Pages - Menu

Sunday, February 01, 2015

Sinopsis Kill Me Heal Me Episode 4 Part 1

Note : Pic menyusul

"Aku tahu ini tidak sopan, tapi kau siapa?. Apa mungkin kau punya bom atau mungkin kau punya jaket kulit?", tanya Ri Jin pada Do Hyun.

Do Hyun menggeleng tersenyum. Ri Jin bertanya lagi, "Kalau begitu, siapa namamu?. Kau janji akan memberitahu namamu. Namamu siapa?".

Do Hyun terdiam cukup lama sebelum akhirnya menjawab, "Cha Do Hyun. Aku, dengan wajah ini dan tatapan seperti ini. Namaku Cha Do Hyun". 

Ri Jin tersenyum akhirnya ia mengetahui nama pria yang membuatnya penasaran belakangan ini.

Episode 4 

Dokter-dokter di rumah sakit sibuk berlarian ke luar, seperti ada pertunjukan yang menarik perhatian mereka. Dr. Park yang melihat itu jadi heran, pada salah satu dokter wanita yang temui, ia bertanya apa yang terjadi. 

Sebelum dokter wanita itu menjawab, lebih dulu ia bertanya apa Dr. Park tahu pria yang mencampakan dokter Oh Ri Jin tempo hari?. Dr. Park balik tanya memangnya ada apa dengan pria itu. Dokter wanita itu berkata pria yang mencampakan Ri Jin saat ini berada di depan rumah sakit. Dia datang menemui Ri Jin dengan memakai setelan jas mahal dan mobil mewah.

Setelah mengatakan itu, dokter wanita pergi dan mengajak Dr. Park untuk ikut dengannya. Dr. tidak mau dan berguman heran kenapa belakangan ini para dokter suka menggosip. Dr. Park bersiul hendak kembali bekerja, tapi ia tak kuasa menyingkirkan rasa penasarannya untuk melihat pria seperti apa yang membawa mobil mewah itu.

Ri Jin menanyakan luka Do Hyun. Hari itu Do Hyun tidak mendapatkan perawatan dan malah pergi begitu saja. Do Hyun minta Ri Jin tak perlu khawatir, ia terbiasa merawat lukanya sendiri.

Ri Jin kaget, "Kau mengobati lukamu sendiri?. Bukan orang lain?. 

Do Hyun ingin menjelaskan, tapi Ri Jin lebih dulu bertindak dengan melihat luka di kening Do Hyun. Ri Jin bisa melihat jahitan di kening Do Hyun. Do Hyun yang merasa risih berusaha menghindar, "Oh Ri Jin, jangan seperti ini...!". 

Ri Jin takjub dan bertanya apa Do Hyun mempunyai keahlian medis. Do Hyun berusaha menyangkal, tapi Ri Jin tidak percaya karena ekspresi Do Hyun dan bukti-bukti tidak akan membenarkan penyangkalan Do Hyun.

"Untuk ukuran seorang profesional, masih kurang, tapi sebagai seorang amatiran, cukup bagus. Operasi ilegal atau mengobatinya sendiri?".

"Luka-luka kecil, aku bisa mengobatinya sendiri", jawab Do Hyun.

Ri Jin tertawa dan menjuluki Do Hyun seperti Batman yang memakai sayap kelelawar di malam hari mengelilingi Gotham City. Ri Jin mengibaskan kedua tangannya melakukan gerakan seperti burung terbang. Do Hyun tersenyum melihat tingkah Ri Jin.

Do Hyun melihat ke suatu tempat ketika Ri Jin bertanya apa yang membawa Do Hyun ke sini?. Do Hyun menjawab ada sesuatu yang ingin ia tanyakan.

"Kau datang menemuiku", tanya Ri Jin

"Bisakah kau meluangkan waktumu sebentar?", tanya Do Hyun kemudian perhatiannya kembali teralih. Do Hyun menatap heran ke suatu tempat, "Apa yang mereka lakukan?". 

Ri Jin menoleh mengikuti arah pandang Do Hyun dimana dia melihat para dokter dan perawat berkumpul di depan pintu masuk. Ri Jin kaget melihat rekan kerjanya berkumpul disana, lucunya lagi mereka malah berputar-putar di pintu masuk sembari tertawa-tawa melihat Ri Jin. Ada Dr. Park juga disana..hahaha...

Ri Jin memalingkan wajah, malu. Do Hyun tanya apa ada masalah?. Ri Jin memperbolehkan Do Hyun bertanya dan akan menjawab pertanyaan Do Hyun nanti, tapi sebelum itu Ri Jin meminta Do Hyun melakukan sesuatu hal untuknya. 

