Pages - Menu

Friday, July 19, 2013

Sinopsis Incarnation Of Money Episode 13 Part 2

Gi Soon kembali pulang kerumah. Cha Don mendorong kursi roda  membawa ibunya jalan-jalan di pantai. Matahari senja menyinari mereka. "Apa ibu kedinginan", tanya Cha Don.
Gi Soon menganguk pelan, "Dunia ini sangat damai, kenapa manusia bisa sangat jahat?". 

Cha Don melepas scraft-nya, lalu mengalungkannya ke leher Gi Soon. Ia minta ibunya tidak lagi memikirkan hal itu, karena tidak baik bagi kesehatannya. Mulai sekarang pikiran kan saja hal yang baik. Seperti ibu dan aku hidup bahagia selamanya.

Gi Soon tersenyum dan membelai rambut Cha Don, "Saat kau masih kecil, kau selalu meminta ibu untuk menggendongmu dipunggungku. Sejak kapan kau menjadi sangat tinggi seperti ini, anakku?".

Cha Don : Kemari, biar aku yang menggendong ibu dipunggungku sekarang. Karena ibu sudah menggendongku saat aku masih kecil, sekarang giliranku yang melakukannya. Naik ke punggungku. 

Gi Soon naik ke punggung Cha Don. Cha Don membawa ibunya berjalan lebih jauh menyisiri pantai. Cha Don merasa ibunya sedikit berat. Tunggu saja, aku akan membuatkan banyak makanan enak, jadi ibu akan cukup gendut sampai aku tidak kuat menggendong.

"Kang Seok-ah. Ibu sangat bangga padamu. Kau tumbuh menjadi orang yang jujur setelah semua kesulitan yang harus kau tanggung. Ibu berpikir, ibu tidak ingin putraku terlibat dalam balas dendam seperti ini".

Cha Don menghentikan langkahnya, "Ibu".
"Ibu tahu betapa jahatnya mereka. Jika kau berusaha membalas dendam pada mereka, kau mungkin dalam bahaya. Aku hanya ingin putraku menjadi pengacara hebat dan membantu orang yang tidak bersalah seperti aku. Jadi kau akan dipuji dan dihormati. Jika putraku orang seperti itu, ibu bisa selalu tersenyum bahkan setelah ibu mati". 

Gi Soon dan Cha Don menitikkan air mata. Gi Soon kembali bicara, "Hanya memikirkannya saja sudah membuat ibu sangat bahagia. Ibu menyayangimu, anakku".
Gi Soon memejamkan mata setelah mengatakan kata terakhir itu.
Cha Don meminta maaf karena bukan anak baik seperti yang ibunya pikirkan. "Aku sudah banyak melakukan hal yang bodoh, tapi aku akan berjanji pada ibu kali ini. Mulai sekarang, seperti yang ibu katakan....

Ucapan Cha Don berhenti ketika pegangan tangan Gi Soon terlepas, dan kepalanya jatuh lemas ke bahu Cha Don. Cha Don mulai menyadari ada hal yang tidak beres, "Ibu, katakan sesuatu. Apa ibu tidur?". 
Tidak ada jawaban, Cha Don menurukan Gi Soon, mencoba memanggilnya sekali lagi, "Ibu, Ibu. Ibu, buka mata ibu. Ibu. Ibu. Ibu. Buka mata ibu. Ibu!!!. 
Cha Don memeluk Gi Soon erat, menangis sesengukan memanggil-manggil ibunya. Meski berulang kali Cha Don memanggil, tetap saja Gi Soon tidak menjawab ataupu membuka mata.

Teriakan Cha Don menggema di sepanjang pantai. Debur ombak dan matahari senja menjadi saksi perpisahan memilukan ini. 

Di tengah duka Cha Don, ada pihak lain yang bersuka cita. Ke-4 penjahat ini bersulang merayakan keberhasilan mereka. Se Kwang berkata dengan hasil test DNA ini tidak ada seorang pun yang meragukan identitas Kang Seok palsu bayaran mereka. Jaksa Kwon menyahut tesnya dilakukan di lembaga yang paling ahli. Wartawan Go menduga pasti membutuhkan biaya mahal untuk mendapatkan hasil test palsu ini.

Bi Ryung : Tapi Park Gi Soon masih hidup, bukan?. Berapa lama dia harus berpura-pura menjadi Lee Kang Seok?. 

Se Kwang mengetahui penyakit yang diderita Gi Soon, hidupnya tidak akan lama lagi. Dokter bilang dia akan mati kurang dari sebulan. Bi Ryung berpura-pura merasa simpati, "Omo, menyedihkan sekali. Tapi, dia juga tidak akan mampu menghabiskan uangnya".
Se Kwang tertawa senang menanggapi perkataan Bi Ryung. 
Sekertaris Seo datang. Jaksa Kwon minta sekertaris Seo menghubungi pihak rumah sakit untuk kujungannya besok. Sekertaris Seo merasa jaksa Kwon harus menjenguknya sekarang. Kondisi Park Gi Soon memburuk. Ke-4 penjahat ini saling pandang, dengan wajah terkejut.

