Pages - Menu

Friday, April 17, 2015

Sinopsis Blood Episode 4 Part 1

Ji Sang berkelahi dengan salah satu vampir jahat yang merupakan anak buah Jae Wook. Semula Ji Sang berhasil mengalahkan vampir itu, tapi keadaan berbalik ketika vampir jahat mengarahkan sinar santernya ke wajah Ji Sang. 

Disaat Ji Sang menutupi matanya yang kesakitan karena cahaya santer, tiba-tiba dari arah belakang muncul seseorang yang langsung menembak leher Ji Sang dengan suntikan berisi cairan khusus. Ji Sang yang saat itu telah berubah menjadi vampir menjadi lemas tak berdaya di buatnya.

Seolah merasa tugas mereka telah selesai, kedua vampir itu berjalan pergi begitu melihat Ji Sang terduduk menahan sakit.  Tapi tak lama kemudian, Ji Sang melepas jarum suntik yang menempel di lehernya dan bisa kembali berdiri dengan tegak. Melihat itu, vampir jahat suruhan Jae Wook bergerak menyerang. Ji Sang berhasil menahan serangan tinju yang di layangkan padanya. 

Sayangnya hal itu tidak belangsung lama, karena orang yang menembak Ji Sang bergerak mendekat. Naik ke pundak Ji Sang dan dengan gerakan cepat membanting Ji Sang. 

Ji Sang tak mampu bangkit untuk melawan. Kedua vampir jahat itu meninggalkan Ji Sang. Dengan tenaga Ji Sang berjalan sempoyongan mencari jalan keluar dan kini berada di halaman parkir luar rumah sakit.

Sementara itu, Jae Wook menerima laporan dari anak buahnya. Jae Wook cukup senang karena anak buahnya itu melaksanakan tugas dengan baik. Jae Wook menutup telpon, meletakan ponselnya di meja lalu mengetuk-ngetukan jarinya ke meja (seperti gaya Se Gi).

Ri Ta memeriksa kondisi pasein yang mengalami masalah setelah ia operasi. Ia bertanya pada istri pasien dan 2 dokter muda di sampingnya, apa pasien minum aspirin sebelum menjalani operasi. Istri pasien membenarkan bahwa suaminya minum aspirin karena mengeluh sakit kepala sebelah. 

Ri Ta menduga pasti pasien minum aspirin tanpa resep dokter. Ia memarahi istri pasien yang tidak memberitahu hal ini sebelumnya. Jika pasien minum aspirin maka darahnya tidak bisa mengumpal. Itu sebabnya ada pendarahan di perut dan ususnya. Istri pasien yang menyadari kesalahannya meminta maaf berkali-kali dan bertanya apa suaminya akan baik-baik saja. 

Ri Ta mengangguk mengiyakan, untunglah pendarahanya sedikit sehingga bisa di hentikan. Ri Ta lalu menoleh ke samping dan bertanya pada Lee Sun Kyun, "Siapa yang memeriksa penggunaan obat pasien?".

"Min Ga Yun", jawab Sun Kyun.

Sedetik kemudian, Ga Yun masuk keruangan dengan tergesa-gesa. Ri Ta mendelik marah. Ga Yeon menunduk menyadari kesalahannya. 

Di tempat berbeda, Ri Ta memarahi Ga Yun yang tidak memeriksa obat pasein, terutama obat jenis aspirin. Seorang dokter harusnya lebih spesifik tentang hal ini. Apa Ga Yun sudah mempelajari hal ini. Jika pendarahan terus berlanjut, maka apa yang akan Ga Yun lakukan?. Dimarahi seperti itu Ga Yun hanya bisa meminta maaf. 

"Minta maaf pada pasien, bukan padaku. Jika kau mengulangi kesalahan ini, kau akan kubuat menangis darah", sahut Ri Ta jutek lalu pergi. 

Setelah Ri Ta pergi, Ga Yun terisak dan menghapus air matanya yang menetes di pipi.

Ri Ta berjalan ke halaman pergi sembari ngedumel, ia sudah menduga masalah seperti ini akan terjadi semenjak melihat Ga Yun menangis saat wawancara. Ri Ta menilai Ga Yun tidak memeliki kualifikasi sebagai seorang dokter.

