memberitakannya. Kau cuma seorang anak haram tapi beraninya kau bertingkah laku seperti kau wanita kelas atas?". 
Hong Ju menahan tangis, "Jaga ucapanmu!". 

"Apa?", Young Ja menggertak, memamerkan deretan giginya yang seperti pagar (wkwk. Bahasa apa ini!). "Kenapa aku harus begitu padahal kau menipu kami?". 

"Dia tidak menipu kita. Aku sudah mengetahuinya", ungkap Chul Goo yang dibalas dengan bentakan Young Ja, "Tutup mulutmu. Jangan coba untuk menutupi kejahatannya".

Hong Ju diam menahan marah. Lalu berdiri, mengemasi pakaiannya yang ada di lemari. "Lihat caranya bertingkah laku", ucap Young Ja. 

"Kumohon hentikan ibu", Chul Goo meraih tangan Hong Ju. "Tenanglah. Tenanglah Hong Ju". Hong Ju menarik tangannya, "Lepaskan".  

"Jangan menghentikannya. Biarkan dia pergi", ucap Young Ja.

Hong Ju : Ibu berharap mendapat keuntungan dengan memanfaatkan latar belakangku. Maaf karena aku sudah mengacaukannya.
Young Ja : Apa kau mengejekku sekarang?

Hong Ju : Bagaimana bisa aku berani mengejek Ibu?. Lain kali saat Ibu menginginkan seorang menantu, harus lebih teliti. Jadi Ibu tidak akan memilih sampah sepertiku!
Young Ja : Apa?. 

Hong Ju tersenyum sinis lalu pergi. Chul Goo bingung, akhirnya ia memilih mengejar Hong Ju keluar. Dan, Young Ja duduk dikasur sembari menghela napas panjang, "Aigo". 

Jackpot yang ia sangka sebelumnya, malah menjadi bom yang meledak di rumahnya sendiri.

Hyo Dong keluar dari mobil. Di depan pintu gerbang rumah mie, dia bertemu dengan Hyo Dong yang kebetulan baru pulang kerja. Se Yoon menyapa Hyo Dong ramah. Dengan wajah serius, Hyo Dong mengajak Se Yoon bicara. Se Yoon menampakkan wajah bingung, tapi ia tetap mengikuti kemana Hyo Dong pergi. 

Mereka pergi kerumah makan. Se Yoon duduk tenang melihat Hyo Dong minum. Kemudian Hyo Dong menuangkan soju ke gelas Se Yoon. Setelah Se Yoon meminumnya Hyo Dong berkata, "Aku bertemu dengan Ibumu tadi siang". Se Yoon kaget, "Ibuku?". 

Hyo Dong : Aku tidak perlu mengatakan padamu apa yang ibumu katakan padaku. Aku tidak mengharapkan kehormatan ataupun kekayaan. Aku mengharapkan Chae Won akan menikahi pria biasa dan menjalani kehidupan normal. Kau terlalu bagus untuknya. Jika dia menikah denganmu, dia akan menjalani  kehidupan pernikahan yang sulit. Aku tidak bisa membiarkannya putriku melalui hal seperti itu lagi.

"Itu tidak akan pernah terjadi", jamin Se Yoon. 

Hyo Dong sejenak diam. Menegak soju lalu berkata, "Pertemuan dengan Ibumu mengingatkanku pada situasi yang sama tiga tahun yang lalu. Mantan suami Chae Won mengatakan hal yang sama seperti yang barusan kau katakan. 

"Perasaanmu terhadapnya akan berubah suatu hari nanti. Saat kau memiliki perbedaan dan pertentangan, kehidupan pernikahanmu akan berakhir dengan luka. Lupakan dia pada titik sekarang ini". (Sedih...mendengar perkataan Hyo Dong ini). 
Se Yoon berkata, ia bukanlah pria yang mudah berubah pikiran. Hyo Dong tidak bisa percaya begitu saja. Tidak ada orang yang mengatakan kalau dia orang yang mudah berubah.

"Apa yang harus kulakukan untuk membuat ayah percaya padaku?. Akankah kau mempercayaiku jika aku meninggalkan rumah dan semua yang kumiliki?", tanya Se Yoon sungguh-sungguh.

"Apa kau sedang mengancamku?". 

"Ayah"

Hyo Dong melarang Se Yoon menemui Chae Won, sampai kedua orangtua Se Yoon menyetujui hubungan mereka. 

