Choon Hee menemukan paket yang ditujukan untuk dirinya di kotak surat rumah Sol Joo. Choon Hee heran, kenapa bisa ada disini, siapa yang menaruhnya?. Terlebih lagi saat mengetahui alamat pengirim berasal dari panti asuhan Evergreen.
Sebuah taksi melintas di depan rumah Sol Joo. Choon Hee melihat dan menyetopnya. Menemukan paket itu membuat rencananya berubah, ia lebih memilih pulang dari pada menunggu Sol Joo. Mobil Sol Joo terlihat mulai memasuki kompleks perumahan, taksi yang membawa Choon Hee pulang, berselisih jalan dengan mobil Sol Joo yang baru tiba.
Begitu sampai di depan rumah, Sol Joo buru-buru turun memeriksa kotak surat. Wajah Sol Joo langsung pias seketika ketika tidak menemukan apa yang dia cari. Kotak surat itu kosong, tidak ada paket ataupun surat di dalamnya.
Sol Joo masuk ke dalam rumah, bertanya pada ahjuma, "Apa kau mengambil paket yang ada dikotak surat?".
Ahjuma menggeleng, "Tidak". Sol Joo bertanya lagi, "Paket untukku. Tidak ada di kotak surat?". Ahjuma menggeleng tidak tahu dan berkata belum memeriksa kotak surat hari ini.
Rasa penasaran mendorong Choon Hee tidak sabar untuk melihat isi paket untuknya. Selembar foto terjatuh di antara sela-sela halaman diary. Choon Hee memungutnya, foto dirinya saat masih muda bersama Sol Joo (keduanya tengah berbadan dua) dan kepala panti.
Choon Hee mengenali tulisan di buku itu merupakan tulisan kepala panti, dan menembak buku yang tengah di pegangnya adalah buku diary. Ia makin penasaran kenapa buku ini di dikirimkan untuknya, dan kenapa malah berada di rumah Sol Joo. Choon Hee mulai membaca halaman pertama.
Do Hee menerima telpon dari Sol Joo yang menanyakan tentang paket di dalam kotak surat. Ia menegaskan meletakan paket itu di kotak surat. Dipenuhi kepanikan, Sol Joo berkata sebaliknya, "Paket itu tidak ada disana. Aku sudah mencarinya kemana-mana, tetap tidak ada. Apa kau yakin meletakannya di depan rumahku?. Mungkin kau salah mengirimnya kerumah orang lain!".
"Aku belum pikun. Kenapa aku melakukan itu?. Itu sangat aneh, aku jelas-jelas menaruhnya disana", bentak Do Hee kesal.
"5 Januari 1983. Sol Joo dan Choon Hee melakukan kunjungan Tahun Baru".
Flashback 30 tahun lalu. Sol Joo dan Choon Hee mengunjungi panti asuhan bersama dalam keadaan hamil besar. Sol Joo tampak bahagia, beda dengan Choon Hee yang murung. Suster kepala senang menerima kunjungan. Ia berkata Choon Hee dan Sol Joo benar-benar seperti kakak adik. Mereka sering pergi berdua, dan sekarang mengandung pun bersamaan.
Kepala panti bertanya kapan bayi Choon Hee lahir. Choon Hee menjawab kurang lebih 2 minggu. Karena Choon Hee sendirian (tanpa suami) kelapa panti berniat membantu persalinannya. Sol Joo merasa senang, "Itu baik untukmu, Choon Hee".
Tapi Choon Hee tidak merasa gembira ataupun senang, ia justru menangis. "Onnie. Aku tidak sanggup untuk memiliki seorang bayi. Aku tidak bisa membesarkan seorang anak sendirian. Aku ingin mati ikut bersama Soo Cheol".
"Kau mempunyai seorang bayi. Jangan berkata begitu", tegur Sol Joo prihatin.
"Aku tidak pedulu. Kurasa aku bisa jadi gila".
Kepala panti ikut prihatin, sekaligus ingin tahu kenapa tuhan mengambil nyawa orang sebaik Soo Cheol dengan begitu cepat. Choon Hee semakin menyesal, kenapa waktu itu Sol Joo menghentikannya (saat ia berniat mengugurkan kandungan), "Aku benar-benar tidak bisa membesarkan seorang anak".
