Pages - Menu

Monday, October 07, 2013

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 33 Part 2

Young Ja kembali ke kamar rawat Joo Ri setelah menyelesaikan prosedur administrasi untuk membawa Joo Ri pulang. Ia heran karena lag-lagi Joo Ri menangis. Ia tanya kenapa Joo Ri menangis. Joo Ri berkata air mata mengalir begitu saja dari matanya, ia merasa sedih dan sendirian di dunia ini. 

Young Ja berkata Joo Ri tidak sendirian. Kau punya Ibu dan Chul Goo. Gadis lain bisa menemukan pasangan  dengan mudah, tapi kenapa itu sulit sekali untukmu, padahal kau tidak kekurangan apapun?. Apa kau ini naif atau bodoh?".  

"Aku ingin mati. Aku tidak ingin hidup lagi", rengek Joo Ri. 

Young Ja kesal, kenapa kau harus mati. Apa masalahnya dengan pria itu?. 

Tangis Joo Ri semakin nyaring. Young Ja dan perasaanya sebagai ibu sedih melihat putri yang disayanginya terpuruk seperti ini. 

Young Ja memeluk Joo Ri, "Berhenti menangis. Saat Ayahmu pergi untuk perjalanan bisnis dan meninggal di sebuah selokan, Ibu membungkus tubuhnya dengan jerami dan menguburkannya sendiri". 

Young Ja melepas pelukannya, "Apa kau tahu hal pertama yang Ibu lakukan setelah Ibu pulang ke rumah?. Ibu mengabaikan kalian berdua yang menangis, Ibu menjejali makanan ke dalam mulut Ibu. Itulah manusia. Manusia tidak mudah mati. Bagaimana kau bisa menjadi orang yang kuat jika kau merengek di depan Ibu".

Joo Ri masih merengek, "Ibu". Young Ja minta Joo Ri jangan berkecil hati. "Berusahalah lebih keras dan bangkitlah menjadi orang yang lebih baik dari mereka. Kau terlalu lemah". 

(Yach...kali ini saya sependapat dengan perkataan Young Ja. Joo Ri terlalu lemah dan manja). 

Terdengar suara ketukan di pintu. Sol Joo datang menjenguk Joo Ri. Young Ja dengan wajah juteknya berkata, "Kenapa dia kesini lagi". 
"Ibu", tegur Joo Ri pada Young Ja. Joo Ri menghapus air matanya dan menyapa Sol Joo. 

Sol Joo berkata mengkhawatirkan Joo Ri. Young Ja menyeletuk, "Khawatir?. Apa lagi yang harus kita bicarakan?".

Sol Joo seolah memberi harapan pada Joo Ri dengan mengatakan Chae Won akan keluar dari perusahaan. Young Ja tanya apa dia setuju. Sol Joo mengiyakan, "Aku menemuinya dan bicara dengannya. Aku akan mengurusnya. Berikanlah sedikit waktu padaku". 
Young Ja tak mengubah pendiriannya, dan ngomel,  "Joo Ri hampir bisa menenangkan diri. Tolong tinggalkan dia sendiri. Aku mengenal Chae Won. Bahkan setelah dia dipecat, dia akan mendapatkan Se Yoon.

Sol Joo berencana menemui keluarga Chae Won...dan. Young Ja menyela tak ingin mendengar lagi, "Cukup. Jangan membawa-bawa keluarganya. Memikirkan mereka saja sudah membuatku marah. Aku menemui Ibunya beberapa hari lalu. Dia sangat kasar sehingga aku menyerah untuk berbicara dengannya". 

"Kau menemui Ibunya?', tanya Sol Joo.

Beralih kerumah mie. Do Hee menuliskan alamat rumah Sol Joo dan memberikannya pada Choon Hee. Do Hee sudah bisa menebak, Choon Hee pasti tidak akan disambut di sana. Choon Hee berkata dirinya bukan orang asing bagi Sol Joo, ia akan tetap kesana dan memohon padanya. Choon Hee mengajak Do Hee ikut juga. 

Do Hee menolak mentah-mentah, "Tidak, tidak. Kepalaku sudah penuh dengan kekhawatiran tentang Ki Ok. Pergilah sendiri". Choon Hee ingin tahu kenapa Ki Ok, apa yang terjadi dengannya. Do Hee hanya menghela napas panjang. 

