Joo Ri masuk ke kantor Se Yoon. Se Yoon heran kenapa Joo Ri masih ada di kantor jam segini. Joo Ri bilang ia rela kerja lembur demi untuk makan malam dengan Se Yoon. Ia bahkan sudah menyiapkan bekal. Se Yoon merasa tidak enak dan meminta maaf. Sebagai gantinya Joo Ri minta Se Yoon mentraktirnya minum.
Chae Won masih berkutat dengan pekerjaannya. Ia selalu pulang lebih malam dibandingkan karyawan lainya. Chae Won mencoba kosentrasi, tapi pikirannya masih mengingat perkataan tajam Se Yoon tadi siang. Chae Won menilai Se Yoon terlalu kejam, "Bagaimana bisa dia memperlakukanku seperti seseorang yang menggunakan trik murahan?".
Chae Won menggeleng, "Tidak. Ini bisa dipahami. Aku terlalu banyak mengandalkannya. Ini demi kebaikan. Ya, ini demi kebaikan". Chae Won berusaha mencoba mengenyahkan pikiran itu dan fokus menyelesaikan laporan.
Young Ja masuk ke kamar Hong Ju, bermaksud ingin mengajak menantunya bicara. Di dalam kamar tidak ada siapa-siapa, hanya ada Coco yang bermain-main di atas tempat tidur. Young Ja heran kemana Hong Ju pergi meninggalkan anak anjingnya sendirian.
Young Ja ingat pernyataan Hong Ju yang tidak ingin memiliki bayi ataupun menjadi rahim pengganti. Young Ja penasaran, "Apa Hong Ju menggunkan kontrasepsi?". Rasa penasaran Young Ja mendorongnya untuk memeriksa barang-barang Hong Ju. Young Ja membuka semua laci, mulai dari laci meja rias hingga laci meja disamping tempat tidur.
Coco menimbulkan suara ribut, "Shush! Diam", ucap Young Ja. Disaat Young Ja tengah melancarkan aksinya, Hong Ju masuk ke kamar dan menangkap basah Young Ja. "Ibu", panggil Hong Ju membuat Young Ja kaget setengah mati. "Apa yang ibu lakukan disini?".
Dengan terbata Young Ja berkata, "Ibu datang untuk berbicara denganmu dan ibu melihat lacinya terbuka, jadi ibu menutupnya".
"Laci-laci ini juga terbuka", ucap Hong Ju melihat laci meja rias. Young Ja gelagapan tidak mampu menjawab.
Hong Ju marah : Ibu masuk kekamarku tanpa seijinku dan membongkar laci-laciku. Ibu tidak punya sopan santun?. Apa yang kau lakukan di kamarku?
Young Ja : Karena kau bilang kau tidak akan mempunyai anak, Ibu penasaran apa kau menggunakan kontrasepsi. Maaf, Ibu sudah berlebihan.
Mata Young Ja terbelalak terkejut, "Apa? Polisi?".
Hong Ju : Ibu tidak seharusnya masuk ke kamarku tanpa ijin.
Young Ja balik teriak, "Beraninya kau berteriak padaku?. Kamarmu?. Ini juga kamar putraku. Apa aku harus meminta ijin darimu setiap kali masuk kesini?.
Hong Ju tak tahan mendengar ocehan Young Ja. Berteriak histeris menutup kedua telinganya, "AHHH....AAAAAHHHHH". Lalu menangis.
Young Ja Syok dan juga ketakutan, "Apa kau gila?. Kenapa kau berteriak?".
Chul Goo dan Ms. Park masuk ke kamar bersamaan. Mereka panik mendengar teriakan histeris Hong Ju, "Apa yang terjadi, Bu?", tanya Chul Goo.
Young Ja menjawab tidak tahu, dia tiba-tiba menangis dan berteriak.
Young Ja menjawab tidak tahu, dia tiba-tiba menangis dan berteriak.
Hong Ju merasa lemas, meremas kuat baju Chul Goo. "Kenapa kau menangis?. Apa yang terjadi?", tanya Chul Goo bingung.
