Pages - Menu

Saturday, July 27, 2013

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 24 Part 1

Mobil Se Yoon berbalik arah kembali ke rumah Joo Ri. Se Yoon melihat sendiri mantan suami dan ibu mertua Chae Won memapah Joo Ri yang sedang mabuk, masuk ke rumah. Se Yoon menyadari satu hal yang disembunyikan Joo Ri, "Jadi, mantan Ibu mertua Chae Won adalah Ibunya Joo Ri?. Dan mantan suaminya adalah Kakaknya Joo Ri?".

Se Yoon ingat waktu Joo Ri bicara berdua sama Chae Won. Saat itu Se Yoon tanya apa Chae Won dan Joo Ri saling kenal. Joo Ri menyangkal, dan bilang ia hanya membicarakan pekerjaan. Se Yoon berguman tak mengerti, "Aku tidak bisa percaya ini".

Young Ja dan Chul Goo membaringkan Joo Ri ke tempat tidur. Joo Ri meracau, "Kalian berdua menghancurkan semuanya. Jika aku tidak bisa menikah dengannya, ini semua adalah kesalahan kalian".

Chul Goo tanya apa yang sedang Joo Ri bicarakan. Young Ja tak ingin Chul Goo mengetahui adiknya jatuh cinta pada Se Yoon. Young Ja bilang Joo Ri mabuk dan meracau, jangan pikirkan dia. Ia balik tanya dari mana saja Chul Goo dari tadi.

Chul Goo menjawab hanya jalan-jalan di luar. Chul Goo tanya dimana Hong Ju. Young Ja kembali bilang istri Chul Goo itu tertidur setelah minum obat. Chul Goo memohon ibunya lebih hati-hati kali ini. Young Ja tanya apa maksudnya. Chul Goo menjelaskan Hong Ju agak sensitif tidak seperti Chae Won. 

"Kau sudah mulai membela istrimu?", tuduh Young Ja. Chul Goo berkata bukan seperti itu, "Aku hanya khawatir. Kita tidak boleh mengulangi masa lalu".
Young Ja teriak kesal, "Kau mulai lagi. Baiklah, baiklah. Ibu akan berhati-hati, okay?".

Hong Ju belum tidur. Lemparan bantal mengenai Chul Goo begitu ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Chul Goo kaget, "Kau mulai lagi, melempari bantal, huh?".
"Mengetahui keadaanku tadi, kau pulang selarut ini tanpa menelponku?. Dan kau menyebut dirimu sebagai suami?", cibir Hong Ju. 
Chul Goo tidak menelpon karena berpikir Hong Ju sudah tidur. 

Hong Ju tidak tahu jika ibu Chul Goo sangat tidak bijaksana seperti itu, "Bagaimana bisa dia menyelidiki ke dalam laci-laciku?".
Chul Goo berkata ibunya memang kolot. Ia sudah meminta ibunya untuk berhati-hati, jadi tenanglah.

Hong Ju mengajak pindah. Chul Goo tertawa, "Kau sungguh terburu-buru. Ini bahkan belum satu minggu, tapi kau sudah meminta cerai dan pindah. Aku penasaran apa yang akan kau inginkan nanti".
Chul Goo berbalik, keluar kamar. Hong Ju tanya kau mau pergi kemana.
"Minum di bawah. Tidurlah terlebih dahulu", jawab Chul Goo.
Hong Ju mendelik kesal, melempar bantal. Chul Goo menangkap,"Selamat malam".

Se Yoon pulang. Kedua orang tuanya menunggu di ruang tengah. "Apa kau bersama dengan Joo Ri?", tanya Sol Joo.
Se Yoon mengiyakan, "Ya. Aku mengantarnya pulang".

Presdir Lee : Kedatangan ibumu untuk memberi kejutan ternyata gagal.
Se Yoon : Apa maksudnya?
Sol Joo : Ibu membawakanmu makan malam ke kantor.

Se Yoon menebak ibunya menelpon tadi dari kantor. Sol Joo menganguk tanda membenarkan. Se Yoon bertanya kenapa Ibu tidak menelponku lebih awal. Presdir Lee menyahut seperti yang ayah bilang, itu tadinya untuk memberi kejutan. Se Yoon meminta maaf, kedatangan ibu menjadi sia-sia.

Sol Joo ingat, tadi ia sempat bertemu dengan mantan kakak ipar Joo Ri.
"Nona Min Chae Won?", tanya Se Yoon.
Sol Joo kaget, "Kau kenal dengan ahli gizi itu?".
"Ahli gizi yang baru?", tanya presdir Lee menyambung.
Sol Joo memutar badan, melihat suaminya, "Kau kenal juga?".