Sol Joo mengenggam tangan Choon Hee. Memberinya kekuatan, "Jangan khawatir, lahirkan saja anakmu. Aku akan membantumu mengurus sisanya. Oke". Choon Hee tak menjawab, menangisi bebannya yang terasa berat.
Kepala panti lalu bertanya berapa usia kandungan Sol Joo. Bukankah usai kandungannya lebih tua di bandingkan Choon Hee. Sol Joo menjawab usia kandungannya berumur 9 bulan 10 hari. Tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda akan melahirkan.
Biarawati lain masuk dengan membawa kamera, dan minta pada mereka untuk berfoto bersama. Semula Choon Hee tidak mau, tapi Sol Joo membujuk buat kenang-kenangan. Mereka lalu berfoto bersama. Sol Joo minta Choon Hee tersenyum, tapi Choon Hee tetap memasang wajah murung.
Tepat pada hitungan ketiga, Choon Hee memegangi perutnya sembari teriak kesakitan. Rupanya, ia mengalami kontraksi sebagai pertanda akan melahirkan. Disusul dengan air ketuban yang pecah.
"Air ketubannya pecah. Oh tidak. Tunggu. Kita bawa dia ke klinik bersalin", ucap kepala panti dengan terbata, saking paniknya.
Selang beberapa menit, Sol Joo juga mengalami kontraksi. Hanya saja, ia tidak terlalu tampak kesakitan seperti Choon Hee. Jadilah, kedua ibu hamil itu dibawa klinik persalinan.
Dihari yang sama, Sol Joo dan Choon Hee melahirkan bayi laki-laki. Sol Joo lebih dulu keluar dari klinik. Tetapi setelah melahirkan ia tak langsung pulang kerumah. Untuk beberapa hari, ia tinggal di panti asuhan. Sementara Choon Hee masih berada di klinik karena mengalami pendarahan dan kondisinya lemah. Tapi bayinya sehat dan bisa di bawa pulang (panti asuhan).
Sementara Choon Hee belum pulang, Sol Joo ikut merawat bayi Choon Hee, bahkan memberikan air susunya. Bayi Choon Hee memakai gelang kaki warna pink, dan bayi Sol Joo memakai gelang kaki warna ungu. Biarawati lain masuk ke dalam kamar, memberikan makanan untuk Sol Joo sekaligus mengatakan kalau Choon Hee akan pulang hari ini. Lalu membawa keluar bayi Choon Hee.
Bayi Sol Joo menangis. Mengira bayinya lapar, ia berniat menyusui. Alangkah terkejutnya Sol Joo ketika melihat bayinya tiba-tiba tidak lagi bergerak, bersuara ataupun bernapas. Sol Joo yang panik berteriak meminta bantuan. Tapi, tidak ada yang datang, entah terlalu sibuk pada pekerjaan mereka atau karena suara teriakan Sol Joo tidak terdengar jelas.
Kemudian, Sol Joo keluar dari kamar dengan membawa bayinya. Berjalan mengendap-endap masuk keruangan tempat bayi Choon Hee berada. Bayi Choon Hee tertidur nyenyak. Sol Joo memandang bayinya yang berada dalam gendongan, yang kini tak lagi bernyawa.
"Jika seorang gadis yatim piatu sepertimu tidak bisa memberikan keturunan untuk meneruskan garis keluarga kami. Aku tidak akan mengakuimu sebagai menantuku. Aku akan menyuruh Dong Gyu untuk mendapatkan anak laki-laki dari wanita lain".
Ancaman dari mertua yang kembali terniang di telinganya, membuat Sol Joo tambah ketakutan, "Maafkan Ibu, Nak. Tapi Ibu tidak punya pilihan. Maafkan Ibu", ucap Sol Joo diantara isak tangisnya.