Hong Ju menarik napas dalam, tersenggal-senggal seperti kehabisan napas, "Rasanya aku seperti sedang diawasi. Aku tidak bisa bernapas. Rasanya seperti jantungku akan meledak".
Young Ja ketakutan, panik.
Hong Ju hampir jatuh. Ms. Park cepet tanggap dan langsung menarik Hong Ju, "Kumohon tinggalkan dia sendiri. Dia butuh istirahat. Nona...".
Chul Goo dan Young Ja turun ke lantai bawah. "Dia benar-benar agak terlalu aneh", ucap Young Ja. "Apa lagi?' tanya Chul Goo.
Young Ja merasa tidak mengatakan sesuatu yang buruk, tapi dia menangis dan berteriak.
"Ibu membongkar laci-lacinya", ucap Chul Goo. Young Ja mengakui memang melakukannya, tapi itu bukan sesuatu yang bisa membuatnya benar-benar gila. Kurasa dia adalah orang gila.
"Apa Ibu lupa dengan janji Ibu?. Ini masih terlalu dini untuk bertengkar dengan menantumu", tuntut Chul Goo.
Young Ja : Bertengkar?. Ibu adalah korbannya kali ini.
Chul Goo yang kesal langsung pergi. Young Ja memanggil, "Chul Goo..Chul Goo". Tapi putranya itu tetap pergi tidak mengubris panggilan ibunya.
Young Ja berguman, "Kelihatannya dia memang agak gila".
Young Ja berguman, "Kelihatannya dia memang agak gila".
(Wkwkw..menantu idamannya Young Ja).
Chae Won jalan menunduk, ia berpapasan jalan dengan Joo Ri dan Se Yoon yang akan pulang. Se Yoon mengalihkan pandangannya, seolah tidak ingin melihat wajah Che Won. Chae Won melihat raut wajah Se Yoon, lalu menunduk.
Joo Ri berpura-pura bersikap baik dihadapan Se Yoon, "Kau masih ada pekerjaan?, tanyanya.
"Ya", jawab Chae Won pendek. Lalu kembali melihat ke Se Yoon.
Se Yoon masih memalingkan wajahnya. Joo Ri menoleh ke Se Yoon, terlihat jelas kemarahan di wajah pria itu. Joo Ri tersenyum puas, merasa senang. Joo Ri pura-pura perhatian dengan menanyakan luka di kaki Chae Won, "Bagaimana lukamu?. Lebih baik?".
"Ya", jawab Chae Won.
Se Yoon melihat sekilas kaki Chae Won yang terbalut perban. Lalu kembali mengalihkan pandangannya.
Se Yoon melihat sekilas kaki Chae Won yang terbalut perban. Lalu kembali mengalihkan pandangannya.
"Permisi", ucap Chae Won jalan pergi.
Joo Ri tanya pada Se Yoon, "Kemana kita akan pergi?. Bagaimana kalau ke bar yang waktu itu?".
Se Yoon menganguk, "Oh. Baiklah!".
Chae Won menengok melihat Se Yoon. Se Yoon tengah asyik bicara pada Joo Ri. Terlihat jelas kedekatan mereka berdua. Chae Won pasti merasa sedih karena sikap Se Yoon berubah 360 derajat.
Chae Won melanjutkan langkahnya, Se Yoon menoleh ke belakang sebentar melihat Chae Won. Lalu kembali menatap ke depan.
Sol Joo datang ke kantor dengan membawa bekal untuk Se Yoon. Ia masuk ke ruangan Se Yoon. Lampu ruangan Se Yoon gelap. Sol Joo menyalakan lampu, ia heran, "Apa dia sudah pulang dari kantor?". Sol Joo mengambil ponselnya, menghubungi Se Yoon, "Kau dimana?". Sol Joo senang begitu mengetahui putranya tengah bersama Joo Ri. Ia berpesan pada putranya itu untuk bersenang-senang menikmati kencanya dengan Joo Ri.
Sol Joo keluar dari ruangan Se Yoon, dan bertemu dengan Chae Won yang akan pulang. "Apa kabar?', sapa Chae Won. Sol Joo tanya siapa namamu, ada di bagian mana.
Chae Won menjawab, "Saya Min Chae Won, ahli gizi di cafeteria".
