Pages - Menu

Friday, February 28, 2014

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 42 Part 2

Se Yoon bertanya siapa putra Choon Hee. Dengan terbata Choon Hee menjawab, "Putraku..dia adalah....".

Tiba-tiba...kring...kring...ponsel Choon Hee berdering menerima panggilan masuk (aduh...dari siapa sich itu...bad timing banget!). Choon Hee baru menyadari ponselnya berdering saat Se Yoon memberitahu. Otomatis ucapan Choon Hee terhenti hanya sampai di situ saja. (penonton kecewa!!!)

Choon Hee menghela napas berat, gagal rencananya untuk mengungkapkan kebenaran. Ia menjawab panggilan telepon yang ternyata dari Hyo Dong. Sang suami merasa khawatir karena Choon Hee belum pulang.

Usai berbicara di telepon, Choon Hee terus menatap Se Yoon yang tengah berkonsentrasi mengemudi. Choon Hee menatap dengan tatapan sedih seorang ibu yang tidak bisa mengakui ataupun menyentuh anaknya sendiri. (hiks...hiks..). 


Chae Won dan Hyo Dong berdiri di depan pintu gerbang menunggu Choon Hee pulang. Hyo Dong senang saat mengetahui bahwa Se Yoon-lah yang berkencan secara rahasia dengan istrinya. Se Yoon bercanda kalau tahu Hyo Dong sedang menunggu, seharusnya nanti saja ia mengantar Choon Hee pulang. Hyo Dong dan Chae Won tertawa mendengar gurauan Se Yoon. Tapi tidak dengan Choon Hee.


Chae Won memperhatikan wajah Choon Hee yang tampak murung. Biasanya Choon Hee akan ikut tertawa jika mereka sedang bercanda. Jangan bercanda tersenyum pun tidak. Hyo Dong mengajak Choon Hee masuk kedalam, membiarkan Chae Won dan Se Yoon berdua. 
Saat Hyo Dong menuntun Choon Hee memasuki halaman rumah mie, Choon Hee berbalik menatap Se Yoon yang sedang tersenyum dengan penuh kepedihan...air mata yang menggenang di pelupuk mata, ia tahan agar tidak tumpah membasahi pipi. 
Melihat wajah Choon Hee yang sedih, Chae Won ingin tahu apa yang Se Yoon bicarakan dengan ibunya. Se Yoon menggoda, tidak mau memberitahu karena itu rahasia. Chae Won membujuk karena merasa penasaran. 
Se Yoon tersenyum lalu berkata ibu Chae Won tidak mengatakan sesuatu yang khusus. "Kami hanya makan malam dan minum teh...., tapi apa ibumu punya seorang putra?". 

"Tidak..itu berita baru untukku. Apa ibu mengatakan dia mempunyai anak?", jawab Chae Won bingung campur terkejut.

"Aku tidak yakin tapi kurasa aku mendengar sesuatu seperti itu", jawab Se Yoon ikut bingung. 


Chae Won menganggap mungkin Se Yoon salah dengar, sejauh yang ia ketahui Choon Hee tidak mempunyai keluarga seorang pun saat menikah dengan ayahnya. Se Yoon menyipitkan mata mencoba menggali kembali ingatannya. Chae Won mengalihkan pembicaraan dengan balik bertanya, apa ibu Se Yoon tidak mengatakan sesuatu hari ini.

"Seperti apa?", Se Yoon balik bertanya

"Tidak...lupakanlah", jawab Chae Won berusaha tersenyum, meski raut sedih terlukis digurat wajahnya. 