Presdir Lee membenarkan, "Ya. Aku bertemu dengannya waktu itu. Dia kelihatannya baik dan lembut". Sol Joo tidak sependapat, "Baik dan lembut?. Aku sendiri melihatnya berteriak
pada Ibu Joo Ri meminta 50 milyar".
Se Yoon tidak percaya, "Ibu pasti salah. Dia bukan orang seperti itu".

Sol Joo heran. Se Yoon menghentikan ucapannya, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Hyo Dong dan Choon Hee berada di kamar kamar. Chae Won masuk memberikan segelas air dingin untuk nenek. Setelah minum air nenek kembali mengeluh, "Bagaimana bisa kau menemuinya di belakangku berakting seolah-olah dia kembali ke Amerika?. Aku tidak pernah membayangkan kau bisa berubah seperti ini".

Hyo Dong menundukkan kepala meminta maaf.
Nenek menyindir, "Jadi ada seorang wanita di belakang setiap pria".

Kakek ke nenek : Kau berisik sekali. Diamlah.

Kakek menghormati keputusan Hyo Dong, dan merestui pernikahan mereka. Kakek berpesan pada Choon Hee tolong jaga Hyo Dong dengan baik.

Nenek marah : Apa kau sudah pikun?. Kau tidak bisa menyetujui pernikahan mereka dengan begitu mudah.
Kakek : Menyetujui?. Kita tidak punya hak untuk setuju atau tidak.
Nenek : Kenapa tidak?. Hyo Dong seperti putraku sendiri.

Kakek menyuruh nenek berhenti bicara omong kosong. Nenek mulai menangis, "Omong kosong?. Aku sudah menganggapnya sebagai putraku sendiri selama 30 tahun ini. Dia bukan menantuku. Dia seperti putraku".

Chae Won memegang tangan nenek, untuk menenangkan, "Nenek, kumohon tenanglah. Tidak ada yang akan berubah bahkan setelah Ayah menikah lagi. Dia tetap menjadi putra nenek.

Hyo Dong : Ya. Ibu. Aku adalah putramu sampai nafas terakhirku.

"Kumohon tenanglah", pinta Chae Won sekali lagi. Tangis nenek semakin deras, mengelus pundak Chae Won, "Chae Won...Chae Won ku yang malang...". Chae Won merasa tidak enak dengan Choon Hee, "Nenek, kenapa berkata seperti itu?". Nenek masih menangis, "Chae Won ku yang malang...".

Kakek mempersilahkan Hyo Dong dan Choon Hee pulang. Kakek berkata pada Choon Hee, "Senang bertemu denganmu". Choon Hee menganguk tersenyum, "Senang bertemu dengan anda juga. Kita akan bertemu lagi".

Nenek mendelik marah, nafasnya memburu seperti banteng melihat kain berwarna merah. Choon Hee menunduk menghindari tatapan nenek.

Keluarga Uhm yang lain menguping di balik pintu. Mereka bergerak menjauh saat Hyo Dong membuka pintu.

Ki Moon yakin nenek akan menyetujui pernikahan Hyo Dong. Meskipun awalnya nenek menentang. Ki Choon membenarkan, "Ngomong-ngomong, kehadiranmu (Choon Hee ) mencerahkan seluruh rumah. Kau pasti punya aura seperti cahaya". Setelah itu Ki Choon tertawa lebar. Hyo Dong dan Choon Hee tersenyum mendengar pujian Ki Choon.

3 wanita muda Uhm melotot marah. Do Hee mencibir, "Mencerahkan seluruh rumah?. Kurasa kau bicara sembarangan".
Ki Ok menyambung, " Oppa, Kau pasti sudah tidak waras berkata seperti itu di depan kami".
"Yah..maksudku adalah...", ucap Ki Choon terbata. Ucapannya terhenti ketika Kang Sook memukul perutnya, "Kita bicara nanti", ancam Kang Sook.

Do Hee mengajak Choon Hee bicara di tempat lain sebagai sesama wanita. Hyo Dong heran, "Bicara apa?. Kau bisa bicara disini".
"Omo...omo. Kami tidak akan menggigitnya. Kau mempermalukan kami", protes Do Hee.
Choon Hee tersenyum pada Hyo Dong, "Aku akan baik-baik saja".
 Do Hee menggerakkan kepala, sebagai isyarat pada Choon Hee untuk mengikutinya. Kang Sook dan Ki Ok jalan menyusul

.Hyo Dong khawatir, "Tidakkah kita perlu mengikuti mereka?. Bagaimana jika mereka menggunakan kekerasan pada Choon Hee?".

