Pages - Menu

Wednesday, October 30, 2013

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 36 Part 1

Kakek Uhm kaget menerima kedatangan para sesepuh kerabat yang datang secara mendadak. Para sesepuh ini mendengar rumor bahwa kakek berniat mewariskan lahan gandum kepada anak-anaknya. Mereka marah, beraninya kakek mencoba untuk menjual properti milik Klan tanpa izin. 


Kakek Uhm mempersilahkan mereka masuk, ia akan menjelaskan hal ini di dalam. Ki Choon merasa penasaran memberanikan diri bertanya pada salah satu sesepuh, apa maksdunya properti klan. Kakek baju biru membentak, "Apa kau pikir tanah itu adalah properti milik keluargamu?". 

Seretak anak dan menantu kakek kaget, "Tanah itu bukan milik kita?".

Kakek Uhm diam sejenak, lalu tanya pada Do Hee, apa kau menemukan akte suratnya. Do Hee maju menyerahkan akte tanah yang berhasil ia rebut dari Ki Ok. Kakek mengajak para sesepuh masuk ke dalam. Kali ini mereka setuju, dan tidak lagi marah-marah. 

Do Hee tanya pada Ki Moon, apa yang mereka bicarakan. Ki Moon berkata mereka membicarakan sesuatu tentang properti klan. Tapi ia tak mengerti dengan jelas apa yang mereka bicarakan. Kang Sook tanya pada Ki Ok, mungkinkah mengetahui sesuatu. Ki Ok berkata bagaimana ia tahu. Ki Choon merasakan ada sesuatu yang aneh disini. Lalu lari menyusul masuk ke dalam ikuti yang lainya. 


Hyo Dong dan Choon Hee masih di halaman. Choon Hee berguman akan ada kekacauan besar. Hyo Dong tanya apa Choon Hee mengetahui sesuatu. Choon Hee mengatakan sebenarnya ladang gandum di di Ahn Sung bukan milik kita. Hyo Dong kaget, "Apa?". 

Di kamar, kakek bicara dengan para sesepuh. Kakek baju putih menanyakan sikap kakek Uhm, sebagai perwakilan klan, tak seharusnya kakek Uhm melakukan hal itu, "Beredar kabar kalau kau akan mewariskan tanah Klan pada anakmu". 


Kakek Uhm menunduk berkata ini kesalahpahaman, "Jika aku pernah mempunyai niat untuk mengisi kantongku dengan menjualnya, maka langit akan menghukumku". Kakek baju biru tidak berpikir kakek adalah orang semacam itu. Tapi sekarang karena ada rumor yang beredar lebih baik mengalihkan tanah itu ke perusahaan. Pengacara yang akan menjelaskan rinciannya. 


Pengacara yang mereka bawa menjelaskan bahwa para sesepuh ini sepakat untuk menyertakan tanah tersebut dibawah manajemen bersama. Ini mencegah kakek Uhm untuk menjual tanah warisan ini sesuka hati, jadi tanah itu akan berada dalam penjagaan yang aman.


Pengacara mengeluarkan dokumen dan minta kakek memberikan cap stempel di atas kertas perjanjian (cap stempel sama pentingnya dengan tanda tangan). Kakek baju putih berkata ini adalah keputusan dari semua pihak keluarga klan, tolong jangan merasa tidak enak. 

Kakek Uhm sama sekali tidak merasa begitu. Kakek mengeluarkan stempel miliknya dan memberi cap di atas kertas perjanjian. 


Ki Moon, Do Hee, Kang Sook, Ki Choon dan Ki Ok berjejer di depan pintu kamar kakek, mencoba mencuri dengar. Nenek sangat bingung kenapa para sesepuh kerabat datang kesini. Chae Won dan Choon Hee saling pandang. 


Pintu kamar kakek bergesar, para penguping itu cepat-cepat menyingkir dari depan pintu. kakek dan para sesepuh keluar. Nenek menawari mereka makan malam sebelum pergi. Kakek baju putih berterima kasih, tapi ia menolak karena sibuk. Kakek dan nenek mengantar mereka keluar hingga pintu depan.

Ki Ok mengaku tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Kang Sook tanya pada Ki Choon, jadi kenapa para sesepuh itu datang kesini. Ki Choon cemas, mencoba menyangkal pikiran yang melintas di benaknya, "Itu pasti tidak mungkin. Pasti ada yang salah, kan?", gumannya. 