Sol Joo sangat penasaran apa Choon Hee benar-benar akan mengatakan semuanya pada Se Yoon. Jika Choon Hee benar melakukannya. Sol Joo menebak-nebak apa yang akan dipikirkan Se Yoon tentang dirinya. Apa Se Yoon tetap akan menyayanginya sama seperti dulu. Atau sebaliknya, Se Yoon akan menganggap Sol Joo sebagai orang jahat yang telah memisahkan seorang anak dari ibu kandung yang sebenarnya. 
Saat Sol Joo sibuk berkutat dengan pikirannya, saat itulah Se Yoon pulang dan menghampiri Sol Joo yang berada di ruang makan. Se Yoon menyapa kenapa ibunya belum tidur. Sol Joo berkata sedang menunggu Se Yoon, lalu bertanya dengan penuh hati-hati, apa makan malam bersama Choon Hee menyenangkan. Se Yoon mengiyakan. Sol Joo bertanya lagi kenapa Choon Hee ingin bertemu dengan Se Yoon. 

"Dia hanya ingin membelikanku makan malam", jawab Se Yoon membuat Sol Joo lega. 

Se Yoon memberikan bungkusan sushi dan udang goreng. Sembari berkata 2 makanan ini merupakan kesukaan Sol Joo, saat makan malam ia teringat pada ibunya dan membawa makanan tersebut sebagai oleh-oleh. 


Sol Joo terharu dan terisak saat memakan sepotong sushi pemberian Se Yoon. Se Yoon heran, "Ada apa ibu?". Sol Joo menghapus air mata dan mengucapkan terima kasih. Ia menangis karena bahagia. Bahagia mendapatkan perhatian dari seorang anak. 

"Kelihatanya Ibu sudah bertambah tua. Jadi mudah tersentuh sampai menangis. Makanan ini bukanlah apa-apa (jika dibanding dengan kasih sayang seorang ibu)".

"Terima kasih, anak ku", ucap Sol Joo semakin terisak. 

Se Yoon menepuk pelan pundak Sol Joo, "Tenanglah. Ibu bisa tersedak". 


Tetap saja Sol Joo menangis, tapi dia beruntung ada Se Yoon disampingnya yang menenangkan. Berbanding terbalik dengan apa yang di alami Choon Hee saat ini. Ibu baik hati ini kembali menangis sendirian di pojok kamar. Choon Hee menutup multunya, menahan isak tangis dengan bahu bergetar. Tidak ingin suara tangisannya membangunkan Hyo Dong yang sedang tidur. 
Tangisnya semakin deras saat teringat pertanyaan Se Yoon, "Jadi dimana putra ibu?". Pertanyaan singkat yang membuat hati Choon Hee remuk. Tanpa Choon Hee tahu, Hyo Dong terjaga dari tidurnya dan melihat dia yang sedang menangis. Semula Hyo Dong ingin menegur, tapi ia urungkan. Ia membiarkan Choon Hee menangis sendirian menumpahkan semua kesedihannya.  

Keesokan harinya. Chae Won beserta paman dan bibinya melepas kepergian mobil box perusahaan Se Yoon yang baru saja meninggalkan pekarangan rumah mie. Mobil itu mengangkut semua mie yang dihasilkan rumah mie. Ki Choon senang sekali, akirnya mie mereka bisa dijual ke seleruh penjuru negeri. 


Sekali lagi, paman dan bibi mengucapkan banyak terima kasih pada Chae Won yang banyak berjasa. Chae Won merendah, apa yang ia lakukan bukanlah apa-apa jika tidak diimbangi dengan kerja keras dari paman dan bibi. 


"Kalian semua melakukan pekerjaan yang luar biasa", sahut kakek tiba-tiba muncul di belakang. Sontak mereka semua berpindah tempat, berdiri tepat di hadapan kakek. 

"Sekarang karena kalian telah meraih apa yang tidak bisa kuraih, kurasa aku bisa mati  tanpa penyesalan", sambung kakek kemudian. 

Kang Sook yakin bisa mengumpulkan uang banyak dari hasil penjualan mie, untuk itu ia minta pada kakek untuk tidak meninggal lebih dulu sebelum melihat uang tersebut. Jika berhasil menghasilkan uang 100 milyar, Ki Choon berjanji akan membelikan kakek ladang gandum. 