Sol Joo meletakan bayinya diatas tempat tidur, tepat di samping bayi Choon Hee berada. Ia membulatkan tekadnya, mengambil bayi Choon Hee lalu membawanya pergi. Sol Joo menangis, batinnya sebagai seorang ibu tak tega meninggalkan bayinya begitu saja. Tapi, bayangan ketakutan diceraikan dan hidup sebagai janda membuat Sol Joo tega melakukan tindakan jahat ini.
"Kemana hilangnya paket itu!. Apa tadi ada tamu?".
Ahjuma ingat, ada teman Sol Joo yang datang tempo hari, "Orang yang anda usir keluar". Sol Joo langsung bisa menebak, "Choon Hee?. Dia tadi kesini?".
Sol Joo tak sanggup berdiri, tertunduk lemas. Sia-sia usahanya untuk menjaga rahasia tetap terkubur. Susah payah ia mencoba menjauhkan paket itu dari Choon Hee. Tapi, diluar kendalinya paket itu justru jatuh ke tangan orang yang memang berhak memilikinya.
Choon Hee tak menghiraukan ponselnya yang sejak tadi berdering. Mencurahkan seluruh kosentrasinya menjelajah lembar demi lembar.
Sol Joo bergegas masuk ke dalam mobil keluarga Lee yang sudah siap menjemputnya didepan panti. Ia membawa pergi bayi Choon Hee tanpa di ketahui siapapun. Dimalam itu juga, Choon Hee pulang dari klinik setelah kondisinya membaik.
Kepulangan Choon Hee disambut dengan berita duka. Biarawati yang tadi merawat bayi Choon Hee mengabarkan bahwa bayi Choon Hee telah meninggal. Choon Hee syok, hingga kembali merasakan nyeri dibagian perut. Choon Hee menangis pilu, meratapi kematian bayinya.
"Aku jelas-jelas memasang gelang kaki warna ungu pada bayinya Sol Joo, dan gelang kaki warna pink pada bayinya Choon Hee. Tapi aku menemukan kalau gelang kakinya tertukar. Saat Choon Hee dan aku tidak ada, Sol Joo pasti sudah menukar bayinya yang meninggal dengan bayinya Choon Hee. Oh Tuhan, bagaimana aku harus menyelesaikan masalah ini?", tulis kepala panti diakhir kalimat.
Tangan Choon Hee gemetar menutup diary yang dibacanya. Kenyataan yang baru diketahuinya benar-benar membuatnya syok dan terguncang.
"Jadi, Sol Joo menukar bayinya dengan bayiku. Lalu, Se Yoon....Se Yoon adalah anakku?".
Tubuh Choon Hee bergetar. Sama seperti 30 tahun lalu, air matanya pun jatuh tak tertahankan. Anak yang selama ini ia kira telah meninggal ternyata masih hidup, tumbuh besar menjadi pria sebaik Se Yoon. Calon menantunya.
Chae Won, Do Hee, Kang Sook kembali dari pabrik saat mereka melihat Choon Hee berlari keluar dari kamar dengan membawa diary. Chae Won bertanya, "Ibu mau kemana?". Namun, Choon Hee terus berlari keluar tanpa menghiraukan pertanyaan Choon Hee.
"Ada apa dengannya?. Dia terlihat bingung", tanya Do Hee heran. Kang Sook membenarkan, wajahnya juga terlihat pucat. Apa terjadi sesuatu dengannya?.
Chae Won bengong, tidak bisa menjawab. Ponsel Do Hee berdering, dari Sol Joo. Sebelum menjawab Do Hee sempat mengeluh, "Dia terus menelponku seharian ini. Apa sich isi paketnya sehigga dia membuat keributan?".
Kang Sook bertanya isi paket apa. Do Hee menjawab kau tidak perlu tahu, lalu menjawab telponnya. Sol Joo bertanya apa Choon Hee ada dirumah. Do Hee menjawab apa adanya, Choon Hee baru saja keluar. Kenapa?.
Se Yoon terkejut mendengar laporan dari manager Kim tentang subkontraktor yang menolak memperpanjang kontrak, "Apa ada alasan khusus?".
"Kim Joo Ri membujuk staf dan patner kita untuk bekerja sama dengan perusahaan Golden Dragon Foods (perusahaan Young Ja)", jelas manager Kim.