Cha Don membawa Gi Soon ke rumah sakit, tapi tidak ada yang bisa di lakukan dokter. Layar monitor detak jantung menampilkan garis lurus. Cha Don terpaku, tangannya yang ingin menyentuh wajah ibunya mengambang di udara. Dokter mengumumkan waktu kematian 08.30 malam.
Sekertaris Hong berdiri di belakang Cha Don, menangis diam. Cha Don masih terpaku meski para dokter dan perawat telah keluar ruangan. Bibirnya bergetar, di iringi air matanya yang turun perlahan. Belum hilang rasa terkejut Cha Don. Gu Shik datang dan minta padanya untuk segera pergi. Se Kwang dalam perjalanan kesini sekarang. 
Cha Don masih terpaku, tangannya terulur menyentuh wajah Gi Soon. Gu Shik memanggil Cha Don sekali lagi. Cha Don tampak seperti orang linglung. Di pojok ruangan, ada peralatan dokter yang tertinggal. Cha Don menghamburnya dan mengambil gunting.

Gu Shik yang tanggap langsung memegangi Cha Don. Cha Don benar-benar murkan, berontak dan teriak penuh emosi, "Lepas. Aku juga akan bunuh Ji Se Gwang dan bunuh diri. Lepas!".

Gu Shik berusaha mati-matian menahan Cha Don. Tangis sekertaris Hong semakin deras, ia juga membantu menenangkan meski takut. Cha Don terjatuh, menangis meraung-raung dan teriak histeris di pelukan Gu Shik. Ketiganya menangis bersama. Di atas ranjang, Gi Soon menutup mata untuk selamanya dalam damai.

Ke-4 penjahat tiba di rumah sakit. Saat mereka masuk ruangan hanya ada perawat yang ada didalam. Se Kwang membuka selimut yang menutupi wajah Gi Soon. Dengan mata kepalanya sendiri, dia memastikan wanita yang terbaring di atas tempat tidur itu benar-benar Gi Soon. Tidak tampak rasa penyesalan sama sekali di wajah bengisnya.

Bi Ryung mengalihkan wajahnya, entah benar-benar merasa simpati atau sekedar akting. Wartawan Go berkata, "lebih baik begini, mati sekarang daripada nanti". Jaksa Kwon mengiyakan, dengan begitu mereka bisa mengklaim uang 10 milyar itu dengan lebih mudah.

Se Kwang memutuskan akan mengadakan pemakaman upacara pemakamannya, memimpin langsung upacaranya. Bi Ryung heran kenapa kau harus melakukannya. Jaksa Kwon setuju dengan Se Kwang, "masih banyak orang yang berprasangka buruk padamu karena cuplikan video itu". Wartawan Go bersedia akan menulis artikel sebaik mungkin. Mengisahkan cerita
yang menyentuh, dan memperindah sejarah Gi Soon dan Se Kwang. Se Kwang tersenyum sinis.
Di belakang mereka tepatnya di depan pintu, Cha Don mendengarkan semuanya. Sorot matanya penuh dendam dan kebencian. Tapi yang bisa ia lakukan saat itu, hanya mengepalkan tinjunya dengan penuh perasaan marah.

Upacara pemakaman Gi Soon di adakah di gereja. Tidak banyak yang melayat. Cha Don datang untuk memberi penghormatan terakhir pada ibunya.  Jaksa Kwon, wartawan Go dan Se Kwang tengah mendiskusikan sesuatu. Tidak tampak Bi Ryung disitu.

Jaksa Kwon tanya apa yang membawa Cha Don kesini. Cha Don tidak bisa menghilangkan raut wajah sedihnya ketika memandang foto Gi Soon.
"Kurasa kau terlambat menemukan Ny. Park Gi Soon", ucap Se Kwang. 
"Aku tahu", jawab Cha Don. 
Jaksa Kwon yang tidak mengerti tanya apa maksudnya. Dengan nada sinis Se Kwang berkata, "Dia ingin menjadi kuasa hukum Lee Kang Seok". Jaksa Kwon menyayangkan, "Kau mungkin bisa mendapatkan banyak uang".
Cha Don : Siapa yang tahu?. Mungkin Lee Kang Seok akan muncul malam ini.
Se Kwang kembali tersenyum sinis mendengar ucapan Cha Don. 