Ki Moon berkata Ki Choon hanya membual. Ki Choon serius, ia berharap kakek berumur panjang, dan mulai sekarang akan memperlakukan kakek secara baik. Kang Sook berkomentar Ki Choon hanya omong besar. Do Hee setuju, Ki Choon memang ahli omong besar. 
Ponsel Chae Won berdering, ia menjauh menjawab panggilan telepon dari Se Yoon dengan senyum mengembang. Se Yoon sedang berada di dapur, bahkan memakai celemek. Ia ingin membuat bubur untuk Sol Joo yang sedang sakit. Hanya saja Se Yoon tidak tahu bagaimana cara membuat bubur.


Chae Won datang kerumah Se Yoon. Sibuk bekerja di dapur membuat bubur untuk Sol Joo, sekaligus menyajikannya ke kamar calon mertuanya. 

"Apa yang kau lakukan disini?", tanya Sol Joo dengan nada tidak ramah ketika melihat Chae Won masuk ke kamarnya. 

"Se Yoon menelponku. Aku membuat bubur sayuran. Makanlah sedikit", jawab Chae Won tetap bersikap hormat. 

Sol Joo mendengus tidak suka, "Kau tidak mendengar apa yang kukatakan kemarin?". 

"Maafkan aku... tapi, jika ibu jadi aku, apa ibu bisa berpisah dengannya..tanpa alasan yang jelas?". 

Sol Joo tak bisa menjawab. Chae Won menggeleng, berkata tidak bisa berpisah dengan Se Yoon dengan cara seperti ini. Sol Joo bertanya, seandainya jika ada sebuah alasan yang membuat mereka tidak bisa bersatu. Apa Chae Won bersedia melepaskan Se Yoon. 

"Apa maksud ibu?", tanya Chae Won hampir menangis, "Alasan apa yang membuat kami...."

Belum selesai Chae Won menyelesaikan ucapannya saat Se Yoon menyusul masuk. Ia bertanya apa rasa bubur barusan sesuai dengan selera ibunya. Sol Joo malah berkata kenapa Se Yoon merepotkan Chae Won dengan memanggilnya datang. Chae Won berkata sama sekali tidak merasa di repotkan. 

Se Yoon membenarkan, mana mungkin Chae Won mau kehilangan kesempatan untuk menyenangkan hati calon ibu mertua. Sol Joo sedikit luluh, memandang Chae Won dengan tatapan datar. Chae Won tersenyum lalu menunduk sedih. 
Keluarga Bang duduk di meja makan. Young Ja menyindir, sekarang Chul Goo bahkan bersedia menari dan bernyanyi untuknya Chae Won). Joo Ri tanya apa yang kakak dan ibunya bicarakan. Young Ja menerangkan, semalam Chul Goo mengikatkan dasi di kepala, mengalungkan tisu toilet di lehernya dan memakaikan tamborin, "Kau seharusnya melihat itu". 

"Aku bisa melakukan hal yang lebih buruk dari itu jika aku bisa mengubah pikirannya", ucap Chul Goo santai. 

"Kau tidak punya harga diri", cibir Joo Ri. 

"Apa?", bentak Chul Goo tidak terima. 

Sebelum terjadi adu mulut, Young Ja mengentikan kedua anaknya, "Kita sedang di meja makan. Jadi apa Chae Won memberi respon, hah?". Chul Goo memasang wajah polos. Young Ja sudah menduga putranya itu hanya melakukan hal-hal bodoh tanpa mendapatkan hasil apapun. Chul Goo hanya bisa melirik ibunya, tanpa berani berkomentar. 


Do Hee sedang mencuci piring dan Kang Sook membersihkan meja. Ponsel Kang Sook berdering, wajahnya langsung berseri-seri menerima telepon dari Bong Soo. Dengan gaya centil ia memanggil Bong Soo  "oppa". Agar lebih leluasa bicara, Kang Sook pergi dari dapur meninggalkan pekerjaannya. 

