Kepala panti marah melihat wajah Sol Joo, ia memanggilnya dengan sebutan pencuri dan mengusir Sol Joo keluar. Choon Hee mengira kepala panti salah mengenali orang, "Ibu. Itu Sol Joo onnie, tidakkah ibu mengenalinya?.
"Aku ingat", ucap kepala panti. "Sol Joo, Baek Sol Joo. Kau mungkin bisa membodohi dunia, tapi kau tidak bisa membodohi Tuhan. Apa kau tidak bisa lihat?. Kau orang yang jahat!".
Sol Joo pura-pura tidak mengerti, dan berkata pasti kondisi kepala panti sangat buruk (hingga bicara meracau). Kepala panti batuk-batuk dan sesak napas. Choon Hee panik, dan menangis. Tapi tidak bergitu dengan Sol Joo, ia hanya berdiri menepi di sisi ranjang, tanpa melihat sedikitpun ke arah kepala panti.
2 suster yang berjaga memasang kembali alat bantu pernapasan dan minta pada Choon Hee dan Sol Joo keluar. Suster berkata permintaan terakhir kepala panti mengakhiri hidupnya dalam kedamaian, dia membutuhkan sakramen terakhir. Suster keluar kamar untuk memanggil pendeta. Choon Hee menangis, "Semoga kau beristirahat dalam rumah keabadianmu, Ibu". Sol Joo diam-diam menangis tanpa berani mendekati kepala panti.
Diluar pintu gerbang, Sol Joo menuntut penjelasan kenapa Choon Hee membohonginya seolah-olah kembali ke Amerika. Ia menuduh Choon Hee merancakan hal ini dari awal untuk menangkap basah dirinya. Choon Hee tidak mengerti kenapa Sol Joo mengatakan hal itu, dan menjadi curiga Sol Joo menyembunyikan sesuatu darinya. "Onnie, kau benar-benar aneh. Kenapa kau sangat membenciku untuk menetap di Korea?".
Sol Joo gelagapan, "Jangan mengganti topik pembicaraan. Jawab pertanyaanku. Kenapa kau berbohong padaku?". Choon Hee berkata ia tidak berbohong pada Sol Joo, "Tadinya aku akan pergi. Tapi aku jatuh cinta dan menikah dengan seorang pria. Itu saja!".
"Kau menikah?", tanya Sol Joo
"Kenapa?. Kau ingin menyalahkanku karena tidak mengundangmu di pernikahanku?".
Sol Joo berkata ia tidak tahu Choon Hee akan menikah. Choon Hee yang kesal bertanya, "Apa aku harus mendapatkan ijin darimu?". Sol Joo menanggapinya dingin, " Sekarang karena kau sudah menikah, kurasa kau tidak membutuhkanku. Selamat atas pernikahanmu. Semoga beruntung".
Sol Joo membalikan badan pergi. Choon Hee menahan ingin mengatakan sesuatu, "Sebenarnya, anak tiriku adalah...".
Sol Joo memotong, tanpa memberikan kesempatan Choon Hee bicara, "Saat kepala panti meninggal dunia, aku tidak akan pernah datang kesini lagi. Aku akan melupakan semua masa lalu. Jangan mencariku. Kuharap kita tidak akan pernah bertemu lagi". Sol Joo melangkah pergi dengan angkuh.
Choon Hee benar-benar tidak percaya, "Tidak akan pernah bertemu lagi?. Bagaimana bisa dia mengatakan itu di depanku?. Aku akan bertahan terhadapnya demi Chae Won!. Bagaimana bisa dia pergi seperti itu setelah semua yang dilakukan Kepala panti untuknya?. Jangan sombong seperti itu!".
Hyo Dong menyusul Choon Hee keluar setelah selesai mengganti bola lampu dan merapihkan perapian. Rupanya Choon Hee dan Hyo Dong datang bersama ke panti. Hyo Dong bertanya bagaimana keadaan kepala panti. Choon Hee kembali sedih dan berkata kepala panti sedang menerima sakramen terakhir, mungkin dia tidak bisa melewati malam ini.