Cha Don jalan mendekati altar. Mengambil bunga, lalu meletakkan di depan foto Gi Soon. Sebisa mungkin, ia menahan air matanya agar tidak jatuh. 
Wartawan Go mulai memotret Se Kwang dengan latar belakang foto upacara pemakaman Gi Soon. Terdengar suara wartawan Go menghitung untuk mengambil gambar. Cha Don berbalik menoleh ketika mendengar suara jepret kamera. 
Wartawan Go mengeluh saat melihat hasilnya. Setengah badan Cha Don ikut terambil. Ia minta Cha Don bergeser ke samping. Agar foto Se Kwang tampak sempurna. Cha Don tidak bergeser, justru tertegun diam memandang wajah wartawan Go.

Kilasan kejadian masa lalu kembali berputar dalam ingatan Cha Don. Cha Don ingat saat kecil, ia pergi meminta bantuan wartawan Go untuk membuktikan ibunya tidak bersalah. Saat itu wartawan Go berjanji akan membantunya dengan menyelidikinya perlahan-lahan. Tapi nyatanya kini wartawan Go menjadi sekutu Se Kwang. 
"Kau bisa pindah?", kata wartawan Go lagi. Kali ini Cha Don menuruti perkataannnya. Tapi pandangannya tak lepas memperhatikan wajah orang itu. Wartawan Go kembali memotret dan tersenyum senang melihat hasil foto yang bagus.

Wartawan Go mengusulkan untuk berita utama bagaimana jika judulnya, "Lee Joong Man, Park Gi Soon, dan Kepala Jaksa Ji Se Gwang, cerita bersejarah tak biasa. Bagaimana menurutmu?. Jaksa Kwon menyuruh wartawan Go untuk membuat cerita yang lebih menyentuh, contohnya, "Setia sampai akhir, Kepala Ji Se Gwang". Sesuatu seperti itu.

"Oh. Itu bagus. Aku akan mengerjakan sesuatu yang bagus seperti itu", ucap wartawan Go.
Ia kembali mengambil foto Se Kwang, "Jaksa, kali ini, dengan wajah yang sangat sedih, kesedihan mendalam".

Cha Don hanya bisa memandang, tanpa bisa bertindak ataupun berkata apa-apa. Tapi setidaknya, dia tahu siapa saja orang-orang yang akan menjadi target balas dendamnya kelak. 

(Aish...rasanya pengen nyekek 3 penjahat itu...bisa-bisanya mengambil keuntungan disaat duka seperti ini). 

Tinggal Cha Don dan Se Kwang berdua di dalam gereja. Se Kwang sibuk memainkan ponselnya, memeriksa artikel dirinya yang telah di publish wartawan Go, beserta komentar-komentar lainnya. Se Kwang berkata Cha Don hanya buang-buang waktu saja. Ia berpikir Lee Kang Seok tidak akan datang malam ini.

Pandangan Cha Don tak beralih menatap foto Gi Soon. Ia merendahkan diri dengan meminta maaf pada Se Kwang, "Pada akhirnya, orang-orang jahat itu harusnya dihukum. Itulah yang dimaksud dengan keadilan. Sekarang aku sudah kehilangan posisiku sebagai jaksa aku akhirnya sadar apa artinya ini. Jika aku tahu lebih awal, aku tidak akan hidup begitu menyedihkan seperti ini".

(Ya, jika saja Cha Don tidak menerima suap, mungkin ia masih menjadi jaksa. Tapi belum tentu dia bisa bertemu Gi Soon di rumah sakit jiwa). 
Se Kwang menoleh, "Tidak peduli kapan kau melakukannya, penyesalan selalu datang terlambat". 
Cha Don :  Aku juga akan terus mengingatnya.

Se Kwang menatap lurus kedepan, tersenyum licik, dan kembali sibuk dengan ponselnya. Cha Don menoleh ke Se Kwang. Menatap penuh kebencian, dalam hatinya berkata, "Tidak peduli kapan kau melakukannya, penyesalan selalu datang terlambat. Ji Se Gwang".

Keesokan harinya jenazah Gi Soon di kremasi. Kembali 4 penjahat ini menyaksikan proses tersebut. Cha Don hanya bisa menyaksikannya dari jarak jauh. Mengantar kepergian Gi Soon dengan linangan air mata.

Se Kwang mengantar abu Gi Soon ke rumah abu. Di depan foto Gi Soon, Se Kwang berkata, "Dengan ini, aku memaafkanmu dan suamimu. Jangan merasa kalau dirimu itu buruk. Itu hanya keberuntunganmu karena teribat denganku selama hidupmu. Ucapkan salam pada Kang Seok dariku, Nyonya".

Setelah Se Kwang pergi, Cha Don masuk ke dalam. Di depan foto ibunya, Cha Don berjanji tidak akan menangis lagi. "Seperti kata ibu, aku akan menjadi anak yang membanggakan. Tapi sebelum itu, orang-orang yang melakukan semua hal ini pada ibu, aku tidak akan memaafkan mereka. Lihat saja. Aku akan membuat mereka membayar 100, 1000 kali lipat. Tolong, ijinkan aku melakukannya kali ini, Ibu".

