Los Angeles International Airport. Eun Sang menginjakkan kakinya pertama kali di Los Angeles. Bagaimana rasanya tiba dinegara orang tanpa pendamping. Takut?, mungkin. Gugup?, sudah pasti. Ya, hal itu lah yang dirasakan Eun Sang saat ini. Banyak-nya orang asing yang ada di depan-nya membuat Eun Sang semakin gugup. Ia menghela napas, menenangkan diri dengan berkata, "Jangan takut. Aku bahkan berada di peringkat ke-14 di sekolah".
Eun Sang melafalkan tulisan dari selebaran yang ia pegang, "Can I get a city map?. Where is the subway station?. Would you like people or...?". Eun Sang menggeleng, "Tidak, tidak yang satu ini".
Kemudian Eun Sang keluar dari terminal Tom Bardley. Ia sibuk menoleh ke kanan dan ke kiri. Perhatianya lalu tertuju pada gadis yang sedang bicara di telepon menggunakan bahasa Korea. Gadis itu adalah Rachel. Eun Sang memperhatikan penampilan Rachel dari ujung kaki hingga kepala.
Rachel berkata pada orang di telepon kalau ia sudah sampai. Ada Kim Tan datang menjemput dan sedang memasukkan barang ke mobil. Rachel juga bilang Kim Tan bertambah tinggi, dan tampan. Kulitnya bertambah coklat karena sinar matahari California.
Eun Sang melirik ke pria yang memasukan barang Rachel ke mobil. Pria bule setengah baya. Kulitnya juga tidak coklat. Eun Sang mengeryitkan kening, menyadari kalau Rachel sedang berbohong. Rachel tiba-tiba menoleh ke Eun Sang. Eun Sang buru-buru mengalihkan pandangannya.
Sambil tetap menatap Eun Sang, Rachel berkata, "Tan mengatakan bahwa aku bahkan lebih cantik. Tanpa sadar Eun Sang tersenyum mendengar kebohongan Rachel, dan Rachel sadar sedang ditertawakan.
Rachel menutup telepon dan memanggil Eun Sang yang berancang-ancang akan pergi, "Permisi!". Eun Sang menoleh, Rachel jalan mendekat dengan angkuh, "Kenapa kau tertawa?. Apakah kau baru saja menertawaiku?".
Eun Sang pura-pura tak mengerti dan bicara dalam bahasa jepang, "Maafkan, apa? Aku adalah orang Jepang".
"Jika kau adalah orang Jepang, kau tidak akan berbalik saat aku berbicara dalam bahasa Korea. Bukankah begitu?", jawab Rachel dengan bahasa jepang yang fasih.
"Maafkan aku", ucap Eun Sang dalam bahasa jepang, lalu berbalik pergi.
"Hei", Rachel kembali memanggil dalam bahasa korea. Eun Sang menghela napas, lalu menoleh ke Rachel.
"Kenapa kau menyeringai padaku?", tuduh Rachel.
Eun Sang berkata tidak bermaksud menyeringai, "Aku hanya menatapmu karena apa yang kau katakan tidak sesuai dengan apa yang aku lihat". Aku merasakan rasa kekeluargaan. Aku bukan satu-satunya tidak disambut di sini. Sesuatu seperti itu. Aku minta maaf karena berpura-pura bahwa aku adalah orang Jepang".
Eun Sang menundukan kepala lalu pergi. Rachel diam di tempatnya dengan wajah marah.
Surfing Boy, Kim Tan sedang beraksi di lautan luas dengan papan selancarnya. Kim Tan memang pergi ke pantai untuk berselancar, tapi tidak untuk Jay. Bule heboh satu ini asyik bercengkarama dengan pacarnya. Sedangkan cewek berbikini hijau, sibuk memperhatikan Kim Tan yang sedang beraksi dilautan.
Dari atas jalan layang, Eun Sang menatap kebawah, melihat kerumunan bule-bule yang memenuhi pantai dan cewek-cewek berbikini seksi. Ia berguman, "Aku benar-benar bukan di Korea".
Eun Sang juga melihat sosok Kim Tan yang jalan di pantai setelah selesai berselancar. Cewek berbikini hijau mendekati Kim Tan. Dari gelagatnya cewek ini seperti menyukai Kim Tan. Dia berkata terus melihat Kim Tan sejak tadi, dan tadi itu benar-benar hebat. Itu adalah gelombang besar yang kau ambil.
"Ya, terima kasih", jawab Kim Tan pendek.
Eun Sang kipas-kipas kegerahan, dan berguman banyak sekali orang yang beruntung dengan kehidupannya yang hebat. Eun Sang menarik kopernya, pergi meninggalkan pantai.
Jay mengajak Kim Tan untuk pesta malam ini dirumah Jessie, dan Tammy juga akan datang. Oh jadi cewek bikini hijau itu namanya Jessie.