Se Yoon meninum soju sebelum bicara, dengan wajah serius dia berkata, "Aku akan jujur pada ayah. Aku mempunyai seorang kekasih tiga tahun yang lalu. Aku dulu berada dalam situasi yang sama seperti sekarang. Dalam perjalanan kami untuk mendapatkan persetujuan dari orang tuaku, kekasihku meninggal dalam kecelakaan mobil. Aku kehilangan cintaku karena orang tuaku. Dan aku tidak akan pernah  membiarkan itu terjadi lagi".
Hyo Dong langsung masuk pulang ke kamar begitu sampai dirumah. Terciumlah bau alkohol menyerebak di sekitar ruangan kamar. Choon Hee bertanya kenapa suaminya minum banyak sekali.  "Aku minum bersamanya?". 
"Dia?. Siapa?. Se Yoon?", Choon Hee panik dan berbalik pergi.

Hyo Dong menarik tangan Choon Hee. "Kau mau kemana?". Choon Hee berkata ia harus menyiapkan minuman madu untuk Se Yoon.

"Hei. Aku adalah suamimu yang harus kau rawat, bukannya Se Yoon", Hyo Dong merengut cemburu. 

"Dia bukan orang asing. Dia adalah calon menantuku", sahut Choon Hee. 

Hyo Dong tertawa kecil lalu bertanya apakah Choon Hee begitu sangat menyukai Se Yoon. dan dijawab dengan anggukan oleh Choon Hee, "Meskipun tidak sebanyak aku menyukaimu, aku benar-benar menyukainya". 

Hyo Dong menghela napas berat, "Aku menyukai kejujurannya dan kepribadiannya yang tulus, tapi orang tuanya akan menentang keras hubungan mereka. Ibunya datang kesini siang tadi". Choon Hee terkejut, "Nyonya Lee datang kerumah kita?".

Chae Won bekerja di pabrik, mengoleni adonan. Tiba-tiba seorang pria datang dan memeluk pinggangnya dari belakang. Chae Won kaget, tapi untunglah pria itu adalah Se Yoon, kekasihnya sendiri.  

"Tetaplah seperti ini. Tetaplah begini sebentar saja", wajah Se Yoon sedih.

Chae Won mencium bau minuman dari napas Se Yoon, "Apa kau minum Soju berpikir itu adalah air seperti terakhir kali?". Se Yoon berkata tidak. Chae Won ingin tahu kenapa Se Yoon minum banyak sekali. "Aku tadi minum dengan Ayahmu".
Chae Won heran, "Dengan ayahku?". 

"Ayahmu mengatakan padaku agar tidak menemuimu kecuali kalau aku mendapat persetujuan orang tuaku, jadi aku memohon padanya untuk tetap mengijinkanku menemuimu. Aku melakukan dengan baik, kan?". 

Chae Won diam. Se Yoon tanya, "Kenapa kau tidak menjawab?. Katakan aku melakukan dengan baik. Aku melakukan dengan baik, iya kan?". 

"Ya. Kau melakukannya dengan baik", ucap Chae Won. Se Yoon bisa tersenyum, "Terima kasih. Sekarang karena aku mendengarmu mengatakan itu, aku merasa lebih baik. Aku benar-benar melakukan dengan baik, kan?". 

Chae Won mengangguk, meraih tangan Se Yoon yang melingkar di pinggangnya. (Back Hug). 

Pagi hari. Young Ja celingkuk celinguk merasa rumahnya sepi sekali. Ia masuk ke dapur sambil memanggil nama Ms. Park, tapi wani yang dicarinya itu tidak ada di rumah. Karena dia ikut pergi bersama Hong Ju. 

Young Ja kemudian pergi ke kamar Chul Goo. Tapi apa yang dilihatnya, bahkan pagi-pagi buta begini, Chul Goo sudah memegang botol minuman. Chul Goo meringis, "Ibu mengusir keluar menantumu untuk kedua kalinya. Apa Ibu puas?". Young Ja menyangkal, bukan ia yang mengusir Hong Ju keluar, "Kau melihatnya, dia meninggalkan rumah atas keinginannya".

Chul Goo menagih janji ibunya yang pernah berkata akan menjadi ibu mertua yang paling baik se-korea, "Bagaimana bisa Ibu melanggar janjimu?". Young Ja beralasan ia tidak tahu kalau Hong Ju sebaik itu. 