4 penjahat berkumpul dalam satu mobil. Wartawan Go berkata setelah Park Gi Soon meninggal, Bi Ryung lebih baik fokus saja untuk mengambil alih Hwanghae Bank. Bi Ryung sudah membuat rencana untuk meluluhkan hati Bok Jae In. Wartawan Go dan Se Kwang tertawa. Tapi tak begitu dengan jaksa Kwon, wajahnya tegang dan kesal. 

Jae In mencoba beberapa pakaian di butik Bi Ryung. Bi Ryung memuji baju itu cocok sekali dengan Jae In, aku tahu, baju ini harus kau yang memakainya. Jae In menyukainya dan tanya berapa harganya. Bi Ryung memberikannya secara cuma-cuma. Ia bahkan memberi Jae In model baju lainya, tanpa harus membayar sepeser pun.

Jae In tidak mungkin menerima barang gratisan seperti ini. Bi Ryung berkata bukankah kita bersaudara. "Aku juga tidak mungkin bisa menerima uangmu". Bi Ryung memanggil Jae In dengan sebutan dongseng. Jae In tersenyum menerima baju itu, pasti harganya mahal sekali. 
Bi Ryung : Sebenarnya, aku punya kejutan untuk adik kecilku.
Jae In : Apa? 
Bi Ryung : Aku punya kelompok sosial pribadi. Ini adalah pertemuan sosial dari semua tokoh yang berkuasa di Korea dalam bidang politik, ekonomi, dan sebagainya. Maksudku, aku ingin mengadakan pertemuannya di restoranmu.

"Benarkah?", tanya Jae In meyakinkan. Bi Ryung berkata pertemuan itu juga akan disiarkan. Restoran Jae In akan menjadi tempat terkenal dalam beberapa bulan. Jae In senang bukan kepalang mendengarnya, "Terima kasih onnie. Terima kasih banyak". 
Sebagai gantinya Bi Ryung minta Jae In bersedia membantunya. Jae In menjawab tentu saja, apapun itu. Jae In tanya bantuan apa yang bisa ia berikan. Bi Ryung akan mengatakannya saat pertemuan itu. Bi Ryung mengalihkan pembicaraan, menyuruh Jae In mencoba baju barunya. Jae In dengan patuh menurutinya, "Ya. Onnie".

(Dasar Bi Ryung memberi berharap imbalan, pamrih). 
Jaksa Jo berkunjung ke restoran Bolyasung Ny. Bok. Ia minta maaf karena jarang mampir kemari. Ny. Bok balik meminta maaf karena tidak bisa menemani jaksa Jo, ia harus segera bersiap-siap menghadiri perkumpulan sastra (Chungrok Literary Society/CSL). Jaksa Jo tanya apakah Ny. Bok sudah mendengar berita. Ny. Bok balik bertanya berita apa. Jaksa Jo berkata Angelina (Bi Ryung) menghasut anggota CSL.

Ny. Bok bertanya lagi, menghasut apa maksudnya. Jaksa Jo mendengar dari anggota lainnya Ny. Bok memimpin terlalu lama, sehingga mereka ingin presdir baru.
Ny. Bok marah, "Bajing***" itu!". 

Pal Do masuk membawa berita gawat, "Ny. Lokasi pertemuan perkumpulan sastra hari ini mendadak diubah".
Ny. Bok makin bingung, "Omong kosong apa lagi ini. Siapa yang memutuskan tempatnya diubah?.
Pal Do menjawab Angelina memimpin semua anggota utama pergi ketempat lain.
"Tempat lain? Dimana?", tanya Ny. Bok ingin tahu. 
Restoran Jae In di penuhi pelanggan yang berisikan orang-orang penting dan terhormat. Jae In sibuk memeriksa dan mengawasi keperluan para tamu. Bi Ryung duduk bersama presdir Park dan anggota majelis Choi. Ia tanya pendapat presdir Park tentang restoran ini. Presdir Park menyukai tempat yang berbeda.

Bi Ryung tersenyum genit, "Cepat habiskan minummu. Apa kau tidak mau aku menuangkannya untukmu?". "Tentu saja", ucap presdir Park lalu meminum red wine-nya.
"Silakan tuangkan, Angelina", pinta presdir Park setelah gelasnya kosong.
"Untuk kesehatanmu, Presiden seksi", ucap Bi Ryung mengoda. 
Anggota majelis Choi juga minta Bi Ryung menuangkan wine untuknya. Dengan senang hati Bi Ryung melakukannya, "Aku mengandalkanmu di masa mendatang, kau tahu?".