"Ahli gizi Min Chae Won?", tanya Sol Joo.
Chae Won mengiyakan. Ia kembali meminta maaf ke Sol Joo atas kejadian hari itu.
"Mungkin kau harusnya minta maaf terlebih dahulu pada orang-orang terdekat yang kau sakiti", ucap Sol Joo dingin.
"Maaf?", tanya Chae Won tidak mengerti.
Sol Joo pergi, bersikap angkuh.
Chae Won bingung, lalu berpikir. "Minta maaf dahulu dengan orang-orang terdekat?. Apa maksudnya?"
Choon Hee kembali dari luar dan bingung melihat tangga serta jalanan yang menuju cafenya di penuhi dengan taburan bunga. Hal yang sama juga terjadi saat ia masuk ke dalam cafe. Taburan bunga dimana-dimana layaknya red carpet.
Di tengah ruangan taburan bunga membentuk pola hati dengan diterangi lilin-lilin kecil di sekitar ruangan. Menambah suasana menjadi romantis. Choon Hee terpana, "Ya Tuhan. Apa ini semua?.
Hyo Dong keluar dari dalam, menatap Choon Hee dengan penuh cinta. "Oh ya ampun. Hyo Dong Oppa?", seru Choon Hee kaget. Hyo Dong jalan mendekat, begitupun dengan Choon Hee. Keduanya berdiri diatas taburan bunga berbentuk hati. Saling bertatapan dengan lekat.
Choon Hee terharu, "Hyo Dong-shi".
Hyo Dong ingin melamar Choon Hee secara resmi. Berlutut, dan menyodorkan kotak cincin, "Kumohon jadilah istriku".
Choon Hee kehilangan kata-kata. Tidak mampu menjawab, terharu dan bahagia menjadi satu. Hyo Dong bertanya sekali lagi, "Choon Hee, maukah kau menikah denganku?. Jadilah wanitaku".
Choon Hee menangis terisak lalu menganguk, "Ya, Hyo Dong Oppa". Memeluk Hyo Dong, terisak terharu, "Terima kasih, Hyo Dong shi".
Hyo Dong melepas pelukan. Membuka kotak cincin, lalu memasangnya ke jari manis Choon Hee, "Aku mempersiapkan cincin ini secara diam-diam. Jangan melepaskannya dari jarimu".
Choon Hee mengerti, "Baik. Aku tidak akan terpisah dengan cincin ini sampai aku mati".
Hyo Dong memutar badan Choon Hee, bersiap memberikan ciuman. Perlahan-lahan mendekatkan wajahnya....
Tiba-tiba lampu menyala, adegan romantis ini terganggu dengan kehadiran Kang Jin.
Tiba-tiba lampu menyala, adegan romantis ini terganggu dengan kehadiran Kang Jin.
Kang Jin syok, "Aigo...Lihat kalian. Apa kalian sedang syuting film?. Pikirkan umurmu dan berhenti bertingkah kekanak-kanakan.
Choon Hee : Kenapa kau jadi menyebalkan lagi?
Kang Jin : Kau tidak punya hati nurani?
Kang Jin marah, "Sementara kalian bersenang-senang bersama, bagaimana bisa tidak pernah memperkenalkan seorang wanita padaku?. Kalian berdua membuat kemajuan berkat diriku".
Hyo Dong : Apa kau tertarik untuk menikah?.
Kang Jin menjawab tentu saja. Lalu teriak, "Apa yang membuatmu berpikir aku tidak tertarik?. Bukankah aku ini seorang pria?. Apa aku berbeda dengan pria-pria lain?.
Choon Hee tersenyum kesal, "Kau terlalu histeris. Sesuatu terjadi padamu?".
Kang Jin : Berhenti bicara omong kosong. Perkenalkan seorang wanita padaku.
Keluarga Uhm berkumpul. Suasana hati nenek bener-benar baik. Nenek tidak henti-henti memandang cincinya. Menggerakan tangannya seperti bermain piano. Anak dan menantu nenek merasa heran, Ki Ok hanya senyum-senyum geli.
"Kau terlihat senang hari ini", ucap kakek.
