Penjaga rumah sakit bangsal bawah tanah memberi panggilan pasien untuk berdiri dengan rapih di depan sel mereka. Direktur akan datang untuk memeriksa. Gi Soon tidak segera keluar karena badannya tidak sehat. Ia mencoba bangun dari tempat tidur dan jalan perlahan keluar dengan susah payah. Gi Soon batuk lagi, dan itu membuatnya badannya benar-benar lemah, hingga tak mampu berdiri. Padahal sedikit lagi mencapai pintu.
Mata Cha Don terpaku menatap sel no 7, gugup sekaligus penasaran siapa gerangan penghuni sel itu. Hingga Myung Han tiba, Gi Soon tidak juga keluar. Hanya suara batuknya yang terdengar sampai keluar.
Myung Han menanyai pasien satu persatu. Ia menunjuk pasien yang memakai kaca mata, "Kenapa kau tidak mengalah?". Pasien yang di tunjuk hanya diam saja menundukkan kepalanya. Myung Han tertawa, Cha Don menatap heran.
Giliran pasien sel no 3, sepertinya ahjuma itu yang disiksa tempo hari. Wajah ahjuma terlihat sangat kurus dan pucat. Ahjuma menyerah, ia bersedia menandatangi surat pengalihan hak waris, "Aku akan cap jempol diatasnya, jadi kumohon, keluarkan aku dari sini. Kumohon", pintanya memelas.
Myung Han menarik napas panjang, "Ah.....Hubungi wali hukumnya", ucapnya pada kepala perawat. "ya", jawab kepala perawat.
Selanjutnya Myung Han berdiri di hadapan Cha Don, "kenapa kau tidak menandatangani surat pelepasan hak warisan?".
Cha Don mengangkat wajahnya, menatap Myung Han yang gila ini dengan tatapan tajam, "Jaga sikapmu. Singkirkan wajah yang hina ini dari pandanganku".
Myung Han kembali tertawa, "Pada akhirnya kau akan menandatanganinya".
Myung Han berdiri di depan sel Gi Soon. Dengan kedua matanya sendiri ia melihat Gi Soon duduk lemas terbatuk-batuk. Untuk menahan tubuhnya, Gi Soon berpegang erat pada besi ranjang. Kepala perawat bilang kondisi Gi Soon semakin memburuk. Apa kami harus membawanya keluar?"
Myung Han menggeleng, "Tidak usah. Tinggalkan saja dia sendirian jika panggilan dibunyikan mulai sekarang. Kepala perawat mengerti.
Myung Han benar-benar mengikuti perminataan Se Kwang untuk tidak memberikan perwatan meski mengetahui keadaan Gi Soon semakin memburuk. Se Kwang memang ingin membiarkan Gi Soon mati secara perlahan karena penyakitnya. Rasanya pengen bejek-bejek Se Kwang.
Kunjungan berakhir, Myung Han bersiul, dan pergi. Perawat pria menyuruh semua pasein untuk kembali masuk ke dalam sel.
Cha Don belum beranjak dari tempatnya, ia masih penasaran pada penghuni sel nomor 7. Satu persatu pasien masuk, dan para perawat langsung mengunci pintu sel. Perawat pria membentak Cha Don, "cepat masuk". Cha Don masuk tapi matanya terus menatap sel yang berada di sebrangnya itu.
Cha Don mengerti sekarang, kenapa pihak rumah sakit membiarkan orang lain mendengarkan jeritan itu, "Aku mengerti kalau mereka ingin menimbulkan rasa takut pada pasien agar mereka menyerahkan warisan mereka. Betapa jahatnya mereka. Jika aku masih menjadi jaksa, aku akan memastikan mereka semua dihukum". Cha Don pusing dimana sebenarnya Ny. Park Gi Soon berada sekarang.
Jae In dan Ny. Bok sarapan pagi. Ny. Bok minta Jae In untuk berhenti mabuk-mabukan. Kau seperti ayahmu menjadi pemabuk, dengan siapa kau minum?. Lee Cha Do?". Perut Jae In masih sakit, ia minta ibunya untuk berhenti bertanya.