Ny. Bok datang bersama Pal Do. "Oh, Presiden Bok datang", ucap Presdir Park. Dewan Choi dan presdir Park langsung berdiri begitu melihat Ny. Bok masuk. Bi Ryung sibuk menyembunyikan wajahnya, matanya membesar melotot, "Kenapa dia datang?".
Bi Ryung sungguh tidak mengharapkan kehadiran Ny. Bok.

Presdir Park tanya kenapa Ny. Bok datang kemari, "Kudengar kau tidak datang karena sakit". Ny. Bok heran, "Siapa bilang aku sakit?. Aku sehat dan bugar". 
"Angelina yang bilang. Dia bilang itulah sebabnya tempat pertemuannya di ubah", ucap dewan Choi jujur.

Tak ingin kehilangan muka, Bi Ryung menyapa Ny. Bok, sedikit berbasa-basi dengan menampakkan senyum palsunya, "Selamat datang, Presdir Bok. Makanan di sini lezat, dan suasananya...". 
Ny. Bok memotong, "Bisa kita bicara sebentar, Angelina?".
"Sebentar?. Tentu", jawab Bi Ryung dengan wajah takut.
Jae In sempat melihat sekilas Ny. Bok. Ia heran kenapa ibunya tiba-tiba datang kemari. 

Ny. Bok mengajak Bi Ryung bicara diruang VIP. Ny. Bok marah, "Aku sakit?. Kenapa kau tidak bilang saja kalau aku mati?".
Bi Ryung berpura-pura bersikap baik, "Omo...Apa kau marah soal itu?. Aku hanya ingin mengadakan pertemuan ini di tempat yang baru...

Dengan ringannya tangan Ny. Bok melayang, menampar wajah Bi Ryung. Pal Do kaget, "Nyonya". 
Bi Ryung teriak dengan mulut terbuka lebar, dan mata melotot. "Kau baru saja menamparku?. Hei sekarang, Ny. Bok Hwa Sool".
"Apa? Ny. apa?", Ny. Bok semakin marah dan ingin menampar lagi. Kali ini Bi Ryung bisa menangkap tangan Ny. Bok dengan tepat, "Kau melakukan kesalahan besar. Kau pikir aku ini keset?".
"Lepaskan tanganku", ucap Ny. Bok
"Tidak", jawab Bi Ryung membentak nyaring.
Jae In datang dan panik. Dengan terbata-bata ia tanya apa yang terjadi.  
Bi Ryung : Dongseng (adik). Lihat wanita ini. Setelah kau dan aku menggabungkan tangan, wanita jahat ini...

Ny. Bok, Pal Do dan Jae In saling memandang dengan wajah bingung. Ucapan Bi Ryung terhenti ketika Jae In memanggil Ny. Bok dengan panggilan ibu.
"Ibu?", tanya Bi Ryung tidak percaya.

Ny. Bok ke Bi Ryung : Adik?. Siapa adikmu?
Bi Ryung balik tanya ke Jae In "Wanita ini ibumu".
"Ya", jawab Jae In. 
"Brengsek", teriak Bi Ryung nyaring dengan suara melengking, memekakan telinga

Ny. Bok mengetok kepala Bi Ryung berulang-ulang, "Orang-orang melihatnya".
Bi Ryung tidak peduli, teriak semakin nyaring, "Hentikan kataku, hentikan". 
(Bad attitude banget Bi Ryung ini, sukanya teriak-teriak melulu. Kaya orang barbar..hehehe).

Ji Hoo termenung sendirian di cafe. Tak mengerti situasi apa yang sedang ia hadapi, "Setelah mengejar jejak si pembunuh, ternyata tersangkanya itu...".

Se Kwang kebetulan datang ke cafe yang sama dan menyapa Ji Hoo. Ia melihat wajah Ji Hoo yang tampak murung, dan bertanya "apa ada masalah yang mengganggumu" .
Ji Hoo tersenyum dan balik tanya, "Apa aku kelihatan ada masalah?".

Se Kwang menyahut, "Kau bisa membodohi orang lain. Tapi bukan aku. Apa kasus Hwang Jung Shik membuatmu kesulitan?". 
Di mata Ji Hoo, Se Kwang tampak semakin menakjubkan. Tidak peduli siapa pelakunya, keadilan harus ditegakkan sampai akhir. Ji Hoo merasa ragu, apa mungkin dirinya bisa adil seperti Se Kwang. (Yach...Ji Hoo mah belum tau aja topengnya Se Kwang). Se Kwang berkata, setidaknya Ji Hoo bukanlah pengecut. Aku bisa menjaminya. 

Ji Hoo : Bagaimana jika aku sudah menjadi pengecut?
Se Kwang : Saat aku mengalami masalah, aku berkata pada diriku sendiri "ini bukan pertarungan antara aku dan terdakwa". "Ini pertarungan antara sisi pengecut dan sisi baikku". Maka, akan mudah dihadapi.