Saat mengoceh sendiri itulah Ri Ta melihat Ji Sang berjalan terhuyung, "Kenapa dia?", tanya Ri Ta heran. Belum hilang rasa heran Ri Ta, tiba-tiba Ji Sang jatuh tak sadarkan diri. Ri Ta bergegas mendekati Ji Sang. 

Ri Ta mencoba berusaha membangunkan Ji Sang dengan memanggil namanya. Tapi tak berhasil. Kemudian Ri Ta memeriksa denyut nada Ji Sang dan kaget karena tubuh Ji Sang sangat dingin. Untuk memastikan Ji Sang masih hidup, Ri Ta mendekatkan telinganya ke dada Ji Sang dan mendengar detak jantung pria itu. Mengetahui Ji Sang masih hidup, Ri Ta berteriak meminta pertolongan. 

Seorang petugas keamanan membantu Ri Ta membawa Ji Sang keruang UGD. Petugas itu pergi setelah Ri Ta mengucapkan terima kasih. Tapi Pandangan petugas itu terlihat mencurigakan ketika berjalan pergi sembari melirik Ji Sang.

Kemudian, Ga Yun bersama seorang perawat datang. Ga Yun terlihat cemas melihat pasien adalah Ji Sang. Ri Ta menyuruh kedua orang kembali bekerja, dan berkata akan merawat Ji Sang. Perawat langsung pergi tapi tidak dengan Ga Yun yang berdiri di tempatnya menatapa Ji Sang penuh kekhawatiran.

"Kau juga pergi!", ucap Ri Ta

"Tapi...". ucap Ga Yun ragu. Dia baru pergi setelah Ri Ta mendelik tajam padanya.

Ri Ta mulai memeriksa kondisi Ji Sang dan menemukan beberapa kejanggalan yang membuatnya heran. Detak jantung Ji Sang berdetak terlalu cepat, suhu tubuhnya juga sangat rendah, 27 derajat celcius. Ri Ta berguman tak percaya dan mengira alatnya yang rusak.

Ri Ta berinisiatif untuk mengambil darah Ji Sang dan berhenti sejenak ketika dia mendengar Ji Sang mengingau alam tidurnya, "Ibu.. Tidak ibu... Ibu bisa hidup. Ibu harus hidup".
Ri Ta menjadi sedikit simpati dan kembali ingin menyuntik Ji Sang, tepat saat itulah Ji Sang membuka mata langsung duduk dan memelintir tangan Ri Ta yang hendak menyuntiknya. Ri Ta mengaduk kesakitan dan menarik tangannya.

"Apa yang kau lakukan padaku?", tanya Ji Sang setelah melepaskan tangan Ri Ta

"Apa maksudmu?", tanya Ri Ta balik. 

Ji Sang mengulangi pertanyaannya, "Apa yang kau lakukan padaku?", tanyanya setengah membentak. 

Dengan nada tak kalah kesal, Ri Ta menjawab ia hanya memeriksa tanda vital, kadar oksigen dan ingin memeriksa darah Ji Sang. Ji Sang tidak terima, siapa yang mengijinkan Ri Ta melakukan hal itu. Dengan nada ketus Ri Ta bertanya, "Lalu, kau mau aku melakukan apa?. Kau mau aku berdoa untukmu?. Bukannya berterima kasih!". 

Ji Sang berkata tidak meminta hal lain lalu bangkit dari tempat tidurnya dan pergi begitu saja. Ri Ta berteriak, "Hei!. Kau tidak boleh pergi begitu saja", serunya dan keluar mengikuti Ji Sang. 

Diluar ruang rawat, Ga Yun yang sejak tadi menunggu di luar melihat Ji Sang keluar ruangan. Dia ingin menyapa Ji Sang, tapi tidak jadi karena Ji Sang lewat begitu saja tanpa melihat dirinya. Kemudian dia melihar Ri Ta mengejar Ji Sang.