Kakek tertawa : Hyo Dong menyenangkanmu.
Nenek : Tentu saja. Tidak ada menantu seperti dia. Aku tidak pernah punya cincin dengan batu dan dia membelikan ini untukku. Dia bukanlah menantu. Dia seperti anakku.
Anak dan menantu nenek lainya terlihat tidak senang. Ki Choon berguman, "Ibu senang sekali". Kang Sook menyahut, "Aku tahu. Dia tidak perlu membelikan cincin. Ibu akan sama terkejutnya seperti ibu senang sekarang ini.".
"Baik", ucap Do Hee. Do Hee meletakkan sebungkus obat ke meja, "Ibu. Tolong ambil ini".
Nenek heran, "Apa ini?. Bukankah ini obat jantung?". Do Hee membenarkan. Nenek tanya kenapa Do Hee memberikannya ini. Do Hee beralasan obat ini bagus untuk kesahatan nenek. Tapi nenek tidak merasa sakit apapun.
Ki Ok berkata anggap saja itu sebagai suplemen. Ki Choon membenarkan, "Ini bagus untuk kesehatan Ibu". Ki Choon lalu menyuapkannya ke nenek. Nenek bertambah bingung, "Ada apa dengan kalian semua?". Semuanya diam, tidak ada yang menjawab pertanyaan nenek. Kakek memandangi anak dan menantunya satu per satu. Kakek sama bingungnya dengan nenek.
Chae Won tiba di depan gerbang rumah mie. Ponselnya berdering, Chae Won langsung kesal begitu mendengar suara Chul Goo, "Apa lagi?. Bukankah kau sedang bulan madu. Bagaimana bisa kau meneleponku?. Bagaimana jika istrimu tahu?".
Chul Goo memarkirkan mobilnya di tepi sungai Han. (Btw...Pemandangan sungai Han di malam hari benar-benar bagus. Mirip-mirip tipis dengan jembatan tenggarong sebelum runtuh). Chul Goo berbohong dengan mengatakan sedang berbulan madu, saat ini istrinya tengah berbelanja, "Kau tiba-tiba muncul dalam pikiranku. Bukankah kau terkejut saat aku menelponmu di hari pernikahanku?".
Chae Won menjawab tentu saja aku terkejut. Kau seharusnya tidak menelpon mantan istrimu pada hari itu. Chul Goo meminta maaf, menyesali apa yang ia lakukan. Chae Won berkata tak jauh beda dengan malam ini. Jika istri Chul Goo mengetahui hal ini, dia pasti akan sangat sedih, "Ini tidak bisa dimaafkan. Jadi tolong tutup telponnya".
Chul Goo menangis, "Omelanmu terdengar begitu bagus. Mendengar kau mengomel padaku, aku merasa seperti kembali ke masa lalu, Aku senang sampai menangis".
"Chul Goo-shi, sadarlah", ucap Chae Won dari seberang. Chul Goo menghapus air matanya, "Aku akan kembali sadar. Kupikir kau mungkin mengkhawatirkanku jadi aku menelponmu. Itu saja".
Chae Won mengerti dan ingin menutup telepon. Chul Goo menahan, "Apa kau baik-baik saja?". Chae Won menjawab, "Selama kau tidak mengangguku, Aku akan baik-baik saja. Tolong jangan meneleponku lagi. Selamat tinggal".
Sambungan telepon terputus. Chul Goo memanggil, "Chae Won...sayang". Tidak ada sahutan. Chul Goo berdiri di depan sungai Han. Berteriak dan menangis sepuasnya. Nasi telah menjadi bubur. Dan penyesalan selalu datang belakangan.
"Chae Won-ah", panggil Hyo Dong dari belakang. Chae Won berbalik dan melihat ayahnya jalan bersama Choon Hee. Chae Won tersenyum sambil menyapa calon ibunya, "Apa kabar?".
Choon Hee sudah menyiapkan diri untuk berperang hari ini. Chae Won berkata ia ada di pihak Choon Hee, jangan khawatir. Choon Hee mengucapkan terima kasih. Karena ada Chae Won disisinya, ia merasa lebih tenang. Hyo Dong mengajak mereka berteriak "Fighting" sebelum menyerang ke garis musuh. Ke-3 orang ini menyatukan tangan dan berteriak "Fighting" bersama-sama. Kemudian mereka masuk ke dalam.