(Melempar kesalahan pada orang lain itu juga termaksud tindakan pengecut lho, Ji Se Kwang!).

Ji Hoo tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Se Kwang minta Ji Hoo mengatakan masalahnya sekarang. Ji Hoo berterus terang, "Sebenarnya, mobil yang dikendarai oleh pembunuh dari Hwang Jang Shik ternyata milik Jaksa Agung. Ini membuat otakku buntu sekarang. Apa yang harus kulakukan?". 

Se Kwang mengulang perkataanya, pertarungan antara sisi pengecut dan baik. Ji Hoo membenarkan, tidak ada tempat yang suci saat penyelidikan di mulai. Ia memutuskan untuk menghadapi jaksa Kwon.

Sekertaris Seo mengantar Ji Hoo masuk keruangan jaksa Kwon. Jaksa Kwon tanya apa yang ingin Ji Hoo bicarakan. Tanpa basa-basi Ji Hoo menjawab ini tentang kasus Hwang Jung Shik. Jaksa Kwon sangat penasaran soal itu, ia ingin tahu bagaimana perkembangan penyelidikannya.
Semula Ji Hoo mengira  pemilik ponsel yang melakukan panggilan terakhir dengan Hwang Jang Shik di hari pembunuhan adalah pembunuhnya. Mobil tersangka sudah dilacak. Nomor polisinya 68 2580.

"2580?', tanya jaksa Kwon kaget.
Ji Hoo membenarkan, "Ya. Itu mobilmu. Tolong jelaskan padaku sekarang, bagaimana ini bisa terjadi. 

Jaksa Kwon memandang Ji Hoo tajam. Ji Hoo balik menatap atasannya itu tanpa takut atau gentar sedikitpun.  "Jika aku tidak mau?", tanya jaksa Kwon menantang. Ji Hoo menjawab dengan tegas Jaksa Kwon akan ditangkap atas tuduhan pembunuhan pada Hwang Jang Shik".

Jaksa Kwon mengakui, itu memang mobilnya. Lebih tepatnya itu mobil yang digunakan istrinya. Mobil itu di curi sekitar sebulan yang lalu. Ia baru mengetahuinya sekitar seminggu ini, karena istri jaksa Kwon tidak memberitahu soal pencurian mobil tersebut. "Tidak dapat dipercaya, meskipun aku sendiri yang mengatakannya. Bajin*** mana yang berani mencuri mobil jaksa?".

Ji Hoo tanya dimana mobil itu di curi. Jaksa Kwon berkata istrinya meninggalkan mobil itu sebentar di bank, dan mobil itu hilang begitu saja. Tanpa rekaman CCTV agak sulit menemukan mobil itu. "Jika kau perlu informasi untuk penyelidikan, aku akan menanyakannya pada istriku, kau paham, bukan?".

Ji Hoo masih terlihat ragu, "Apa boleh aku akan menyelidikinya secara pribadi?' Jaksa Kwon menjawab tentu saja, karena Ji Hoo jaksa yang bertanggun jawab atas kasus ini. Ji Hoo mengucapkan terima kasih atas pengertian jaksa Kwon. Memberi hormat, lalu pergi.

Kwon Hyuk dan Ji Hoo berpapasan di depan pintu. Kwon Hyuk tanya kenapa Ji Hoo ada diruangan ayahnya. Jaksa Kwon balik bertanya, "Mobil ibumu hilang di mal, kan?". Kwon Hyuk membenarkan. Jaks Kwon menyuruh putranya itu untuk mengambil rekaman CCTV dan bawa padanya. Kwon Hyuk menganguk patuh, lalu pergi.

(Jiah...ketahuan bohongnya...bilang sama Ji Hoo hilangnya di bank, eh gak taunya hilangnya justru di mal...Hm...mencurigakan!).
Jaksa Kwon masuk ke ruang meeting, sudah ada Se Kwang di dalam. Jaksa Kwaon berkata jika saja Se Kwang tidak memberitahunya lebih dahulu, pastinya ia akan kebingungan menjawab pertanyaan Ji Hoo. Se Kwang bersyukur karena jaksa Kwon datang kesini dengan aman. 

"Datang kesini dengan aman?. Kau pikir aku ini pembunuh?, tanya jaksa Kwon.
"Jika aku pelakunya, aku tidak akan memperingatkanmu", balas Se Kwang. 

Jaksa Kwon berkata, "Dari semua mobil yang ada, pembunuhnya memakai mobilku. Apa artinya ini bagimu?. Itu artinya pembunuhnya sangat dekat dengan kita"
"Apa maksudmu diantara kau, aku, Go Ho dan Eun Bi Ryeong, ada pembunuhnya?", tanya Se Kwang.
Jaksa Kwon berkata, "Itu tidak akan terjadi. Tidak ada yang melakukan hal itu diantara kita".