Ri Ta mendesak Ji Sang untuk memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Ji Sang tidak mau baginya ini bukan masalah besar. Tapi bagi Ri Ta ini masalah besar, sebagai seorang dokter Ji Sang harus tahu kondisi tubuhnya sendiri.

"Pergilah", bentak Ji Sang merasa terganggu.

"Firasatku benar, kan?. Kau sakit".

"Lalu?. Kau akan mengajukan permintaan pemeriksaan medis lagi?".
Ri Ta tidak akan melakukan hal itu karena sudah tahu pasti akan di tolak. Ji Sang menilai itu bagus, setidaknya Ri Ta bisa belajar dari pengalaman.

Ri Ta yang masih penasaran kembali meminta Ji Sang untuk menceritakan apa yang terjadi dan berjanji akan menjaga rahasia Ji Sang. Bukan sebagai rekan dokter, tapi sebagai dokter dan pasein. Ri Ta mengaku melakukan ini diluar kebiasaan baiknya dan seharusnya Ji Sang menghargai hal itu. 

"Itu masalahmu", jawab Ji Sang tajam lalu pergi. 

Chul Hoon bertanya apa rencana Jae Wook pada Ji Sang. Jae Wook berkata Ji Sang sudah lupa jati dirinya yang seorang vampir dan hidup sebagai manusia. Jadi, Jae Wook ingin menunjukan sifat asli Ji Sang dan mengarahkan Ji Sang pada jati diri dia yang sebenarnya, fakta bahwa Ji Sang adalah mahluk yang unggul.

Chul Hoon bertanya apa Jae Wook ingin menjadikan Ji Sang sebagai ajudannya. Ia mengingatkan Ji Sang terlalu berbahaya apalagi jika dia sampai tahu kematian orang tuanya. Jae Wook tersenyum samar dan bilang Ji Sang tidak tahu apa-apa, ibaratkan Ji Sang mengarahkan panah tanpa tahu sasaran, jika mereka bisa menunjukan sasaran yang tepat padanya, sehingga Ji Sang percaya kalau mereka berada di pihak yang sama.

"Apa kau akan menggunakan teman-teman kami sebagai sasarannya?", tanya Chul Hoon.

"Benar. Itu tidak penting sekarang. Aku hanya ingin tahu sejauh mana Park Ji Sang menganggap dirinya manusia. Orang tua Ji Sang berdarah dingin, tapi merek berpura-pura menjadi manusia. Itu sebabnya hidup mereka tragis".

Jae Wook mengambil foto di meja. Ia memandang foto dirinya bersama kedua orang tua Ji Sang dan seorang profesor, "Aku ingin tahu seperti apa Park Ji Sang itu. Seperti mahluk berdarah dingin, apa dia berkomitmen pada satu tujuan untuk balas dendam. Atau seperti orang tuanya, atau dia memiliki kehangatan yang berbahaya?"

Hyun Woo memeriksa kondisi Ji Sang yang terlihat tidak baik. Luvvy yang berada di belakang mereka membacakan hasil pemeriksaan Ji Sang dan meminta Ji Sang untuk menurunkan suhu tubuhnya.

Hyun Woo memegang jarum suntik yang melukai Ji Sang dan marah melihat jarum suntik sebesar itu. Hyun Woo berkata Ji Sang bukanlah hewan yang harus di suntik dengan cairan sebanyak itu. Ji Sang meminta Hyun Woo tenang, karena suara Hyun Woo membuat kepalanya bertambah pusing.

Tanpa di minta, Luvvy memutar lagu bernada lambat dan berkata lagu ini menenangkan pikiran Ji Sang. Ji Sang berkata itu tidak perlu. Tak menyerah, Luvvy memutar lagu lain kali ini lagu orkestra. Dengan nada kesal Ji Sang menyuruh Luvvy untuk berhenti. Luvvy menyahut heran, "Kenapa kau marah".

Sahutan itu membuat Ji Sang marah dan ingin menyerang Luvvy. Luvvy yang mendeteksi ada serangan langsung bergerak mundur menjauh. Setelah merasa agak tenang, Ji Sang meminta Hyun Woo untuk mendeteksi senyawa cairan di dalam jarum suntik itu terlebih dahulu. Hal lainnya, akan mereka bicara kan besok. Hyun Woo mengerti dan mengajak Luvvy pergi agar Ji Sang bisa berisirahat.