Ki Mon juga merasakan hal yang sama, "Aku tidak percaya itu. Tidak mungkin ayah membohongi kita". Do Hee panik, "Bohong?. Apa maksudnya?". Hyo Dong garuk-garuk kepala, sama tidak mengertinya. Choon Hee dan Chea Won kembali saling pandang. 


Tak lama kakek dan nenek masuk ke dalam rumah membuat mereka semua berdiri. Ki Choon yang merasa penasaran langsung tanya, "Soal apa itu?".
Ki Moon menyambung, "Aku mendengar mereka mengatakan kalau tanah itu adalah properti yang dimiliki oleh Klan. Itu tidak benar, kan. Ayah?". 

"Semuanya duduklah", ucap kakek mengambil tempat duduk. 

Beberapa menit kemudian, kakek masih diam, menundukkan kepala dan memejamkan mata. Nenek buka suara minta nenek mengatakan yang sebenarnya, punggungnya mulai sakit semenjak tadi berdiam diri seperti ini. 


"Maafkan aku", ujar kakek. "Ladang gandum itu bukanlah milikku. Itu adalah properti Klan. Aku adalah cucu tertua dari Klan, jadi tanahnya diatas namakan namaku".

"Apa?", Ki Choon menundukkan kepala lemas, Kang Sook dan Do Hee terbelalak terkejut. Ki Ok melamun dan Ki Moon bengong. 

Nenek marah, "Apa?. Jadi kau menggunakan tanah itu sebagai umpan untuk mengumpulkan semua anakmu disini?"

"Pabrik mie kita akan bangkrut, jadi untuk melanjutkan tradisi kita,..."

Ki Choon memotong, "Ayah membodohi kami?". 

"Ya", jawab kakek tak menyangkal.

"Oh tuhanku!", Kang Sook dan Do Hee langsung pingsan karena terlalu syok.

Ki Moon dan Ki Choon mencoba membangunkan mereka. Nenek menyuruh Chae Won mengambil air dingin. Chae Won berdiri pergi ke dapur. Kakek minta bantuan Hyo Dong untuk membantunya berdiri. Kakinya terasa lemas untuk melangkah. Hyo Dong segera memapah kakek, membawanya ke kamar.

Chae Won keluar dari dapur, membawa semangkuk air dingin. Nenek meminumnya lalu menyemburkan air itu ke wajah Do Hee dan Kang Sook secara bergantian. (Bueh. Udah kaya dukun aja main sembur...wkwkwkwk..).

Dan memang ampuh, Kang Sook dan Do Hee langsung bangun. Ki Moon tanya pada Do Hee, "Apa kau baik-baik saja?". Ki Choon minta Kang Sook tidak boleh pingsan meski dalam situasi seperti ini, kau harus tetap sadar.


Kang Sook merasa seperti sedang bermimpi. Do Hee sama ia minta pada Ki Moon untuk mencubitnya agar segera terbangun dari mimpi buruk ini. Ki Choon menepuk pipi Kang Sook berulang-ulang, "Bangunlah....bangunlah". 

"Ini bukan mimpi?. Apa ini kenyataan?", tanya Kang Sook tak percaya.

"Ya. Ini kenyataan", jawab Ki Ok tanpa tenaga. 
"Sungguh menghebohkan. Seperti petir di siang bolong", nenek  lemas seperti mau pingsan.

Choon Hee memapah nenek masuk ke dalam kamar. Kang Sook dan Do Hee kembali pingsan. Ki Ok melamun seperti orang yang patah hati. 

Kang Jin jalan mondar-mandir dikamarnya. Om satu ini di landa galau.  Ia ingat saat Ki Ok mengajaknya menikah dan menyerahkan akte tanah 10 milyar. Kang Jin berpikir pasti saat sekarang ini Ki Ok sedang dimarahi habis-habis'an oleh kakak-kakaknya, "Aku sangat khawatir. Mungkin mereka mencukur rambutnya dan mengurungnya".