"Hei. Kapan kau akan berhenti berpesta seperti orang gila?", tanya Kim Tan
Jay berkata tidak sampai dirinya dan Kim Tan jatuh cinta. Kim Tan mengingatkan Jay akan terlibat dalam masalah besar jika pacar Tammy datang seperti waktu itu. Jay menjamin tak akan pernah terjadi lagi, "Jadi kau akan datang?".
Kim Tan memakai topinya, "Maaf, aku harus melakukan beberapa hal. Dah".
Eun Sang sampai di tempat tinggal kakaknya. Ia sedikit ragu tapi tetap menekan bel. Terdengar sahutan suara wanita dari dalam. "Who is it?".
Wajah Eun Sang sumringah, mengira itu adalah suara kakaknya, "Onnie. Ini aku, Eun Sang".
Tapi yang keluar bukan kakak Eun Sang, melainkan wanita bule yang buru-buru mengancingkan roknya. Eun Sang bingung, "Bukankah tempat ini rumah Cha Eun Suk?", tanya Eun Sang dalam bahasa Korea.
Wanita itu tak mengerti, "What are you talking about?. Chris!". Pria yang dipanggil Chris keluar, dengan mata masih mengantuk dan bertelanjang dada. Pria itu adalah pacar Eun Suk. Eun Sang buru-buru mengalihkan padangannya. Kemudian membuka buku catatannya, untuk bertanya dalam bahasa inggris. Christ mengamati Eun Sang, dan mengenalinya, "Eun Sang?".
Eun Sang mengamati setiap sudut rumah Chris. Seperti kapal pecah, botol minuman dan sampah yang berserakan dilantai. Pakaian terhambur dimana-mana dan piring serta gelas kotor yang dibiarkan begitu saja. Eun Sang menjadi yakin rumah ini yang ditempati kakaknya setelah melihat foto dirinya bersama Eun Suk diatas meja.
Sementara itu di sudut dalam rumah, Chris dan wanita bule tadi beradu mulut. Wanita itu mengira Eun Sang salah satu selingkuhan Chris, ia marah karena banyak wanita yang datang ke rumah. Chris menjawab santai tidak bisa menghentikan mereka datang. Dan menjelaskan kalau Eun Sang adalah adik Stella (nama Eun Suk di Amerika). Wanita itu tidak percaya dan pergi dengan marah.
"Husband?. We just live together", jawab Chris santai.
"Hidup bersama", Eun Sang berguman, "Hidup bersama? Kau mengatakan bahwa kau akan menikah!".
Chris mengeryitkan kening tak mengerti karena Eun Sang bicara dalam bahasa Korea. "When are you getting married with Stella?", tanya Eun Sang lagi (lucu dengar logatnya).
Chris tertawa, "Menikah. Kenapa aku harus menikah dengan Stella". Chirs duduk di sofa meneguk bir. Eun Sang tanya dimana sekolah Stella. Chris menjawab Stella tidak sekolah.
"Dia berbohong tentang sekolah juga?", ucap Eun Sang dalam bahasa korea
"Apa?".
Eun Sang teriak, masih dalam bahasa korea, "Jadi... di mana gadis jahat itu sekarang?".
Kim Tan berada di cafe langganan-nya sedang menulis sesuatu. Eun Suk yang bekerja sebagai waitress menambahkan kopi ke gelas Kim Tan dan tanya apa yang sedang kau tulis. Kim Tan menjawab tugas sekolah. Tapi Eun Suk melihat Kim Tan seperti tidak mengerjakan tugas. Kim Tan berkata, "Itulah kenapa aku melakukannya. Ini adalah sebuah jenis pemberontakan".
Eun Suk ingin tahu, "Untuk siapa?. Gurumu?". Kim Tan tersenyum, "Terima kasih untuk kopinya?". Eun Suk menjawab sama-sama lalu pergi ke meja lainya.
Kim Tan kembali menulis, "Saat aku menulis sebuah esai, aku berpikir bahwa aku sedang berpikir. Sesuatu yang Hyung katakan untuk tidak melakukannya".
Beralih ke Korea. Inilah sosok kakak yang terus membebani pikiran Kim Tan. Kim Won sedang meeting bersama para manager. Seorang pria melakukan persentasi membahas target penjualan Mal Premium yang tidak berjalan baik. Salah satu alternatif adalah dengan menayangkan iklan secara terus menerus untuk meningkatkan penjualan.
Kim Won menyahut, "Lalu apa yang telah kita lakukan adalah iklan berselang. Jadi rencanamu adalah untuk menghabiskan lebih banyak uang?".
Pria itu berkata target pasar diatas 10%, sulit untuk menjangkaunya.
Pria itu berkata target pasar diatas 10%, sulit untuk menjangkaunya.
Sekertaris Yoon
Jae Ho yang duduk disebelah Kim Won terlihat bosan. Tangannya
bergerak-gerak seperti menulis, padahal hanya mencoret-coret kertas.