Di rumahnya, Ri Ta yang merasa penasaran mencoba mencari informasi melalui internet tentang suhu tubuh di bawah normal. Tapi sepertinya, dia tidak menemukan jawaban yang memuaskan.

Saat sarapan, Ji Sang menceritakan apa yang ia alami semalam. Dilihat dari suhu tubuh, bau dan frekuensi tinggi mereka, Ji Sang menebak pria yang mengintai rumah mereka dan pria yang berkelahi dengannya semalam telah terinfeksi sama seperti dirinya. Hyun Woo mengangguk, mereka masih menggunakan metode yang sama dengan jarum suntik. Metode yang digunakan untuk membunuh ibu Ji Sang.

Ji Sang berkata mereka bukanlah orang yang membunuh ibunya. Hyun Woo berkata mereka bisa saja menambah anggota baru dengan virus. Ji Sang lalu bertanya, jadi apa ada kemungkinan mereka berada di pihak yang sama yang dengan orang yang telah membunuh ibunya?.

Hyun Woo membenarkan, menurutnya seperti itu. Jika itu benar, Ji Sang berkesimpulan mereka memang sengaja memancingnya untuk kembali ke Korea dan mereka mencoba membunuhnya. Hyun Woo yakin, mereka pasti akan mencari Ji Sang jika tahu Ji Sang masih hidup. Ji Sang tidak takut dan justru berterima kasih pada mereka yang mencarinya terlebih dulu, karena ia sudah mencari mereka lebih dari 20 tahun.

Ji Sang lalu bertanya bagaimana dengan hasil senyawa pada cairan itu. Hyun Woo belum menemukan hasilnya, tidak mudah butuh waktu seharian untuk mengetahuinya. Ji Sang menyuruh Hyun Woo melakukannya dengan cepat,

"Berhenti membuat benda yang tidak berguna", ucapnya seraya melirik Luvvy.

"Aku mencitaimu", ucap Luvvy mencoba merayu dan muncul gambar hati di dada Luvvy.

Ji Sang mendelik kesal, Hyun Woo tersenyum geli.

Hyun Woo ingin membahas sesuatu meski hal ini tidak pantas untuk di bahas. Ji Sang yang sepertinya tahu arah permbicaraan Hyun Woo, menyuruh Hyun Woo untuk tidak membahasanya. Tapi Hyun Woo ingin membahasnya. Hyun Woo menyebut-nyebut nama Ri Ta dan terpesona dengan gadis itu. Menurutnya gadis itu memiliki satu paket yang utuh. Wajah dan tubuhnya mengagumkan.

"Hei. Apa matamu rabun?. Kau bilang dia cantik?", tanya Ji Sang.

Hyun Woo mengangguk membenarkan. Layar monitor Luvvy menampilkan gambar pinggul Ri Ta saat berdiri membelakangi Luvvy. Hyun Woo kembali memuji bentuk tubuh gadis itu  benar-benar sempurna. Ji Sang menyumpal mulut Hyun Woo dengan daun selada untuk menghentikan ocehan pria itu.

Luvvy menegur, "Tuan, daun selada bukan mainan....", belum selesai Luvvy bicara, kali ini Ji Sang juga melempar Luvvy dengan daun selada membuat Luvvy mundur teratur, "Serangan terdeteksi...serangan terdeteksi".Hahaha...

Kemudian Hyun Woo memberikan kotak putih pada Ji Sang sebagai hadiah. Ji Sang membuka kotak itu yang berisi 2 tabung kecil berisi cairan di dalamnya.

Ketua Yoo menemui Jae Wook di ruanganya. Jae Wook sedikit berbasa-basi, jika ada yang ingin di bicarakan seharusnya, ia yang mendatangi ketua Yoo bukan sebaliknya. Tapi ketua Yoo mengerti Jae Wook sedang sibuk sehingga ia yang harus datang menemui Jae Wook.