Keluarga Uhm berkumpul di kamar kakek. Penyakit nenek kambuh membuatnya harus berbaring di kasur. Ki Moon tak habis pikir bagaimana kakek membohongi mereka seperti ini. Do Hee bicara sambil menangis, "Ki Moon keluar dari pekerjaan tetapnya dan Seul Hong keluar dari sekolahnya di luar negeri dan datang kesini demi kompetisi. Apa yang harus kami lakukan sekarang?. Tak ada harapan lagi buat kami".

Kang Sook berkata ia menjual rumah dan warung kaki babi, tidak ada tempat tujuan sekarang. Do Hee histeris, "Sama saja!. Kami akan hidup di jalanan".

"Apa Ayah sudah pikun?, tanya Ki Ok. "Jika tidak bagaiamana Ayah melakukan hal itu".

Hyo Dong menegur Ki Ok. Ki Ok bilang ia mengatakan itu karena khawatir. Choon Hee merasa kasihan pada kakek, dan ingin menceritakan semuanya, tapi kakek melarang.

"Aku terlalu rakus. Aku berharap salah satu dari kalian  meneruskan usaha keluarga, jadi aku melakukannya  tanpa berpikir panjang. Maafkan aku", kakek merendah memohon maaf dari anak dan menantunya.

Ki Choon berdiri, "Mengatakan maaf tidaklah cukup!", bentaknya. "Bagaimana bisa Ayah mengacaukan kami seperti ini?. Kenapa Ayah harus mengacaukan kehidupan kami?". Ki Choon yang marah langsung keluar. Kang Sook yang mengatahui tabiat Ki Choon menyusul kemana dia pergi. 

Kakek menunduk sedih. Do Hee menangis sesengukan. Nenek merintih. Chae Won menangis diam. Choon Hee memandangi kakek yang terpekur menatap lantai. Diantara semua anggota keluarga, hanya Choon Hee yang paling mengerti alasan di balik kebohongan kakek. 

Dengan sikap tempramennya, Ki Choon mengamuk di pabrik. Membuang semua tulisan kaligrafi di dinding dan menendang ember yang berisikan batang bambu yang biasa di gunakan untuk menjemur mie. Kang Sook datang minta Ki Choon untuk tenang. Ki Choon berkata semuanya sudah berakhir. 

Kang Sook mengerti perasaan Ki Choon, tapi mengamuk tidak akan membantu. Ki Choon mengambil mie dan ingin menghamburnya. Tapi urung ia lakukan. Lalu keluar dari pabrik dengan marah.

Sementara itu, Do Hee menyeret kopernya keluar dari rumah mie. Choon Hee yang melihatnya tanya kau mau kemana. Do Hee membentak, "Bukan urusanmu!", lalu keluar dari rumah. Ki Moon bingung, antara ingin mengikuti istrinya atau tetap di rumah ini. Hyo Dong menyuruh Ki Moon untuk segera mengejar Do Hee dan hentikan dia. Ki Moon keluar rumah di ikuti Seul Hong. 
Choon Hee menghela napas. Hyo Dong cemas memandangi kamar kakek. Suasana rumah benar-benar kacau.

Chae Won pergi ke pabrik siap bekerja, tapi yang ia lihat hanya pabrik yang berantakan. Chae Won memunguti semua batang bambu dan membereskan sisa-sisa kekacauan yang dibuat Ki Choon. 

Presdir Lee menanyakan rencana Se Yoon yang ingin mengadakan kompetisi mie. Se Yoon membenarkan, "Kompetisinya terbuka untuk individu dan perusahaan". Presdir Lee setuju dengan ide Se Yoon, "Kita bisa mendapatkan dua keuntungan, yaitu kesempatan pemasaran dan keluarnya produk baru". 
"Ini sudah menarik perhatian di website kita. Ayah bisa mengharapkan hasil yang bagus", ucap Se Yoon. 
Presdir Lee beralih menanyakan soal Chae Won, "Ibumu bilang kalau keluarganya menjalankan usaha mie di Paju. Apakah itu tempat dimana aku mengutusmu menghadiri undangan waktu itu?"

"Ya. Itu benar", jawab Se Yoon. 

"Benar", jawab Presdir Lee berpikir. 