"Maksdumu dia mencuri orang-orang kita?".
Manager Kim membenarkan. Se Yoon bertanya, lalu apa yang akan terjadi pada produk-produk kita. Manager Kim berkata dengan terpaksa harus menunda peluncuran produk terbaru. Orang - orang yang juri ambil dulunya bekerja di bagian pengembangan. Karena mereka pergi di tengah jalan, mengakibatkan pekerjaan terbelengkalai. Se Yoon tampak marah mendengar hal ini.
Beda dengan Joo Ri dan Young Ja yang merasa sangat senang. Young Ja yakin, Se Yoon pasti akan gugup setengah mati ketika mendengar berita pindahnya tim pengembang ke perusahaan.
"Ibu akan lihat. Aku akan mengambil alih perusahaannya", ucap Joo Ri yakin, amat yakin..
Young Ja tertawa evil, memuji Joo Ri memiliki pemikiran bisnis yang luar biasa sama seperti dirinya, "Aigo...ibu menempatkan kakaknya di posisi tinggi, tapi dia tidak mempunyai naluri pembisnis"..
(Aish...culas kok bangga).
Sekertaris Young Ja masuk, menyampaikan ada tamu datang, "Tuan..Lee Se Yoon ingin bertemu dengan anda".
"Siapa?", tanya Joo Ri kaget.
Se Yoon masuk dengan wajah serius, meski begitu ia tetap mengucapkan salam dengan hormat. Young Ja menyindir sepertinya ada hal yang sangat mendesak hingga Se Yoon datang menemuinya.
Joo Ri memotong, "Kau bisa bertanya melalui telepon. Ya, benar aku memang melakukannya".
Se Yoon tak habis pikir bagaimana Joo Ri bisa melakukan hal itu. Young Ja sontak berdiri, dengan suara nyaring dan mulut bawelnya dia mulai ngomel.
"Apa maksudmu?. Kita hidup di negara demokrasi yang bebas!. Memang kenapa kalau mempekerjakan mereka? Beraninya kau datang membuat kekacauan?".
"Apa maksudmu?. Kita hidup di negara demokrasi yang bebas!. Memang kenapa kalau mempekerjakan mereka? Beraninya kau datang membuat kekacauan?".
"Ibu. Komohon tenang".
Se Yoon berkata maksud kedatangannya bukan untuk mengajak bertengkar, hanya sangat di sayangkan, "Kau melangkah di jalan yang salah. Aku takut kau akan tergoda mengambil jalan yang mudah".
"Kau pikir, kau ini siapa memberi putriku nasehat. Urus saja masalahmu sendiri. Sana keluar", semprot Young Ja
"Nyonya Bang".
"Cukup!. Aku tidak mempunyai penyesalan sedikitpun di dalam hatiku. Berhenti bicara omong kosong. Keluarlah!. Keluar!!!!", teriak Young Ja nyaring, suaranya seperti petasan.
"Terima kasih atas nasehatmu. Silahkan keluar", ucap Joo Ri memandang penuh kebencian.
Se Yoon keluar dari ruangan Young Ja bertemu dengan Chul Goo. Dengan gaya mengejek Chul Goo mengajak salaman, "Hei!. Kenapa kau kesini?".
Se Yoon tak menyambut uluran tangan Chul Goo, "Aku sudah selesai dengan urusanku. Permisi".
Chul Goo menghalangi Se Yoon yang hendak beranjak pergi, "Mungkin Chae Won sudah mengatakan padamu. Aku sudah bercerai baru-baru ini. Aku single lagi".
Se Yoon tersenyum, tidak terpengaruh ataupun takut sedikit pun. Malah Chul Goo yang kesal melihat senyum Se Yoon, "Kenapa kau tersenyum?", Chul Goo mendekatkan wajahnya, "Kau lebih baik bersiap-siap".
"Kau bukan orang yang bisa membuatku khawatir", sahut Se Yoon santai.