Ketua Yoo mendengar bangsal khusus 21A hampir penuh. Jae Wook bilang 90 % sudah terisi, perawatan medis akan di mulai besok. Ketua Yoo tahu seharusnya tidak perlu khawatir, tapi ia masih tetap memikirkan rintangan yang mungkin mereka temui. Jika proyek ini di ketahui publik, maka ketua Yoo tidak segan-segan mengambil tindakan ekstrim.

Jae Wook berkata arti kata "Jika" yang di sebutkan ketua Yoo tadi bisa membuat orang cemas dan membuat hubungan baik menjadi berantakan. Dengan wajah lebih serius, Jae Wook berharap kecurigaan ketua Yoo berubah menjadi kepercayaan. Ketua Yoo diam tak berkomentar.

Ji Sang pergi ke ruang keamanan untuk memeriksa CCTV yang terpasang di bangsal 21A. Kepala keamanan yang bertubuh gemuk menjelaskan CCTV di bangsal 21A belum berfungsi. Semua sistem disana akan berfungsi setelah bangsal resmi di buka besok. Ji Sang menebak tidak ada kamera yang terpasang di bangsal 22, karena ruangan itu masih dalam tahap pembangunan. (tempat Ji Sang berkelahi dengan vampir jahat di akhir episode 3).

Kepala keamanan membenarkan. Melihat Ji Sang yang sering datang kemari, kepala keamanan bertanya apa ada masalah?. Sedikit berbohong, Ji Sang mengaku memiliki fobia terhadap CCTV. Ia hanya ingin tahu berapa pasang mata yang mengawasinya. Usai mengatakan itu, Ji Sang melirik kepala pengawas lalu pergi. Seakan ucapannya ditujukan pada pria gemuk itu.

Ri Ta menceritakan keanehan yang ia temui tentang suhu tubuh di bawah normal. So Eun tidak percaya dan mengingatkan Ri Ta,  suhu tubuh di bawah 35 derajat maka tubuh manusia tidak bisa bermetabolisme. Suhu tubuh 27 derajat yang di katakan Ri Ta, bukanlah suhu tubuh manusia melainkan mayat. Ji Sang membenarkan, tapi bisa saja itu di sebabkan syok sesaat atau gangguan pada aliran darah.

So Eun merinding ngeri dan melarang Ri Ta yang terkesan ingin menceritakan masa kecilnya. Saat mendengar cerita itu, So Eun mengira Ri Ta sedang mengarang cerita tak masuk akal itu karena saat itu Ri Ta sedang mabuk, tapi sekarang Ri Ta malah mengungkit cerita itu di saat dia sadar sepenuhnya.

Ri Ta tidak bermaksud ingin mengungkit cerita itu, walau tidak sama mungkin ada kasus klinis yang saling berkaitan. So Eun heran dan bertanya apa ada pasien yang memiliki gejala seperti itu?. Apa Ri Ta bertemu dengan pasien semacam itu. Ri Ta menyangkal, tidak ada pasien seperti itu. Perkataan tadi berasal dari imajinasi ilmu medisnya saja.

"Kini, kau juga ingin mengubah ilmu merubah ilusi menjadi kenyataan?", tanya So Eun heran.

"Tidak.. maksudku", Ri Ta terdiam bingung ingin menjelaskan bagaimana. Pada akhirnya dia meminta So Eun untuk melupakan semua perkatannya tadi.

Ji Sang berjalan menuju ruangan. Kebetulan saat itu Ri Ta melihatnya dan diam-diam mengikuti Ji Sang. Tapi Ji Sang yang tahu sedang di ikuti, langsung berhenti dan berbalik ke belakang menoleh pada Ri Ta. Ri Ta pura-pura sedang menelpon ketika Ji Sang berjalan mendekatinya.

Disaat Ri Ta sedang mengoceh sendirian di telpon, saat itu lah Ji Sang mendengar telpon Ri Ta berdering menandakan adanya panggilan masuk. Haha.. ketahuan bohongnya.

"Jawab telponmu", ucap Ji Sang dingin lalu pergi.