Kang Sook turun dari kamar Ki Ok, membawa selimut Kang Jin, "Do Hee Onnie, ayo kita pergi", ajaknya. "Baiklah", jawab Do Hee lalu pergi keluar bersama Kang Sook. 

Choon Hee penasaran mau pergi kemana mereka (kemana lagi, pasti mau ngelabrak Kang Jin. Dasar tukang rusuh >_<). Choon Hee melihat alamat yang tertulis di kertas. Memantapkan hati meski rasanya berat untuk pergi ke rumah Sol Joo. 


Kang Jin sedang makan saat Do Hee dan Kang Sook menyerbu masuk kerumahnya tanpa permisi. Kang Jin yang heran tanya kenapa kalian kesini. Do Hee menyahut Kang Jin hanya pura-pura bersikap tidak mengerti. Kang Sook membuang selimut ke lantai, "Bukankah ini selimutmu?". Do Hee menendang selimut itu dan berkata, "Bersikaplah sesuai dengan umurmu. Bagaimana bisa kau tergiur pada adik kami, Ki Ok?". 

Kang Jin menilai kata-kata Do Hee sangat keterlaluan. Kang Sook tanya apa Kang Jin benar-benar jatuh cinta pada Ki Ok?. Kang Jin diam. Do Hee menimpali, "Lihat ? Jika kau punya kesadaran, kau tidak bisa mengatakan kau mencintainya".

 "Ya. Aku mencintainya!", ungkap Kang Jin dengan nada tinggi.
"Apa". tanya Do Hee dan Kang Sook kaget.

Kang Jin meminta maaf, ia tahu Do Hee dan Kang Sook akan menyebutnya sebagai serigala jika ia mengakui perasaannya pada Ki Ok. "Tapi kau tahu, kau tidak bisa mengekang perasaan cinta...". 

Do Hee memotong cepat, "Tidak bisa dipercaya!. Dia benar-benar tidak mendengarkan!". 
"Aku tahu", sahut Kang Sook, tanpa di komando mereka berdua mengobrak-abrik rumah Kang Jin. Baju-baju berterbangna, bahkan piagam Kang Jin yang berharga mereka lemparkan begitu saja di lantai. 

"Hei!. Apa kalian ini preman?", tanya Kang Jin terkejut dan tidak percaya. 
Do Hee teriak, "Jika kami adalah preman, maka kau adalah gigolo!". 

"Beraninya kau!", Kang Jin reflek mengayunkan tangannya. Do Hee teriak dengan gaya gokil, dan menantang, "Silahkan. Pukul aku. Pukul aku!". 

" Sial. Aku tidak bisa memukul wanita".

Do Hee : Beraninya kau mendambakan adik ipar kami?
Kang Sook : Aku tahu. Dia berani sekali. Jika suamiku mengetahuinya, kau akan mati.
 
"Kita singkat saja", Do Hee mengeluarkan kertas, "Tulislah dengan darahmu bahwa kau akan menjauhinya!. Lalu kami tidak akan membuat keributan besar seperti ini di masa depan". Kang Sook mengisyaratkan dengan mengigit jarinya, "Tulis dengan darahmu".

Kang Jin bengong. Do Hee berkata karena Kang Jin tidak menjawab itu artinya Kang Jin tidak bisa memenuhi permintaan mereka. Kang Jin minta mereka untuk tenang, dan membicarakan masalah ini dengan baik-baik.


"Dasar bajin*** kurang ajar!', teriak Do Hee sembari ingin memukulkan piala ke atas piano. Kang Jin dengan cepat menahan tangan Do Hee, tidak rela pianonya berharga di sentuh orang lain. "Tidak!. Jangan menyentuh pianoku!. Jangan. Kumohon jangan", pinta Kang Jin dengan wajah memelas. 

Hyo Dong memperbaiki kabel diatas plafon, ia minta bantuan Se Yoon yang berada di bawah untuk mengambilkan tang yang berwarna biru. Se Yoon dengan sigap mengambilkan. Hyo Dong bertanya dimana tuan Kim. Ia membutuhkan bantuannya untuk menarik kabel dari sebelah sana. 

Tanpa pikir panjang Se Yoon bersedia melakukannya. Se Yoon naik keatas tangga, menarik kabel di yang berada di atas kepalanya, tapi jangkauan tangan Se Yoon tidak sampai karena tangga kurang tinggi. 