Tapi kuping tajam Do Hee sempat mendengar Kang Sook yang menyebut kata Oppa...beh kalau ahjuma kepo satu ini sudah curiga, pasti segala hal akan dilakukan untuk mencari tahu... ck..ck..ck..

Kang Sook pergi ke halaman belakang. Ia bertanya bagaimana Bong Soo mengetahui nomor ponselnya. Ketika Bong Soo bertanya sedang apa kang Sook saat ini. Kang Sook menjawab sedang duduk santai minum Americano sambil mendengarkan musik setelah sarapan. (Aih..bohong banget).

Bong Soo mengaku mendapatkan nomor ponsel Kang Sook dari istri taun Kang. Jika kebetulan Kang Sook tidak sibuk, ia mengajak makan siang bersama. Tanpa berpikir panjang, dan penuh semangat Kang Sook lansung mengiyakan ajakan Bong Soo.

Kang Sook ingin tampil sebaik mungkin di hadapan Bong Soo, tapi sayangnya ia tidak mempunyai pakaian yang bagus. Tak kehilangan akal, ia pergi ke kamar Hyo Dong ingin meminjam baju Choon Hee. Kebetulan Choon Hee sedang tidak ada, ia berpikir mungkin pemilik kamar sedang pergi ke luar. 

Kang Sook tak sabar menunggu Choon Hee pulang. Pikirnya, ia hanya akan meminjam baju Choon Hee dan akan segera mengembalikannya. Tanpa persetejuan pemilik barang, Kang Sook bersikap lancang dengan membuka lemari pakaian dan memilih pakaian yang ia sukai.

Entah dari mana munculnya, tiba-tiba Do Hee berada di belakang dan menarik leher Kang Sook. Kang Sook terkejut setengah mati, "Kau menakutiku!". 

"Kenapa kau mengintip lemari pakaian orang lain", pancing Do Hee ingin tahu. 

Kang Sook berkilah akan menemui teman sekolahnya, tapi ia tidak mempunyai pakaian yang pantas. Jadi ia bermaksud meminjam salah satu baju Choon Hee. 

"Siapa temanmu?", tanya Do Hee kepo

"Apa kau mengenal semua teman-temanku", sahut Kang Sook nyolot. Lalu kembali sibuk mencari baju yang ia anggap pas dan pantas untuk ia kenakan hari ini. 

Kang Sook menyibak satu persatu baju yang tergantung di dalam lemari. Do Hee melihat kotak paket di bawah baju yang tergantung. Ia mengenali kotak itu sebagai paket yang ia letakan di kotak surat rumah Sol Joo tempo hari. Ia heran kenapa paket itu bisa ada didalam lemari pakaian Choon Hee.

Untuk memastikan, Do Hee mengambil paket tersebut. Dan sadar kalau Sol Joo berbohong dengan berkata telah menemukan paket yang sempat hilang. Mengingat sikap Sol Joo yang terkesan aneh membuat kecurigaan dan rasa penasaran Do Hee semakin besar. 

Setelah mendapatkan baju yang dirasa pas, Kang Sook bertanya benda apa yang sedang di pegang Do Hee. Do Hee menyuruh Kang Sook diam, lalu pergi ke kamarnya dengan membawa buku diary tersebut. Kang Sook heran, tapi ia bersikap tak peduli, terlalu sibuk dengan urusannya sendiri. 

Do Hee mulai membuka lembaran pertama dan menemukan foto lama Choon Hee dan Sol Joo bersama kepala panti. Ia menebak pasti itu foto Choon Hee dan Sol Joo sewaktu masih muda. sedetik kemudian, ia tampak serius membaca lembar demi lembar. 

Hyo Dong mengajak Choon Hee jalan-jalan. Pemandangan yang bagus dan udara yang bersih tak bisa membuat Choon Hee melupakan kesedihannya. Wajahnya tampak murung tanpa semangat. Hyo Dong bertanya bukankah mereka suami istri. Choon Hee heran kenapa tiba-tiba Hyo Dong menanyakan hal itu. 