Kim Wo bertanya, "Jadi kita tidak akan menghasilkan uang sekarang?". Salah satu peserta meeting menjawab kita bisa memperluas segmen sasaran di atas 10 % untuk keluarga.
"Kemudian kita harus membuka sebuah tema taman!. Daripada pusat perbelanjaan premium!. Kapan kau mendapatkan laporan pertengahan pertama?".
"Aku mendapatkannya seminggu yang lalu".
"Seharusnya aku harus memecatmu seminggu yang lalu", ucap Kim Won tajam. "Apakah ada orang lain yang mendapatkan laporan?".
Kim Won : Jadi Presdir Kim mengetahui betapa bodohnya aku seminggu yang lalu di rumah. Dan aku baru saja mengetahuinya sekarang meskipun aku datang ke kantor setiap hari?. Bisa kah aku membuat ketidak cakapanku ini tetap rahasia?. Setidaknya hanya dalam kantor?.
Jae Ho : Apakah aku sudah mengatakan, bahwa Presdir Kim akan berada di sini bersama kita sekarang.
"Sepertinya dia sudah ada di sini", Kim Won memandangi peserta rapat satu persatu. "Berapa banyak mata dan telinga Presdir Kim di sini?". Peserta meeting menghindari tatapan mata Kim Won. Diam seribu bahasa.
"Untuk menjaga peternakanmu, kau harus membuat penyewa petani terkesan bukannya pemilik tanah. Itulah pesan Presdir Kim", ucap Jae Ho dibalas dengan tatapan tajam Kim Won. "Dari eksekutif direktur turun menjadi manajer cabang. Seberapa jauh formasi perusahaan yang harus aku pengaruhi?", tanya Kim Won.
"Apa yang pemilik tanah pikirkan?", tanya Jae Ho balik, membalas tatapan tajam Kim Won tanpa takut. Dan wajah Kim Won tampak semakin marah.
(Mungkin bisa diartikan disini pemilik tanah adalah Presdir Kim, sedangkan Penyewa petani adalah pemegang saham).
Kembali ke California. Selesai menulis, Kim Tan merenggangkan badan lalu melihat keluar cafe. Dimana ada Eun Sang berdiri menatap ke dalam cafe. Tidak menatap dirinya, melainkan menatap kearah lain.
Merasa penasaran, Kim Tan mengikuti arah pandang Eun Sang. Tepat dibelakang tempat duduknya ada Eun Suk sedang berbincang dengan para pelanggan. Eun Suk sama sekali tidak risih saat salah satu dari pelanggan itu menyelikan tip ke dalam bajunya.
Eun Sang mendengus tak percaya dan menangis saat melihat Eun Suk meladeni pelanggan bule lain yang sedang mengoda.
Kim Tan meminum kopinya, tapi matanya tak lepas memperhatikan ekspresi wajah Eun Sang yang marah dan sedih.
Kim Tan meminum kopinya, tapi matanya tak lepas memperhatikan ekspresi wajah Eun Sang yang marah dan sedih.
Kemudian Eun Suk datang ke meja Kim Tan, "Ingin kopi lagi?". Kim Tan tak menjawab, seperti tak mendengar. Eun Suk melirik Kim Tan, dan melihat ke depan dimana pandangan Kim Tan tertuju.
Eun Suk menjatuhkan teko. Terkejut setengah mati, melihat Eun Sang yang sekarang ada di hadapannya. Kim Tan menoleh ke adik kakak itu secara bergantian.
Eun Sang membalikan badan, menangis. Eun Suk jalan keluar dari cafe mendekati adiknya. "Cha Eun Sang". Eun Sang berbalik. Eun Suk tanya apa yang terjadi, bagaimana kau ada disini?. Bagaimana dengan Ibu?. Bagaimana kau datang ke sini?".
Eun Sang marah, "Bagaimana dengan Ibu?. Bagaimana mungkin kau menyebutnya sekarang?".
"Kapan kau datang?. Kau harus meneleponku dulu".
"Jika aku menelepon? Kau akan menunjukkanku sesuatu yang berbeda?. Apakah ini terlihat seperti perguruan tinggi untukmu?".
"Siapa yang bilang aku bekerja di sini?"
"Siapa menurutmu? Pacarmu!
"Kau pergi ke tempatku?"
Eun Sang membenarkan, "Kau datang jauh-jauh ke Amerika untuk membayar kebiasaan minumnya?. Berapa dari semua ini adalah bohong?. Pernikahan? Kau bertemu dengan seorang pria yang baik?. Kau akan masuk ke perguruan tinggi?. Kau seharusnya tidak bertemu dengan 'pria yang baik', kau seharusnya bertemu dengan pria yang sempurna! Dasar gila!".
Eun Suk mengambil koper Eun Sang, membongkar barangnya satu persatu. "Apa kau membawa uang?". Eun Sang tidak percaya, "Kau sudah benar-benar tidak ada harapan. Aku meninggalkan Ibu dan bertemu denganmu. Karma itu sakit".