Sol Joo minum teh sembari memikirkan peristiwa kemarin malam saat bertemu dengan Do Hee di rumah mie. Sol Joo masih saja berpikir Do Hee yang menjodohkan Chae Won dengan Se Yoon, "Sulit di percaya. Dia tahu kalau Se Yoon sangat berarti bagiku. Beraninya dia. Sungguh keterlaluan". 
Bibi pulang dari belanja, ia memberikan paket buat Sol Joo. Sol Joo menerima dan kaget melihat nama pengirim yang tertulis di kotak paket. Dari pantu asuhan Evergreen. Buru-buru Sol Joo kekamar untuk membuka paket itu. 


Alangkah kagetnya Sol Joo melihat botol dengan isi gelang bayi warna ungu di dalamnya. Sol Joo membuka tutup botol dan menumpahkan isinya. Sol Joo seperti sesak napas saat memegang gelang itu, "Ini adalah....", ucapnya tercekat lalu meraih ponselnya menghubungi nomor panti asuhan. 
Panggilan tersembung. Sol Joo berkata ia baru saja menerima paket yang dikirim dari panti asuhan. Pura-pura tak mengerti, ia tanya apa ini. Penerima telpon berkata sebelum meninggal kepala panti minta barang itu dikirimkan ke Sol Joo sebagai permintaan terakhirnya. 

Wajah Sol Joo semakin pucat, "Kepala panti?". 

Young Ja masuk ke kamar Chul Goo dan membuka semua laci meja rias, pastinya ia mencari sesuatu. Tak lama Hong Ju masuk ke kamar, tanya apa yang sedang ibu mertuanya cari. Young Ja ingin tahu dimana Hong Ju menyimpan kotak perhiasan. Hong Ju tanya kenapa. 

Young Ja mengadahkan tangannya, meminta kembali kaluang mutiara yang pernah ia berikan. (Idih..udah dikasih, diambil lagi..dasar gak tau malu). Young Ja beralasan ia mempersiapkan perhiasan mahal itu untuk putri bungsu Taesan Group. Sekarang karena terungkap Hong Ju bukan anak tuan Ma, maka Young Ja minta kalung itu dikembalikan. 

"Itu tidak sesuai seleraku. Tentu saja", jawab Hong Ju tersenyum lalu membuka laci nomor 3, dan memberikan kotak perhiasan yang ia pegang pada Young Ja. 

Young Ja membuka untuk mengecek isinya, dia berkata seharusnya Hong Ju mengembalikan ini sebelum ia memintanya, "Kau sangat tidak peka". 

"Oh, maaf karena aku adalah anak haram dan tidak peka", ucap Hong Ju menundukkan kepala dan tersenyum masam.
Young Ja melihat cincin pernikahan di tangan Hong Ju. Menatap Hong Ju dengan gaya tengilnya, isyarat ia juga meminta cincin itu di kembalikan. Hong Ju langsung melepas cincin yang melingkar di jari manisnya, "Aku lupa. Ini".

"Oh. Aku akan mengubahnya dan memberikan pada Chae Won", ucap Young Ja dengan senyum mengejek.

Hong Ju mendelik marah, lalu keluar kamar. Hong Ju ngedumel, "Kita lihat saja berapa lama dia bisa bertahan". 

Hong Ju pergi ke dapur dan melihat banyak bingkisan diatas meja. Pada Ms. Park ia tanya apa itu semua. Ms. Park bingung ingin menjawab. Young Ja masuk ke dapur bersama driver Kim. Ia menyuruh driver Kim membawa semua bingkisan itu kerumah orang tua menantunya. 

"Ke rumah Presdir Taesan Grup?", tanya driver Kim. 

"Kau bodoh! Kenapa kita tidak pernah bisa berkomunikasi?". omel Young Ja. "Bukan rumah yang itu. Yang di Paju!".

"Paju?", tanya driver Kim bingung. "Oh. Baik", driver Kim akhirnya mengerti membawa bingkisan itu ke mobil. 

"Hei. Ahjuma Park", panggil Young Ja. "Kenapa kau diam saja!". 

Ms. Park melengos tidak suka, "Apa Anda memanggil saya?". 

"Siapa lagi disini yang bernama Park selain kau?. Jangan cuma berdiri saja disana. Kemari dan bantulah!", omel Young Ja dengan suara nyaring. 
"Hati-hati. Pelan-pelan", ujar Young Ja mengomando.