Se Yoon mengantar Chae Won pulang. Ia minta Chae Won melupakan soal pengunduran diri, "Terlalu awal untuk menyerah hanya karena Ibuku. Kita harus bersatu dan berjuang". Chae Won berkata ia bersungguh-sungguh.
Se Yoon tahu, tapi ia minta Chae Won jangan terlalu serius menanggapinya. Ini adalah masalah mudah, mereka pasti bisa menghadapinya. Se Yoon meraih tangan Chae Won, "Selama kita berdiri kokoh, kita akan menang. Jadi kita harus bersabar, dan terus berjuang".
Chae Won menarik tangannya, "Sekali lagi, aku orang yang tidak pantas untukmu". Se Yoon kembali meraih tangan Chae Won, "Siapa yang mengatakan itu?. Hanya ada satu syarat untuk bisa menjadi kekasihku. Dia haruslah Min Chae Won, dan tidak ada orang yang lain".
"Se Yoon-ssi"
"Aku akan melajang seumur hidupku jika aku kehilanganmu. Aku akan mengejarmu bahkan sampai ke ujung dunia, jadi kau lebih baik jangan mencoba untuk melarikan diri, mengerti?".(Sebuah peringatan yang membuat hati wanita tersentuh).
Chae Won diam. Se Yoon tersenyum menggoda, berkata Chae Won hanya pura-pura malu. "Aku tahu kau berpura-pura bersikap acuh tak acuh".
"Apa?"
Se Yoon tersenyum geli.
Tak lama Choon Hee dan Hyo Dong sampai di depan rumah mie. Choon Hee menyapa Se Yoon ramah. Se Yoon membungkuk hormat, bertanya apa kalian baru keluar. Choon Hee mengatakan kepala panti yang membesarkannya dalam kondisi kritis. Kami mendampingi menjelang ajalnya.
Chae Won mengkhawatirkan ibunya yang sedih, "Apa ibu baik-baik saja?". Choon Hee mengangguk, "Kepala panti menderita Alzheimer dan penyakit kronis lainnya. Aku senang sekarang dia bisa beristirahat dengan tenang".
Choon Hee terlihat ingin mengatakan sesuatu pada Se Yoon tapi tidak jadi. Ia lalu mengundang Se Yoon masuk kedalam untuk minum teh.
Hyo Dong dengan dingin berkata ini terlalu malam untuk minum teh dan menyuruh Se Yoon pulang. "Chae Won, kita harus bicara", ucapnya lalu melangkah masuk ke dalam.
Chae Won kaget karena ayahnya dengan terang-terangan menunjukkan sikap tidak suka pada Se Yoon. Choon Hee merasa tak enak hati pada Se Yoon dan mengatakan pasti Hyo Dong sangat lelah, kita bisa minum teh lain kali. Se Yoon mengerti dan pamit pulang.
Sesampainya di kamar, Choon Hee menegur suaminya. Tidak seharusnya dia mempermalukan Se Yoon seperti itu. Chae Won berdiri di belakang Choon Hee. Hyo Dong menyuruh putrinya untuk duduk.
"Kau pergi keluar bersamanya, iya kan?", tanya Hyo Dong. Karena Chae Won tak menjawab maka Hyo Dong mengambil kesimpulan, "Kau berkencan dengannya, benarkan?".
Choon Hee merasa aneh dengan sikap suaminya, sebenarnya jawaban apa yang Hyo Dong inginkan.
"Ayah menentangnya", Hyo Dong memberikan ultimatum.
"Yobo!", tegur Choon Hee terkejut .
Hyo Dong minta Choon Hee jangan ikut campur. Ia ingin putrinya menikah dengan pria yang sepadan dengannya, "Kau sudah mendapatkan pelajaran saat kau tinggal bersama Chul Goo. Tiga tahun kehidupan pernikahanmu hanya meninggalkan luka padamu. Ayah tidak bisa membiarkanmu melalui jalan yang sama lagi".