"Di mana uang itu? Hah?",
"Berhenti!". Eun Suk sibuk mencari benda yang dicarinya. Eun Sang tak tahan lagi saat melihat Eun Suk menjatuhkan notes milik ibu, "Aku bilang berhenti", Eun Sang menarik Eun Suk berdiri.
"Hidup itu menyebalkan!. Kau adalah mimpiku!. Kau adalah harapan terakhir yang aku punya!. Jika hidup sudah ditakdirkan dari awal...Aku akan menetap untuk pekerjaan kantoran untuk 2 juta Won per bulan setelah pergi ke sebuah perguruan tinggi dua tahun. Kenapa? Karena aku harus mencari makan sendiri sampai kau kembali!", teriak Eun Sang sedih dan marah.
"Maaf. Hanya kali ini. Berikan padaku", jawab Eun Suk datar, dan kembali berjongkok membongkar koper Eun Sang. Kali ini dia berhasil menemukan amplop putih yang ia yakini berisi uang.
Eun Sang : Jangan sentuh itu
Eun Suk : Kembali ke Korea. Aku akan menelpon ibu.
Eun Sang menarik tangan Eun Suk, berusaha merebut uang itu yang dikumpulkan ibunya dengan susah payah. Eun Suk berhasil melepaskan diri. "Pergi!", serunya lalu lari meninggalkan Eun Sang.
"Onnie...Onnie...Jangan pergi", Eun Sang menangis mengejar Eun Suk, tapi Eun Suk terus berlari mengabaikan panggilannya.
Eun Sang berbalik, melihat barangnya yang terhambur di lantai. Bingung antara ingin mengejar kakaknya atau membereskan barangnya.
Eun Sang berbalik, melihat barangnya yang terhambur di lantai. Bingung antara ingin mengejar kakaknya atau membereskan barangnya.
Buru-buru Eun Sang memasukkan semua barangnya. Menangis sedih tersedu-sedu, "Onnie...Tunggu aku. Onnie".
Kim Tan yang sedari tadi melihat semuanya, menatap iba pada Eun Sang. Seperti bisa merasakan bagaimana sedihnya perasaan Eun Sang saat ini. Yach..dia tahu dengan baik bagaimana rasanya "Diacuhkan".
Tiba-tiba Jay datang dan dengan heboh berkata, "Pesta ini akan menjadi luar biasa!. Ayo pergi! Jessie menyuruhmu untuk datang!".
Kim Tan meletakkan telunjuk di bibirnya, meminta Jay untuk diam. Jay mengikuti arah pandang Kim Tan, dan berkata, "Ya ampun siapa gadis itu?. Bicara tentang malaikat yang jatuh. Kau selalu satu langkah di depanku".
Jay melihat bungkusan plastik berisi serbuk di dekat kaki Eun Sang, "Aku akan mengurus sisanya. Kau tidak berpikir dia memiliki pistol, bukan? Tidak".
Jay melihat bungkusan plastik berisi serbuk di dekat kaki Eun Sang, "Aku akan mengurus sisanya. Kau tidak berpikir dia memiliki pistol, bukan? Tidak".
Jay langsung ngacir sebelum Kim Tan bicara. Kim Tan terpaku melihat Eun Sang, sesaat ia tersadar kalau temannya itu sudah salah sangka, "Aish. Si bodoh itu". Kim Tan buru-buru meletakkan uang dimeja dan lari mengejar Jay.
Secepat kilat Jay berada di depan Eun Sang, "Apakah kau baik-baik saja?", tanya nya sembari menyodorkan sepatu milik Eun Sang yang ia pegang.
"Aku baik-baik saja. Terima kasih", jawab Eun Sang menghapus air matanya.
"Aku sudah memutuskan aku akan percaya pada Tuhan karena aku bertemu denganmu. Terima kasih Tuhan!".
"Apa?", Eun Sang tak mengerti tangannya memegang plastik serbuk yang di incar Jay. Dan seperti seorang pencuri, Jay menarik benda itu dari tangan Eun Sang dan lari ke pantai. Eun Sang tidak percaya, "Hah. Apa aku baru saja kecurian?. Hei berhenti! Berhenti di situ! Hey!", Eun Sang mengejar.
Kim Tan teriak dari jauh, "Hey. Jay. Itu bukan narkoba". (What?. Narkoba?).
Eun Sang terus mengejar Jay yang lari tertawa-tawa seperti orang gila. Sampai akhirnya dia terjatuh karena tersangkut net voli. Eun Sang menarik apa yang menjadi miliknya, "Berikan padaku apa yang kau curi! Apakah kau tahu betapa sulitnya Ibuku membuat itu. Berikan padaku! Itu untuk kakakku!. Berikan padaku!".
Terjadilah adegan tarik menarik hingga membuat serbuk dalam kantong plastik itu terhambur dan terhirup oleh Jay. Eun Sang syok melihat Jay tersengal batuk-batuk seperti orang yang kehabisan napas.