Hyo Dong yang melihat Se Yoon seperti akan jatuh segera turun dari tangga. Benar saja Se Yoon kehilangan keseimbangan dan meluncur kebawah. Tepat pada saat itu Hyo Dong berhasil menangkap badan Se Yoon. Mata mereka bertemu dan membuat keduanya menjadi kikuk. Hyo Dong melepas rangkulannya dan bertanya apa kau baik-baik saja. 

"Ya...ya, tidak masalah", jawab Se Yoon cepat dan terbata. 

Hyo Dong tertawa, "Kau bermulut besar", ucapnya sambil menepuk pundak Se Yoon. 

Hyo Dong tersenyum, Se Yoon juga tersenyum...Hm...mereka bisa jadi menantu dan mertua yang akur. 

Choon Hee datang kerumah Sol Joo, karena Sol Joo tidak ada dirumah. Bibi mempersilahkan Choon Hee untuk menunggu diruang tamu. Bibi berkata Ny. Lee akan segera pulang, bibi kembali ke dapur setelah menyajikan minum.

Choon Hee menarik napas, mengingat perkataan Sol Joo yang tak ingin bertemu dengannya lagi. Choon Hee memantapkan hatinya. Ini demi Chae Won, meskipun ia juga takut, Sol Joo mungkin akan marah dengan kedatangannya. 

Bibi berlari membuka pintu saat mendengar suara bel, ia berkata pada Choon Hee itu pasti Nyonya Lee. Choon Hee mengelus dadanya, rasa takut dan gugup mulai menyerang. Sol Joo melangkah masuk, bibi memberitahu, "Nyonya, anda ada tamu".

Sol Joo terkejut setengah mati melihat Choon Hee ada di dalam rumahnya. "Bagaimana kau...Bagaimana kau bisa kesini?". "
"Ahjuma. Kenapa kau membukakah pintu pada sembarang orang?", bentak Sol Joo pada bibi. Bibi mengatakan kalau Choon Hee mengaku sebagai teman Sol Joo. 
"Teman?", detik itu juga Sol Joo mengusir Sol Joo keluar dari rumahnya. Choon Hee mencoba bicara, "Onnie. Tidakkah kau pikir kau sudah berlebihan?". 
Sol Joo semakin menjadi, "Berlebihan?. Bagaimana kau bisa tahu alamatku?. Apa kau menyelidiki latar belakangku?. Kenapa kau berada di sekitarku?". 

Choon Hee berkata ada sesuatu yang harus ia bicarakan. Sol Joo membentak tidak ada yang harus aku bicarakan padaku. "Aku sudah mengatakan padamu dengan jelas bahwa kita seharusnya tidak bertemu lagi. Kenapa kau mengabaikan kata-kataku?. Kenapa....", karena terus teriak urat-urat Sol Joo menegang, akibatnya darah tingginya naik. Sol Joo tak kuat berdiri seperti akan jatuh, bibi yang ada di belakangnya segera memegangi Sol Joo. 

Choon Hee yang merasa khawatir mendekat untuk membatu. "Onnie. Kau tidak apa-apa?". Sol Joo menepis tangan Choon Hee dengan kasar. "Lepaskan aku!. Lepaskan aku!. Keluar. Keluar dari rumahku!. Ahjuma. Bawa wanita ini keluar dari rumahku. Sekarang!", teriak Sol Joo. 

Choon Hee diam di tempatnya, binggung dan heran dengan sikap Sol Joo yang sangat berlebihan. Sol Joo memperlakukan Choon Hee seperti musuh besar.

Hyo Dong bersama rekan kerjanya dan juga Se Yoon makan siang setelah lelah bekerja. Rekan kerja Hyo Dong bertanya bukankah perkerjaan semacam ini berat untuk Se Yoon. Se Yoon menjawab tidak sama sekali. Rekan kerja Hyo Dong tidak percaya, "Aku melihatmu gemetaran di tangga". Se Yoon tersenyum malu, "Apa anda melihatnya?". 