Ny. Bok : Aigoo, kerjamu bagus. Apa kau menyelamatkan dunia setelah mabuk?
"Ibu!, panggil Jae In tanpa semangat.
Ny. Bok tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ia minta Jae In menikah dengan Cha Don sebelum akhir tahun.
Jae In kaget, "APA?".
Jae In kaget, "APA?".
Semalam, aku bermimpi ada beberapa pengemis minta makan padaku. Apa artinya itu?. Cha Don adalah Hakim Lee Mong Ryong, dan kau adalah Choon Hyang. Setelah kalian menikah, aku akan menyerahkan semua bisnisku padamu, dan hanya akan mengelilingi tempat-tempat terpencil di dunia.
Jae In memandangi ibunya, seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi berat untuk mengatakannya. Pal Do datang dengan terburu-buru, "Nyonya. Berita besar! Ahli Pemerasan sudah ditangkap. Ada beritanya di TV sekarang!". Ny. Bok minta Pal Do untuk menyalakan televisi.
Rupanya berita itu adalah acara yang dibawakan oleh wartawan Go. Disebelahnya ada nara sumber yang menjadi bintang tamunya hari ini. Jadi curiga jika ini adalah ide Se Kwang untuk membuat nama Cha Don semakin tercoreng. Pal Do sibuk berkomentar, Ny. Bok menyuruhnya diam karena ia sedang mendengarkan.
Tayangan televisi berganti saat Cha Don bersama sekertaris Hong dan Gu Shik keluar dari kantor kejaksaan dengan membawa barang-barang mereka. Karena pemeriksaan aset seluruh jaksa baru-baru ini, diketahui salah satu jaksa korup yang menerima uang suap.
Jae In, Ny. Bok dan Pal Do kaget melihat wajah Cha Don muncul.
"Bukankah itu menantuku?", ucap Ny. Bok tak percaya.
"Sepertinya hampir mirip", sahut Pal Do.
Jae In panik, "Siapa yang mirip Cha Don? Dia tidak mirip sama sekali".
Wartawan Go tanya siapa jaksa yang korupsi itu. Nara sumber bilang dia adalah jaksa Lee dari bagian pengawasan.
"Menurutku itu Cha Don", seru Pal Do.
Ny. Bok menyuruh Pal Do untuk menghubungi kantor kejaksaan.
Terdengar suara wartawan Go. Seorang jaksa yang seharusnya menyelidiki kasus korupsi justru malah melakukan korupsi. Ironis sekali. Apa yang dilakukan Jaksa Lee saat ini?, tanya wartawan Go pada nara sumber.
"Dia mengundurkan diri", jawab nara sumber.
Jae In pergi meninggalkan meja makan karena tidak tahan lagi mendengarnya. Pal Do menelpon kantor kejaksaan.
Se Kwang juga menyaksikan tayangan, menyeringai sinis, "Pria jahat dihukum, itulah arti keadilan. Lee Cha Don".
(Lalu kau sebut apa dirimu Se Kwang? Jaksa baik hati penegak kebenaran. PALSU!!!....).
Ny. Bok duduk diruang tengah dengan gelisah. Jae In keluar dari kamar. "Jae In, kau tahu soal ini, kan?. Kau minum-minum karena marah dengan semua hal ini, kan?", tebak Ny. Bok.
Jae In : Marah. Aku? Karena pria itu?. Apa ibu benar-benar ingin tahu bagaimana perasaanku sekarang?. Aku merasa lebih bahagia dari sebelumnya selama hidupku. Sangat bahagia sampai aku mau mati sekarang.
Ny. Bok : Beraninya kau bicara dengan ibumu seperti itu.
Jae In marah : Ibu, selalu ingin punya menantu seorang jaksa. Bajingan itu bukan jaksa lagi, dan terlebih lagi, dia tidak akan bisa menjadi pengacara lagi setelah berita di TV. Hidupnya benar-benar hancur. Jadi jangan bicara soal Cha Don lagi.
Jae In membalikkan badan. Ny. Bok balas teriak, "Bukankah kepalamu ada pada tumit Cha Don?. Apa yang terjadi?. Apa Cha Don minta putus denganmu?".