Choon Hee menilai sifatnya Se Yoon berbeda dengan Chul Goo. Bagi Hyo Dong, mereka berdua tidak berbeda, "Jika dia ditempatkan dalam situasi yang sama, dia akan bersikap seperti Chul Goo. Sekali lagi, Ayah sangat menentang kau berkencan dengannya". Hyo Dong keluar kamar usai mengatakannya.
Choon Hee bicara pada Chae Won, "Ibu, tidak setuju dengan ayahmu. Cinta bukanlah seperti daging babi dan sapi. Jangan menimbangnya dengan timbangan seperti itu. Ikuti saja perasaanmu. Kau mendapatkan dukungan penuh dari Ibu. Kau mencintai Se Yoon, kan?".
Chae Won tidak menjawab, apakah ia mencintai Se Yoon atau tidak. Tapi berkat dukungan Choon Hee, Chae Won bisa menetapkan pilihannya.
Se Yoon pulang dan heran mendapati rumah dalam keadaan gelap, biasanya ibunya selalu menyambut kepulangannya. Se Yoon melihat lampu dapur yang menyala. Merasa penasaran ia pun melangkahkan kakinya kesana.
Di dapur Sol Joo termenung mengingat kemarahan dan perkataan kepala panti. "Kau bisa membohongi dunia tapi tidak bisa membodohi tuhan".
"Apa yang Ibu lakukan disini?", tanya Se Yoon tiba-tiba membuat Sol Joo terkejut hingga hampir jatuh. Se Yoon meraih Sol Joo dan bertanya apa ibunya baik-baik saja. Kenapa ibu sangat terkejut.
Sol Joo menarik napas dan berkata ia baik-baik saja, hanya saja sedang memikirkan sesuatu. Se Yoon bertanya apa kita bisa bicara (mungkin pembicaraan yang menyangkut Chae Won). Sol Joo minta jangan sekarang, "Ibu tidak merasa sehat hari ini. Kita bicara besok saja. Ya?". Se Yoon mengerti, lalu pergi ke kamar.
Sol Joo menangis tertahan ketika Se Yoon beranjak pergi ke kamar. Pada saat itu juga ia menerima telepon dari panti asuhan yang mengabarkan bahwa kepala panti baru meninggal sejam yang lalu. Sol Joo terdiam, dan tangisnya pun semakin deras. Hanya saja ia berusaha untuk menahan suara tangisnya agar tak terdengar keluar.
Chul Goo menumpahkan kegalauan-nya dengan minum alkohol. Hatinya selalu kesal tiap kali mengingat kejadian di kantor polisi. Ia menyalahkan Se Yoon, jika saja bukan karena pria itu, pasti Chae Won tidak akan membenci seperti ini. Chul Goo frustasi memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa kembali mendapatkan Chae Won.
Young Ja datang ke dapur dan langsung mengambil botol di meja. Young Ja mengatakan purtanya itu terjebak dalam minuman keras. Karena itu dia tidak bisa berpikir jernih, "Sadarlah. Kau terlalu muda untuk menyia-nyiakan hidupmu dengan minuman keras".
Chul Goo berkata tidak bisa menerima kenyataan jika berada dalam keadaan sadar. Young Ja mengeluh, "Kau dan Joo Ri sudah membuat Ibu tidak bisa hidup dengan normal. Akan sangat terlambat saat kau meratap di makamku. Berbuat baiklah pada Ibu saat Ibu masih hidup!".
Chul Goo merangkul pinggang Young Ja, "Ibu tidak diberkati dengan pasanganmu maupun dengan anak-anakmu. Ibuku yang malang. Nyonya Bang yang malang. Maafkan aku, ibu", ucap Chul Goo meracau.
"Ini sudah keterlaluan. Aku muak dengan ini. Kenapa aku?", keluh Young Ja.