Kim Tan sampai disana, "Hey! Jay! Jay?. Sial! Bangun! Bangun! Jay!". Kim Tan bicara pada Eun Sang menggunakan bahasa korea, "Apakah kau memiliki ponsel? Telepon 911".
"Aku tidak punya ponsel", lalu tertegun, "Apakah kau orang Korea?".
"Apa itu penting!", ucap Kim Tan kesal.
Jay dilarikan kerumah sakit, dokter yang menangani Jay menjelaskan kalau pasien mengalami shock karena alergi. "Aku kira itu reaksi terhadap bubuk?". Kim Tan menjawab kalau Jay alergi pada kacang-kacangan.
"Ya, itu adalah kacang-kacangan. Itu bubuk kacang kedelai", sahut Eun Sang
"Aku tahu", jawab Kim Tan dengan muka masam membuat Eun Sang langsung terdiam.
Kim Tan bertanya kapan Jay akan bangun. Doker berkata kami sudah memberinya obat. Jadi tunggu saja. Dia akan baik-baik saja. "Silakan ikuti aku. Anda harus mengisi beberapa dokumen".
"Ya", Kim Tan hendak jalan mengikuti dokter. Eun Sang menghadang jalannya, bertanya apa teman Kim Tan baik-baik saja. Masih dengan wajah kesal, Kim Tan tanya kenapa Eun Sang membawa bubuk itu. Eun Sang heran, "Apakah kau sedang marah padaku?. Temanmu adalah orang yang mencurinya. Dan di mengiranya narkoba...".
Kim Tan memotong, "Dia hanya mabuk. Jika dia benar-benar seorang pecandu dia akan bisa membedakan makanan dan obat-obatan".
Eun Sang tak percaya, "Jadi kau menyalahkanku?. Aku korban disini".
"Tapi aku yang mengalami kesusahan", ucap Kim Tan tak mau kalah, beranjak meninggalkan Eun Sang.
Seorang polisi berbadan besar datang dan menanyai Eun Sang terkait bubuk keledai itu yang sekarang di jadikan sebagai barang bukti. Eun Sang berkata itu Mi Soot Ga Roo, bubuk kacang. Makanan bukan narkoba. Polisi berkata akan memeriksanya, "Orang biasanya tidak makan makanan melalui hidung mereka, benarkan?. Dimana alamatmu?"
Eun Sang berkata "Aku dari Korea. Aku orang Korea?". Polisi minta Eun Sang menunjukkan paspornya. "Kau terlihat muda. Apakah kau dibawah umur?". Eun Sang sempat tak mengerti maksudnya, setelah polisi itu mengulangi barulah Eun Sang menunjukkan pasportnya.
Polisi tanya dimana Eun Sang tinggal, "Kau tidak di sini secara ilegal, bukan?". Eun Sang tidak mengerti karena polisi bicara menggunakan bahasa inggris terlalu cepat. Ia berguman, "Apa yang dia katakan". Lalu meminta polisi itu untuk bicara dengan lebih pelan, "More slow, please!".
Tiba-tiba Kim Tan muncul, dengan santai merangkul Eun Sang dan berkata, "It's Okay, baby. Dia pacarku. Dia di sini untuk liburan", Kim Tan mengatakkanya semesra mungkin, membuat mata Eun Sang terbelakak terkejut.
Kim Tan kaget saat menyadari siapa polisi di depannya. Polisi itu menyapa, "Hei, Tan. Long Time No See. Tentu saja kau terlibat". Wajah Kim Tan berubah kesal, "Wharever! Lagipula itu bukan narkoba. Kau tahu itu".
Polisi bilang bahkan jika ia sempat berpikir itu bukan narkoba, karena sekarang Kim Tan terlibat maka ia tidak akan berpikir seperti itu lagi. (semakin yakin kalau itu narkoba).
Eun Sang bengong, "Apa yang dia katakan?. Apakah itu buruk?".
Polisi itu berkata akan menyita paspor Eun Sang sampai penyelidikan selesai. Ia mengingatkan Eun Sang jangan melarikan diri. Dia pergi setelah memberikan kartu namanya pada Eun Sang, membuat Eun Sang semakin kebingungan.
Eun Sang tanya pada Kim Tan apa yang terjadi, kenapa polisi itu mengambil paspornya. Kapan dia mengembalikannya. Kim Tan menjawab ketika waktunya tiba. Eun Sang tanya lagi kapan itu. Kim Tan menjawab ketika penyelidikannya selesai. Eun Sang yang tidak puas dengan jawaban Kim Tan bertanya lagi, "Kapan hasil penyelidikannya selesai?. Kapan aku bisa mendapat kembali pasporku?".
Kim Tan menegur Eun Sang kenapa bicara menggunakan bahasa banmal (tidak formal). Eun Sang berkata bukannya di Amerika, orang bicara tidak formal?. Kim Tan bilang itu berlaku dalam bahasa inggris.