Anggota keluarga Uhm bersiap untuk tidur. Terdengar suara Hyo Dong, "Aku pulang". Anak dan menantu Uhm terserang panik. Hyo Dong masuk disusul Chae Won dan Choon Hee...
Nenek syok, terbata..."Ya Tuhan. Lihat siapa ini. Nyonya Yang?. Bukankah kau seharusnya
berada di Amerika?. Atau apa kau kembali?"
berada di Amerika?. Atau apa kau kembali?"
Do Hee : Dia tidak pergi ke Amerika
Nenek marah, "Jadi kau telah membodohiku berakting seolah-olah dia kembali ke Amerika?".
Kang Sook membela, "Mereka hanya tidak bisa mengatakan yang sebenarnya". Ki Choon membenarkan, "Benar. Jangan berpikiran buruk tentang mereka...."
Nenek menyela, "Sejak kapan kau berpihak pada mereka?".
Hyo Dong dan Choon Hee saling pandang, lalu berlutut. Nenek semakin bingung, "Kenapa kau berlutut?".
Hyo Dong : Ayah....Ibu...Kami akan menikah. Tolong restui kami.
"Menikah?", ucap nenek langsung lemas, hampir jatuh kehilangan keseimbangan. Do Hee dan Kang Sook, dan Ki Ok memegangi nenek.
Choon Hee : Aku memiliki banyak kekurangan, tapi aku akan menjadi istri yang baik.
Nenek murka, "Wanita terkutuk". Nenek bergerak ingin menyerang Choon Hee. 3 wanita Uhm menahan, "Bu, tenanglah".
Nenek kehabisan napas, "Aku seharusnya menyadarinya lebih awal. Kau pikir kau bisa menutup mulutku dengan ini?". Nenek melepas cincin pemberian Hyo Dong lalu membuangnya.
Nenek berontak, berhasil melepaskan diri dan mulai menyerang Choon Hee. Chae Won maju memegang tangan nenek, "Nenek, tolong jangan lakukan ini".
"Kau rubah ekor sembilan. Jadi kau akhirnya mendapatkannya".
Choon Hee menunduk diam. Nenek kembali menyerang Choon Hee. Kali ini Hyo Dong yang melindungi, "Tolong jangan memakai kekerasan".
"Lepaskan tanganku", ucap nenek. Hyo Dong tidak mau.
" Tidak bisa dipercaya kau tersihir olehnya dan berani menentangku".
Kakek menyuruh nenek untuk berhenti. Nenek tidak mau, sebelum aku menghabisi rubah itu. Aku tidak akan melepaskannya".
"Hentikan keributan ini. Turunkan saja tanganmu!", bentak kakek membuat semuanya terdiam. Nenek akhrinya menurut dan menurunkan tangannya. Jika kakek yang bicara tidak ada yang berani melawan.
Ms. Park turun dari tangga. Young Ja memanggil, "ahjuma...ahjuma...". Ms. Park nyelonor pergi begitu saja, tidak mengubris panggilan Young Ja sama sekali.
"Ms. Park", panggil Young Ja akhirnya. Ms. Park menoleh, "Ya, nyonya".
Young Ja tanya bagaimana dengan kondisi Hong Ju. Ms. Park menjawab Hong Ju tertidur setelah minum obat.
Ms. Park diam. "Kenapa kau tidak menjawab?. Apa dia histeris seperti itu sebelum dia menikah?", tanya Young Ja lagi.
"Tidak pernah", jawab Ms. Park tanpa melihat Young Ja. Membalikkan badan, jalan menuju dapur.
Young Ja menggerutu, "Ha..Wanita bodoh itu. Dia juga tidak normal. Mereka membuatku kesal". Kemudian Young Ja mengambil ponselnya, menghubungi Chul Goo. Young Ja tanya dimana Chul Goo sekarang ini, "Bagaimana bisa kau tidak menelepon ke rumah setelah pergi seperti ini?. Kapan kau kembali ke rumah?".