Young Ja kemudian membawa Chul Goo naik ke kamarnya. Chul Goo yang mabuk memanggil Hong Ju dengan nama Chae Won. Young Ja minta Hong Ju jangan marah karena pikiran Chul Goo sedang tidak waras.
Chul Goo yang mengira Hong Ju adalah Chae Won, menarik Hong Ju duduk di ranjang, merangkulnya dan berkata tidak mengijinkanya pergi ke mana-mana. Hong Ju marah dan mendorong Chul Goo. Lalu berdiri.
Young Ja berkata sebaiknya Hong Ju tetap berada di samping Chul Goo, sebagai pasangan mereka belum pernah menghabiskan malam bersama. Apa itu bisa disebut sebagai suami istri. Sekarang ini lah kesempatan bagi Hong Ju.
Hong Ju marah, "Apa yang Ibu bicarakan?. Apa Ibu memintaku untuk tidur dengannya, saat dia berpikir aku adalah mantan istrinya?".
Young Ja tertawa, "Oh. Kau polos sekali. Itu bukanlah masalah yang besar".
Hong Ju berpikir, Young Ja tertawa cengengesan.
Young Ja lalu keluar kamar, di depan pintu ia berkata akan menemani Joo Ri dirumah sakit. "Tidak ada siapa-siapa di lantai atas. Tidurlah yang nyenyak". Lalu Young Ja berguman semoga Chul Goo bisa melupakan Chae Won.
Kang Jin pusing dengan adanya Ki Ok dirumahnya. Ki Ok mempunyai kebiasaan yang buruk saat mabuk, yakni menanggalkan semua pakaiannya. Untungnya Kang Jin menyelimutinya dengan selimut tebal sehingga dia tidak perlu melihat apa yang seharusnya tidak boleh dia lihat.
Kang Jin berusaha membangunkan Ki Ok, menyuruhnya untuk pulang. Tapi Ki Ok hanya menggeliat di dalam selimut. Kang Jin mencoba berpikir, haruskah ia menelpon Hyo Dong untuk membawa Ki Ok pulang. Tidak...tidak...Hyo Dong pasti akan menganggapnya sebagai pria mesum.
Tak ada pilihan lain, Kang Jin sendiri yang harus mengantar Ki Ok pulang dengan cara menggendongnya, atau lebih tepatnya memikul. Hahaha, udah kaya karung beras aja. Kang Jin berguman "Orang mungkin berpikir aku sedang menculik seorang wanita".
Kang Jin meletakkan Ki Ok begitu saja di depan pintu. Kang Jin menyempatkan diri mengagumi wajah Ki Ok, "Dia terlihat sangat cantik bahkan saat dia sedang tidur. Seperti bidadari".
Di dalam rumah, keluarga Uhm cemas menanti kabar dari Ki Ok. Kang Sook mencoba menghubungi ponselnya tapi tidak akfif. Nenek semakin cemas, Kemana dia pergi sampai larut malam begini?. Ki Choon semakin yakin adiknya itu mempunyai kekasih. Kalau tidak kenapa dia bertingkah seperti ini.
Ki Moon berkata jika memang seperti itu kebenarannya, kenapa dia tidak memberitahu keluarga. Tidak ada alasan untuk menyembunyikannya. Dan Do Hee menyahut mungkin Ki Ok menjalin hubungan dengan pria beristri.
Nenek tentu saja marah mendengar tuduhan kejam Do Hee pada anak bungsunya, "Apa itu yang bisa kau katakan tentang saudara iparmu?". Ki Moon menjewer bibir istrinya, "Jaga mulutmu". Do Hee membela diri, jika tidak seperi itu, Ki Ok tidak akan merahasiakan-nya.
Terdengar suara gedoran di depan pintu. Ki Choon teriak, "Siapa itu?". Kang Sook berdiri, membuka pintu untuk melihat siapa yang datang, tidak ada siapa-siapa. Tapi saat matanya melihat kebawah ada Ki Ok bersandar di dinding. Tidur dengan selimut membungkus badannya, seperti kempompong. Dari napas Ki Ok tercium bau alkohol yang menyengat. Kang Sook semakin kaget lagi ketika menyadari Ki Ok hanya memakai pakaian dalam.