Chul Goo : Aku seharusnya tidak menceraikan Chae Won. Aku seharusnya tidak membiarkan dia pergi.
Young Ja : Kapan kau akan melupakannya?
Chul Goo : Tidak akan pernah. Aku tidak akan pernah melupakannya.

Young Ja tanya, "Kau benar-benar tidak bisa hidup tanpa dia?". Chul Goo menjawab, "Tidak. Aku tidak bisa hidup tanpa Chae Won!", Chul Goo menangis menyesal.
Young Ja frustasi, "Aigo. Ini seperti hidup di neraka. Aku hidup di neraka". 
Chul Goo menyahut, "Aku juga hidup di neraka".

Young Ja lalu pergi ke kamar Joo Ri. Joo Ri sedang mengemasi pakaian-nya lalu memasukkan ke dalam koper. "Joo Ri, apa yang sedang kau lakukan?", tanya Young Ja bingung. Joo Ri berkata akan tinggal selama beberapa waktu dengan teman-nya Eun Young, di boston. 

"Kenapa kau harus pergi kesana?. Dan bagaimana dengan pekerjaanmu?". 

"Aku lebih baik mati daripada melihat Se Yoon berkencan dengan Chae Won. Aku tidak akan kembali sampai aku bisa melupakannya".

"Kau benar-benar tidak bisa hidup tanpa dia?". 

Joo Ri setengah teriak, "Berapa kali harus kukatakan pada Ibu?. Aku tidak bisa hidup tanpa dia!". 

Young Ja duduk sendirian di ruang tengah, memikirkan nasib anak-anaknya yang menderita kehilangan cinta. "Chul Goo tidak bisa hidup tanpa Chae Won. Joo Ri tidak bisa hidup tanpa Se Yoon, dan Se Yoon berdiri di samping Chae Won. Jika aku mengembalikan Chae Won  ke tempat dia dulu, baik Chul Goo dan Joo Ri akan bahagia. Seperti membunuh dua burung dengan satu batu".

Young Ja akhirnya menemukan ide untuk membuat anak-anaknya bahagia. Dan dia benar-benar berusaha untuk mewujudkannya. Tanpa rasa malu, Young Ja datang kerumah mie. 

Chae Won bekerja di pabrik. "Sayang", sapa Young Ja berdiri di depan pintu memasang wajah memelas. Chae Won benar-benar melotot melihat kehadiran mantan ibu mertuanya yang kejam itu, "Ada apa kau kesini?".

Young Ja menyerbu ke pelukan Chae Won, "Maafkan aku, sayang (sebutan sayang ini juga bisa berarti menantu)". 

"Apa", Chae Won tak mengerti, bingung dan heran jadi satu. 

Young Ja melepas pelukannya, menggenggam tangan Chae Won, "Aku sudah melakukan begitu banyak hal buruk padamu sampai dengan sekarang. Aku meminta maaf dari lubuk hatiku yang paling dalam. Kumohon maafkan aku. Kumohon?". 

Chae Won melotot marah. Young Ja menampakkan wajah memelas, mengeluarkan air mata (buaya???). 


END 

Komentar : 
Ndak mau berkomentar banyak, hanya mau bilang suka sama scene back hug urri couple "Se Yoon & Chae Won". 

7 comments:

  1. Yup, setuju ama nuri, adegan itu paling sweetuu bgt yaa?
    Oh iya nuri, heirs bru tayang udah dpet rating tertinggi looh, hehehehe

    Vita

    ReplyDelete
    Replies
    1. Drama bertabur bintaang si vit,hehehe koq ngomongin the heirs y
      Btw tetep d tunggu update hundred year nya mb nur

      -Dira-

      Delete
    2. sempat khawatir juga sich dengan ratingnya..semoga ratingnya tetap bagus hingga akhir episode...^_^

      Delete
  2. Wah seru tuh liat scene air mata buaya nya young ja..he..he..
    Nuri sinopnya lanjut terus ya....(^0^)
    ika

    ReplyDelete
  3. nuri...lanjut terus sinopsisnya sampe episode terakhir...

    ReplyDelete
  4. sama mba , ku juga suka back hug nya se yeon dan chae won ^^

    ReplyDelete
  5. nuri. thx ya sinopsisnya.
    sangat ditunggu episode kelanjutannya. asikk.. :D
    salam kenal ya. -meilin-

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)