Meski berat Ms. Park menuruti perintah Young Ja. Membawa bingkisan itu ke mobil. Hong Ju memperhatikan. Young Ja berdehem, memasang wajah tidak suka lalu keluar dari dapur. Hong Ju tersenyum getir, berusaha bertahan untuk tidak menangis atau pun marah. 
Driver Kim menemui Chae Won bekerja di pabrik. Chae Won heran kenapa driver Kim kemari. Driver Kim menunjuk bingkisan yang ia letakkan di dekat pintu, "Nyonya Bang menyuruhku untuk mengantarkan ini pada anda". 

Chae Won kaget. Driver Kim tanya, "Apa saya bisa meninggalkannya disini atau  haruskah saya meletakkannya di tempat lain?". Chae Won menyuruh driver Kim membawa kembali semua bingkisan itu pulang, "Aku tak mau menerimanya". 

"Nyonya menyuruhku supaya tidak membawanya pulang. Kalau begitu saya permisi", driver Kim pergi. 


Chae Won memanggil driver Kim, tapi pria itu tak mau berbalik. Chae Won memandangi semua bingkisan pemberian Young Ja. Tak mengerti kenapa mantan ibu mertuanya mengirim bingkisan ini. 


Chae Won menyupir sendiri mobil box dan meletakan semua bingkisan itu di depan rumah Young Ja. Chae Won hendak masuk ke mobil, kebetulan saat itu Chul Goo pulang dan memanggil Chae Won dengan panggilan "Yobo" (panggilan sayang untuk istri atau suami).

Chul Goo langsung lari menghampiri Chae Won. Chae Won marah, "Siapa Yobo?. Jaga ucapanmu?". Chul Goo tanya kenapa Chae Won disini. 

"Katakan pada Ibumu. Aku tidak tahu kenapa dia melakukan ini, tapi aku tidak berniat untuk kembali jadi berhentilah membuang-buang waktunya", ucap Chae Won kesal. 

Chae Won ingin membuka pintu mobil, Chul Goo menghalangi, "Kau mengatakan itu karena kau tidak tahu. Ibu sudah benar-benar berubah. Dia menyadari kalau tidak ada orang seperti dirimu". 

"Berhenti omong kosong. Aku tidak senang mendengarnya", sergah Chae Won marah. 


Chul Goo : Kami tidak bisa mendapatkan rasa hormat darimu, tapi kami bersungguh-sungguh. Rasanya tidak enak harus mengatakan ini, tapi Ibu benar-benar muak dengan Hong Ju. Ibu mendapatkan pelajaran bahwa menantu dari keluarga kaya belum tentu baik. Jadi kumohon berikan kami satu kesempatan terakhir. 

Chae Won : Berhenti omong kosong.
Chul Goo : Kita dulu tidak punya masalah selain masalah Ibuku. Kita bisa kembali ke masa hari-hari bahagia.

"Maaf. Tapi aku tidak tertarik sama sekali', ujar Chae Won. Chul Goo tanya kenapa tidak. 

"Aku menemukan seseorang yang aku kucintai. Aku mencintai Lee Se Yoon. Kami resmi berkencan sekarang", ungkap Chae Won. 

"Bagamana kau bisa?", Chul Goo syok.

Chae Won berkata ini adalah hidupku, "Jadi berhentilah menggangguku lagi. Dan katakan pada Ibumu untuk berhenti membuang-buang waktunya". 

Chae Won mendorong Chul Goo, masuk ke dalam mobil. Chul Goo mengetuk kaca mobil, kita harus bicara. Chae Won mendelik kesal lalu menyalakan mesin mobil. Chul Goo menghadang di depan. Merentangkan tangan, menghalangi jalan "Kau tidak boleh pergi. Kita harus bicara. Aku ingin kau kembali". 

Chae Won memundurkan mobil. Chul Goo beralih menghadang di belakang. Kesempatan itu digunakan Chae Won untuk pergi. Chul Goo mengejar mobil box sembari memanggil nama Chae Won. Ia berhenti mengejar setelah merasa tak kuat lagi. Dengan napas ngos-ngos'an ia terus memanggil nama Chae Won. 

"Dia berkencan dengan Lee Se Yoon?. Tidak mungkin. Ini gila!". 


Se Yoon berada di pabrik mie, tersenyum menyentuh mie buatan Chae Won. Tak lama Chae Won datang, rasa kesalnya langsung hilang begitu melihat punggung dari pria yang ia cintai, "Se Yoon shi", panggilnya. 