Ki Choon menyusul keluar, melihat adiknya tidur dalam keadaan tidak "biasa", "Kenapa dia tidur di sini. Kenapa dia terbungkus selimut?". Kang Sook minta Ki Choon jangan banyak bertanya lebih baik bawa saja Ki Ok masuk kedalam. Ki Choon menggendong Ki Ok, membawanya masuk sambil mengeluh kalau adiknya ini berat.
Jadi siapa yang mengetuk pintu?. Siapa lagi kalau bukan Kang Jin. Setelah Ki Choon masuk kedalam, Kang Jin baru keluar dari persembunyiannya, "Aku ketakutan setengah mati", ucapnya gemetaran. Dari tempatnya, Kang Jin mengucapkan selamat malam untuk Ki Ok, baru pergi.
Ki Choon membaringkan Ki Ok di kamar. Ia berusaha membangunkan Ki Ok untuk mengajaknya bicara. Kang Sook menyarankan lebih baik besok saja, "Keluarlah. Dia harus ganti baju".
"Apa dia hanya berpakaian dalam lagi?', tebak Ki Choon terkejut.
"Kelihatannya dia tidak menghilangkan kebiasaan melepaskan pakaian saat dia mabuk. Keluar saja", Kang Sook menarik Ki Choon keluar kamar.
Kang Sook mengambil baju Ki Ok dilemari. Ki Ok mengigau dalam tidurnya, memanggil nama Tuan Kang. Kang Sook heran kenapa dia memanggil tuan Kang. Apa yang dia maksudkan adalah si pria rumah atap?.
Ki Ok kembali mengigau, "Bagaimana aku bisa bertemu orang lain selain dirimu?. Aku tidak bisa. Tuan Kang".
Kang Sook jatuh terduduk, terkejut menyadari sesuatu, "Oh. Tidak".
Beberapa menit kemudian, Kang Sook melangkah masuk kekamarnya dengan wajah shock. Ki Choon merasa tema kompetisi pada putaran kali ini sangat tidak jelas. Bagaimana rasa mie yang dimakan oleh Myong Soon?. Sekeras apapun dia berpikir tidak juga menemukan petunjuk.
Ki Choon bertanya apa Kang Sook apa mempunyai ide. Tentu saja pertanyaan Ki Choon tidak dijawab Kang Sook yang sedang bengong seperti sapi ompong. (hahahah, bahasa apa ini).
Ki Choon menjentikkan jari di depan wajah Kang Sook, bertanya apa yang sedang Kang Sook pikirkan. Kang Sook tersadar, seperti orang linglung dia bertanya "kenapa?". Ki Choon melihat Kang Sook seperti orang bingung. Ada apa?. Kang Sook bilang ada masalah besar.
"Masalah besar?", tanya Ki Choon. Kang Sook menggeleng, "Tidak lupakan saja", lalu merebahkan dirinya ke lantai.
Ki Choon mendesak, "Apa yang ingin kau katakan?. Katakan padaku".
Kang Sook bangun dengan wajah cemas dia berkata, "Tidak lama lagi, akan ada angin kencang yang bertiup dalam keluarga. Tidak. Itu akan seperti bom nuklir. Aku tidak bisa menghadapinya. Aku tidak mendengar apa-apa", lalu kembali merebahkan badanya di lantai. Ki Choon tak mengerti, "Apa yang dia bicarakan?".
Chae Won duduk melamun di halaman belakang. Disaat itu juga, ponselnya berdering menerima panggilan dari Se Yoon. Chae Won menjawabnya dengan wajah tersipu-sipu. ^-^. Se Yoon tanya kenapa Chae Won belum tidur, "Sepertinya kau memikirkanku". (Pede hahaha).
Chae Won tersenyum, "Kau menyebutku pemalu dan kupikir kau orang yang sombong".