Jae In menahan tangis, berbalik menatap ibunya. "Akulah orang yang menyarankan untuk putus. Si brengsek itu mengemis dengan sangat putus asa, tapi aku bilang padanya agar menghilang, karena aku tidak ingin melihatnya lagi. Sepertimu, ibu, aku tidak tahan dengan
orang yang tidak berkompeten". Jae In pergi.
Ny. Bok diam, jelas ia melihat air mata Jae In. Ny. Bok kaget dan juga sedih. Pal Do yang mendengar semuanya datang membawa segelas air putih untuk Ny. Bok. Ternyata Jae In lebih kuat dari yang ia kira.
Sebagai ibu, tentu Ny. Bok mengetahui perasaan Jae In yang sedang sedih. Ia minta Pal Do mencari tahu apa yang di lakukan Cha Don saat ini. Ny. Bok mendesah, "Tidak seperti namanya, dia (Cha Don) kurang beruntung".
Cha Don tidur meringkuk di selnya yang dingin. Kepala perawat dan asistennya masuk. Mereka memberikan waktu istirahat selama 30 menit, selama itu para pasien di larang bicara satu sama lain.
Semua pasien yang ada bangsal bawah tanah jalan berbaris menuju ruang makan, kecuali Gi Soon. Cha Don melihat seorang perawat pria membawa tray makanan dan masuk ke sel nomor 7. Penjaga lain menegur Cha Don, "Apa yang kau lakukan. Ayo cepat".
Di ruang makan semua diam tak bersuara. Cha Don bicara pada pasein di depannya yang memakai kacamata, "Apa kau pernah melihat orang di sel 7 di ujung lorong?". Pasein berkacamata itu menggeser tubuhnya sebagai pertanda tak ingin diajak bicara. Cha Don lalu tanya pada pria tua di sebelahnya, "Seseorang yang dipanggil Park Gi Soon.....".
Sikap pria tua itu sama dengan pasien berkacamata, ia menggeser tubuhnya menjauhi Cha Don. Perawat yang mendengar suara Cha Don langsung menegur, "Siapa yang bicara itu?". Cha Don diam tak berani lagi bersuara. "Aku tidak akan menemukannya ditempat ini", batin Cha Don dalam hati. Semua pasien patuh pada peraturan, karena meeka takut kena hukuman.
Tak ada pilihan lain, Cha Don sengaja membuat keributan. Berdiri dan mengebrak meja "Ini bukan makanan manusia, ini makanan anjing. Mana telur dadarnya". Lalu berdiri diatas meja terika minta telur dadar. 4 perawat memeganginya, Cha Don berontak dan menyingkirkan ke empat pria itu, bahkan membalik meja. "Apa ini penjara atau semacamnya?. Kenapa aku tidak boleh bicara saat aku makan?".
Pasien lainya menyingkir, keempat pria itu kembali memegangi Cha Don, menjepit dan menahan tubuhnya. Cha Don berteriak minta di lepaskan, "Ayo kita tuntut mereka. Lepaskan aku. Tidak sopan kalau menganggu orang makan".
Di ruangannya, Myung Han mendapatkan laporan pembangkangan yang Cha Don lakukan. Dengan santainya ia memberi perintah pada perawat untuk membawa Cha Don keruang perawatan intensif. Ini saatnya dia untuk terapi.
Cha Don dibawa ke ruang itensif, ia bingung melihat ke dua tangan dan kakinya yang di ikat. Myung Han masuk, "direktur aku tidak gila. Aku sehat. lepaskan aku".
Myung Han : Jika aku melepaskanmu, apa kau akan menandatangani surat pernyataannya?
Cha Don : Surat pernyataan?. Apa karena itu adikku menempatkanku disini?
Myung Han : Uang yang melakukannya pada orang-orang itu. Tidak peduli apa kau itu orang tua, anak, ataupun saudara, sekali uang terlibat, kalian semua berubah menjadi monster.
Cha Don marah, "Aku akan membalasmu! Kau bukan manusia!".