Ri Jin mengajak Do Hyun masuk kerumah sakit. Ia meminta Do Hyun untuk membereskan masalah yang di sebabkan Se Gi. Do Hyun meminta maaf dengan sopan. Ri Jin merasa tidak enak hati meminta bantuan Do Hyun, tapi apa yang bisa ia lakukan?.

"Aku mendapat gelar mudah-dicampakkan, bukankah seharusnya aku memperbaiki reputasiku yang jatuh?. Do Hyun kembali meminta maaf, ia akan berusaha membantu Ri Jin semampunya.

Di ujung lorong Ri Jin melihat Dr. Kang In Gu yang berjalan ke arahnya. Pada Do Hyun, Ri Jin menjelaskan pria yang ada di hadapan mereka adalah Dr. Kang yang sudah bekerja di rumah sakit ini selama 3 tahun. Julukannya adalah "Pengirim kilat (Dispach)" yang tahu semua gosip di rumah sakit ini. 

Dr. Kang melihat Ri Jin, tapi ia berlagak pura-pura tidak melihat. Ri Jin mendorong badan Do Hyun yang membuatnya mendekat dengan Dr. Kang. Ri Jin melambaikan tangan pada seniornya itu, Do Hyun menyapa Dr. Kang dengan sopan.

"Ri Jin-ku sudah bercerita banyak tentang anda", ucap Do Hyun. 

Ri Jin terbelalak kaget memandang Do Hyun, "Ri Jin-ku!", gumannya dalam hati. 

Dr. Kang penasaran kira-kira apa yang Ri Jin katakan tentangnya. Do Hyun mengarang cerita dengan bilang bahwa Dr. Kang seorang senior yang baik dan membuat semua orang bersemangat dengan kepribadian yang Dr. Kang miliki, "Ri Jin bilang saat dia lelah, tiap kali dia melihat anda, dia kembali bersemangat".

"Hah!. Itu berlebihan", komentar Ri Jin dalam hati.

Dr. Kang merasa besar kepala dan percaya dengan ucapan Do Hyun.  Dr. Kang tertawa lalu berkata ia bukan makanan bernutrisi yang memberi semangat pada orang lain. Dr. Kang menghampiri Ri Jin dan menyentuh pundaknya pelan, "Itu berlebihan, dr. Oh". 

"Tidak mungkin, dia benar-benar percaya", batin Ri Jin syok.

Dr. Kang memberi sedikit nasehat. Ia mengerti Ri Jin yang mungkin mengalami masa-masa sulit, tahun pertama menjadi dokter magang memang berat. Karena itu lah tetaplah bertahan dan bersemangat.

"Fighting", Dr. Kang beranjak pergi meninggalkan mereka.

Ri Jin tersenyum pada Do Hyun. "Dia percaya.....dia percaya". Do Hyun balas tersenyum dan melakukan gerakan bertepuk tangan dengan pelan. 

Ri Jin kemudian membawa Do Hyun bertemu dengan perawat Joo Mi Ro. Tepat saat perawat muda itu menoleh ke arah mereka. Dengan suara tertahan Ri Jin menjelaskan nama panggilan Mi Ro adalah "Geu Al" yang mempunyai arti "Aku ingin tahu".

"Dibandingkan Kim Sang Joon, Mi Ro lebih penasaran tentang apakah aku benar-benar di campakkan dalam waktu 2 jam".

Ri Jin mengibaskan rambutnya sebagai kode agar Do Hyun mendekati Mi Ro. Do Hyun menyapa Mi Ro dengan ramah, "Ri Jin ku bilang kau sangat cantik", gombal Do Hyun membuat Ri Jin menahan geli.

Pujian itu membuat Mi Ro tersipu malu. Mi Ro mengapit lengan Ri Jin dan bertanya di club mana Ri Jin mencari dan menyewa pria sekeren Do Hyun.

"Aku ingin tahu tempatnya", ucap Mi Ro dan membuat Ri Jin tertawa canggung.

Target selanjutnya adalah Dr. Shin yang langsung pura-pura sibuk kerja ketika melihat Do Hyun dan Ri Jin menuju ke tempatnya, padahal dia sudah ngintip dari tadi. Sebelum menghampiri dokter iru, Ri Jin memberikan informasi terlebih dulu pada Do Hyun.

"Arah jam sembilan di depan kita adalah Dokter Shin Sun Jo. Dia mengira kalau sewa-menyewa, perawatan, karangan bunga, dan hadiah-hadiah, semuanya di rencanakan olehku".