Hyo Dong berkata suami istri adalah satu jiwa dan raga. Ia bisa merasakan Choon Hee menyembunyikan sesuatu, diliputi perasaaan penuh kekhawatiran, "Kau menangis sendirian di tengah malam?". 

"Kau melihatnya?", tanya Choon Hee 

"Aku ingin bertanya ada masalah apa. Tapi aku tidak bisa bertanya saat itu karena kau menangis begitu sedih. Katakan padaku apa masalahmu. Aku adalah suamimu". 

"Kau Ingat apa yang dulu kukatakan kalau aku hidup dengan seorang pria setelah lulus SMA, tapi dia meninggal dalam kecelakaan mobil tiga bulan kemudian?". 

Hyo Dong mengiyakan. Choon Hee berkata sebenarnya ia memiliki anak dari pria tersebut. Hyo Dong terkejut, "Apa?". Choon Hee tak bermaksud ingin membohongi Hyo Dong. Ia tak ingin menceritakan hal tersebut karena itu hanyalah merupakan kenangan yang menyakitkan dan penuh kesedihan. 

"Aku melahirkan bayi. Saat aku mendapatkan perawatan di rumah sakit, bayi itu meninggal karena mengalami masalah pernapasan. Aku tidak bisa menahan rasa sakit karena kehilangan kekasihku dan bayiku di waktu hampir bersamaan", Choon Hee terdiam sesaat, menarik napas yang terasa sesak,

"Sebenarnya, saat aku mengandung. Aku pernah punya pemikiran untuk mengugurkan anak yatim itu. Aku merasa kalau bayi itu meninggal karena pemikiran-pemikiran egoisku. Tapi kemudian, putraku yang kukira sudah meninggal ternyata masih hidup", Choon Hee terisak sedih.
 
Do Hee terkejut mengetahui rahasia yang tertulis di diary yang ia baca, "Apa maksdunya ini..jadi menukar bayinya dengan bayi Choon Hee....Lalu, Se Yoon adalah anak Choon Hee?". 

"Oh..ya tuhan, bagaimana ini bisa terjadi", Do Hee memekik syok, mengetahui rahasia besar yang tersimpan selama 30 tahun. 

Buru-buru Do Hee mengembalikan diary ke lemari pakaian Choon Hee. Tapi anehnya, ia tak langsung keluar. Justru berdiam diri di kamar. Pikirannya dipenuhi rasa terkejut. Pada saat itulah Choon Hee masuk, semakin membuat Do Hee terkejut setengah mati. 

"Apa yang kau lakukan di kamarku?", tanya Choon Hee. 

"Aku tidak melihat apa-apa. Aku tidak mengetahui apapun", jawab Do Hee tergagap. 

Tapi Choon Hee bukan anak kecil yang bisa di bohongi. Ia menahan lengan Do Hee saat hendak melangkah keluar. Choon Hee tahu Do Hee pasti secara diam-diam terlah membaca diary itu. Dan mengetahui rahasia yang tertulis di dalamnya. Do Hee mengaku tidak bermaksud membacanya. Melihat paket yang ada di cari Sol Joo ada di dalam lemari Choon Hee, membuatnya penasaran ingin mengetahui apa isinya.

"Aku yang penasaran kenapa paket itu ada di depan rumah Sol Joo. Sekarang aku tahu, kau adalah mata-mata", ucap Choon Hee mulai marah. 

Do Hee menjelaskan, ia bukanlah mata-mata. Mata-mata apanya?. Ia hanya membantu Sol Joo yang meminta untuk membawa paket yang salah kirim ke rumah Sol Joo. Choon Hee bertanya siapa lagi yang tahu tentang diary ini?. Do Hee berkata tidak ada, setelah membaca ia segera mengembalikan ke tempat semula. 