Myung Han : Aku bisa melakukannya karena aku manusia. Apa kau pernah melihat seekor binatang membunuh keluarganya sendiri karena serakah?. Semakin lama kau bertahan, kerugianmu semakin bertambah.
Cha Don teriak dan memberontak, "Aku tidak akan pernah menyerah. Aku tidak akan memberinya sepeserpun".
Myung Han tersenyum licik, "Nyalakan mikrofonnya", ucapnya pada kepala perawat yang berdiri di belakangnya. Kepala perawat menyalakan mikrofon, lalu bicara, "Kami sedang memulai terapi intensif pada Pak Hong Ja Seok".
Tangan Cha Don bergetar ketakutan. Kepala perawat memutar tombol volume. Cha Don berteriak kesakitan, tubuhnya terhentak dan melonjak-lonjak menegang menerima aliran listrik tinggi. Direktur gila ini justru tersenyum tipis dan tampak sangat menikmati pemandangan yang ada di depannya. Kepala perawat mengarahkan mikrofon lurus menghadap Cha Don. Sebisa mungkin Cha Don berusaha menahan rasa sakitnya.
Semua perawat yang ada di ruang itu hanya diam saja, dengan tatapan dingin. Sungguh hati mereka sudah menjadi batu. Tentunya pemandangan dan teriakan kesakitan ini sudah sering mereka lihat dan dengar.
Teriakan kesakitan Cha Don ini di dengar semua pasein, suara Cha Don menggema di ruang bangsal yang dingin. Kebanyakan dari mereka ikut merasakan kesakitan yang Cha Don rasakan. Pasien lain yang mendengarnya mulai gelisah, sebisa mungkin mereka menutup telingannya rapat-rapat. Rasa trauma jelas mereka rasakan. Ada juga yang ikut teriak.
Kepala perawat menurunkan volume listrik mengarah ke Cha Don. Disela-sela rasa kesakitannya, Cha Don bicara melalui mikrofon, "Kang Seok belum mati. Dia menunggu ibunya datang mencarinya".
Tentu ucapan ia tujukan untuk Gi Soon.
Gi Soon kaget mendengar jelas teriakan Cha Don. Myung Han memberi kode pada kepala perawat untuk memutus aliran listrik.
Cha Don kembali bicara dengan tenaga yang tersisa meski tersengal-sengal, "Akulah orang yang bersalah karena tidak menjadi ibu yang baik baginya. Jika aku dihukum, Kang Seok yang harus menghukumku".
Myung Han tidak mengerti apa yang Cha Don bicarakan. Ia kembali menyuruh kepala perawat untuk menyalakan aliran listrik.
Badan Cha Don kembali menegang menerima aliran lisrik. Cha Don berusaha teriak sekuat tenaga, "Kalian semua sama saja. Aku akan membalasnya. Aku akan membunuh mereka semua. Mereka yang menghancurkan keluargaku".
Gi Soon ingat pertemuan pertamanya dengan Cha Don saat masih di penjara. Semua perkataan yang Cha Don ucapkan saat ini sama dengan yang pernah ia katakan sebelumnya. Gi Soon sedih sekaligus merasa lega seolah menerima sebuah harapan, "Lee Cha Don, dia di sini. Jaksa Lee Cha Don".
Gi Soon menangis, sebisa mungkin ia menguatkan diri. Hatinya kini bisa lebih tenang, karena ada seseorang yang akan menolongnya.
Gu Shik mengikuti perawat pria masuk ke dalam lift yang menuju ruang bawah tanah. "Jadi lift ini jalan menuju bangsal rahasia?. Astaga, ini membuatku merinding", batin Gu Shik dalam hati.
Pintu lift terbuka. Perawat pria keluar, Gu Shik mengikutinya. Kepala perawat heran kenapa Gu Shik bisa masuk ke sini. Perawat pria menjawab, "Dia hanya mengikutiku, jadi kupikir kau yang memanggilnya".