"Jadi anggap saja kita sedang berbicara dalam bahasa Inggris", jawab Eun Sang tak mau kalah, "Dan lagi aku melihat umur temanmu dari tabelnya. Umurnya sama denganku. Dengan begitu, bukankah kau seumur denganku?".
Kim Tan diam, lalu mengalihkan pembicaraan, "Apakah kita akan membuang-buang waktu di sini?. Di mana kau tinggal?. Aku perlu agar tahu aku bisa memberitahumu ketika polisi menelpon. Kau bilang kau tidak punya ponsel".
"Itulah yang ingin kukatakan tentang pon...Bisakah kau meminjamkanku ponselmu untuk sementara?. Akan kubayar untuk panggilannya. Kakak-ku tinggal dekat sini".
"Kau pikir dia akan menjawab panggilanmu?. Setelah pertengkaran hebat seperti itu?".
Eun Sang kaget, "Kau melihatnya?".
"Kau tidak menelponnya sehingga kau bisa tinggal di tempatnya, bukan?", tebak Kim Tan.
Eun Sang malu karena Kim Tan mengetahui pikirannya, tapi ia berkata pada Kim Tan itu bukanlah sesuatu yang harus dia khawatirkan. "Kukatakan sekali lagi, ini bukan 100% salahku. Jadi kau harus mengantarku pulang. Akan kubayar ongkosnya".
Kim Tan tersenyum kecil, "Kau pikir uang bisa menyelesaikan segalanya?. Apakah kau kaya?". (Sindiran yang jleb banget).
Eun Sang menunduk, "Itu karena aku takut kau akan pergi begitu saja, kumohon".
Kim Tan memandangai Eun Sang, hatinya luluh dengan kata permohonan gadis itu.
Kim Tan mengantar Eun Sang ke rumah Chris. Eun Sang keluar dari mobil mengambil kopernya dan berkata akan menelpon Kim Tan 3 kali, pagi, siang dan sore. "Kau bisa menjawab teleponku jika kau memiliki pasporku. Jika kau tidak memilikinya, abaikan saja. Aku mohon". Kim Tan menilai Itu keterlaluan.
Eun Sang mengucapkan terima kasih lalu jalan mendekati pintu. Menekan bel dan memanggil nama kakaknya. Beberapa kali, tapi keadaan rumah itu gelap seperti tidak ada penghuninya.
Kim Tan masih di tempatnya, menyadarkan kepala melihat apakah ada yang membukakan pintu untuk Eun Sang atau tidak.
Terdengar suara sirine mobil polisi dari kejauhan. Ia yang sudah lama tinggal di negara ini mengetahui dengan pasti bagaimana keamanan negara ini di malam hari.
Eun Sang minta Kim Tan berhenti menakutinya. Kim Tan tanya, "Kau pikir dia akan pulang
setelah melarikan diri dengan uang itu?". Eun Sang yakin dia akan kembali.
Ia duduk ditangga, waspada pada sekitar. Sirine mobil polisi yang terdengar jelas membuat Eun Sang merinding takut. 5 pemuda asing lewat di depan rumah Chris dan menggodanya, mengajak Eun Sang ikut berpesta bersama mereka.
Buru-buru Eun Sang bersembunyi di balik tembok. Beruntung ke-5 pemuda itu pergi. Eun Sang mengintip dari balik tembok, melihat kepergian pemuda berandalan itu. (Saya bisa mengetahui dengan baik rasa ketakutan yang dirasakan Eun Sang).
Eun Sang menyeret kopernya, pergi dari rumah Chris. Suara derum mobil mewah jalan mendekat, berhenti tepat di samping Eun Sang. Pengemudinya?. Kim Tan, ternyata dia tidaklah secuek itu, yang tega meninggalkan seorang gadis sendirian di tempat asing.
Eun Sang tampak takut, menoleh perlahan-lahan dan bertemu pandang dengan Kim Tan. Keduanya bertatapan lama. Sampai Kim Tan berkata, Apa kau mau datang ke tempatku?".
(Mau..mau...mau..Hahahaha)
Kim Tan teriak dari jauh, "Hey. Jay. Itu bukan narkoba". (What?. Narkoba?).
Eun Sang terus mengejar Jay yang lari tertawa-tawa seperti orang gila. Sampai akhirnya dia terjatuh karena tersangkut net voli. Eun Sang menarik apa yang menjadi miliknya, "Berikan padaku apa yang kau curi! Apakah kau tahu betapa sulitnya Ibuku membuat itu. Berikan padaku! Itu untuk kakakku!. Berikan padaku!".
Terjadilah adegan tarik menarik hingga membuat serbuk dalam kantong plastik itu terhambur dan terhirup oleh Jay. Eun Sang syok melihat Jay tersengal batuk-batuk seperti orang yang kehabisan napas.