"Jangan katakan pada siapa-siapa. Jika ada kata-kata yang keluar menyangkut rahasia ini. Maka itu akan menjadi akhir bagi kau dan aku. Mengerti?", Choon Hee mengingatkan. 

Do Hee gemetaran, mengiyakan permintaan Choon Hee. Choon Hee menghela napas berat, seakan beban semakin bertambah berat di pundaknya. 


Chae Won terus berusaha melatih indra perasa Se Yoon dengan menggunakan irisan lemon. Ia berkata aroma dan rasa berhubungan erat. Saat mencium makanan yang sedap, air liur secara otomatis keluar dengan sendirinya. Se Yoon mencium aroma lemon, dan air liurnya sedikit keluar. Chae Won senang, kalau begitu ada kemajuan. Sekarang ia minta Se Yoon membayangkan rasanya. 

Sol Joo melihat dari depan pintu dapur. Bisa merasakan kalau sepasang kekasih itu saling mencintai dan membutuhkan satu sama lain. 

"Se Yoon, maafkan ibu sehingga kau harus membayar dosa-dosa ibu. Apa yang harus aku lakukan", batin Sol Joo. 

Kang Jin dan Ki Ok tak putus asa memohon restu dari nenek. Ia kembali datang ke rumah mie bersama Ki Ok. Kali ini Kang Jin memberitahu telah mendapatkan kontrak rekaman di salah satu perusahaan ternama. Ia melihatkan cek 50 juta won sebagai uang muka pembayaran. Jadi ia bisa membayar uang sewa rumah genap satu tahun (dulunya bayar perbulan). 

"Tidak ada yang perlu di banggakan". cibir nenek merendahkan.

Ki Moon dan Ki Choon yang ikut menemani nenek juga berpendapat sama. Kang Jin sadar dirinya memiliki banyak kekurangan. Tapi jika lagunya menjadi "Hits", maka ia berjanji akan membelikan Ki Ok sebuah rumah. 

Untuk meyakinkan nenek, Kang Jin menyanyikan lagu andalannya dengan penuh semangat. Nenek sama sekali tak terpengaruh, justru sebaliknya. Nenek menyuruh Kang Jin diam, karena lagu dan suara Kang Jin hanya menganggu pendengarannya. Ki Choon dan Ki Moon hanya tertawa meremehkan.  


Bo Reum pulang dengan membawa 2 es krim. Ki Choon bertanya dimana ibu Kang Sook. Bo Reum menggeleng tidak tahu. Ki Choon heran kira-kira kemana Kang Sook pergi. Ponselnya juga di matikan. 

Bong Soo mengajak Kang Sook makan di sebuah restoran mahal. Duduk berhadapan seperti ini mengingatkan Bong Soo pada kencan pertama mereka. Kang Sook juga ingat, Bong Soo membelikannya banyak makanan enak pada waktu itu. 

"Aku tidak menghabiskan uangku pada sembarang orang. Pada saat aku melihatmu, aku jatuh cinta padamu jadi aku mencoba mendapatkan hatimu dengan makanan. Bagaimana bisa aku tidak jatuh cinta dengan wanita sepertimu?", ucap Bong Soo mengeluarkan jurus-jurus rayuannya. 

Kang Sook bertanya bagaimana kesan dirinya pertama kali di mata Bong Soo. Bong Soo mencoba mengingat sebelum menjawab. Baginya Kang Sook seperti bunga magnolia. Hangat dan dingin di waktu bersamaan. Cerah tapi juga terkadang gelap, "Aku merasa kau tampak agak tak lazim". 

Kang Sook tertegun menatap wajah Bong Soo dengan tatapan terpesona. Setiap kata-kata yang diucapkan Bong Soo begitu berkelas.

"Aku pasti sudah gila. Kenapa aku menikahi Ki Choon bukannya pria ini", ucap Kang Sook dalam hati . (Menyesal nich ceritanya). 