Ki Moon : Ayolah..Istri kami bukanlah preman.
Ki Choon : Aku tahu dia (Hyo Dong) overprotectif.
Keduanya tertawa, Hyo Dong tersenyum sambil mengusap-usap rambut belakangnya. Tapi ia terus menoleh ke belakang. Jaga-jaga jika terjadi sesuatu pada wanita yang dicintainya itu.

3 wanita Uhm berdiri dengan menyilangkan tangan. Choon Hee merasa canggung, sesekali merapihkan rambutnya. Terlihat jelas cincin di jari manis Choon Hee. Mata Do Hee melotot, "Itu cincin yang baru".
"Hyo Dong memberikanku cincin ini saat dia melamarku", jawab Choon Hee.
"Dia melamarmu?", tanya ke-3 nya bersamaan.

Choon Hee memamerkan cincinnya dan berkata itu adalah lamaran dengan cahaya lilin. Begitu romantis.
Kang Sook : Sebuah cincin, cincin emas. Kurasa dia sudah melewati batas.
Do Hee : Apa kau bodoh? Beraninya sekarang kau membual soal itu disini?
Choon Hee menantang, "Jadi, apa masalahmu denganku?".

Do Hee ingin melihat fotokopi sertifikat kartu keluarga Choon Hee, "Bagaimana bisa kami percaya kalau ini adalah pernikahanmu yang pertama?. Jika kau pernah menikah atau memiliki anak kami harus memeriksanya".

"Tidak bisa di percaya?", guman Choon Hee. Menilai tindakan ipar Hyo Dong sudah kelewatan terlalu jauh ikut campur.

Do Hee berdalih hanya ingin memeriksanya saja. Kang Sook setuju. Ki Ok berkata itu adalah suatu keharusan akhir-akhir ini".
Choon Hee : Dengar. Tidakkah kalian pikir kalian sudah terlalu jauh?
"Terlalu jauh?", tanya ke-3 nya bersamaan.

Choon Hee berkata Hyo Dong sekarang tidak ada kaitannya dari keluarga Uhm. Jangan khawatirkan kami dan urus saja masalahmu sendiri.
Do Hee : Ha. Apa? Kami mengurus masalah kami dengan baik, okay?

Choon Hee menatap tajam Do Hee, "Kau mencuri mie-nya (Kang sook) dan didiskualifikasi dari kompetisi. Do Hee terdiam, hanya bisa menelan ludah.
Choon Hee beralih menatap Kang Sook, "Kau mendapatkan nilai nol".
Lalu ke Ki Ok, "Dan kau mendapatkan nilai 60 sebagai nilai tertinggi".

Tak ada yang bicara ataupun menyela. ke-3 nya kaget karena Choon Hee mengetahui hal-hal detail tentang mereka.

Sebelum pergi Choon Hee berkata dengan tegas, "Berhenti ikut campur dan urus saja urusanmu sendiri".

Choon Hee pergi. Kang Sook dan lainya bingung. "Ya. Ampun. Rubah itu. Dia sulit sekali", guman Do Hee memegang lehernya yang terasa merinding. Kang Sook heran, "Dia sudah mengetahui tentang kita". Ki Ok malu, "Bagaimana bisa kakak ipar menceritakan semua kepadanya?".

Do Hee berkata, "Itu pembicaraan di ranjang" (ups...sok tahu nich Do Hee). Kang Sook tidak berpikir kalau hubungan mereka begitu.
Do Hee teriak, "Kau tidak pernah tahu. Dan kau tidak tahu apa-apa".Do Hee masuk ke dalam. Kang Sook juga kesal, "Kenapa dia (Do Hee) melampiaskannya padaku?, lalu menyusul Do Hee. Ki Ok berguman, "Memalukan sekali".

(Akhirnya..Choon Hee menemukan cara ampuh menutup mulut Do Hee cs tanpa menggunakan kekerasan. Choon Hee memang bukan tandingan meraka, kalah telak dech.  Ki Ok sich tidak seberapa, yang ganas itu Do Hee dan Kang Sook...hehehehe).

Choon Hee pulang, Chae Won mengantar hingga di depan pintu gerbang. Hyo Dong menyuruh Chae Won untuk masuk saja.
Chae Won ke Choon Hee : Kau sudah menderita hari ini.

Choon Hee mengaku masih berkeringat dingin, "Apa ibu mertuamu baik-baik saja?", tanyanya pada Hyo Dong. Hyo Dong berkata nenek pasti akan baik-baik saja, jangan khawatir. Chae Won membenarkan, "Aku akan mengatakan hal-hal yang baik, calon Ibu".