"B*****an", refleks tangan Chul Goo terulur siap meninju, namun ia tahan, "Kau tidak pernah tahu bagaimana segala sesuatu bisa berbalik. Jadi jangan omong besar. Menurut informasi, Ibumu dan Ibunya Chae Won mempunyai hubungan yang buruk. Lebih baik kau berhati-hati selama aku masih hidup".
Chul Goo melangkah masuk keruangan Young Ja. Perkataan terakhir mampu mempengaruhi Se Yoon, "Ibu dan Ibunya Chae Won mempunyai hubungan yang buruk?".
Di dalam ruangan, Chul Goo bertanya kenapa Se Yoon datang kesini. Young Ja malah balik bertanya, kenapa Chul Goo tidak menghadiri rapat para staf, dari mana saja kau?.
"Ibu tak butuh aku. Ibu punya Joo Ri", jawab Chul Goo enteng.
Young Ja nyengir, "Tidakkah kau kesal tempatmu diambil Joo Ri".
Chul Goo mengatakan kepalanya sudah penuh memikirkan....Young Ja menyetop perkataan Chul Goo, tahu kemana arah pembicaraannya, pasti Chae Won lagi...Chae Won lagi..
"Beraninya kau melotot padaku?", kata Chul Goo kesal.
"Aku akan mengalahkan Se Yoon dalam bisnis. Kau harus mengambil Chae Won darinya, dengan cara apapun!. Mengerti?".
"Tepat sekali", sahut Young Ja sependapat.
"Pembalasan wanita pasti tidak mengenal batas. Kau menakutkan!".
Hahaha...Chul Goo saja menilai adiknya sebagai wanita yang menakutkan. Lalu bagaimana nilai Joo Ri dimata Se Yoon sekarang????.....
Ki Choon pulang kerumah dengan langkah lesu. Ia bertanya pada Kang Sook tentang kabar Ki Ok. Kang Sook malah berkata seharusnya Ki Choon menemukan keberadaan Ki Ok. Ki Choon perjalanannya mencari Ki Ok hanya sia-sia. Kang Sook mengerti seperti mencari jarum di tumpukan jemari.
Ki Choon menoleh ke belakang, mengikuti arah pandang Kang Soon. Ki Ok, sang adik bungsu yang beberapa hari ini mereka cari pulang dengan sendirinya, tidak sendiri bersama Kang Jin. Mereka kompak memakai Hanbok (baju tradisional Korea).
Kang Sook langsung pingsan, tak sadarkan diri untuk beberapa saat, "Ki Ok, kau pasti sudah gila!", omel Ki Choon. Tak mengiraukan seruan kakaknya, Ki Ok bertanya apa kakek dan nenek ada di rumah.
"Memangnya kenapa kalau ada?", tanya Kang Sook langsung terbangun dari pingsannya. Pingsannya hanya sebentar..hahahaha.
Ki Ok berniat memperkenalkan Kang Jin sebagai suaminya di hadapan kakek dan nenek. "Yobo. Ayo kita masuk", ajak Ki Ok.
"Yobo?", seru Kang Sook - Ki Choon bersamaan. Mereka lalu menghadang langkah Kang Jin dan Ki Ok yang ingin masuk ke dalam.
"Beraninya kau. Aku tahu kau dibutakan oleh cinta, bagaimana bisa kau melakukan ini?. Pada saat kau melewati pintu depan, Ibu dan Ayah akan pingsan!", cegah Ki Choon.
"Jangan berpikiran sampai ke batas itu, Kakak ipar", ujar Kang Jin.
"Kenapa?. Kenapa tidak?", tanya Ki Ok nyaring.
"Apa kau akan bertanggung jawab jika ayah dan ibu pingsan?", bentak Ki Moon tak kalah nyaring.
Kang Jin memanggil Ki Moon dengan sebutan kakak ipar, ia berkata tidak bisa menutupi kenyataan ini terus menerus. Sama seperti Ki Choon, Ki Moon juga tidak terima dirinya dipanggil kakak ipar oleh Kang Jin. Kang Sook menilai Kang Jin sungguh berani, memanggil siapapun dengan sebutan kakak ipar.