Chul Goo bilang akan segera kembali kerumah. Ia tanya bagaimana dengan Hong Ju. Young Ja menjawab menantunya itu tertidur setelah minum obat. Chul Goo minta ibunya untuk tidak menganggu Hong Ju, "Chae Won baik dan lembut, jadi dia menerima semua ucapan ibu. Tapi tidak ada wanita di masa sekarang ini yang seperti dia". Young Jae kesal, tapi tidak ada yang bisa ia ucapkan selain, "Baiklah".
Joo Ri dan Se Yoon minum di bar yang sering merka kunjungi. Joo Ri banyak minum dan mulai mabuk. Joo Ri tanya, "Jika aku seorang putri dari pembunuh atau penjahat kejam. Apa sunbe akan memperlakukanku sama seperti sebelumnya?".
Se Yoon tidak mengerti apa yang Joo Ri tanyakan. Joo Ri minta Se Yoon menjawabnya saja, "Apa kau akan memperlakukanku sama seperti sebelumnya?". Se Yoon berpikir, "Itu...Ini akan mempermalukanmu pada awalnya, tapi karena bukan kau sendiri penjahatnya. Kupikir aku bisa memperlakukanmu sama saja".
"Apa kau yakin?'", tanya Joo Ri.
Se Yoon merasa Joo Ri aneh hari ini. Joo Ri ingin kepastian, "Jawab saja. Kau tidak akan merubah kata-katamu nanti, kan?". Se Yoon berkata tidak akan mengubah kata-katanya. Joo Ri lega, "Jangan mengubah hatimu. Berjanjilah padaku".
Se Yoon curiga, "Kau benar-benar aneh akhir-akhir ini. Apa yang kau sembunyikan dariku?. Kelihatannya kau benar-benar menyembunyikan sesuatu dariku. Mantan pacarmu muncul lagi?.
"Kuharap itu yang terjadi", jawab Joo Ri lalu menangis.
"Kenapa kau menangis?. Ada apa?".
Joo Ri menangis di bahu Se Yoon, "Bagaimana aku sudah menunggu untuk bisa bertemu denganmu lagi. Kenapa ini terjadi kepadaku?. Ini sangat tidak adil. Aku tidak bisa berhenti disini. Tidak akan pernah".
Se Yoon : Joo Ri, kau mabuk. Ayo pulang ke rumah.
Se Yoon membawa Joo Ri keluar. Supir pengganti sudah menunggu diluar. Supir tanya kemana saya harus mengantar. Se Yoon berkata akan mengantar Joo Ri lebih dulu, kita ke Sung Buk Dong. Tapi Se Yoon tidak tahu alamat lengkap rumah Joo Ri. Ia bertanya pada Joo Ri, namun Joo Ri sudah terlelap.
Tepat pada saat itu ponsel Joo Ri menerima panggilan masuk. Tertera "Ibu" dilayar ponsel. Tidak ada pilihan lain, Se Yoon menjawab, lalu menjelaskan Joo Ri saat ini tidak bisa menjawab telepon karena sangat mabuk. Young Ja bertanya dengan siapa ia bicara. Mata Young Ja melebar terkejut begitu mendengar nama Se Yoon.
Se Yoon bermaksud mengantar Joo Ri pulang, ia minta alamat rumah Joo Ri. Pertanyaan itu semakin membuat Young Ja gelagapan.
Beberapa menit kemudian, Young Ja menunggu di depan pintu gerbang. Young Ja ngomel, "Bocah itu (Joo Ri) pasti sedang tidak waras. Bagaimana bisa dia mabuk ketika dia seharusnya berhati-hati?". Young Ja kembali masuk begitu melihat mobil asing bergerak masuk ke komplek perumahannya.
Supir pengganti memanggil Se Yoon yang tertidur, "Tuan, kita sudah sampai di rumahnya". Se Yoon membuka mata lalu membangungkan Joo Ri, "Joo Ri, bangun. Kau sudah sampai di rumah. Ayo keluar".
Joo Ri jalan sempoyongan. "Apa kau baik-baik saja? Kau bisa berjalan?", tanya Se Yoon. Joo Ri berkata aku baik-baik saja, Jangan mengkhawatirkanku dan pergilah saja.