Ri Ta membeku menahan malu. Setelah Ji Sang pergi, barulah Ri Ta menjawab telponnya dengan kesal.

Jae Wook terkejut menerima laporan dari kepala kemanan yang mengatakan kalau semalam Ri Ta memeriksa Ji Sang. Ri Ta juga meminta bantuan petugas keamanan untuk membawa Ji Sang keruang UGD. Jae Wook bertanya apa ada catatan medisnya. Kepala keamanan menduga Ri Ta tidak mencatatnya karena datanya tidak ada di database.

Ri Ta menemui perawat untuk menanyakan apakah pengukur suhu tubuh yang ia gunakan semalam rusak. Perawat mengatakan pengukur suhu tubuh itu masih berfungsi dengan baik. Begitu pula dengan alat lainnya.

Ri Ta berjalan setengah melamun. Lalu ia melihat Lee Sun Kyun dan teman dokternya sedang bermain jari-jari. Ri Ta menegur mereka, "Apa kalian tidak punya pekerjaan? dan menyuruh kedua orang itu untuk kembali bekerja.

Ri Ta masuk keruangan Ji Sang dan melihat pria itu tertidur di sofa. Pelan-pelan Ri Ta masuk dan mendekati Ji Sang. Ri Ta memperhatikan Ji Sang lebih dekat, tangannya terulur hendak menyentuh urat nadi di leher Ji Sang.

Tepat saat itu, tiba-tiba Ji Sang membuka mata. Ri Ta sempat kaget dan menarik tangannya. Lalu pura-pura menunjukan permain jari pada Ji Sang. Permainan yang tadi dimainkan Lee Sun Kyun.

"Kau bisa melakukan ini?", tanyanya

Diluar dugaan dengan mudah Ji Sang bisa melakukannya dan menatap Ri Ta dengan wajah datar. Ri Ta tersenyum garing, "Oh. Kau bisa melakukannya. Terima kasih", ucapnya tersenyum garing lalu pergi dengan menahan malu. Hahaha..

Sementara Ji Sang hanya menatap kepergian Ri Ta dengan wajah datarnya.

Ri Ta berjalan di koridor sembari mengomel sendiri menyadari kebodohannya tadi. Ia terkejut melihat Ji Sang tiba-tiba sudah muncul di depannya. Ri Ta menoleh ke kanan dan kekiri sembari melongo heran, "Kau juga bisa berteleportasi?".

Ji Sang tak menjawab. Memandang tajam gadis itu dan berjalan mendekat. Ri Ta mundur kebelakang dan minta Ji Sang mengatakan sesuatu. Ji Sang terus berjalan hingga akhirnya memepet Ri Ta ke dinging seraya bertanya, "Kenapa kau terus mengangguku?. Jangan ketahuan jika kau ingin menggangguku. Jangan terus menggangguku".

Ri Ta kesal dan merasa tidak adil, "Memangnya aku salah apa?. Aku hanya ingin memeriksamu, karena kemarin kau pingsan. Apa aku salah?".

"Sejak kapan kau memiliki rasa tanggung jawab?".

Ri Ta semakin kesal dan bertanya apa Ji Sang memiliki alergi mengucapkan terima kasih. Ji Sang semakin mendekatkan wajahnya, "Terima kasih. Tidak membiarkan aku tidur di jalanan", ucap Ji Sang tidak tulus.

"Jika kau ingin mengucapkan terima kasih. Katakan dengan lebih tulus".
"Mulai sekarang jaga jarak 30 cm dariku. Paham?'.

Ri Ta meradang, "Kau pikir aku melakukan ini karena kau menyukaimu?".

"Ya", jawab Ji Sang cuek lalu pergi.

Ji Sang membenarkan dan dengan cuek berjalan. Ri Ta mendesah tidak percaya dan menilai Ji Sang terlalu percaya diri.

Lee Sun Kyung dan temannya berada di depan bangsal 21A. Saat itu mereka melihat seorang perawat membawa pasien tunawisma kembali keruang rawat, pasien itu minta di ijinkan untuk minum satu botol soju. Tentu saja hal itu di larang. lee Sun Kyung mendecak kesal.