"Aku menangis selama 3 hari saat mendengar kabar kau akan menikah", tambah Kang Sook melambungkan angan-angan Kang Sook.

Diam-diam Kang Sook berharap Bong Soo masih tetap melajang karena masih menyimpan cinta untuknya. Waiter datang mengantar makanan dan red wine. Kang Sook mendengar perusahaan rekaman Bong Soo merupakan salah satu perusahaan rekaman yang cukup besar. 

Bong Soo tersenyum, "Setelah kau mencampakkanku. Aku terus bekerja keras dan berhasil". 

"Kelihatannya dia dulu sangat terluka olehku", batin Kang Sook dalam hati. Angan-angannya melambung semakin tinggi. 

Bong Soo lalu mengajak bersulang sebagai pertemuan mereka kembali. Roman-romannya, cinta lama bersemi kembali. 

Do Hee bertabrakan dengan seseorang saat keluar dari pintu gerbang rumah mie. Bukan orang asing, melainkan Chul Goo. Do Hee bertanya apa yang dilakukan Chul Goo disini, kenapa datang lagi. Seakan tak mempunyai urat malu, Chul Goo berkata sedang menunggu Chae Won. Do Hee berkata Chae Won pergi kerumah Se Yoon. 

"Ibunya Se Yoon sakit. Dia pergi ke sana untuk membuat bubur". 

"Sekarang dia hampir menjadi menantu keluarga itu. Sialan!", gerutu Chul Goo kesal sembari meninju tembok di dekatnya. 

Do Hee terkejut dan melihat tangan Chul Goo yang mungkin terluka. Seakan tak memperdulikan rasa sakitnya, Chul Goo menilai Chae Won sangat keras kepala, "Aku sudah mencoba segala macam cara. Tapi dia tidak bergeming sedikit pun. Kurasa usahaku tidak akan merubah apapun. Mungkin lebih baik aku berhenti mencoba dan menyerah saja". 

Melihat wajah putus asa Chul Goo membangkitkan rasa simpatik Do Hee. Ia berkata semua itu tidak benar. Kenapa Chul Goo harus berhenti mencoba di saat dia hampir berhasil, "Bersabarlah dan tunggu sebentar lagi". 

Chul Goo tanya apa maksdunya. Sejauh ini Chae Won mempelakukan ia seperti seekor serangga. Perut Chul Goo berbunyi tanda keroncongan. Melihat Chul Goo yang rela kelaparan demi Chae Won semakin menambah rasa simpati di hati Do Hee. 

Selanjutnya, Do Hee mengajak Chul Goo makan siang. Chul Goo yang kelaparan menyantap mie kuahnya dengan lahap. Hampir ia tersedak dengan mata terbelalak lebar saat mendengar Do Hee menceritakan tentang siapa ibu kandung Se Yoon sebenarnya. Do Hee minta Chul Goo diam, karena ini rahasia penting. 

"Tadinya aku ingin terus merahasiakannya. Tapi kupikir setidaknya kau harus mengetahui soal rahasia ini. Kau sudah banyak menderita untuk mendapatkan Chae Won kembali. Dia di takdirkan untuk kembali padamu, jadi jangan terlalu khawatir. Oke!". 

"Jadi, ibu kandungnya Se Yoon adalah ibunya Chae Won, benar kan?", tanya Chul Goo masih tidak percaya. 

Ssttt....Do Hee menyuruh Chul Goo mengecilkan suaranya. Chul Goo benar-benar tak bisa percaya bagaimana bisa hal gila seperti ini bisa terjadi. Do Hee berkata hal gila seperti ini bisa saja terjadi, "Ibunya Chae Won sangat gelisah dan ingin mendapatkan putranya kembali. Dalam hal ini, Chae Won dan Se Yoon akan menjadi....."

"Kakak dan adik", sambung Chul Goo bersemangat. 

"Tepat sekali. Kurasa tuhan berpihak padamu". 