Se Yoon berbalik, tanya darimana saja Chae Won. Chae Won bilang, "Ada sesuatu yang harus kuurus. Apa kau sudah lama menunggu?".  Se Yoon menggeleng, "Tidak. Aku baru saja sampai. Ngomong-ngomong, mie ini kelihatan spesial". 

Chae Won mengatakan itu adalah mie yang ia buat beberapa hari ini. Se Yoon tanya apa itu mie premium yang ada dalam proposal Chae Won yang pernah ia baca. Chae Won membenarkan, "Aku menariknya dengan tangan, jadi teksturnya lengket dan semakin kenyal". 

"Kenapa kau tidak mengajukannya ke dalam kompetisi mie di kantor?", tanya Se Yoon.

"Kompetisi mie?". 
Se Yoon berkata jika Chae Won memenangkan kompetisinya, Chae Won bisa menandatangani  kontrak dengan perusahaan Se Yoon dan menjual produk mie. "Dengan kata lain, kita akan menjadi partner bisnis".


Chae Won diam berpikir dan menimbang, lalu menganguk. "Aku akan melakukannya. Aku akan memenangkan hadiah utama dan membangun kembali pabrik ini. Dan aku ingin mendapatkan pengakuan dari orang tuamu", ucap Chae Won penuh tekad.

Se Yoon memandangi Chae Won lekat. Chae Won tanya kenapa Se Yoon menatapnya seperti itu. Se Yoon mengaku bingung, "Apakah kau orang yang sama seperti yang pernah kukenal. Kurasa kau menjadi pejuang yang kuat dan agresif. Apa kau baik-baik saja?". Chae Won menganggapinya dengan senyum.


Selanjutnya, Se Yoon memakai baju koki. Membantu Chae Won membuat mie di pabrik. Se Yoon menuang tepung ke baskon, tapi karena ia menuangnya terlalu semangat dan kurang hati-hati membuat bubuk tepung berhamburan di udara. 

Se Yoon batuk-batuk. Chae Won tanya kau baik-baik saja. Chae Won tersenyum melihat Se Yoon dengan ekspersi lucu itu.
Saat Chae Won merapihkan tepung, Se Yoon diam-diam mencuri cium. Memberikan ciuman cepat di pipi Chae Won, setelah itu pura-pura gak tau. Hahaha..Se Yoon nakal dech.... Chae Won kaget dan mendorong pundak Se Yoon, mereka tertawa bersama. So sweet...
Chae Won menguleni adonan. Se Yoon mewarkan bantuan. Tapi Chae Won berkata tidak usah. "Apa kau yakin?", tanya Se Yoon. Chae Won mengiyakan dengan anggukan. Tapi Se Yoon terus menggoda Chae Won...hihihihi
Chae Won mengajari Se Yoon menarik mie dari penggilingan. Tapi karena belum mahir, Se Yoon malah menjatuhkan semua mie ke lantai. Chae Won hanya tersenyum, "Berikan padaku, aku akan menunjukkanya". 

Selanjutnya, Se Yoon menarik mie agar lebih tipis. Kali ini Se Yoon melakukannya dengan baik dan mendapat elusan sayang dari Chae Won. 

"Kerja yang bagus, Direktur Lee. Sangat bagus". 


Hyo Dong menelpon ponsel ipar-iparnya, tapi tak ada satupun dari mereka yang menjawan. Choon Hee keluar dari dapur membawa minuman herbal untuk kakak. Ia tanya apa mereka tidak menjawab. Hyo Dong membenarkan, "Mereka semua mematikan HP nya". Choon Hee tak mengerti, meskipun mereka marah bagaimana mungkin meninggalkan rumah, "Mereka tidak peduli dengan orang tua mereka?. Ini sudah sangat keterlaluan". 


Hyo Dong berkata merkea mempertaruhkan semua demi 10 milyar, karena itu mereka merasa sangat kehilangan. Hyo Dong berkata kakek tampak pucat dan lebih kurus belakangan ini. Ia khawatir kesehatan kakek lebih memburuk karena insiden ini. 

Di kamar nenek berbaring di kasur, merintih dan mulai menyalahkan kakek. "Apa kau sudah pikun?. Bagaimana bisa kau membohongi anak-anakmu dengan menggunakan ladang gandum?". Nenek duduk, "Apa menyenangkan untukmu membuat mereka bertengkar?". 