Begitu pula dengan perawat Lee Hae Young. Dia mengatakan pasien tunawisma itu tanpa henti meminta makanan dan keluar masuk ruangan seenak mereka tanpa ijin. Pasie-pasien itu sungguh susah di atur. Seharusnya mereka besyukur bisa di rawat di rumah sakit ini. Perawat Lee baru berhenti mengomel ketika kepala perawat Lee Young Do menegurnya.

Lalu datang Hye Ri bersama timnya. Hye Ri memperkenalkan diri sebagai pemimpin tim pengembangan obat baru. Hye Ri berkata mulai besok semua data pasien bangsal 21A akan ia ambil alih dan meminta mereka berbagi sandi akses untuk dirinya dan untuk semua anggota timnya.

Kepala perawat Lee dan lainnya terlihat kesal tapi mereka tidak bisa melakukan apa-apa. tak jauh dari tempat Hye Ri berdiri, muncul Kyung In memperhatikan hal itu.

Kyung In kemudian memanggil Dokter Ji Tae keruangannya untuk meminta bantuan. Dr. Ji Tae masih ragu haruskah membantu Kyung In atau tidak. Karena tim pengembangan obat baru tidak mau berbagi data, maka Kyung In membutuhkan seseorang yang bisa memantau penelitian mereka.

Dr. Ji Tae ingin tahu kenapa Kyung In memilih dirinya. Kyung In beralasan itu karena tim pengembang obat baru berkaitan darah dan plasma darah. D.r Ji Tae mengerti maksud Kyung In, dengan kata lain Kyung In ingin dirinya memata-matai mereka dan melaporkan semua kegiatan mereka.

Kyung In berkata bukan seperti itu, tapi kurang lebih maksudnya sama. Dr. Ji Tae meminta maaf karena ia tidak tertarik untuk melakukannya. Dr. Ji Tae mengungkit Kyung In sendiri yang membawa mereka masuk tanpa memperdulikan pendapat para dokter lain dan ia merasa tersinggung dengan hal itu. Apapun yang mereka kembangkan, Dr. Ji Tae sama sekali tidak tertarik.

Kyung In berjanji akan memberikan hadiah kecil jika Dr. Ji Tae bersedia membantunya. Kyung In siap memberikan bantuan dana jika kelak Dr. Ji Tae mengajukan proposal. Kyung In meminta Dr. Ji Tae memikirkan kembali tawaran ini.

"Wow. Tawaran yang menarik", komentar Dr. Ji Tae. Ia terdiam sejenak meminum tehnya dan berpikir.

Tapi rupanya tawaran menarik itu tidak mengubah pendiriannya. Dengan tegas Dr. Ji Tae menolak tawaran tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih atas jamuan teh, Dr. Ji Tae pamit pergi. Kyung In terlihat kecewa di tolak, tapi ia tidak bisa memaksakan kehendak.

Dr. Ji Tae keluar meninggalkan ruangan Kyung In. Ia melewati ruangan tim pengembangan obat baru dan berhenti sejenak melihat aktifitas mereka. Hye Ri melihat Dr. Ji Tae berdiri di luar, ia sedikit menundukan kepala sebagai salam hormat. Dr. Ji Tae membalasnya lalu pergi dari sana.

Di rapat terbuka, Jae Wook mengumumkan mulai besok bangsal 21A akan resmi di buka. Semua pasien yang berada di bangsal itu akan di tangani oleh semua dokter di rumah sakit ini. Jae Wook meminta para dokter untuk memperlakukan pasien dengan baik seperti memperlakukan keluarga sendiri.

Tidak ada komentar dari para dokter, tampaknya mereka tidak senang. Ri Ta melihat wajah dokter satu persatu dan menyindir mereka, "Suasana disini mulai dingin. Ketika ketua mengumumkan rencana untuk membangun klinik gratis, bukankah kalian yang paling keras bertepuk tangan?".

Para dokter yang disindir terdiam seribu bahasa. Ji Sang tersenyum tipis begitu pula dengan Jae Wook. Kemudian Jae Wook berkata ia yakin semua dokter sedang bertepuk tangan dalam hati.