"Apa kau yakin?", tanya Se Yoon ulang. Joo Ri menganguk, sampai bertemu besok.
Young Ja membuka pintu gerbang, mengintip sedikit. Dengan jelas ia bisa melihat wajah Se Yoon. Ia baru keluar, setelah mobil Se Yoon benar-benar pergi.
Joo Ri berusaha berdiri dengan benar, mencoba menekan bel. Ia kaget melihat Young Ja sudah muncul di hadapannya, "Aku tidak membunyikan bel tapi ibu sudah keluar".
Young Ja : Kau gadis bodoh. Bagaimana bisa kau membuatnya mengantarmu pulang?. Bagaimana jika kita bertemu satu sama lain?.
Joo Ri yang masih berada dalam pengaruh alkohol tidak menyadari perbuatannya. Tidak membalas ataupun mengerti omelan Young Ja. Mobil Chul Goo bergerak masuk ke perumahan.
Dalam perjalanan tiba-tiba Se Yoon merasa tidak asing dengan bentuk rumah Joo Ri. Se Yoon ingat pernah mengantar Chae Won 2 kali kerumah yang sama. Bentuk bangunannya benar-benar sama, "Benar. Itu adalah rumah mertua Chae Won". Se Yoon berputar arah kembali ke rumah Young Ja.
Chul Goo turun dari mobil. Young tanya kenapa Chul Goo pulang larut begini. Chul Goo heran kenapa Joo Ri sangat mabuk seperti ini.
"Se Yoon sunbae, ayo kita minum lagi", ucap Joo Ri tanpa sadar
Chul Goo tampak bingung, seperti pernah mendengar nama itu. Young Ja memukul Joo Ri "Bangun, anak bodoh". Lalu mengeluh, "Ibu tidak bisa mati dengan tenang karena kalian berdua. Ibu tidak bisa istirahat hanya karena dua anak".
(Salah siapa anaknya coba!. Emaknya pembuat masalah, ya turunlah ke anaknya).
"Masuk saja. Sungguh memalukan. Masuk", ucap Young Ja kemudian. Ia bersama Chul Goo membawa Joo Ri masuk ke dalam.
Se Yoon kembali ke rumah Young Ja. Tepat pada saat Chul Goo dan Young Ja memapah Joo Ri masuk ke rumah. Ia bisa mengenali dengan jelas 2 orang yang bersama Joo Ri saat ini. Se Yoon bertanya pada dirinya sendiri, seolah tak percaya pada apa yang dilihatnya, "Jadi, mantan Ibu mertua Chae Won adalah ibunya Joo Ri?. Dan mantan suaminya adalah kakaknya Joo Ri?".
Chul Goo tampak bingung, seperti pernah mendengar nama itu. Young Ja memukul Joo Ri "Bangun, anak bodoh". Lalu mengeluh, "Ibu tidak bisa mati dengan tenang karena kalian berdua. Ibu tidak bisa istirahat hanya karena dua anak".
(Salah siapa anaknya coba!. Emaknya pembuat masalah, ya turunlah ke anaknya).
"Masuk saja. Sungguh memalukan. Masuk", ucap Young Ja kemudian. Ia bersama Chul Goo membawa Joo Ri masuk ke dalam.
Se Yoon kembali ke rumah Young Ja. Tepat pada saat Chul Goo dan Young Ja memapah Joo Ri masuk ke rumah. Ia bisa mengenali dengan jelas 2 orang yang bersama Joo Ri saat ini. Se Yoon bertanya pada dirinya sendiri, seolah tak percaya pada apa yang dilihatnya, "Jadi, mantan Ibu mertua Chae Won adalah ibunya Joo Ri?. Dan mantan suaminya adalah kakaknya Joo Ri?".
END
Lanjut episode 24 ya nuri..semakin seru..aku selalu menunggu sinopsis AHYI mu...
ReplyDeleteZhe...
Di tunggu ya kelanjutannya....semangat !!!
ReplyDeletesemakin seru...
ReplyDeleteah kasihan chae won..
ReplyDelete