Choon Hee terkejut, "Calon ibu?".
Chae Won : Saat kalian menikah, maka aku akan memanggil anda Ibu.

Hyo Dong tersenyum. Choon Hee tersentuh, "Terima kasih sudah memanggilku Ibu. Kupikir aku tidak akan pernah dipanggil Ibu. Terima kasih, Chae Won. Aku sangat tersentuh".

Choon Hee memegang erat tangan Chae Won, "Aku memiliki banyak kekurangan, tapi aku akan mencoba menjadi Ibu yang baik. Ayo kita hidup dengan rukun".
Chae Won : Ya. Aku akan mencobanya juga.

Malam telah larut, tapi Kakek dan nenek belum bisa memejamkan mata mereka. Kakek menyarankan nenek untuk berhenti bersikap keras kepala, dan ijinkan Hyo Dong menikah, "Jika kau bersikap keras, kau mungkin akan kehilangan dia selamanya". Nenek tanya kenapa aku harus kehilangan dia. Kakek berkata jika nenek terus keras kepala, Hyo Dong mungkin akan merasa lelah dan tidak ingin bertemu dengan nenek lagi. Jika kau ingin terus berhubungan dengannya, menyerah saja.

Nenek takut jika Hyo Dong menikah nanti, dia akan pindah bersama istri barunya. Kakek bertanya apa nenek sudah pikun, kenapa istri Hyo Dong mau tinggal bersama kita. Siapkan hatimu. Hyo Dong mempunyai kehidupannya sendiri. Dan kita punya kehidupan kita sendiri.

Nenek menghela napas berat. Lalu terisak. Nenek mencerna perkataan kakek, mencoba berdamai dengan hatinya sendiri. Ia sangat menyayangi Hyo Dong, hingga tidak ingin kehilangan menantunya itu. 30 tahun hidup bersama, bukanlah waktu yang singkat.

Chae Won melamun bersandar pada dinding, pikirannya melayang saat melihat kedekatan antara Se Yoon dan Joo Ri ketika menunggu lift. Chae Won tidak mengerti kenapa terus memikirkannya. Chae Won merebahkan badan, mencoba untuk tidur. Tapi pikirannya itu terus menari-nari dalam benaknya.

Tak jauh beda dengan Se Yoon. Ia juga tengah memikirkan Chae Won itu, "Jadi Chae Won yang meminta 50 milyar dengan mengancam?". Se Yoon tidak percaya, "Sejauh yang aku kenal, dia bukan orang seperti itu". Se Yoon bingung dan juga penasaran, wanita seperti apa Chae Won itu, apa warna (sifat) aslinya. 

Pagi hari. Joo Ri bangun dalam keadaan kacau. Pagi-pagi dia sudah ribut sendiri ketika ibunya bilang semalam Se Yoon mengantarnya pulang karena mabuk, "Apa?. Dia datang ke rumah kita?", tanya Joo Ri kaget setengah mati. Young Ja membenarkan.
"Ibu tidak tertangkap basah, kan?", tanya Joo Ri khawatir.

Young Ja mengayunkan tangannya pura-pura ingin memukul kepala Joo Ri, "Kau pikir Ibu ini bodoh?".
Young Ja kesal, dan benar-benar mengetok kepala Joo Ri, "Bagaimana bisa kau mabuk berat dalam situasi seperti ini?. Apa kau gila?".

Joo Ri merasa melakukannya karena putus asa dan frustasi. Tidak ada yang berhasil.
Young Ja mengeluh, "Bagaimanapun, Chae Won semacam hama yang ulet. Jadi, dia akan terus bekerja disana?".
Joo Ri mengaku sudah memberinya pukulan. Kuharap dia akan mengubah pikirannya".
"Kau memberinya pukulan?. Bagaimana?", tanya Young Ja penasaran.

Joo Ri membentak, "Jangan tanya. Ibu tidak membantu".
Young Ja balik teriak, "Kau selalu menyalahkan Ibu ketika terjadi kesalahan. Bangun dan turunlah untuk sarapan".
Young Ja keluar kamar. Joo Ri merengek, karena belum juga berhasil menjauhkan Chae Won,  "Hari demi hari, aku merasa seperti berada di kursi panas".

Young Ja bersama ke-2 anaknya duduk di meja makan. Ms. Park menyiapkan sarapan. Young Ja tanya dimana Hong Ju. Ms. Park diam saja. Hong Ju masuk ke dapur dengan membawa Coco, "Selamat pagi", ucapnya tanpa semangat.