"Dan pernikahan mereka akan dibatalkan", Chul Goo senang bukan kepalang. Mengenggam tangan Do Hee. Mengucapkan terima kasih berkali-kali, "Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu". 

Do Hee berkata Chul Goo tak perlu berterima kasih. Ia tersentuh dengan usaha Chul Goo yang terus maju tanpa mengenal lelah mendekati Chae Won. Chul Goo berjanji akan memberikan Do Hee hadiah yang besar, saat berhasil mendapatkan Chae Won kembali. 

Chae Won termenung di pojok kamar tanpa semangat, sembari memangku diary kepala panti. Air matanya mengalir turun saat melihat foto dirinya bersama kepala panti. Kenyataan yang baru ia ketahui benar-benar memukul perasaannya.

"Kenapa baru sekarang kau mengatakan padaku kalau Se Yoon adalah putraku?. Akan lebih baik...kalau aku tidak tahu itu, ibu Kepala panti". 

Se Yoon mengantar Chae Won pulang. Ia minta maaf karena tidak bisa mampir menyapa keluarga Chae Won. Ada beberapa urusan yang harus ia tangani. Chae Won mengerti, membolehkan Se Yoon pergi. Se Yoon tersenyum mengucapkan terima kasih atas bantuan Chae Won hari ini, "Ibu kelihatannya tersentuh". 

Wajah Chae Won tampak sedih ketika Se Yoon menyinggung tentang ibu Se Yoon (terkait permintaan Sol Joo yang ingin Se Yoon - Chae Won berpisah). Chae Won bertanya apa ada sesuatu yang tidak ia ketahui. Se Yoon tak bingung, sesuatu seperti apa. Jika tidak ada, Chae Won minta Se Yoon melupakan pertanyaanya barusan. 

"Terkadang aku merasa Ibumu merasa tidak nyaman", ujar Chae Won.

"Ibuku sudah mengalami perubahan hidup (umur). Kurasa aku akan memintanya melakukan pemeriksaan kesehatan. Dia sakit-sakitan akhir-akhir ini", jelas Se Yoon. 

Chae Won tersenyum mengerti. Se Yoon pamit sekali lagi dan berbalik pergi. Saat itulah sang penggangu Chul Goo datang sembari bersenandung riang. Dengan tawa tersinggung mengejek. Chae Won kesal setengah mati melihat siapa yang datang. Apalagi Se Yoon, wajahnya berubah keruh seketika. 

"Kenapa kau kesini lagi?", tanya Se Yoon tidak suka.

"Aku hanya mampir untuk melihat bagaimana kabarmu.merenggangkan kedua tangan, menarik udara segar", ucap Chu Goo sembari merenggangkan tangan menghirup udara seger. seperti orang yang baru bangun tidur. 

Perkataan enteng Chul Goo tadi bisa saja memacing emosi. Chae Won tak ingin meladeni sikap menyebalkan Chul Goo. Ia berbalik menatap Se Yoon, "Kau sibuk. Abaikan saja dia dan pergilah".

"Aku akan pergi setelah melihatmu masuk. Masuklah", jawab Se Yoon. 

"Baiklah", Chae Won mendelik kesal pada Chul Goo lalu melangkah masuk kedalam. 

"Sungguh kakak dan adik yang menarik", sambar Chul Goo tiba-tiba. 

Chae Won dan Se Yoon bingung. Tak mengerti kemana arah pembicaraan pria aneh di depan mereka. Chul Goo menyinggung senyum sinis penuh kemenangan, seakan memiliki kartu As di tangannya. Apakah Chul Goo akan menggeluarkan kartu As yang ia miliki?????...




END

Komentar : 
Mian..baru bisa di posting sekarang. Meski lambat, Insya Allah sinopsis AHYI akan tetap di lanjut hingga tamat, 50 episode. Hm...selanjutnya bingung mau komentar apa, yang jelas kesel sama Do Hee..si ahjuma yang gak bisa nyegel mulut. Hiks..kasihan Choon Hee, posisinya serba sulit.