Mereka merasa Hyo Dong diberkahi menantu yang baik. Se Yoon berkerja tenang tanpa mengeluh sedikit pun. Salah satu dari mereka minta Se Yoon bekerja untuknya. Dengan bercanda Se Yoon menyahut, "Jika anda memberiku upah yang besar". Rekan kerja Hyo Dong tertawa mendengar candaan Se Yoon. Hyo Dong juga tersenyum. Tampak jelas dimatanya kalau ia sebenarnya menyukai calon menantunya itu. 

Hyo Dong menyuruh Se Yoon pulang setelah menghabiskan minumanya. Se Yoon menjawab tidak apa-apa, akan membantu hingga selesai. Hyo Dong merasa tidak kosentrasi saat Se Yoon berada di sekitarnya. Se Yoon menegaskan sekali lagi kalau ia baik-baik saja. 

"Biar kutuangkan gelasmu. Habiskan ini dan pergilah", ucap Hyo Dong. "Jika kau sakit, Chae Won akan menyalahkanku". Kali ini Se Yoon menurut, menghabiskan minuman yang ada digelasnya terlebih dabulu, lalu menerima minum yang dituangakan Hyo Dong. 

Chae Won menyiapakan makanan untuk makan malam, nenek merasa rumah sepi sekali. Ia bertanya pada Chae Won kemana saja orang-orang. Chae Won menjawab ke-2 pamanya pergi mengatar mie, dan sementara ke-2 bibinya pergi keluar. Dan Choon Hee pergi kerumah temannya. Nenek bertanya bagaimana dengan Ki OK. Chae Won berkata Ki Ok sedang tidur di kamarnya. 

Nenek heran dan tidak mengerti kenapa anak bungsunya mengurung diri seperti itu. Nenek berkata mak comblang sangat kesal karena Ki Ok tidak datang pada hari perjodohan. Karena itu nenek akan keluar rumah menemui mak comblang dan meminta maaf padanya.

Nenek berpesan agar Chae Won untuk menyiapkan obat buat kakek tepat waktu. Chae Won mengerti. "Baiklah. Jangan khawatir, nek". Chae Won menggandeng nenek keluar, mengantarnya hingga pintu gerbang. 

Saat Chae Won akan masuk ke dalam rumah, dari arah belakang Se Yoon memanggilnya namanya. Chae Won berbalik dan melihat Se Yoon berjalan dengan langkah berat seperti orang yang kehabisan tenaga. "Ada apa?. Apa kau sakit?". Se Yoon merasa seluruh tubuhnya terasa sakit, rasanya mau pingsan. 


Dengan terhuyung Se Yoon duduk didepan pintu. Chae Won tanya apa yang terjadi. Se Yoon menjawab, "Aku tadi bekerja dengan Ayahmu sepanjang hari". 
"Benarkah?", kemudian Chae Won memekik terkejut menunjuk hidung Se Yoon yang berdarah, "Oh. Mimisan!". 

Se Yoon langsung panik, "Mimisan?. Oh tidak. Aku benci mimisan", buru-buru ia mengeluarkan sapu tangannya. 

Chae Won mengelap darah sekaligus menempelkan sapu tangan kehidung Se Yoon, menyumbat agar darah tidak terus keluar. "Apa hidungku masih berdarah", tanya Se Yoon. Chae Won mengangguk. 

"Mungkin aku harus menemui dokter", ujar Se Yoon membuat Chae Won tersenyum geli. 

"Hei. Apa kau tersenyum?", protes Se Yoon. "Kau kejam. Bagaimana bisa kau tersenyum saat aku mimisan?". 

Chae Won tak bisa menyembunyikan tawanya, "Aku tidak tahu kalau kau ini cengeng".
 
"Cengeng?. Lihat, aku berdarah", protes Se Yoon lagi.

"Sudah berhenti", ujar Chae Won. 

"Sudah?", Se Yoon menggerak-gerakan hidungnya. Chae Won mengangguk dan semakin geli. 

(Ck..ck..ck..mimisan aja udah heboh...Se Yoon...Se Yoon... ^-^)


Chae Won pergi ke pabrik membawa obat untuk kakek. Alangkah kagetnya Chae Won mendapati kakek yang pingsang di pojok ruangan. Chae Won menjadi panki, "Kakek! Kumohon bangunlah, Kakek. Kakek!". Ia lalu mengambil ponselnya, menelpon Se Yoon. "Kakekku pingsan di pabrik. Tolong kemarilah dan bantu aku!. Cepatlah!", ucapnya panik. 