Young Ja menyahut, "Selamat pagi, sayangku. Kau membawa anjing itu ke meja makan lagi?. Apa kau tidur nyenyak?". Hong Ju menjawab aku baru bisa tidur setelah minum obat. Young Ja meminta maaf soal kemarin, "Kau dapat menerima permintaa maaf ibu?".

Hong Ju : aku benci orang-orang menyentuh barang-barang ku, tolong hati-hati. Young Ja mulai kesal, "Baiklah, Ibu akan berhati-hati".
Chul Goo tertawa mencairkan suasana, "Kalian sungguh pengerian. Ini adalah proses untuk saling mengenal. Ayo cobalah untuk sedikit mengalah". 

 (Ya..ampun rambutnya Joo Ri acak-acak'an. Belum mandi pastinya....huahaha).

Young Ja tersenyum ke Hong Ju, "Ya. Ayo kita berusaha dari dua arah dan hidup dengan baik, okay?".
"Aku akan mencobanya", sahut Hong Ju.
" Terima kasih sudah mengatakan itu", ucap Young Ja.

Ms. Park membawa sarapan untuk Hong Ju. Hanya segelas orange juice dan semangkuk sereal. Joo Ri heran, "Kau tidak makan nasi dan sup?". Hong Ju berkata tidak menyukai sarapan dengan menu yang berat.

Young Ja berkata semua orang memiliki selera yang berbeda. Ayo kita nikmati sarapannya.
"Kau tahu hari ini adalah peringatan kematian ayahmu, kan?", tanya Young Ja pada dua anaknya.
Chul Go dan Joo Ri lupa, "Apa sudah hari ini?".
Young Ja mengeluh tidak ada gunanya membesarkan anak yang bahkan melupakan hari peringatan kematian ayahnya sendiri. 

Young Ja biacara pada Hong Ju dengan tersenyum, "Ini akan menjadi pertama kalinya bagimu menghadiri peringatan kematiannya. Tolong bantu Nyonya Park mempersiapkan makanan ritual, okay?. Arwah dari almarhum ayah mertuamu akan senang".

"Aku ada reuni alumni malam ini", sahut Hong Ju sambil mengaduk serealnya.
Young Ja nyengir, lalu menatap ke dua anaknya. Chul Goo dan Joo Ri tampak terkejut dengan jawaban Hong Ju.
"Maksudmu, kau tidak bisa menghadiri peringatan kematian almarhum ayah mertuamu?", tanya Young Ja.

Hong Ju berkata acara almuni ini adalah acara pertemuan tahunan, "Aku akan pulang terlambat. Jam berapa peringatan kematiannya?". 
"Apa kau masih waras?", tanya Young Ja tidak percaya. 
"Kenapa?", tanya Hong Ju balik.

Young Ja : Bagaimana bisa kau berpikir untuk tidak hadir demi pertemuan alumni?. 
Hong Ju :  Aku belum pernah bertemu dengannya sebelumnya. Jadi bagaimana aku bisa tulus?. Itu akan menjadi pertunjukan kemewahan.
Young Ja : Pertunjukan kemewahan. 

Joo Ri ke Hong Ju : Onnie. Perkataanmu sangat keterlaluan.
Hong Ju : Apa kau ini kolot seperti Ibu?

Chul Goo berdiri, "Ayo keluar!", ucapnya pada Hong Ju. Hong Ju tersenyum, "Katakan apa yang ingin kau katakan disini".
"Diam dan keluar saja", bentak Hong Ju menarik Hong Ju keluar dari dapur.
Hong Ju berdiri, menarik tangannya. 

Young Ja seperti kena serangan jantung, " Tak bisa dipercaya. Aku tidak bisa percaya ini Bagaimana bisa dia menyebut ini sebagai pertunjukan kemewahan?. Siapa dia sebenarnya?". 
Young Ja teriak pada Ms. Park, "Ahjuma. Berikan aku air dingin".
Ms. Park tak bergerak mendengar perintah Young Ja, hanya menatap Young Ja.
"Apa kau tuli?. Aku minta air", teriak Young Ja lagi.

Ms. Park tidak bergeming, membuat Young Ja semakin kesal. Ms. Park tetap diam di tempatnya dengan sikap siaga.
Young Ja teriak lebih nyaring, "Ms. Park. Tolong bawakan air. Air!". 
Ms. Park baru bergerak mematuhi perintah Young Ja, setelah Young Ja memanggilnya dengan sebutan Ms. Park.
(wkwkw no "ahjuma" dalam kamus Ms. Park. Pembokat satu ini benar-benar unik).

Ms. Park meletakan segelas air dingin di meja. Young Ja minum terburu-buru. Lalu menghela napas panjang, "Ini gila. Apa-apaan ini?". 