Gu Shik langsung lari untuk mencari sampah, sementara kamera yang terpasang pada trolley bak sampah merekam keadaan di sekitar bangsal yang tampak mengerikan ini. Kepala perawat menyuruh perawat pria untuk mengejar Gu Shik, "Dia tidak seharusnya di sini. Bawa dia".
Gu Shik tak kehilangan akal, dengan sengaja ia menabrak bak sampah di sisi koridor dan membuatnya menjadi berantakan. Perawat pria menangkap Gu Shik, dengan wajah idiotnya Gu Shik berkata, "Aku akan membuang sampahnya. Aku cinta sampah. Aku akan membuangnya".
Karena sampah menjadi berantakan, kepala perawat akhirnya membiarkan Gu Shik tetap di bangsal ini untuk mengumpulkan sampah. Tapi tetap di awasi seorang perawat.
Dengan alasan mengumpulkan sampah menjadikan Gu Shik leluasa masuk dari satu sel ke sel lain dan kamera yang terus merekam. Gu Shik terkejut mendapati pasein yang kaki dan tanganya di ikat dengan rantai besi. Sungguh menyedihkan.
Selanjutnya, Gu Shik masuk ke sel nomor 7. Ia bisa mengenali dengan jelas wajah Gi Soon meski kini keadannya terlihat lebih memprihatinkan. Gi Soon duduk diam menangis, memandangi foto Kang Seok. Kamera merekam dengan jelas wajah Gi Soon. Gu Shik keluar setelah mengambil sampah.
2 perawat pria memapah Cha Don yang lemas setelah mendapatkan terapi syok listrik. Gu Shik kaget sekaligus khawatir melihat kondisi Cha Don.
Perawat membawa Cha Don kembali ke dalam sel. Terapi listik tadi benar-benar membuatnya lemah tak berdaya. Cha Don yakin Ny. Park Gi Soon pasti mendengarnya. Ia menganggap mereka sungguh jahat melakukan hal ini karena uang. Cha Don menyadari kini bahwa dirinya dan mereka tidak jauh berbeda, melakukan apapun demi uang. Bodoh dan menyedihkan.
Ji Hoo pergi ke panti asuhan, bertemu dengan kepala panti. Ia memperkenalkan dirinya sebagai jaksa dari dari Unit Khusus DPO Seoul. Kepala panti tanya, "Jika kau dari DPO Seoul, kau pasti kenal Lee Cha Don kami".
"Jaksa Lee Cha Don" tanya Ji Hoo.
Kepala panti membenarkan, "Jaksa Lee Cha Don yang tumbuh di panti asuhan".
"Ah, ya", jawab Ji Hoo.
Ji Hoo menunjukkan foto pengacara Hwang, "Apa mungkin anda pernah lihat orang ini?. Dalam riwayat panggilannya ada nama anda, Direktur".
Kepala panti ingat orang itu pernah datang ke panti untuk melihat foto masa kecil Cha Don. Dia mencari keponakannya, tapi sayangnya bukan Cha Don.
Ji Hoo semakin penasaran, hubungan apa yang dimiliki antara Cha Don dan pengacara Hwang. Ia kembali ke kantor, dan mengubungi ponsel Cha Don. Tapi tetap saja tidak aktif. Di depan pintu ia bertemu dengan manager Oh. Manager Oh memberitahukan terlepon burner dari riwayat panggilan pengacara Hwang baru saja aktif.
"Apa kau sudah lacak lokasinya?", tanya Ji Hoo
"Ya, dekat Taman Hangang", jawab manager Oh.
Se Kwang berdiri tak jauh dari mereka dan mendengarkan semuanya, sorot matanya itu selalu saja bikin kesal. Orang satu ini selalu saja pengen tahu segala hal.
Ji Hoo mengajak manager Oh untuk segera pergi ke taman Hangang. Se Kwang diam-diam mengikuti di belakang. Dalam hatinya bertanya-tanya siapa pelakunya. Siapa kira-kira yang membunuh pengacara Hwang.
Ji Hoo mengajak manager Oh untuk segera pergi ke taman Hangang. Se Kwang diam-diam mengikuti di belakang. Dalam hatinya bertanya-tanya siapa pelakunya. Siapa kira-kira yang membunuh pengacara Hwang.