Se Yoon membalas, "Aku sempurna dalam segala hal. Kenapa aku tidak boleh sombong?".
Chae Won tertawa geli. Se Yoon tertawa lalu berkata, "Berhasil. Aku ingin mendengar kau tertawa. Ngomong-ngomong, kenapa Ayahmu tadi sangat kesal?. Apa aku membuat kesalahan?".
Chae Won mengatakan sejujurnya bahwa ayahnya menentang hubungan mereka. Se Yoon berpikir ayah Chae Won menyukainya sejak awal. Chae Won berkata itu saat Hyo Dong belum mengetahui latar belakang Se Yoon yang berasal dari keluarga kaya. Se Yoon mengerti kekhawatiran ayah Chae Won, "Jangan khawatir dan serahkan padaku. Mengerti?".
Pagi hari. Chul Goo mengeliat bangun, disampingnya ada Hong Ju dengan posisi tangan merangkul badannya. Tak lama Hong Ju membuka mata dan tersenyum, "selamat pagi", ucapnya sembari mengeratkan pelukannya. Chul Goo yang tidak suka menyingkirkan tangan Hong Ju. "Lepasakan aku".
Hong Ju kembali memeluk Chul Goo, "Hei. Jangan malu-malu".
"Apa?", Chul Goo teriak histeris begitu mengetahui dirinya tidak memakai baju. Hong Ju sontak bangun mendengar teriakan heboh Chul Goo, "Kau menakutiku. Kenapa kau berteriak?".
"Apa yang sudah kau lakukan padaku?. Apa yang kau lakukan pada seorang pria mabuk?".
"Apa maksudmu?. Hei, Kim Chul Goo-shi".
"Selesai sudah. Sekarang aku sudah berakhir!. Aku ingin menjadi orang yang tidak bercela di hadapan Chae Won tapi sekarang berakhir. Ini semua salahmu!", Chul Goo menangis seperti anak gadis yang ternoda.
"Sialan", Chul Goo kembali teriak menyembunyikan wajahnya di balik selimut. Hong Ju hanya tersenyum tipis melihat tingkah kekanakan suaminya itu.
Chae Won sedang menyiapkan sarapan ketika Se Yoon menelponya. Chae Won mengangkatnya sambil senyum-senyum seperti orang yang tengah kasmaran. "Halo?".
"Selamat pagi", ucap Se Yoon penuh semangat.
"Kau menelponku pagi sekali", kata Chae Won.
Se Yoon minta maaf tidak bisa berkencan hari ini dengan Chae Won. Ada masalah mendesak. "Ini adalah hari libur pertama kita sebagai pasangan, tapi karena aku tidak bisa mengajakmu keluar, aku menelpon terlebih dahulu agar tidak mengecewakanmu".
Chae Won tersenyum, "Aku tidak akan kecewa. Jangan khawatir".
Se Yoon menggoda, "Bersikap seperti pemalu lagi. Apa aku berlebihan? Aku tahu kau akan sedih setelah kau tutup telponnya".
Chae Won minta Se Yoon berhenti menggodanya. Se Yoo tertawa dan berkata akan menelpon Chae Won lagi nanti, lalu menutup telepon.
Hyo Dong dan Choon Hee keluar kamar. Choon Hee tanya apa itu telpon dari Se Yoon. Chae Won mengiyakan. Hyo Dong berdehem, "Ingatlah apa yang sudah Ayah katakan".
Choon Hee menyahut, "Ingatlah apa yang sudah Ibu katakan juga, Chae Won-ah".
Hyo Dong kembali berdehem, sadar kalau istrinya itu berbeda pendapat dengannya. Chae Won menunduk, tak ingin ayahnya marah.
Tak lama kakek dan nenek keluar kamar. Nenek tanya apa Hyo Dong tidak sarapan dulu?. Hyo Dong menjawab akan sarapan dengan rekan kerjanya. Hyo Dong melihat wajah kakek tampak pucat, ia bertanya apakah kakek baik-baik saja.