(Selalu saja. Tiada hari tanpa keributan di rumah Young Ja.)
Chul Goo dan Hong Ju bicara di dalam kamar. Chul Goo marah, "Apa kau ini masih waras?". Dengan tenang Hong Ju tanya apa yang kulakukan. Chul Goo menuduh Hong Ju sengaja bertingkah gila, "Mengabaikan ritual leluhur demi pertemuan alumni?". Apa Ibumu yang mengajarkan itu?", bentak Chul Goo.

Hong Ju teriak marah : Ya! Aku adalah anak tidak sah. Dan aku tidak pernah belajar sopan santun. Jadi apa?. 
Chul Goo : Apa kaitannya dengan masalah ini?. 
Hong Ju : Kau duluan yang mengungkit-ungkit soal Ibuku.
Chul Goo : Maksudku adalah....

Hong Ju tidak terima Chul Goo menghina dan mencemooh ibunya. Hong Ju menatap tajam Chul Goo. Chul Goo memegang kepalanya yang mau meledak, "Ini benar-benar gila".

Chae Won bahan makanan yang diantar suplier ke kantor. Chae Won memuji sayuran hijaunya segar dan baunya bagus. Suplier berkata itu karena Chae Won sangat ketat sehingga ia lebih memperhatikannya. Chae Won tersenyum, "Terima kasih. Sayuran segar ini akan membantu menambah nafsu makan dan menghilangkan rasa lelah. "

Se Yoon jalan masuk ke perusahaan, dan melihat Chae Won yang tengah berbicara pada suplier. Se Yoon berhenti dan memperhatikan dengan penuh tanya. Wanita seperti apa Chae Won sebenarnya. Wajah Se Yoon tidak tampak kesal seperti kemarin.

Tepat pada saat itu Joo Ri datang, dan menyadari pandangan mata Se Yoon tertuju pada Chae Won. "Sunbae", tegur Joo Ri. Se Yoon menoleh, "Ya". Joo Ri mengucapkan terima kasih, karena Se Yoon mengantarnya tadi malam, "Aku benar-benar tidak sadar. Aku tidak mengingat apapun".

Se Yoon ingin bertanya sesuatu tapi Joo Ri memotong lebih dulu. Joo Ri mulai menjelek Chae Won., "Dia berkulit tebal".
"Apa?', tanya Se Yoon. 

Joo Ri : Aku bicara soal wanita itu, ucap Joo Ri. Arah matanya menunjuk ke Chae Won.
"Wanita itu?, tanya Se Yoon lalu menoleh ke Chae Won. 

Joo Ri : Bagaimana bisa dia datang ke kantor setelah berakting seperti itu?. Jika aku jadi dia,  aku akan keluar dari pekerjaan. Hati-hati dengannya. Kau mungkin bisa mendapatkan masalah jika kau terlibat dengannya. Jangan sampai kau lengah.

Se Yoon : Kau membicarakan Min Chae Won seolah-olah kau mengenalnya dengan baik.
Joo Ri gelagapan, "Huh? Itu, tidak begitu tapi kau bisa bilang wanita semacam itu. 

Se Yoon diam, Joo Ri mengajak Se Yoon masuk dengan menggandeng lengan Se Yoon. Chae Won menatap ke depan dan melihat keduanya jalan masuk bersama. Chae Won tampak kecewa, tapi ia berusaha menepis jauh-jauh pikirannya itu.

Setelah selesai menerima sayuran, Chae Won masuk ke kantor. Langkahnya benar-benar lesu dan wajahnya murung. Salah satu dari koki ahjuma meminta bantuannya. Chae Won tanya bantuan apa itu. Koki ahjuma berkata keponakannya mengajukan lamaran di posisi internal. Ia memohon Chae Won bersedia membicarakan hal ini pada presdir Lee, dan minta dia untuk menyetujuinya.

Chae Won kaget, "Apa?. Kurasa kau sudah salah paham".
Koki ahjuma tetap memaksa, dan memberikan amplop berisi uang sebagai hadiah, "Belikan dia sebuah dasi. Aku akan mempercayakannya padamu".
Koki ahjuma langsung pergi setelah memberi amplop. Chae Won memanggil, "tunggu..tunggu". Lalu menyusul, tapi masih tetap memegang amplop itu. 

Manager pemasaran kebetulan lewat dan secara tidak sengaja melihat serta mendengar semuanya. Bertambah satu orang lagi yang salah paham, "Ha. Apa yang dia lakukan?", ucap manager pemasaran tidak percaya. Pasti Manager pemasaran berpikir Chae Won menerima suap dengan mengandalkan koneksi (Se Yoon).