Ji Hoo mencari telepon burner melalui GPS di handphonenya. Sinyal GPS bergerak cepat ketika pria paruh baya lewat di depannya. Ji Hoo minta manager Oh menghubungi telepon burner tersebut. Ji Hoo memperhatikan dan benar saja, pria yang lewat tadi mengangkatnya.
Manager Oh menangkap pria tersebut dan membawanya ke kantor jaksa untuk di tanyai. Se Kwang mengawasi dari jauh.
Ji Hoo membawa pria paruh baya tadi ke ruang interogasi, pia itu bilang hanya menemukan ponselnya, "tolong percaya padaku, jaksa". Ji Hoo tidak percaya begitu saja. "Lalu, kenapa kau mencoba untuk kabur?. Jika kau tidak mengatakan yang sejujurnya, pada akhirnya kau yang akan menjadi pembunuhnya".
"Sebenarnya, itu, Aku ini orang yang ada dalam daftar pencarian orang. Aku dituduh merampok. Tapi aku tidak pernah membunuh seseorang. Sungguh", jawabnya.
Ji Hoo minta pria itu menceritakan semua kapan dan dimana kau menemukan ponsel itu. Pria paruh baya mengingat kejadian itu. Ada mobil mewah berwarna hitam berhenti di tepi sungai Han. Pengendara itu melempar seuatu dan jatuh di semak-semak. Pria paruh baya yang saat itu tidur di kursi panjang bangun untuk memeriksa, memungut benda tersebut yang ternyata adalah sebuah ponsel.
Ji Hoo tanya apa kau sempat melihat wajah orang itu dan nomor plat mobil yang digunakan. Pria tersebut tidak melihatnya, saat itu malam hari dan penglihatanku tidak terlalu bagus. Ji Hoo minta pria itu itu mengatakan semua yang dia ingat. Tapi dia tidak mengingat apa-apa lagi, selain semua yang sudah ia katakan. Ji Hoo mendesah, jalannya kembali buntu.
Se Kwang melihat dari ruang sebelah. Wajahnya tampak sangat serius.
Setelah selesai, Ji Hoo kembali ke ruangannya bersama manager Oh. Ji Hoo tanya bagaimana dengan hasilnya. Manager Oh bilang nama pria tadi memang ada dalam daftar pencarian orang. Tidak ada sidik jari lain di ponsel selain sidik jari pria tunawisma itu. Ji Hoo mendesah panjang tampaknya akan sulit karena riwayat panggilan dari telepon burner itu sudah dihapus.
Menurut pengakuan operator semua panggilan di hapus karena komputernya rusak. Ji Hoo menduga itu pasti di sengaja. Ia memberi perintah mengerahkan semua detektif untuk mencari orang yang menjual telepon burner ini. Manager Oh menganguk mengerti dan pergi.
Ji Hoo masih bertanya-tanya kemana perginya Lee Cha Don.
Rumah sakit jiwa, bangsal bawah tanah. Penjaga memberi panggilan saatnya direktur melakukan pemeriksaan. Para penjaga membuka setiap pintu sel, lalu berhenti di depan sel Gi Soon. Tampak Gi Soon yang masih lemas terbaring di ranjang. Kali ini penjaga membiarkanya saja dan tidak memaksa Gi Soon untuk keluar.
Cha Don menatap sel no 7, kali ini ia tidak berharap seperti kemarin. Gi Soon nekad jalan keluar meski terbungkuk-bungkuk. Dengan suara pelan ia minta penjaga untuk membuka pintu. "Aku juga mau keluar". Cha Don mendengar, matanya kembali terpaku menanti dengan cemas.
Penjaga mengikuti permintaan Gi Soon, perlahan-lahan pintu terbuka dan Gi Soon keluar. Cha Don tak berkedip melihat Ny. Park Gi Soon yang sedang ia cari kini benar-benar ada di depan matanya. Air mata Gi Soon mengalir melihat Cha Don. Tapi ia terlihat lebih kuat seolah menemukan harapan dan kekuatan baru dengan kehadiran Cha Don. Keduanya saling memandang dalam diam. Gi Soon memaksakan diri keluar dengan niat bertemu ingin melihat Cha Don.