Kakek di larikan kerumah sakit. Untuk beberapa lama kakek belum sadar. Chae Won cemas dan tak bisa menahan tangisnya, berharap kakeknya akan baik-baik saja. Se Yoon yang ada disampignya berusaha, "kakek mendapatkan pertolongan dengan cepat. Dia akan baik-baik saja. Jangan khawatir".

Dokter datang. Chae Won tanya kenapa kakeknya tiba-tiba pingsan. Sebelum menjawab dokter bertanya apa hubungan Chae Won dengan pasien. "Aku adalah cucunya", jawab Chae Won. Dokter mengatakan kakek menderita kanker pankreas stadium akhir. Chae Won syok, "Kanker pankreas?".

Dokter berkata diabetes adalah satu gejala kanker pankreas. Kakek pingsan karena mengalami hypoglycemia shock. Chae Won bingung, "Apa yang dokter bicarakan?. Maksudnya, kakekku menderita kanker pankreas?". 

"Kau tak tahu?", timpal dokter. "Bicaralah dengannya saat dia sudah sadar", dokter pergi setelah menjelaskan. Kaki Chae Won lemas, seolah tak mampu menahan badan-nya. Jika Se Yoon tidak cepat memegangi, pasti dia sudah terjatuh. 

Chae Won menangis sedih, "Kakek... Kakek ku yang malang....kakek". 

Isak tangis Chae Won membangunkan kakek, "Jangan menangis, sayang. Ini bukan hal yang perlu ditangisi".

Chae Won : Apa kakek baik-baik saja?
Kakek : Kakek tak apa-apa. Ayo kita pulang.
Se Yoon : Kakek harus menghabiskan infusnya dulu.

Chae Won : Kenapa Kakek tidak mengatakan pada kami?. Kakek seharusnya mengatakan pada kami tentang penyakit kakek. 
Kakek : Kakek benar-benar baik-baik saja.

"Kakek", tangis Chae Won semakin deras. Kakek diam, memandangi Se Yoon. Kakek berusaha tegar dihadapan cucunya, meski wajahnya menunjukkan kesedihan. 


Chae Won dan Se Yoon menuntun kakek pulang. Se Yoon menyarankan sebaiknya kakek di rawat di rumah sakit. Kakek mengatakan sekali lagi kalau ia tidak apa-apa dan minta agar Se Yoon tidak usah khawatir. Kakek berkata pada Chae Won tidak ada seorang pun yang mengetahui penyakitnya selain ibu Chae Won (Choon Hee). Kakek ingin Chae Won merahasikan hal ini dari anggota keluarga lain. 

Kemudian kakek minta diantar ke pabrik. Kakae menatap setiap benda yang ada disudut ruangan. Pandangannya berhenti di foto para leluhur. Kakek merasa bisa meninggal tanpa penyesalan tapi usaha keluarga berusia 100 tahun ini membebani pikirannya. Memikirkan bahwa usaha ini akan gulung tikar membuat kakek merasa malu bertemu dengan ayahnya di ahkirat kelak. Itulah alasan kakek mengumpulkan semua anak-anaknya. 

Kakek ke Chae Won : Apa kau bisa membantu mempertahankan usaha keluarga ini?. Ini adalah permohonan terakhir kakek.

"Kakek", Chae Won menangis dipelukan kakek. Kakek yang seperti ayahnya sendiri ternyata menderita penyakit kronis. 

Se Yoon yang ada disana ikut merasakan kesedihan yang sama seperti Chae Won. 


Chul Goo mondar mandi di kamar. Kejadian tadi pagi benar-benar menghantui pikirannya. Ia memukuli wajahnya sendiri, "Bodoh, tolot, idiot. Kenapa aku melakuan kesalahan semacam itu?, Jika aku mabuk lagi, aku bukanlah Kim Chul Goo. Aku bodoh sekali! Ya Tuhan!. Kenapa aku melakukan itu?". 

Hong Ju masuk ke kamar, tegurannya mengagetkan Chul Goo. "Sungguh sia-sia melihat ini sendirian. Jadi, kau mengabaikanku untuk tetap setia pada mantan istrimu, huh?. Sungguh ini memilukan. Aku tidak tahu kalau aku menikahi seorang pria berhati setia semacam ini".