Nenek sakit kepala dan mengikat kepalanya dengan kain putih (heran juga, apa ikatan kain putih di kepala bisa mengurangi rasa sakit?). "Ibu, aku masuk", ucap Hyo Dong dari luar. Setiba di dalam Hyo Dong tanya bagaimana keadaan nenek. Dengan suara merintih nenek berkata, "Aku berdoa semalam bahwa aku tidak akan hidup pagi ini. Tapi aku bangun lagi".
"Kenapa Ibu berkata begitu?", ucap Hyo Dong. 

Nenek : Kenapa?. Kau benar-benar tidak tahu?. Dia sudah menyihirmu jadi kau sudah kehilangan pikiranmu. Tapi pikir baik-baik. Dia bukanlah jodohmu.

Hyo Dong berkata nenek terlalu berprasangka buruk terhadapnya. Dia adalah wanita baik. Nenek tidak berpikiran seperti itu, baginya Choon Hee hanya menjual minuman dan kesenangan kepada para pria. Nenek merasa Choon Hee bahkan tidak akan bisa memberikan (memasak) Hyo Dong makanan yang baik (enak).

"Menjual kesenangan pada pria?. Itu omong kosong", ucap Hyo Dong. Nenek marah, Hyo Dong benar-benar tidak mendengarkan ucapannya, "Keluar, aku benci melihatmu. Kau hanya membuatku marah .Keluar saja".

Hyo Dong menuduk, menghela napas berat. Nenek benar-benar keras kepala.

Setelah Hyo Dong keluar, giliran 3 wanita muda Uhm berusaha membujuk nenek. Do Hee minta nenek coba melihat dari sisi baiknya. Kang Sook berkata meski awalnya ia tidak menyukai Choon Hee, tapi aku mendapati dia adalah wanita yang baik. Dia keren. 

Nenek menilai anak dan menantunya ini sungguh tidak konsisten. "Bagaimana bisa kalian merubah sikap dalam waktu semalam?. Apa dia menyogokmu?". Do Hee dan Kang Sook menyangkal, "Tentu saja tidak, ibu".

"Lalu bagaimana bisa kau merubah sikapmu begitu tiba-tiba?", tanya nenek menuntut penjelasan. 

Do Hee berdalih berubah pikiran demi kedamaian dan masa depan keluarga. Do Hee melihat ke Kang Sook minta dukungan. Kang Sook mengiyakan perkataan Do Hee, "Yang kami pedulikan adalah masa depan keluarga". 

Kang Sook menoleh ke Ki Ok meminta bantuan. Ki Ok lebih tegas dan tidak berbasa-basi seperti 2 kakak iparnya. Ki Ok berkata Hyo Dong akan menikah bagaimana pun juga.  Jangan mempersulit mereka. Restui saja mereka.

Nenek merintih, "Aigo....", merasa di pojokkan. Bukanya membantu 3 wanita ini semakin membuat kepalanya pusing. Do Hee mengambil hati nenek dengan memijat kakinya. 

Hyo Dong membujuk Choon Hee untuk berusaha lebih keras meyakinkan nenek. Choon Hee merasa sudah melakukan yang terbaik, "Aku tidak bisa merangkak dan merayap padanya lebih jauh lagi". Hyo Dong berkata bukan begitu maksudnya, "Kubilang, ayo kita mencoba lebih lagi sampai hatinya mencair terhadap kita".

Choon Hee frustasi, "Dia adalah ibu mertuamu, bukan ibu kandungmu". Hyo Dong tidak bisa begitu saja membuang nenek, selama 30 tahu ini Hyo Dong hidup bergantung pada mertuanya. Choon Hee mengerti, tapi tetap saja mereka bukan orang tau kandung Hyo Dong.

Hyo Dong bersikeras, "Aku selalu serius dengan  apa yang kukatakan. Aku sudah menghormati mereka dan tinggal bersama mereka seperti orangtuaku sendiri".
(Dengan kata lain, Hyo Dong akan tetap mencoba hingga nenek merestui pernikahan).
Choon Hee tidak bisa berkata apa-apa lagi, "Baiklah...baiklah". 

Oktabang Oppa atau Kang Jin tengah di landa galau. Pria paruh baya ini melamun, pikirannya terus mengingat "accident" pagi hari di kamar Ki Ok. Ki Ok memukul kepalanya berkali-kali. Kesal pada dirinya sendiri, "Gila. Tolol. Bangunlah, Jin. Ada apa denganmu?".