"Membuat mereka bertengkar?. Aku hanya ingin untuk mempertahankan usaha keluarga", kata kakek. 

"Persetan dengan usaha keluarga!. Karena kau keras begitu kita hidup seperti ini", ujar nenek. 

"Hei!. Memang kenapa dengan cara hidup kita?", tanya kakek tak mengerti setengah teriak. 

Nenek bilang anak-anak mereka mempercayai kakek sepenuhnya. Bagaimana kakek akan bertanggung jawab dengan masa depan mereka. Hyo Dong dan Choon Hee masuk ke kamar. Hyo Dong menenangkan nenek yang marah-marah. Choon Hee memberikan minuman herbal pada kakek. Nenek berkata seharusnya Choon Hee memberikan obat pikun bukan obat herbal seperti itu. 

Terdengar suara ketukan di pintu. Chae Won masuk bersama Se Yoon. Se Yoon membungkuk hormat, memberi salam dan menanyakan kabar kakek dan nenek. Hyo Dong berdehem menunjukkan wajah tidak suka. Choon Hee menegur suaminya dengan memegang tangan Hyo Dong. Chae Won merasa tidak enak pada Se Yoon.


Chae Won dan Hyo Dong bicara di halaman belakang. Hyo Dong menghela napas berat berkali-kali, "Aigo...aigo..Jadi kau tidak akan pernah bisa berpisah dengannya?". Chae Won menjawab tidak bisa. 

Hyo Dong : Saat Ibunya datang  untuk menjemputnya kemarin, apa kau lihat betapa dinginnya dia menatapmu?. Dia menatap Ayah tanpa perasaan. Jika kau menikahinya, kau akan melewati neraka seperti yang sudah pernah kau alami. 

Chae Won : Aku sangat mencintai Se Yoon, sehingga aku tidak peduli dengan hal itu.

"Chae Won-ah", tegur Hyo Dong putus asa. 

"Dia membutuhkanku. Kumohon pahamilah aku, Ayah". 

Hyo Dong kehilangan kata-kata. Choon Hee muncul di pintu memanggil Chae Won, "Se Yoon akan pulang. Antarkan dia, cepatlah". Chae Won masuk ke dalam rumah. Hyo Dong menggerutu, "Ibu dan anak sama saja. Aigo...". 

5 orang yang merasa kecewa kini berkumpul di rumah makan sembari minum soju dan mabuk bersama. Do Hee makan sambil menangis. 

"Kau masih punya air mata yang tersisa?. Cukup", pinta Ki Moon frustasi. 
"Semakin aku memikirkannya, semakin aku merasa marah. Bagaimana bisa Ayah melakukan hal ini pada kita?. Aku memiliki kecerdasan, kan?. Tapi bahkan aku diperdayai
seperti orang bodoh", Do Hee mewek lagi. 

Kang Sook mengatakan kakek sudah merencanakannya. Tak heran jika mereka semua merasa tertipu. Ki Moon bilang semuanya tampak sempurna di atas kertas. Ki Choon mengehela napas, "Pria tua yang cerdas". Do Hee kembali mengeluh, "Seul Hong bahkan meninggalkan sekolah dan datang kesini. Apa yang harus kita lakukan sekarang?". 
"Pelajarannya tidak cocok denganku. Aku juga akan keluar. Aku tidak apa-apa", sahut Seul Hong dari meja seberang. 

"Anak bandel!. Kau!", teriak Do Hee. "Diamlah". (Hahaha dia sendiri yang teriak juga, dasar aneh).

Ki Choon menegur Ki Ok yang sedari tadi melamun. Ki Ok diam saja seolah tak mendengarkan panggilan kakaknya. Ki Choon heran apa yang dipikirkan adik bungsunya itu. Kang Sook yakin siapa lagi yang di pikirkan Ki Ok kalau bukan gigilo tua itu. Dia tenggelam memikirkan pria tua itu. 

"Uhm Ki Ok", panggil Ki Choon setengah teriak. 

"Huh. Kenapa?", tanya Ki Ok linglung. 

Ki Choon heran bagaimana bisa Ki Ok memikirkan Kang Jin dalam situasi seperti ini, "Apa kau sudah gila atau apa?. Bagaimana bisa kau membawa akta tanah itu padanya?". Kang Sook minta Ki Ok jujur, "Bukankah dia yang membujukmu untuk mencurinya?". 