"Jangan menyindir", ujar Chul Goo. Hong Ju tidak menyindir hanya takjub. Ia menilai Chul Goo sangat mencintai mantan istrinya, lalu kenapa menceraikannya. Chul Goo mengaku saat itu ia bukanlah dirinya, perceraiannya adalah kesalahan terbesar seumur hidup. 

Hong Ju marah, "Kau bersikap kasar dengan membicarakan tentang dia seperti itu di depanku!". 
Chul Goo menanggapinya dengan santai, "Itu...maafkan aku", ucap Chul Goo melambaikan tangan lalu keluar kamar. 


Chul Goo turun kelantai bawah. Disana ada Joo Ri dan Young Ja yang baru sampai dirumah. Young Ja tidak setuju dengan niat Joo Ri yang ingin datang ke acara ulang tahun presdir Lee, meski itu atas undangan Sol Joo. Joo Ri berkata bukankah tadi ibunya mendengar kalau Chae Won akan berhenti. Ia merasa masih mempunyai harapan karena Tuan dan Ny. Lee tidak akan menerima Chae Won. 

Chul Goo mendekat, "Apa yang kau bicarakan". Young Ja mengatakan Ny. Lee datang kerumah sakit dan mengacaukan Joo Ri lagi dengan memberinya harapan. "Adikmu tidak berotak. Ibu kesal sekali". Young Ja memanggil Ms. Park minta dibawakan air minum. 

Joo Ri merengek, duduk di pegangan kursi sebelah kanan, "Kumohon, Ibu. Ikutlah denganku pada acara makan malam ulang tahunnya besok. Kumohon?".

Chul Goo melakukan hal yang sama, duduk di pegangan kursi sebelah kiri, "Chae Won berhenti bekerja?". 

Young Ja menyingkirkan tangan mereka, "Berhenti. Berhenti mengganggu ibu, dan pergilah ke kamar kalian".

Joo Ri kembali melingkarkan tangannya ke lengan Young Ja, "Ibu...", rengeknya. 
Chul Goo ikut-ikut'an, "Kapan dia berhenti?". 

Young Ja kembali menyingkirkan tangan mereka, pusing dengan kelakuan 2 anaknya itu yang tak henti-hentinya membuat masalah. 

Sol Joo berbaring di ranjang. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia yakin Choon Hee pasti menguikutinya semalam. Kalau tidak bagaimana Choon Hee bisa mengetahui rumahnya. Kenapa Choon Hee mengikutinya?. Mungkinkah kepala panti sudah mengatakan sesuatu pada Choon Hee?. 

Se Yoon pulang dan langsung ke kamar ibunya. Melihat ibunya yang  berbaring di ranjang, ia pun bertanya, "Apa Ibu sakit?". Sol Joo duduk dan menjawab tidak, hanya merasa agak lems. Ia mengingatkan Se Yoon kalau besok ayahnya ulang tahun. Se Yoon minta maaf, karena hampir saja lupa. Sol Joo berkata ayah Se Yoon hanya ingin makan di luar, jadi ia minta Se Yoon meluangkan waktunya. Se Yoon mengerti, dan terlintaslah sebuah rencana di benaknya. 

Se Yoon menelpon Chae Won setelah berada di kamarnya. Ia menanyakan kabar kakek. Chae Won menjawab kakek sedang tidur, sekaligus mengucapkan terima kasih atas bantuan Se Yoon hari ini. 

"Sama-sama. Apa kau baik-baik saja sekarang?", tanya Se Yoon khawatir. 

"Ya", jawab Chae Won. "Kurasa aku ingin bekerja pada usaha keluargaku. Aku tidak bisa mengabaikan permohonan terakhir Kakekku". 

Se Yoon tanya apa Chae Won yakin bisa melakukannya. Chae Won merasa yakin bisa membuat mie dengan kualitas terbaik dan membutikan pada leluhur kalau ia bisa melakukannya. "Dan membuktikan padamu juga".
Keesokan harinya. Chae Won pergi ke perusahaan untuk menyelesaikan prosedur yang berkaitan dengan pengunduran dirinya. Sebelum pergi, ia pamit pada 3 koki rekan kerjanya. Mereka merasa sedih harus mengatakan perpisahan. Chae Won juga merasakan hal yang sama, ia janji akan menelpon mereka kapan-kapan. 