Kim Tan sampai disana, "Hey! Jay! Jay?. Sial! Bangun! Bangun! Jay!". Kim Tan bicara pada Eun Sang menggunakan bahasa korea, "Apakah kau memiliki ponsel? Telepon 911".
"Aku tidak punya ponsel", lalu tertegun, "Apakah kau orang Korea?".
"Apa itu penting!", ucap Kim Tan kesal.
Jay dilarikan kerumah sakit, dokter yang menangani Jay menjelaskan kalau pasien mengalami shock karena alergi. "Aku kira itu reaksi terhadap bubuk?". Kim Tan menjawab kalau Jay alergi pada kacang-kacangan.
"Ya, itu adalah kacang-kacangan. Itu bubuk kacang kedelai", sahut Eun Sang
"Aku tahu", jawab Kim Tan dengan muka masam membuat Eun Sang langsung terdiam.
Kim Tan bertanya kapan Jay akan bangun. Doker berkata kami sudah memberinya obat. Jadi tunggu saja. Dia akan baik-baik saja. "Silakan ikuti aku. Anda harus mengisi beberapa dokumen".
"Ya", Kim Tan hendak jalan mengikuti dokter. Eun Sang menghadang jalannya, bertanya apa teman Kim Tan baik-baik saja. Masih dengan wajah kesal, Kim Tan tanya kenapa Eun Sang membawa bubuk itu. Eun Sang heran, "Apakah kau sedang marah padaku?. Temanmu adalah orang yang mencurinya. Dan di mengiranya narkoba...".
Kim Tan memotong, "Dia hanya mabuk. Jika dia benar-benar seorang pecandu dia akan bisa membedakan makanan dan obat-obatan".
Eun Sang tak percaya, "Jadi kau menyalahkanku?. Aku korban disini".
"Tapi aku yang mengalami kesusahan", ucap Kim Tan tak mau kalah, beranjak meninggalkan Eun Sang.
Seorang polisi berbadan besar datang dan menanyai Eun Sang terkait bubuk keledai itu yang sekarang di jadikan sebagai barang bukti. Eun Sang berkata itu Mi Soot Ga Roo, bubuk kacang. Makanan bukan narkoba. Polisi berkata akan memeriksanya, "Orang biasanya tidak makan makanan melalui hidung mereka, benarkan?. Dimana alamatmu?"
Eun Sang berkata "Aku dari Korea. Aku orang Korea?". Polisi minta Eun Sang menunjukkan paspornya. "Kau terlihat muda. Apakah kau dibawah umur?". Eun Sang sempat tak mengerti maksudnya, setelah polisi itu mengulangi barulah Eun Sang menunjukkan pasportnya.
Polisi tanya dimana Eun Sang tinggal, "Kau tidak di sini secara ilegal, bukan?". Eun Sang tidak mengerti karena polisi bicara menggunakan bahasa inggris terlalu cepat. Ia berguman, "Apa yang dia katakan". Lalu meminta polisi itu untuk bicara dengan lebih pelan, "More slow, please!".
Tiba-tiba Kim Tan muncul, dengan santai merangkul Eun Sang dan berkata, "It's Okay, baby. Dia pacarku. Dia di sini untuk liburan", Kim Tan mengatakkanya semesra mungkin, membuat mata Eun Sang terbelakak terkejut.
Kim Tan kaget saat menyadari siapa polisi di depannya. Polisi itu menyapa, "Hei, Tan. Long Time No See. Tentu saja kau terlibat". Wajah Kim Tan berubah kesal, "Wharever! Lagipula itu bukan narkoba. Kau tahu itu".
Polisi bilang bahkan jika ia sempat berpikir itu bukan narkoba, karena sekarang Kim Tan terlibat maka ia tidak akan berpikir seperti itu lagi. (semakin yakin kalau itu narkoba).
Eun Sang bengong, "Apa yang dia katakan?. Apakah itu buruk?".
Polisi itu berkata akan menyita paspor Eun Sang sampai penyelidikan selesai. Ia mengingatkan Eun Sang jangan melarikan diri. Dia pergi setelah memberikan kartu namanya pada Eun Sang, membuat Eun Sang semakin kebingungan.
Eun Sang tanya pada Kim Tan apa yang terjadi, kenapa polisi itu mengambil paspornya. Kapan dia mengembalikannya. Kim Tan menjawab ketika waktunya tiba. Eun Sang tanya lagi kapan itu. Kim Tan menjawab ketika penyelidikannya selesai. Eun Sang yang tidak puas dengan jawaban Kim Tan bertanya lagi, "Kapan hasil penyelidikannya selesai?. Kapan aku bisa mendapat kembali pasporku?".
Kim Tan menegur Eun Sang kenapa bicara menggunakan bahasa banmal (tidak formal). Eun Sang berkata bukannya di Amerika, orang bicara tidak formal?. Kim Tan bilang itu berlaku dalam bahasa inggris.