Dr. Shin yang pura-pura bekerja menoleh melihat Do Hyun dan Ri Jin, ia berdiri dan menyapa mereka. Do Hyun balas menyapa dengan ramah, sembari merangkul pundak Ri Jin, Do Hyun berkata, "Halo, Dokter Shi Sun Joo, kudengar Ri Jin-ku mengalami banyak kesulitan belakangan ini.

"Tidak..tidak... kesulitan apa?", jawab Dr. Shin terbata.

Do Hyun minta Dr. Shin meluangkan waktu sehari saja untuk makan siang bersama, sebagai ucapan terima kasih atas bantuan Dr. Shin yang menggantikan tugas Ri Jin selama Ri Jin di rawat. 

"Ri Jin-ku benar-benar ingin berterima kasih", tambah Do Hyun menempelkan kepalanya ke kepala Ri Jin. 

Semula Ri Jin kaget, untungnya Ri Jin cepat tanggap dan mengikuti alur permainan Do Hyun. Ri Jin tertawa lebar seraya menyandarkan kepalanya ke dada Do Hyun, untuk meyakinkan bahwa mereka benar-benar sepasang kekasih.

Orang terakhir yang mereka temui adalah Dr. Park. Ri Jin dan Do Hyun mengintip Dr. Park yang sedang memarahi para dokter magang. Dr. Park mempunyai kebiasan buruk ketika memarahi para juniornya dan tak segan-segan menggertak bahkan menginjak kaki mereka.

Ri Jin memberitahu Do Hyun, pria yang ada di depan mereka bernama Dr. Park Mi Jae, ketua para dokter magang. Tepat pada saat itu Dr. Park melihat mereka, Ri Jin yang takut langsung bersembunyi. Tanpa di minta Do Hyun maju dan tersenyum ramah pada Dr. Park.

Tapi senyum ramah Do Hyun justru membuat Dr. Park takut. Dr. Park mengenali Do Hyun sebagai Gi yang pernah mencekik leber dan mengancamnya. Do Hyun heran melihat Dr. Park yang lari ketakutan saat melihat dirinya. 

Do Hyun menoleh pada Ri Jin. Seakan tahu apa yang Do Hyun pikirkan, Ri Jin berkata, "Se Gi mencekik lehernya". Do Hyun luar biasa kaget dan menyusul Dr. Park. Ri Jin heran untuk apa Do Hyun mengejar Dr. Park, yang hanya membuat Dr. Park semakin ketakutan. Padahal sejauh ini rencana mereka sudah berhasil.

Dr. Park menuntupi wajahnya sembari lari ketakutan ketika Do Hyun berusaha mendekatinya, sampai akhirnya Dr. Park terpojok di sudut ruangan dan tidak bisa lari lagi. Do Hyun mengatur napasnya yang naik turun mengejar Dr. Park. 

Dr. Park mundur ketakutan sambil mengacungkan pulpen seakan-akan benda itu senjata untuk melindungi diri, "Kenapa kau seperti ini?. Aku tidak melakukan kesalahan apapun!".  

"Tidak. Kau tidak melakukannya", ujar Do Hyun.

"Aku hanya menyiapkan beberapa tesis, hanya tesis. Selain itu aku bersumpah....", Dr. Park tak sanggup melanjutkan ucapannya, ia menutup mata ngeri mengira Do Hyun akan memukulnya.

Tapi yang terjadi berbeda dengan perkiraan Dr. Park, ia malah heran melihat Do Hyun yang berlutut di depannya. Ri Jin juga tak kalah heran melihat Do Hyun bersikap seperti itu. Dengan takut-takut Dr. Park bertanya kenapa Do Hyun berlutut. 

"Maafkan aku", jawab Do Hyun, "Hari itu aku di bawah pengaruh alkohol, jadi aku membuat kesalahan. Saat aku mabuk, aku menjadi orang yang berbeda. Aku harus mengotrol diriku sendiri. Malam itu aku minum terlalu banyak, maafkan aku".

Dr. Park bisa mengerti, sebagai manusia mereka bisa melakukan kesalahan terutama saat mabuk.  Do Hyun kembali meminta maaf dengan tulus. Dr. Park yang kini tak takut lagi membantu Do Hyun berdiri, dan kembali mendengar permintaan maaf dari Do Hyun membuat Dr. Park tak enak hati.

Ri Jin teringat perkataan Dr. Seok tentang Do Hyun yang harus mengurus semua kekacauan yang di sebabkan kepribadian lain yang hidup di dalam dirinya. Selama 11 tahun dia berperang sendirian, seolah dia sedang bertarung dalam peperangan tanpa akhir. Hal itu membuat Ri Jin bertambah simpati pada Do Hyun.