Kang Jin menerima panggilan masuk dari Ki Ok. Kang Jin kaget. Orang yang barusan ia pikirkan sekarang menelpon. Ki Ok tanya apa Kang Jin sibuk, "Bagaimana kalau minum kopi denganku. Ayo kita bertemu di cafe di sebelah community center satu jam lagi".

Kang Ji heran, "Kopi?. Kenapa". Ki Ok terus terang meminta Kang Jin kencan keluar. Senyum Kang Jin mengembang lebar, "Kencan?. Kedengarannya bagus". Ki Ok menutup telepon, "Sampai ketemu".

Kang Jin tertegun seakan tak percaya, lalu teriak kesenangan, "YES!. Aku belum berakhir!. Aku masih melihat matahari.  Ya. Ki Ok, kau mau tidak mau akan jatuh ke dalam pesonaku".

Satu jam kemudian Kang Jin datang ke cafe dengan hati berbunga-bunga. Bergaya layaknya anak muda. Lalu mengedipkan mata ke arah Ki Ok yang tersenyum padanya. (Ahjushi satu ini genit juga). Ki Ok terlihat seperti benar-benar menunggu teman kencan.

Ki Ok : Oh. kau terlihat begitu muda sehingga aku hampir tidak bisa mengenalimu.
Kang Jin : Wajahku memang baby face. Orang-orang berpikir kalau usiaku akhir 40 tahunan atau awal 50 tahunan.

Ki Ok menganguk. Kang Jin kembali membual, "Terakhir kali aku melakukan  medical checkup, hasilnya menunjukkan usia fisikku adalah di awal 40 tahunan".
Ki Ok kembali menganguk. Kang Jin belum selesai membual, "Sekarang orang hidup sampai 100 tahun. Aku baru 60 tahun jadi aku ada di puncak kehidupan".

Ki Ok : Benar. Bagus hidup dengan berjiwa muda.
Kang Jin : Kopi favoritku adalah caramel macchiato.
Ki Ok tertawa geli. 

Ada ahjuma berusia sekitar 50 tahun-an masuk ke cafe. Ki Ok berdiri dan menyapa ahjuma "Hai". Ahjuma menatap Kang Jin malu-malu. Kang Jin tanya siapa dia. Ki Ok menjelaskan dia adalah murid baru di kelas kita. Dia menunjukkan ketertarikan padamu, jadi aku memintamu keluar untuk memperkenalkannya". 

Ahjuma malu-malu mengakui terpesona pada Kang Jin setelah mengikuti kelas musik. Aku adalah penggemarmu. Kang Jin yang saat itu sedang minum terkejut dan menyemburkan minumannya. (Buahahaha)

Ki Ok kaget. Ahjuma panik, "Apa kau baik-baik saja?", tanyanya sambil menyeka mulut Kang Jin dengan sapu tangan. Kang Jin menepis tangan ahjuma, "Tidak. Jangan sentuh aku. Aku tak apa-apa".

Ki Ok lega mengetahui Kang Jin baik-baik saja, "Aku akan membiarkan kalian bersenang-senang".
Ki Ok mengambil tasnya. Kang Jin teriak, "Nona Uhm!". Ki Ok heran. 

Kang Jin marah, "Kau baru saja membunuhku lagi. Kau membunuhku total sudah tiga kali".
Kang Jin mengatakannya dengan penuh emosi. Hingga air liurnya muncrat ke wajah Ki Ok. Ki Ok menyeka wajahnya, tidak mengerti apa yang Kang Jin bicarakan. Kang Jin pergi. Intro Soundtrack Secret Garden 4Men - Reason mengiringi kepergian Kang Jin.

Ahjuma bingung, "Ada apa dengannya?". "Tidak tahu", jawab Ki Ok tak kalah bingung.

Wkwkw...kasihan dech Kang Jin. Niat hati berharap kencan dengan "Daun muda", eh alih-alih ketemu sama ahjuma yang hampir seusia dengannya. Kang Jin lebih pantas jadi ayahnya Ki Ok. Jika saja ahjuma-nya cantik seperti Choon Hee. Pasti Kang Jin tidak akan menolak....Tapi ini..hehehehe...


Lanjut ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 24 Part 2


3 comments:

  1. thanks... udah bikin sinopsisnya sampai episod sekarang...karena aku suka banget dgn ceritanya, jangan bosan ya... akan ku tunggu dengan setia kelanjutannya... :)

    ReplyDelete
  2. t.ksh ya Nuri. Di tunggu kelanjutannya ya ^_^

    ReplyDelete
  3. makasih mba nuri, aku kira udah berhenti nulis sinopsisnya... eh ternyata pas ngunjungi blog ini dilanjut sinopsisnya. gomawo ~

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)