"Kita tidak punya pilihan. Ayah dan Ibu tidak boleh melihat mereka bersama-sama. Kita pisahkan mereka dulu", kata Do Hee.
Kang Sook mengangguk setuju. 2 wanita ini membawa Ki Ok masuk secara paksa. Sementara Ki Choon dan Ki Moon menahan Kang Jin agar tetap berada di luar. Meski begitu, mereka berdua tidak tahu apa yang harus dilakukan pada Kang Jin. (Buang aja ke empang..hahahaha)
Tanpa di duga, nenek muncul dibelakang mereka, "Tuan Kang, apa yang kau lakukan disini?", tegur nenek mengagetkan. Sontak kedua putra Uhm melepasakan pegangan mereka.
"Wah...kau memakai hanbok", ucap nenek lagi.
Kang Jin tersenyum senang, seakan mendapatkan penolong, "Apa kabar, ibu mer....".
Ki Choon dan Ki Moon kompak menutup rapat-rapat mulut Kang Jin, sebelum ucapan ibu mertua terlontar keluar. Nenek bengong, heran dan bingung jadi satu.
Ki Ok diseret masuk. Chae Won berseru kaget melihat bibinya pulang dengan memakai Hanbok. Kang Sook menegur Ki Ok, tidakkah kau malu bertemu dengan keponakanmu?.
"Chae Won-ah. Apa kau malu bertemu denganku?", tanya Ki Ok
"Tidak", jawab Chae Won jujur.
Gantian Do Hee mengomeli Ki Ok, "Kau pasti sudah gila. Menikah dan pergi bulan madu tanpa mendapat persetujuan dari orangtuamu. Bagaimana kau bisa melakukan itu?".
"Lalu apa yang harus kulakukan?. Apa aku harus menunggu persetujuan mereka untuk selamanya?", tanya Ki Ok keras kepala.
Nenek membawa Kang Jin masuk ke rumah, seperti biasa nenek selalu bersikap baik pada Kang Jin. Nenek melihat Ki Ok, bertanya kapan Ki Ok pulang. Lalu memandang Kang Jin dan Ki Ok bergantian, "Tunggu...kenapa kau memakai juga hanbok?. Ada apa dengan kalian?. Ini bahkan bukan hari perayaan". (Seperti tahun baru lunar, atau orang - orang bisa berkumpul di rumah dan memakai Hanbok).
Suasana menjadi tegang, tidak ada yang menjawab ataupun bersuara. Kang Jin dan Ki Ok berlutut di hadapan nenek. Membuat nenek makin bingung, kenapa kalian berlutut. Ki Choon membentak Ki Ok untuk berdiri. Nenek minta Ki Choon diam, jangan teriak-teriak.
"Maafkan aku ibu. Kami sudah menikah", ucap Ki Ok terisak.
"Menikah?. Siapa yang menikah?", tanya nenek masih tak mengerti.
Kang Jin : Aku punya banyak kekurangan. Tapi, tolong terimalah aku Ibu Mertua.
Nenek masih bingung, kenapa Kang Jin memanggilnya dengan sebutan ibu mertua. Ki Ok menjelaskan telah mendaftarkan pernikahan dan baru pulang dari bulan madu. Nenek langsung syok, pingsan di tempat.
Anak-anak Uhm menghambur memapah badan nenek. Chae Won berlari pergi mencari obat jantung. Do Hee mencoba membangungkan nenek dengan menyemburkan air ke wajah nenek (ih...jorok amat..hahaha). Tapi nenek tetap tidak bangun, hingga mereka membawa masuk kedalam kamar.
Waktu berlalu, nenek yang sudah siuman dari pingsannya, terbaring lemas di kasur. Ia menangis dengan suara merintih, tidak bisa mempercayai kenyataan yang baru saja ia dengar. Tak ada yang bisa Ki Ok lakukan selain meminta maaf pada ayah dan ibunya. Begitu pula dengan Kang Jin.
Mendengar suara Kang Jin membuat nenek emosi. Sontak bangun dari tidurnya, memukuli Kang Jin dan mengatainya sebagai, brengsek mengerikan. Hyo Dong minta nenek tetap tenang. Kang Jin tidak masalah di perlakukan seperti itu, biar nenek melampiaskan semua kemarahannya, "Pukullah aku sampai ibu merasa puas".