Meski begitu mereka masih penasaran, "Apa kau keluar karena kau berkencan dengan Tuan Lee?". Salah satu dari mereka menimpali, Nyonya Lee memecat Chae Won karena ingin memisahkan mereka. Chae Won meluruskan tuduhan mereka, "Tidak, bukan begitu. Aku harus bekerja pada usaha mie milik Kakekku".

"Oh", sahut mereka ber-3. 
Joo Ri lewat dan menguping pembicaraan mereka. Ia menarik senyum merasa lega, Chae Won akhirnya pergi dari perusahaan. 
(Joo Ri...Joo Ri....meski Chae Won keluar, bukan berarti dia tidak akan bertemu dengan Se Yoon). 
Chae Won melangkah keluar dari perusahaan. Se Yoon mengejar dibelakang, "Chae Won-ssi. Kenapa kau pergi tanpa mengatakan apa-apa?". Chae Won berkata Se Yoon tadi sedang rapat. Se Yoon mengandeng Chae Won menuju mobilnya, "Ayo, kita tidak punya waktu. Masuk ke mobilku.". Chae Won ingin tahu akan pergi kemana. 

Se Yoon bilang mereka akan makan malam bersama Tuan Paul Brunel dari Le Festin. "Dia memintaku untuk mengajakmu".

"Aku?", tanya Chae Won meyakinkan.
"Ya", jawab Se Yoon. "Kurasa dia terkesan dengan demo masakmu. Kita tidak punya waktu. Cepat".

Chae Won tersenyum menganguk, mengikuti kemana Se Yoon membawanya pergi.  
Se Yoon membawa Chae Won pergi ke butik. Chae Won yang heran tanya kenapa kita disini. Se Yoon bilang ini adalah pesta yang diadakan Le Festin, kau tidak boleh datang dengan berpakaian seperti ini. Chae Won melihat pakaian yang ia kenakan, lalu melihat baju yang tergantung rapi di butik.
Chae Won bisa menebak baju di sini harganya pasti mahal. Se Yoon tersenyum kecil dan berkata, "Kita akan meminjam pakaiannya untuk satu malam. Setelah pesta selesai, kita harus mengembalikannya. Jadi jangan khawatir". 

Pegawai butik menyapa Se Yoon, "Tuan Lee. Saya sudah mempersiapkan pesanan anda. Silahkan ikuti saya". Chae Won bingung. Se Yoon mengangkat alis, memberi kode pada Chae Won untuk mengikuti pegawai tersebut. 

Chae Won keluar dari ruang pas, mengenakan baju pilihan Se Yoon. Chae Won tampak kikuk saat Se Yoon tersenyum memandanginya dari kaki hingga ujung kepala. Pegawai butik tanya bagaimana pendapat Se Yoon. Se Yoon mengatakan Chae Won mempunyai bentuk tubuh yang bagus, pakaian itu sempurna untuk dia.

"Bagaimana. Apa kau menyukainya", tanya Se Yoon ke Chae Won. 

Malu-malu Chae Won menganguk. 

"Bagus. Ayo kita pergi", ajak Se Yoon. 

Se Yoon melihat sepasang sepatu yang menarik perhatiannya. "Tunggu. Bisakah dia mencoba sepatu itu?", ucap Se Yoon pada pegawai butik. 

Se Yoon Memakaikan sepatu pilihannya ke kaki Chae Won. Perlakuan manis Se Yoon ini, mengingatkan Chae Won beberapa waktu sebelumnya. Bukan pertama kalinya Se Yoon memasangkan sepatu untuknya. Dulu, Se Yoon pernah mengganti sandal tipis yang Chae Won pakai dengan sepatu milik Se Yoon, agar Chae Won tidak merasa kedinginan. 
Se Yoon tak berubah, baik dulu maupun sekarang. Se Yoon tetaplah seorang pria yang perhatian dan berhati hangat untuk Chae Won.

Mobil Se Yoon berhenti di sebuah restoran berkelas. Sebelum masuk, Se Yoon memandang Chae Won lekat, "Jangan terkejut. Percaya saja padaku", Se Yoon menggandeng tangan Chae Won, menuntunnya masuk ke dalam. 