"Jadi anggap saja kita sedang berbicara dalam bahasa Inggris", jawab Eun Sang tak mau kalah, "Dan lagi aku melihat umur temanmu dari tabelnya. Umurnya sama denganku. Dengan begitu, bukankah kau seumur denganku?".
Kim Tan diam, lalu mengalihkan pembicaraan, "Apakah kita akan membuang-buang waktu di sini?. Di mana kau tinggal?. Aku perlu agar tahu aku bisa memberitahumu ketika polisi menelpon. Kau bilang kau tidak punya ponsel".
"Itulah yang ingin kukatakan tentang pon...Bisakah kau meminjamkanku ponselmu untuk sementara?. Akan kubayar untuk panggilannya. Kakak-ku tinggal dekat sini".
"Kau pikir dia akan menjawab panggilanmu?. Setelah pertengkaran hebat seperti itu?".
Eun Sang kaget, "Kau melihatnya?".
"Kau tidak menelponnya sehingga kau bisa tinggal di tempatnya, bukan?", tebak Kim Tan.
Eun Sang malu karena Kim Tan mengetahui pikirannya, tapi ia berkata pada Kim Tan itu bukanlah sesuatu yang harus dia khawatirkan. "Kukatakan sekali lagi, ini bukan 100% salahku. Jadi kau harus mengantarku pulang. Akan kubayar ongkosnya".
Kim Tan tersenyum kecil, "Kau pikir uang bisa menyelesaikan segalanya?. Apakah kau kaya?". (Sindiran yang jleb banget).
Eun Sang menunduk, "Itu karena aku takut kau akan pergi begitu saja, kumohon".
Kim Tan memandangai Eun Sang, hatinya luluh dengan kata permohonan gadis itu.
Kim Tan mengantar Eun Sang ke rumah Chris. Eun Sang keluar dari mobil mengambil kopernya dan berkata akan menelpon Kim Tan 3 kali, pagi, siang dan sore. "Kau bisa menjawab teleponku jika kau memiliki pasporku. Jika kau tidak memilikinya, abaikan saja. Aku mohon". Kim Tan menilai Itu keterlaluan.
Eun Sang mengucapkan terima kasih lalu jalan mendekati pintu. Menekan bel dan memanggil nama kakaknya. Beberapa kali, tapi keadaan rumah itu gelap seperti tidak ada penghuninya.
Kim Tan masih di tempatnya, menyadarkan kepala melihat apakah ada yang membukakan pintu untuk Eun Sang atau tidak.
Terdengar suara sirine mobil polisi dari kejauhan. Ia yang sudah lama tinggal di negara ini mengetahui dengan pasti bagaimana keamanan negara ini di malam hari.
Kim Tan keluar dari mobil, "Apa tak ada orang?'.
Eun Sang sebernarnya cemas, tapi ia berusaha terlihat baik-baik di hadapan Kim Tan. Ia berkata mereka aka kembali.
"Dan kau akan menunggu?. Kau belum mendengar apa-apa tentang jalanan malam hari di Amerika?", tanya Kim Tan.
Eun Sang minta Kim Tan berhenti menakutinya. Kim Tan tanya, "Kau pikir dia akan pulang
setelah melarikan diri dengan uang itu?". Eun Sang yakin dia akan kembali.
"Baiklah. Tunggu dia", Kim Tan bersikap cuek, masuk ke mobilnya, menyalakan mesin mobil dan meninggalkan Eun Sang. Eun Sang memandangi kepergian Kim Tan.
Ia duduk ditangga, waspada pada sekitar. Sirine mobil polisi yang terdengar jelas membuat Eun Sang merinding takut. 5 pemuda asing lewat di depan rumah Chris dan menggodanya, mengajak Eun Sang ikut berpesta bersama mereka.
Buru-buru Eun Sang bersembunyi di balik tembok. Beruntung ke-5 pemuda itu pergi. Eun Sang mengintip dari balik tembok, melihat kepergian pemuda berandalan itu. (Saya bisa mengetahui dengan baik rasa ketakutan yang dirasakan Eun Sang).
Eun Sang menyeret kopernya, pergi dari rumah Chris. Suara derum mobil mewah jalan mendekat, berhenti tepat di samping Eun Sang. Pengemudinya?. Kim Tan, ternyata dia tidaklah secuek itu, yang tega meninggalkan seorang gadis sendirian di tempat asing.
Eun Sang tampak takut, menoleh perlahan-lahan dan bertemu pandang dengan Kim Tan. Keduanya bertatapan lama. Sampai Kim Tan berkata, Apa kau mau datang ke tempatku?".
(Mau..mau...mau..Hahahaha)
aaaaaaaaaaaaaaaaaa minho keren bgt
ReplyDeletehaha...walaupun udah baca sinopnya di blog mb Dee n mb fanny...btw saya lbh suka di blognya mb Nuri yah...
ReplyDeletekesannya lebih mendetail ceritanya.....btw sinop a hunded year gmn mb ? hehe,,,