Ki Joon baru saja datang, dan langsung menyuruh asistennya, Asisten Choi untuk masuk ke ruangannya dan membawa segelas air dingin. Sebelum masuk keruangan Ki Joon, asisten Choi yang saat itu sedang menelpon bertanya lawan bicaranya bahwa berita yang ia dapat ini bukan asumsi dan harus sesuai kenyataan, karena kalau tidak ia bisa mati.

Asisten Choi masuk keruangan Ki Joon dengan membawa segelas air dingin. Ki Joon meminumnya dan ingin apa yang sudah asisten Choi temukan. Asisten Choi mengaku belum memeriksa seluruh rumah sakit di Seoul. Mendengar itu Ki Joon menjadi marah, dengan kasar ia meletakan gelas ke meja hingga sebagian airnya muncrat ke wajah asisten Choi.

Rasa marah Ki Joon hilang saat asisten Choi bilang menemukan sebuah berita menarik. Ki Joon menjadi tertarik dan ingin tahu berita apa itu. Asisten Choi mengatakan salah satu pegawai di rumah sakit Kanghan mengenali Do Hyun lewat foto yang ia bawa.

"Sepertinya wakil direktur Do Hyun memiliki skandal dengan psikiater (dokter jiwa) rumah sakit tersebut".

"Psikiater?".

"Ya. Namanya Oh Ri Jin. Orang di rumah sakit itu bilang Ri Jin adalah dokter intern (magang) tahun pertama. Bukan hanya itu. Aku menyewa informan untuk mencari tahu dan infroman itu bilang beberapa hari lalu sekretaris Ahn menemui psikiater di rumah sakit itu. Berdasarkan informasinya, sepertinya itu bukan pertemuan pertama mereka.".

Ki Joon semakin tertarik mendengar Sek. Ahn bertemu dengan salah satu psikiater di rumah sakit itu, lalu bertanya siapa psikiater yang di temui Sek. Ahn. Asisten Choi menjawab psikiater yang di temui Sek. Ahn bernama Dr. Seok Ho Pil, psikiater terkenal di rumah sakit Kanghan. Dr. Seok pernah bekerja di rumah sakit John Hopkins, Amerika dan kembali ke Korea 4 tahun yang lalu.

Ki Joon mendengarkan semua infomasi itu dengan seksama. Mencerna dan berpikir adanya keterkaitan berita ini dengan sikap Do Hyun.

Ri Jin memberi Do Hyun sekaleng softdrink dan mengucapkan terima kasih atas bantuan Do Hyun yang telah menyelamatkannya. Do Hyun merasa itu bukan apa-apa, lagipula semua kekacauan itu di sebabkan oleh dirinya sendiri. Ri Jin memuji kemampuan Do Hyun yang bisa berakting dengan bagus sekali. Do Hyun sedikit malu.

Ri Jin ingat bukankah tadi Do Hyun ingin menanyakan sesuatu padanya, "Tanyakan saja. Aku akan menjawabnya sebisa mungkin, karena kau sudah membantuku tadi". Do Hyun diam, terlihat ragu dan hanya memandangi wajah Ri Jin. Berbeda dengan Ri Jin yang terlibat bersemangat saat memberi kode agar Do Hyun cepat bertanya.

"Apa mungkin, saat kau bertemu Se Gi, dia melontarkan sebuah permohonan?", tanya Do Hyun kemudian.

"Sebuah permohonan?. Permohonan?", Ri Jin berpikir mencoba mengingat-ingat.

"Apakah Se Gi mendekati Ri Jin yang seorang dokter untuk menyingkirkanku?", tanya Do Hyun dalam hati

Ri Jin ingat Se Gi memang meminta sesuatu padanya. Do Hyun ingin tahu permohonan seperti apa. Ri Jin berkata Se Gi mengajaknya untuk bermain bersamanya. Do Hyun tak percaya, "Dia memintamu untuk bermain dengannya?". Ri Jin membenarkan. Do Hyun heran dan bertanya apa yang Ri Jin lakukan.

"Jangan bergerak!", perintah Ri Jin tiba-tiba mengagetkan Do Hyun. Do Hyun diam mematung seperti Se Gi di malam itu.

Do Hyun hampir tak percaya saat Ri Jin mengatakan Se Gi yang menuruti perintahnya untuk tidak bergerak.  Ri Jin menambahkan Se Gi memang menurut, tapi itu hanya di awalnya saja, setelah itu tidak lagi.