Ji Sang pergi keruangan Choi Woo Shik dan melihat suster Slyvia berada disana berdoa bersama dengan keluarga Choi, disitu juga ada Ri Ta yang menemani mereka. Soo Hyun, putri Woo Shik membungkuk hormat begitu melihat Ji Sang datang.

Istri Woo Shik melongos tidak suka, mungkin masih kesal pada sikap kasar Ji Sang tempo hari. Tapi tidak dengan Woo Shik yang tetap bersikap hormat pada Ji Sang. Ji Sang tetap bersikap dingin. Jalan menunju sisi ranjang Woo Shik untuk melihat catatan medis yang tergantung di ujung ranjang.

Suster Sylvia tersenyum menyapa Ji Sang, "Kau sudah datang". Ji Sang menegur suster Sylvia untuk tidak berkeliling bebas seperti ini. Suster Sylvia sadar dirinya sudah tua dan sakit, tapi ia tidak bisa mengabaikan orang yang membutuhkannya.

Ji Sang kemudian bertanya pada Woo Shik, apa Woo Shik  meminta obat penahan rasa sakit lagi pada perawat. Dengan nada ketus istri Woo Shik membenarkan, karena suaminya merasa sangat kesakitan semalam. Ji Sang berkata jika dosisnya terus di tambah maka akan Woo Shik menjadi ketergantungan pada obat.

"Aku tidak bisa diam saja melihat dia menderita", ucap istri Woo Shik ketus.

Apa kau dokter yang bertanggung jawab?", tanya Ji Sang tajam

Ri Ta berusaha menyela dan beruaha menenangkan Ji Sang, menurutnya ini bukanlah masalah serius. Ji Sang menyuruh Ri Ta untuk diam dan jangan ikut campur. Ji Sang lalu menoleh pada istri Woo Shik dan berkata, "Jika kau terus seperti ini, silahkan keluar dari rumah sakit".

Woo Shik dan istrinya kaget mendengar ucapan Ji Sang yang seperti ancaman. Istri Woo Shik yang tidak terima berusaha kembali mendebat ucapan Ji Sang, tapi tidak jadi karena Woo Shik meminta istrinya mengalah. Woo Shik mengaku salah dan meminta maaf karena kurang berhati-hati.

Semua menoleh pada Ji Sang. Tapi Ji Sang tetap memasang wajah dingin lalu pergi begitu saja tanpa memperdulikan perasaan pasien sama sekali.

Ri Ta mengejar Ji Sang dan menyindir Ji Sang akan menjadi orang paling kasar di rumah sakit ini menggantikan dirinya. Ji Sang bertanya kenapa itu di anggap kasar, ia hanya mengikuti protokol rumah sakit.

Ri Ta berkata ini bukan masalah peraturan, tapi lebih kepada cara Ji Sang memperlakukan pasien. Ji Sang tetap bersikeras tidak ada masalah soal itu.

"Masalahnya hatimu terbuat dari es. Suhu tubuh sangat rendah", ucap Ri Ta menunjuk dada Ji Sang.

Soo Hyun, putri Woo Shik keluar dari ruang rawat dan memanggil Ji Sang. Setelah membungkuk hormat, ia minta tolong pada Ji Sang untuk merawat ayahnya agar ayahnya bisa hidup lebih lama.

"Tentu saja, dia akan melakukannya", jawab Ri Ta menghibur Soo Hyun.

"Aku akan berusaha yang terbaik. Tapi aku tidak bisa menjanjikan ayahmu hidup lebih lama. Janji hanya di buat bagi orang yang bisa menepatinya", ujar Ji Sang blak-blakan.

Mata Soo Hyun berkaca-kaca seperti ingin menangis. Ri Ta menghela napas panjang, heran pada Ji Sang yang tidak bisa bersikap lembut pada anak kecil sekalipun. Setelah Ji Sang pergi, Ri Ta memeluk Soo Hyun yang terisak. Ri Ta minta Soo Hyun untuk tidak khawatir, dan bilang perkataan Ji Sang tadi tidaklah serius.