Se Kwang menerima sms dari wartawan Go. Ia pamit pergi ke kantor polisi Metropolitan. Hari ini adalah hari terakhir untuk menyerahkan dokumentasi Lee Kang Seok. Kasus pengacara Hwang akan mereka bicarakan lagi setelah mengkalim uangnya. Se Kwang melangkah pergi di iringi tatapan curiga jaksa Kwon.

Hanya Wartawan Go dan Kang Seok palsu saja yang masuk kekantor polisi. Se Kwang menunggu di dalam mobil. Saat di dalam lift, wartawan Go berpesan jika polisi menanyakan pertanyaan terus, katakan saja pada mereka untuk bicara dengan kuasa hukum. Kang Seok palsu menganguk mengerti. 

Pintu lift terbuka, mereka berdua keluar. Di belakang mereka, pria berkursi roda juga ikut menyusul keluar. Dia adalah Cha Don, dengan menggunakan kumis tipis, kacamata dan topi untuk menyamarkan wajahnya. 

Pria lain jalan di depan wartawan Go. Petugas polisi bertanya ada yang bisa saya bantu. Pria itu mengaku bernama Lee Kang Seok. Wartawan Go terkejut mendengarnya.
"Apa benar kau pemilik uang yang ditemukan di lokasi longsor itu?", tanya petugas polisi. Pria itu membenarkan, "Ya, itu aku. Apa yang kuperlukan untuk mengklaim uang itu?". 
Petugas polisi minta pria tadi memberikan kartu identitas dan mengisi formulir yang di perlukan. 

Wartawan Go menjauh, buru-buru menghubungi Se Kwang, "Lee Kang Seok muncul. Cepat kesini". Se Kwang terkejut setengah mati mendengarnya. Keluar dari mobil, dan masuk ke kantor polisi. 

"Orangnya di sana itu, Lee Kang Seok", ucap wartawan Go pada Se Kwang sembari menunjuk pria yang sedang mengisi formulir. Mata Se Kwang seperti ingin keluar ketika melihat orang yang ditunjuk wartawan Go. 

Pria yang mengaku sebagai Kang Seok tadi jalan keluar setelah mengisi formulir. Se Kwang memanggil, "Lee Kang Seok". Orang yang dipanggil menoleh, "Ya?".
Se Kwang tersenyum, "Kang Seok, lama tak jumpa".
"Siapa anda?', tanya pria tadi.

Se Kwang menarik kerah baju pria itu, senyumnya berubah menjadi wajah bengis, "Siapa anda?. Apa kau benar-benar Lee Kang Seok?".
Tepat pada saat itu, sekelompok pria lain datang dan mengaku sebagai Lee Kang Seok pada petugas polisi. Se Kwang yang mendengarnya langsung menoleh ke sumber suara.

Wartawan Go bingung, "Astaga. Berapa banyak Lee Kang Seok di sana?". Se Kwang juga tak kalah bingungnya. Ponsel Se Kwang berdering, dari jaksa Kwon. Jaksa Kwon memberitahu ada berita di internet yang mencari Kang Seok asli. Karena itu banyak orang yang datang dan mengaku sebagai Kang Seok.

Benar saja, semakin banyak pria datang mengaku sebagai Kang Seok. Mereka saling berdebat dan berusaha membuktikan dirinya adalah Kang Seok yang asli. Wartawan Go dan Se Kwang fokus memperhatikan keributan kecil para Kang Seok gadungan. Disaat itu lah Cha Don menyusup diantara para Kang Seok tanpa dicurigai.

Petugas polisi akan melakukan test DNA ulang. Kang Seok bayaran Se Kwang mengangkat tangan, "Tapi aku sudah menyerahkan hasil tes DNA-ku". Petugas polisi berkata, Park Gi Soon ibu kandung Kang Seok meminta test DNA lagi. Mohon perhatikan itu, dan tolong kerjasamanya.

Para Kang Seok gadungan itu kembali ribut. Se Kwang mengajak wartawan Go pergi. Tanpa mendengar penjelasan lebih lanjut.

Beberapa menit kemudian, terlihat antrian pria-pria yang mengaku sebagai Kang Seok. Test DNA kali ini menggunakan sampel darah. Cha Don mendapat giliran pertama, ia bisa pergi dengan tenang setelah darahnya diambil oleh petugas medis.

Wartawan Go dan Se Kwang kembali ke mobil, mereka jelas kesal. Wartawan Go merasa kecurigaan Park Gi Soon tidak berakhir sampai dia mati. Se Kwang tanya kapan pengumuman hasil test DNA-nya. Wartawan Go menjawab 3 hari lagi di Rumah Sakit Universitas Hangook.