Kakek merasa baik-baik saja karena Choon Hee rutin memberikannya obat herbal. Nenek juga merasa kakek pucat dan matanya sayu. Kakek berkata baik-baik saja dengan suara tinggi. Nenek kaget kenapa kakek harus berteriak. Hyo Dong pamit kerja. Choon Hee ikut mengantar keluar.
Nenek yang merasa khawatir kembali bertanya, "Apa kau benar-benar baik-baik saja?"
"Ya", jawab kakek masih dengan nada tinggi.
Nenek tersentak kaget, "Aigo. Kau pemarah sekali".
Tak ingin dimarahai lagi, maka nenek melangkah pergi kekamar Ki Ok, untuk melihat apakah putri bungusnya itu sudah bangun. Bau alkohol menyerbak saat nenek masuk ke kamar Ki Ok. Nenek yang kesal memukul Ki Ok, "Kenapa kau pulang sambil mabuk dan bukannya berkencan? Anak bandel!".
Ki Ok mengaduh kesakitan, "Berhenti memukuliku". Nenek menuntut penjelasan, "Kemana saja kau kemarin". Ki Ok pergi minum karena merasa muak dengan semua ini.
"Sendirian?", tanya Kang Sook yang tiba-tiba muncul seperti hantu.
Nenek kembali memukul Ki Ok, "Kau memang seperti kambing hitam!. Kau tidak seharusnya mengabaikan pria yang baik begitu. Apa kau akan mati sebagai perawan?. Pasangan kencanmu sangat marah. Bagaimana bisa aku menemui si pencari jodoh?".
Ki Ok mengacak rambutnya, "Terserah! Jangan menggangguku. Tinggalkan aku sendiri!". Ki Ok membalikkan badan, menutupi badannya dengan selimut. Nenek pusing menghadapi tingkah Ki Ok pergi keluar kamar.
Setelah nenek keluar, Kang Sook melancarkan serangan, ia tahu adik ipar yang sekaligus teman-nya itu tidak pergi kencan karena Kang Jin. Ki Ok bangkit dari tidurnya, pura-pura tidak mengerti apa yang Kang Sook bicarakan. Kang Sook menantang, "Kau ingin aku menemukan pemilik selimut ini?".
Ki Ok mencoba berkilah dengan berkata ia minum bersama temannya dan...Kang Sook memotong, "Ayolah. Aku mendengar kau bicara saat tidur. Kau menyukai Tuan Kang, ya kan?. Jika kau mencoba membohongiku, aku bisa mengatakannya pada Ki Choon".
Do Hee yang kebetulan berdiri didepan pintu secara tak sengaja mendengarnya. Do Hee kaget dan mengomeli Ki Ok dengan suara nyaring, "Apa kau gila?. Meskipun kau putus asa, bagaimana bisa kau...?. Dia terlalu tua untukmu. Kau pasti sudah gila!".
Kang Sook menutup mulut Do Hee rapat-rapat, "Kita harus merahasiakannya!. Jika Ki Choon mengetahuinya, dia bisa membunuh Ki Ok".
"Kau gadis bodoh!. Apa kau sudah gila?.", teriak Ki Choon tiba-tiba masuk ke kamar Ki Ok. Saking kagetnya Do Hee dan Kang Sook teriak terkejut hingga terjatuh. Habis sudah, mereka berpikir Ki Choon pasti mendengar ucapan mereka. Ki Ok menunduk takut.
"Bagaimana bisa kau membuat seorang pria menunggumu dan pulang sambil mabuk?", sambung Ki Choon. Do Hee dan Kang Sook menarik napas lega, ternyata Ki Choon belum mengetahuinya.
Ki Moon yang juga ada disana heran dengan ekspresi Do Hee dan Kang Sook, "Kenapa kalian sangat terkejut?. Ada pembicaraan rahasia apa?".
"Rahasia?. Tidak ada", sangkal Do Hee dan Kang Sook berbarengan.
Hyo Dong sampai di lokasi kerja. Salah satu temannya berkata menantu Hyo Dong menunggu dari tadi. Hyo Dong bingung, "Menantuku?".