Sementara itu, Joo Ri datang bersama Young Ja ke acara makan malam perayaan ulang tahun presdir Lee. Joo Ri jalan dengan menggunakan penyangga untuk membantunya berjalan. Presdir Lee dan Sol Joo berdiri menyambut mereka. Presdir Lee mengucapkan terima kasih atas kedatangan mereka. "Aku khawatir apakah kami  banyak merepotkan anda".

"Tidak. Terima kasih sudah mengundang kami", ucap Young Ja dengan sikap seanggun mungkin, "Selamat ulang tahun". 
Sol Joo mempersilahkan keduanya untuk duduk. Selang beberapa detik kemudian, terdengar suara waitress yang menyambut tamu. Sol Joo yakin itu pasti Se Yoon. Ya, memang benar itu Se Yoon, dia datang bersama Chae Won tentunya. Chae Won dan Se Yoon tersenyum jalan memasuki ruangan. Mendadak senyum Chae Won ketika mengetaui siapa yang ia temui malam ini. Se Yoon terkejut melihat Joo Ri dan Young Ja berada di dalam ruangan yang sama dengannya.

Posisi Chae Won yang paling sulit disini, ia harus bertemu dengan 4 orang yang jelas-jelas membenci dirinya. Young Ja langsung panas, berdiri dan menuduh ke-2 orang tua Se Yoon, "Ini konyol!. Kau pikir kalian sedang apa?". 

Sol Joo minta Young Ja jangan salah paham. Chae Won menunduk tanpa berani memandang mereka. "Agashi, apa yang kau lakukan disini?", tanya Sol Joo pada Chae Won dengan nada tinggi. 
"Aku membawanya untuk memperkenalkannya pada ayah dan ibu secara resmi", jelas Se Yoon tanpa rasa takut. 

Young Ja mendekati Se Yoon, "Apa?', ucapnya dan...."Plak"...Young Ja memukul kepala Se Yoon dengan keras. 

Se Yoon yang mendapat serangan tiba-tiba tentu saja kaget. Sol Joo memekik terkejut, Joo Ri, dan Chae Won juga tak kalah terkejut. Se Yoon mengangkat kepalanya memandang marah pada Young Ja. Tak merasa bersalah, Young Ja balik menatap Se Yoon dengan tatapan siap menerkam. 

END

Komentar :
Young Ja dan sikap kasarnya memang tidak bisa di pisahkan. Akan lebih terasa aneh jika setelah kejadian ini Sol Joo dan presdir Lee masih ingin berbesan dengan Young Ja. Sebagai orang tua apa mereka rela dan tidak marah melihat anaknya di pukul orang lain?, di kepala lagi. Kalau saya sudah pasti, putus hubungan. Enak aja main pukul anak orang sembarangan. Young Ja selalu menilai anaknya berharga, tapi dia tidak pernah menyadari bahwa anak orang lain sama berharganya bagi orang tua mereka. 

Oh ya, demi kenyamanan bersama, saya harap reader tidak berkomentar yang mengandung spoiler ataupun pertunjuk jalan cerita pada episode-epiode selanjutnya. Terima kasih.

7 comments:

  1. Semakin seru, Chae Won akhrny brenti krj, tp bkn krna paksaan Sol Joo, demi kakekny dia meneruskan usaja keluarga mie, salut buat Chae Won
    Berharap Seo Yoon bisa menjaga CW, gk kaya Chul Go
    ☀S̤̥̈̊èé♏ɑ̤̥̈̊ηGɑ̤̥̈̊ɑ̤̥̈̊τ♥ ☀ y mb, hwaiting sinopny ( >͡ .̮ Ơ̴͡ )*
    De

    ReplyDelete
  2. akhirnya dulanjutin juga sama mbak nuri...kangen banget nuh sama CW dan SY

    ReplyDelete
  3. ditunggu lanjutannya yah mb.....tengkyu

    ReplyDelete
  4. Huhhhh young ja nyebelin..suka couple SY-CW. Lanjut...

    ReplyDelete
  5. rasanya saya sukaaaaa sama yong ja daripada sol joo...hahaha.... kehadiran bang yong ja diAHYI membawa hiburan tersendiri..tq nuri sinoonya..lanjuuuuttt

    ReplyDelete
  6. mba nuri yg episode 34 dst udah beres? He.he. Galau nih kalau belum baca sinopsisnya.

    ReplyDelete
  7. mba... lanjut terus y.... Gomawo :)

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)