Myung Han tiba bersama kepala perawat. Gi Soon batuk lagi. "Ny. Park Gi Soon kenapa kau keluar?", tanya Myung Han.
"Sekarang aku sudah bisa jalan", jawab Gi Soon di sela-sela batuknya.
"Kau tidak perlau memaksakan diri", ucap Myung Han lagi.
"Aku lelah terkurung dalam ruangan ini", jawab Gi Soon lemah. Lalu melihat ke Cha Don. Cha Don menatap iba.
"Kau tidak perlau memaksakan diri", ucap Myung Han lagi.
"Aku lelah terkurung dalam ruangan ini", jawab Gi Soon lemah. Lalu melihat ke Cha Don. Cha Don menatap iba.
Jam makan siang. Gi Soon ingin duduk di samping Cha Don, tapi pasein berkaca mata tiba-tiba menyerobot. Gi Soon kaget dan bingung, begitu pula dengan Cha Don. Kepala perawat menunjuk tempat yang kosong. Gi Soon pergi dengan menjatuhkan selembar foto. Cha Don mengetahuinya dan menginjak foto itu. Tapi sayang kepala perawat melihat dan menyuruh Cha Don menyingkirkan kakinya.
Cha Don mengambil foto dan memberikannya pada kepala perawat. Kepala perawat menarik dengan kasar. Kemudian mengembalikannya pada Gi Soon. Cha Don dan Gi Soon saling pandang, jelas mereka merasa kecewa. Tidak gampang memang, karena para perawat dan penjaga selalu mengawasi gerak gerik mereka.
Gi Soon mengelus foto Kang Seok dengan wajah sedih.
Gu Shik kembali ke bangsal bawah tanah untuk membersihkan sampah. Cha Don yang ada jalan di belakangnya mengeluarkan suara batuk. Gu Shik yang mendengarnya langsung menoleh. Gu Shik lalu memegang hidungnya. Cha Don berpikir apa maksud dari kode tersebut.
Flashback sebelum Cha Don masuk ke rumah sakit jiwa. Saat ia dan Gu Shik membuat rencana. Cha Don berkata setelah aku menemukan Ny. Park Gi Soon, aku akan bersin sangat keras. Gu Shik juga akan melakukan hal yang sama setelah selesai merekam. Cha Don setuju, "Jika kita berdua bersin di waktu yang sama, maka operasi kita bisa gagal".
Jika salah satu dari mereka membutuhkan bantuan, kodenya dengan memegang hidung. Mereka berdua sepakat, bersin sebagai kode jika misi berhasil dan memegang hidung sebagai kode membutuhkan bantuan.
Flashback end. Gu Shik terus memegang hidungnya, dan masuk sel Gi Soon. Diluar penjaga menyuruh Cha Don untuk segera masuk ke dalam. Cha Don membangkang, "Aku tidak mau masuk".
"Apa?", tanya penjaga
Cha Don teriak, "Aku tidak mau masuk".
Penjaga memaksa Cha Don masuk, Cha Don berontak, membanting penjaga dan menindihnya. Penjaga yang kewalahan membunyikan peluitnya tanda meminta bantuan. Penjaga yang mengawasi Gu Shik lari keluar untuk membantu.
Kesempatan ini Gu Shik gunakan bicara pada Gi Soon, "Ny. Park Gi Soon, putra anda Lee Kang Seok, bukan?".
Gi Soon yang semula tidur langsung bangun begitu mendengar nama Kang Seok disebuat, "Bagaimana kau tahu soal Kang Seok-ku?", tanyanya.
Gu Shik : Dengarkan saja. Jaksa Lee Cha Don memulai pekerjaannya sebagai pengacara. Dia akan menyelamatkan anda dan menemukan putra anda.
Gi Soon memberikan foto keluarganya pada Gu Shik, "Putraku ada dalam foto ini. Lihat wajahnya dan tolong temukan dia".
Gu Shik mengerti dan memasukkan foto yang ia terima ke saku bajunya, lalu keluar.