"Itu!", tunjuk teman Hyo Dong pada Se Yoon yang datang dengan membawa segelas kopi. Se Yoon tersenyum dan membungkuk hormat. "Selamat pagi, Ayah".
"Apa yang kau lakukan disini?", tanya Hyo Dong heran.
Teman kerja Hyo Dong menyahut, Se Yoon datang untuk membantu ayah mertuanya. "Dia baru saja menyiapkan kopi untuk kita. Dia berwajah tampan dan pintar membuat kopi". Se Yoon menyerahkan kopi yang ia bawa kepada Hyo Dong, "Kuharap ini sesuai dengan selera ayah". Hyo Dong menerimanya meski tampak ragu-ragu.
Teman kerja Hyo Dong merasa iri pada Hyo Dong yang sungguh beruntung, memiliki istri yang cantik dan menantu yang bisa di andalkan. Lalu mereka mengajak Hyo Dong pergi ke warung untuk mengisi perut sebelum kerja. Tak lupa mereka mengajak Se Yoon ikut serta. Hyo Dong mempersilahkan mereka untuk pergi lebih dulu, ada hal yang harus ia tanyakan pada Se Yoon.
Setelah teman kerja-nya pergi, Hyo Dong bertanya pada Se Yoon dengan raut wajah tidak suka, "Apa kau memberitahu mereka kau adalah menantuku?".
"Mereka berpikir aku adalah menantumu. Aku hanya tidak menyangkalnya", jawab Se Yoon.
Hyo Dong tanya bagaimana Se Yoon tahu dimana tempat ia bekerja. Se Yoon menjawab jujur ingin memperoleh nilai dari Hyo Dong. Jadi ia bertanya pada Choon Hee, "Aku akan menjadi asisten ayah hari ini", Se Yoon membungkuk.
Bibir Hyo Dong menarik senyum. Lalu kembali bersikap galak, "Kau pikir pekerjaan ini sangat mudah dan sepele sehingga siapa saja bisa melakukannya?". Se Yoon tidak bermaksud begitu. Hyo Dong mengusir Se Yoon pulang, "Kau hanya akan mengangguku".
Se Yoon janji tidak akan menganggu, "Apa yang harus kulakukan terlebih dahulu?". Se Yoon berinisiatif mulai bekerja. Hyo Dong tersenyum tipis, sebenarnya ia menyukai Se Yoon. Hanya saja latar belakang Se Yoon membuat ia sulit untuk menerimanya.
Lanjut ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 33 Part 2
Komentar :
Adakah yang kangen sama couple Chae Won dan Se Yoon?. Mulai episode ini, Chae Won sudah membuka hatinya dengan menerima cinta Se Yoon. Itu berkat kegigihan Se Yoon dalam menyakinkan Chae Won. Akhirnya mereka resmi jadian....
Asiiij pertama :)
ReplyDeleteAaaaaa, aku aku aku (acung tangan paling tinggi :) )
Makasiii nuriii aku kangen bgt ama couple SY - CW, mereka keliatan cuco
Di sini SY gigih bgt ya bwt yakinin kluarganya CW, terutama yakinin HD
Semangat nuriiiii, utk AHYi dan the heirs tentunyaaa :* hehehehe
Hihihihi aku aka menunggu tulisanmua #lebaymodeon :p
Vita
asyik.....akhirnya.....^^ ...., lanjutkan.....
ReplyDeleteKaaaangeeen ma pasangan Chae Won - Seo Yoon, ✽̶┉♏∂ƙ∂șîħ┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴ ya
ReplyDeleteSlalu nunggu updatenya ˆ⌣ˆ
Suka deh sm pasangan ini......kerennn....lanjuttttttt
ReplyDeleteasyik..... akhirnya sinopsisnya, lamjutkan..... semangat ya ^_^
ReplyDeleteakhirnya keluar jg sinopsisnya...Gomawo Eonni...:)
ReplyDelete