Se Kwang yakin Kang Seok sudah meninggal, tidak ada seorang pun dari pria-pria itu yang hasil test DNA-nya cocok. "Karena kita sudah menyerahkan hasil tes dari lembaga yang berwenang, bukan masalah besar untuk mendapatkan uangnya".
"Menurutmu begitu?", tanya wartawan Go ragu. 

Mobil Se Kwang berlalu pergi meninggalkan parkiran kantor polisi. Cha Don keluar dengan kursi rodanya. Gu Shik datang menjemput. Cha Don berdiri, membuka topi dan melepas kacamata. (Kya...walau dandan begini, Kang Ji Hwan tetap guanteng, tiada ujung...hehehhe). 

Hari pengumuman. Para Kang Seok gadungan berkumpul di ruang meeting Rumah Sakit Universitas Hangook. Pastinya wartawan Go tidak akan melewatkan beritai ini. Ia menutup teleponya, dan janji akan memberitahu Se Kwang setelah hasilnya di ummkan. Direktur rumah sakit memasuki ruangan, "Kami akan mengumumkan hasilnya".

"Dari semua orang yang menyatakan bahwa mereka itu Lee Kang Seok, hasil tes darah yang cocok dengan ibunya, Park Gi Soon, sudah ditemukan". 

Wartawan Go berdiri saking terkejutnya, "Dia ditemukan dari hasil tes darah?. Orang itu, siapa?".

Pihak rumah sakit tidak bisa mengatakan siapa dia. Kuasa hukumnya sudah diberitahu hasilnya. Selesai. Direktur rumah sakit keluar. Para Kang Seok gadungan sibuk berkasak-kusuk. Wartawan Go syok dan tidak percaya, hingga tak mampu menahan berat tubuhnya sendiri.

Segera mungkin wartawan Go mengabarkan hal ini ke Se Kwang. Se Kwang yang saat itu berada dalam perjalan tanya bagaimana hasilnya. Wartawan Go berkata, "Dari tes darah itu, ada yang cocok dengan Park Gi Soon. Lee Kang Seok masih hidup".

Se Kwang terkejut luar biasa, "APA!". 

Cha Don berdoa di dalam gereja. Gu Shik datang sambil berlari-lari kecil. Lalu duduk di belakang Cha Don, "Ummm ... Hasilnya sudah diumumkan. Mulai sekarang, Ji Se Gwang juga akan mengetahuinya. Tapi...Apa kau harus melakukan balas dendam ini?. Hanya saja akhir-akhir ini kau tampak seperti akan membuat masalah. Daripada melakukannya, kita cari cara lain...".

Cha Don menyela, "Seorang profesor hukum mengatakan ini. "Hukum manusia itu menciptakan dosa". "Hukum Tuhan menciptakan perdamaian". Ji Se Gwang, Kwon Jae Kyu, Eun Bi Ryung, Go Ho...

Mereka berbakat memanipulasi hukum manusia, dan membunuh orang serta ingin kaya. Aku...sesuai dengan hukum Tuhan, akan menjatuhkan hukuman pada mereka. Demi ibuku, ayahku dan, demi kedamaian kita semua".


END

Komentar : 
Huwaa...sedih...Poor Gi Soon, Poor Cha Don. Baru sebentar bertemu setelah 15 tahun berpisah, harus rela berpisah lagi untuk selama-lamanya. Tragis bener ya nasib Gi Soon. Tapi setidaknya Gi Soon meninggal dalam damai, karena sudah bertemu dengan Kang Seok, putra yang sangat dia rindukan.

Begitu pula dengan Cha Don yang akhirnya bisa menemukan kembali ibunya dan mengembalikan ingatannya. Ini jauh lebih baik dari pada Gi Soon harus meninggal dalam bangsal rumah sakit jiwa yang mengerikan itu. 

Semua kenangan buruk di masa lalu, bisa Cha Don ingat dengan jelas. Dia sudah bertekad untuk membalas dendam. Tidak ada yang bisa menghalangi langkahnya hingga tujuannya tercapai. Akting Kang Jin Hwang TOP BGT dech...saya merinding mendengar teriakan histeris Cha Don ketika Gi Soon meninggal dalam pelukannya. Dan saya juga sangat menikmati scene mengharukan antara Gi Soon dan Cha Don. Hanya sedikit, tapi benar-benar menyentuh hati....

4 comments:

  1. saatnya adu strategi Cha Don vs Se Kwang,

    ReplyDelete
  2. makasih ya mb nuri. aku tunggu bgt nih kelanjutan ceritanya.. ^^

    ReplyDelete
  3. makasih mb nuri akan sinopsisnya..
    semangat ya unni...
    aku tunggu kelanjutannya.. ^^

    ReplyDelete
  4. Baru juga ketemu dah pisah lagi .. :(

    Pembalasan dendam akan dimulai..

    Ditunggu lanjutan sinopnya..

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)