Kaki dan tangan Cha Don di ikat dengan rantai besi sebagai hukuman atas sikap pembangkangannya barusan. Cha Don mengaku salah dan minta di lepaskan. Penjaga menyuruh Cha Don untuk tutup mulut, rahanya terluka karena Cha Don.
Cha Don berjanji tidak akan pernah melakukannya lagi. Gu Shik masuk ke sel Cha Don dengan tertawa-tawa. Penjaga menyuruhnya mengosongkan tempat sampah yang ada di dalam. Cha Don memperhatikan Gu Shik. Setelah Gu Shik membersihkan bak sampah, ia mengeluarkan foto dari balik sakunya dan memasukkanya ke dalam. Lalu meletakkannya di pojok ruangan. Setelah itu Gu Shik bersin-bersin dengan keras. Tanda misi berhasil.
Cha Don kembali berteriak meminta di lepasakan tapi penjaga bersama Gu Shik pergi begitu saja. Cha Don mencoba bangun untuk melihat foto yang ditinggalkan Gu Shik. Tapi rantai yang mengikat kaki dan tangan tidak memungkinkannya melakukan hal itu.
Cha Don kembali berteriak meminta di lepasakan tapi penjaga bersama Gu Shik pergi begitu saja. Cha Don mencoba bangun untuk melihat foto yang ditinggalkan Gu Shik. Tapi rantai yang mengikat kaki dan tangan tidak memungkinkannya melakukan hal itu.
Selang berapa waktu kemudian. Kepala perawat masuk bersama asistennya. Cha Don mengaku salah, dan memohon untuk dilepaskan. Tangan dan kakinya terasa kaku. Kepala perawat memberi perintah untuk melepaskan Cha Don.
Setelah di lepaskan, Cha Don mengucapkan terima kasih dan janji tidak akan pernah melawan lagi seperti ini. Kepala perawat berkata Jika kau melawan lagi, kami akan melakukan perawatan intensif lainnya. Cha Don menundukkan kepala tanda mengerti.
Setelah kepala perawat pergi, Cha Don buru-buru melihat foto yang ada di bak sampah. Cha Don kaget dan bingung ketika melihat wajah dirinya saat kecil di dalam foto. Cha Don menggeser jempolnya perlahan, dan muncul wajah Gi Soon.
Cha Don bingung dan tidak percaya. Melihat dengan seksama wajah kedua orang tuanya dan juga dirinya "Apa ini?. Kenapa aku ada dalam foto ini?. Aku ini Lee Kang Seok?". Dan Ny. Park Gi Soon dia adalah ibuku?".
Air matanya menetes deras. Cha Don berusaha mengingat tapi sekeras apapun ia mencoba tetap saja tidak ada bayangan ataupun gambaran dari masa lalunya. Badan Cha Don bergetar hebat, "Aku tidak bisa mengingatnya. Bagaimana?. Bagaimana, bagaimana ini bisa terjadi?".
Cha Don memegangi kepalanya yang sakit, menangis tertahan agar suaranya tidak terdengar keluar. Meremas dadanya yang terasa penuh dan sesak.
Di sel lain, Gi Soon menggigil kedinginan. Sel yang dingin dan tidak adanya perawatan yang layak membuat penyakit Gi Soon bertambah buruk.
Di sel lain, Gi Soon menggigil kedinginan. Sel yang dingin dan tidak adanya perawatan yang layak membuat penyakit Gi Soon bertambah buruk.
Lanjut ke Sinopsis Incarnation Of Money Episode 12 Part 2
jadi ikutan terasa sesak.. Jd merasakan apa yg Cha Don rasakan klu kemungkinan dia anak Gi Soon tp tak ada satu pun ingatan ttg keluarganya itu... :(
ReplyDeleteperasaan bca sinopsis lg sedih2 semua..
Semangat y mba buat lanjutin terus sinop ini... ^^
mbak nuri aku suka bgt drama ini. tlg dilanjutkan sampai akhir ya. gomawo ^^
ReplyDeletePantes bgt se kwang jd jahat. 😌
ReplyDelete