"Bukan begitu", sangkal Ki Ok. 

"Lalu? Apa kau mencurinya atas keinginan sendiri?", tanya Do Hee. 
"Sudah kubilang. Aku melakukannya sendirian. Aku mencurinya karena aku ingin menikah dengannya", jelas Ki Ok. 
Do Hee tertawa dan mengebrak meja, "Jangan konyol!. Bahkan jika dia menawarkan 10 milyar untuk menikahimu, kami tidak akan menerimanya. Tapi kau bilang kau mencoba untuk memberinya uang supaya dia menikahimu!". 

Bagi Ki Ok Kang Jin bernilai, setara dengan 10 milyar. Tok...saking keselnya, Ki Choon mengetok kepala Ki Ok dengan sendok (hahahahaha). "Gadis bodoh. Kau benar-benar sudah gila". 

Ki Ok mengelus kepalanya yang sakit. Kang Sook bilang mungkin Kang Jin sudah memberi Ki Ok obat. Kalau tidak kenapa Ki Ok terus mengatakan hal yang tidak masuk akal. Ki Moon menghela napas, "Aigo..Keluarga kita sungguh berantakan". 

"Aku tidak tertarik dengan 10 milyar atau apapun itu!", Ki Ok meneguk soju segelas, berdiri lalu pergi. 

"Hei. Kamu mau kemana. Berhenti", panggil Ki Moon dan Ki Choon. 

Ki Choon ingin menyusul. Kang Sook menarik tangan Ki Choon, "Biarkan dia pergi. Jika Tuan Kang mengetahui soal uang 10 milyar itu, maka dia akan menyerah". 

Do Hee minta tambahan soju lagi pada pemilik warung. 

Kang Jin membuka kotak berisi surat-surat dari penggemarnya dulu. Banyak surat dari Ki Ok. Kang Jin membaca salah satunya.

"Apa kabar, Tuan Kang?. Ini adalah suratku yang kesepuluh, dan aku ingin memperkenalkan diri. Namaku Uhm Ki Ok. Aku seorang Libra. Golongan darahku O dan warna kesukaanku adalah kuning. Musisi favoritku adalah Tuan Kang Jin Gyu".
"Tanpa hiburan darimu pada hari itu, aku tidak akan bisa bermain piano lagi. Kau menolongku agar tidak menyerah pada mimpiku dan untuk bermimpi dengan impian yang baru. Tebak apa mimpiku yang baru. Aku akan mengatakannya secara langsung 10 tahun lagi. Aku akan memberikanmu petunjuk, aku berdoa setiap malam bahwa kau tidak mempunyai kekasih".
 
Kang Jin tersenyum setelah membaca surat dari Ki Ok. Lalu duduk di di depan piano, memainkan lagu kesukaannya.  

Ki Ok berdiri di luar rumah Kang Jin, mendengarkan alunan piano yang dimainkan Kang Jin. Perasaanya pada Kang Jin tidak berubah sampai saat ini. 


Lanjut ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 36 Part 1

5 comments:

  1. Kasian kakek uhm anak"nya cuma peduli sama harta aja, ckckck
    Dan couple CW dan SY selalu sweeet bgt diliat, walaupun cuma bkin mie berdua tapi mesraa banget :)
    Semangat nurii :)

    ReplyDelete
  2. Makin top aza nih CW dan SY. Nggak Sabar dech liat kelanjutannya.... Semangat ya sis

    ReplyDelete
  3. Gomawo onnie... Terimakasih buat lanjutannya... Bolak balik ke blog ini hanya untuk melihat lanjutan.sinopsis ini.. Huaaa terharu akhirnya dilanjutkan... Ayayyyy... Jadi gak sabar nunggu lanjutannya... Fighting... !!!!

    ReplyDelete
  4. AKHIRNYA........

    dibuat juga sinopnyaaaaaa........

    tengkyu y...ditg secepatnya lanjutannya...soalnya udah bbrp kali keselang ma the heirs...

    hehe,,,

    ReplyDelete
  5. Finally dilanjutin lg, bolak balik cek blog INI utk tgu sinopsisnya. Di tunggu lanjutnnya, semangat.

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)