"Ki Ok adalah putriku yang berharga. Beraninya kau mencurinya, dasar kau brengsek", nenek memukuli Kang Jin dengan tenaga lemah, lalu beralih memarahi Ki Ok.
"Kau gadis bodoh. Dari semua pria di dunia ini, bagaimana bisa kau jatuh cinta padanya?. Kau pikir apa aku menyekolahkanmu untuk memberikanmu pada pria sia-sia ini. Kita mati saja bersama-sama. Ini tidak bisa dipercaya.
"Maafkan aku ibu. Aku benar-benar minta maaf".
Nenek merintih, seharusnya ia meninggal lebih cepat sehingga tak harus melihat semua ini. Nenek lalu menyalahkan ke-2 putranya, "Disaat adik kalian tersesat, bagaimana bisa kalian duduk diam dan menonton saja?. Kalian orang yang tidak memiliki kepedulian".
Kang Sook membela diri, "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin memisahkan mereka. Kami bahkan mengacak-ngacak rumah tuan Kang".
Ki Choon : Aku dan kakak juga berusaha untuk memisahkan mereka. Tapi mereka tidak mau mendengarkan.
Nenek memukuli Ki Ok, dasar gadis bodoh, kau idiot. Tak puas sampai disitu, nenek juga memarahi kakek yang sedari tadi diam dan tidak berkomentar apa-apa, "Kenapa kau diam saja?. Apa itu artinya kau merestui pernikahan mereka?".
"Ayah", seru Ki Ok syok.
Kakek : Kau memutuskan menikah tanpa berdiskusi dengan kami, itu artinya kau tidak peduli dengan keluargamu. Keluar sekarang juga.
(Wajar kakek marah. Sebagai orang tua, dia merasa tidak dihargai. Ki Ok menikah diam-diam tanpa meminta persetujuan. Masih mending jika suami Ki Ok pria muda, tampan dan kaya. Lah ini...Kang Jin..).
"Ayah", panggil Kang Jin meminta belas kasih.
"Kau ini siapa, memanggilku Ayah?. Aku tidak punya menantu sepertimu. Hyo Dong, seret mereka keluar dari rumahku. Sekarang!".
Ki Ok dan Kang Jin berusaha membujuk. Ki Moon minta mereka berhenti dan segera keluar. Cukup sampai disini kekacauan yang mereka perbuat.
Hyo Dong takut jika kakek tambah marah, ia minta pada Ki Ok dan Kang Jin untuk segera berdiri keluar. Tapi hati kakek tidaklah sedingin itu. Walau terlihat keras diluar, kakek merasa sedih terpaksa mengusir putrinya keluar rumah dengan cara seperti ini.
Sol Joo berulang kali mencoba menghubungi ponsel Choon Hee. Tapi tetap tidak di jawab. Akhirnya ia meninggalkan pesan. Minta pada Choon Hee untuk segera menghubunginya jika mendengar pesan ini, ada sesuatu yang harus ia konfirmasi.
Memikirkan Choon Hee mendapatkan diary kepala panti, membuat kepala Sol Joo pusing, seperti dihantam palu, "Tidak..tidak..tidak...".
Choon Hee duduk menyendiri di depan sungai Han dengan pandangan kosong. Memegang diary kepala panti. Choon Hee membayangkan awal pertemuannya dengan Se Yoon sewaktu di dalam pesawat yang membawa mereka pulang ke Korea.
Ia ingat saat merawat Se Yoon yang sakit karena makan makanan basi. Ketika Se Yoon memberinya bunga. Ketika Se Yoon melamar Chae Won, dan terakhir kali saat Se Yoon menemaninya belanja di pasar. Juga jepit rambut pemberian Se Yoon.
Choon Hee menangis sedih, memukuli dadanya yang terasa menusuk dan sesak. Terlalu sesak, hingga rasanya bernapas menjadi sulit.
"Aku bahkan tidak bisa mengenali anakku sendiri?. Kenapa aku tidak bisa mengenalinya saat dia berada tepat di depan mataku?. Aku tidak pantas menjadi Ibunya. Orang bilang darah lebih kental daripada air. Kenapa aku tidak bisa mengenalinya. Betapa bodohnya aku",
Untuk kesekian kalinya, ponsel Choon Hee bergetar menerima panggilan masuk. Dari Sol Joo, kali ini Choon Hee menjawab, "Apa?".
"Apa kau kebetulan.....", sahut Sol Joo dari seberang
"Mendapatkan diary-nya?", sambung Choon Hee penuh kemarahan.
Sol Joo bertanya bagaimana bisa Choon Hee mendapatkan diary itu. Sekarang Choon Hee mengerti alasan kenapa Sol Joo terus berusaha menghindarinya. Sol Joo mengajak Choon Hee untuk bertemu dan bicara.
Choon Hee tidak mau, tidak ada yang perlu ia bicarakan dengan Sol Joo, "Aku akan menemui putraku. Mengatakan yang sebenarnya dan mendapatkannya kembali".
"Choon Hee! Tidak! Jangan katakan pada Se Yoon. Choon Hee, tidak!. Aku akan menjelaskan semuanya dari awal", Sol Joo panik setengah mati.
Klik..sambungan telepon terputus. Choon Hee tak mau lagi mendengarkan perkataan Sol Joo. Sol Joo tidak tinggal diam, bergegas keluar dari kamar. Mengetahui dengan pasti kemana Choon Hee akan pergi.
Tanpa membuang waktu, Choon Hee benar-benar pergi ke perusahaan untuk menemui Se Yoon. Sayangnya, Se Yoon tidak ada di tempat. Dia dalam perjalanan kembali ke kantor. Sekertaris Se Yoon menawarkan minum, Choon Hee menolak dan akan menunggu saja di dalam ruangan.
Choon Hee mengedarkan pandangannya, meneliti sudut demi sudut ruangan yang menjadi tempat kerja Se Yoon, putra kandungnya. Perasaan sedih, marah dan sakit hati melebur menjadi satu melihat foto Se Yoon bersama Tuan dan Nyonya Lee.
Choon Hee menangis tersedu, tangannya bergetar menyentuh foto Se Yoon, "Kupikir kau sudah meninggal anak ku. Kau memanggil orang lain dengan sebutan ayah dan ibu selama 30 tahun. Apa yang harus aku lalukan. Aku sangat marah dan sakit hati".
Lanjut ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 41 Part 2
Komentar :
Bagaimana terpukulnya perasaan Choon Hee ketika mengetahui kenyataan bahwa anak yang ia kira meninggal 30 tahun lalu ternyata masih hidup. Dan anak itu adalah pria yang ia kenal, pria yang akan menjadi calon menantunya. Sol Joo, orang yang ia anggap sebagai saudara tenyata tega melakukan hal di luar pemikirannya. Alasan apapun yang dimiliki Sol Joo, tidak dapat membenarkna tindakannya yang menukar bayinya yang sudah meninggal dan membawa pergi bayi Choon Hee. Sekarang kita mengetahui kenapa Sol Joo selalu ingin menjauhkan Choon Hee dari kehidupannya.
ayoo mba lanjut yaaa;)
ReplyDelete`riska`
Tambah lama tambah asyik. ayo mb ditynggy lanjutnya... Lebih Cepat lbh baik biar g penasaran... He..he..he
ReplyDeletekok sol joo gitu ya ,padahal dia yang salah harus nya dia baik ma choon hee. kok malah dia jahat kayak choon hee yg ada salah besar ma sol joo.padahal kan kebalikannya....whuuuhhh aneh. kasian choon hee. makasih sinopsisny tetap dilanjutin ya sinopsisnya ^^
ReplyDeletehikkkssss.... thanks sinopnya kak....
ReplyDeletelanjut yah... ditunggu T.T
regards
dian
Mbaak ϑΐ lanjut dÓng sinopnyaa,, plisssssss
ReplyDeleteMita
lanjuttttttt..... unnie ^_^
ReplyDelete