Do Hyun yang merasa aneh menjadi diam dan berpikir. Melihat ekspresi Do Hyun itu Ri Jin jadi bertanya kenapa?, apa ada masalah?. Do Hyun menjelaskan keanehan yang ia rasakan, Se Gi tidak biasanya mendengar perintah orang lain. Ri Jin berkata Se Gi hanya menurut di awalnya saja, setelah itu dia bertingkah semaunya sendiri.

"Selain itu, apa dia meminta permohonan lain?", tanya Do Hyun kemudian.

Ri Jin tak mengerti permohonan lain seperti apa. Do Hyun menjelaskan permintaan lain seperti meminta Ri Jin melakukan sesuatu sebagai dokter. Ri Jin menganggap itu tidak mungkin, karena Se Gi pada awalnya tidak tahu kalau ia seorang dokter, "Sebaliknya dia kecewa saat mengetahui aku seorang dokter. Dia bilang kami berdua memiliki takdir yang buruk".

Do Hyun diam berpikir kalau Se Gi tidak mendekati Ri Jin karena Ri Jin seorang dokter, lalu apa alasannya. Do Hyun ingat perkataan Dr. Seok yang bilang bahwa Se Gi telah menemukan cinta pertamanya.

"Apa mungkin cinta pertama Se Gi adalah Ri Jin bukan Chae Yoon", tebak Do Hyun dalam hati, "Lalu, malam itu, bukan pertama kalinya mereka bertemu, kalau begitu kapan mereka pernah bertemu sebelumnya?", Do Hyun memijat kepalanya frustasi.

"Cha Do Hyun, apa kau baik-baik saja?", tanya Ri Jin khawatir. 

"Apa mungkin kau sudah bertemu Se Gi sebelumnya?".

Ri Jin menggeleng, dan yakin malam itu adalah pertama kalinya ia bertemu dengan Se Gi di club. Do Hyun minta Ri Jin mengingatnya baik-baik apa benar malam itu merupakan pertemuan pertama Ri Jin dengan Se Gi.

Do Hyun tertegun, tiba-tiba saja ia mendengar suara Se Gi menggema di telinganya, "Kau yang memanggilku".

Do Hyun menoleh ke kaca dan melihat pantulan bayangannya berubah menjadi Se Gi. Sesaat posisi mereka tertukar, Do Hyun berada di dalam kaca sedangkan Se Gi duduk di samping Ri Jin. Do Hyun membeku di tempatnya melihat Se Gi yang menatap Ri Jin lembut dan berkata, "Kau yang memanggilku. Sejak dulu".

"Cha Do Hyun!. Kau baik-baik saja?", pertanyaan Ri Jin menyadarkan Do Hyun, tapi ia masih bisa melihat pantulan bayangan Se Gi dikaca. Se Gi tersenyum kearahnya, senyum itu lalu memudar dan berubah menjadi tatapan dingin.

Do Hyun terguncang menyadari sesuatu dan matanya mulai berair. Do Hyun tersentak kaget ketika bayangan Se Gi menghilang. Ia menoleh ke kanan dan kekiri seperti orang bingung. Ri Jin heran dan bertanya apa ada yang salah?. Apa yang Do Hyun lihat?. Apa gelaja penyakit Do Hyun mulai muncul. Jin minta Do Hyun menunggu disini, ia akan pergi mengambil obat penenang.

Do Hyun menahan Ri Jin yang hendak pergi. Dengan wajah serius Do Hyun memberikan peringatan, "Oh Ri Jin, dengarkan apa yang akan ku katakan. Mulia sekarang kau harus menghindar dariku. Jika aku muncul, bersembunyilah. Aku aku mendekat, menjauhlah. Jika kau menahanmu, kau harus kabur kalau perlu pukul dan tendang aku. Kau mengerti maksudku?"

"Kenapa aku harus melakukannya?", tanya Ri Jin tak mengerti.

"Karena itu bukan aku, tapi Se Gi. Dia sangat berbahaya".

"Tidak mungkin Se Gi, tapi kau, Cha Do Hyun".

Do Hyun mengeleng dan menjamin Ri Jin tidak akan terluka karena dirinya. Untuk menghindari hal itu Do Hyun memutuskan tidak akan muncul lagi dihadapan Ri Jin. Do Hyun juga meminta Ri Jin untuk berjanji menjauhi dirinya.

Bukannya takut Ri Jin justru menjadi iba, "Kau selalu menjauhi orang lain dengan cara seperti ini?".

"Jawab aku!:, bentak Do Hyun, "Ingat baik...", ucapan Do Hyun terputus, Do Hyun memegangi kepalanya yang mendadak sakit.

Ri Jin khawatir, "Cha Do Hyun, kau baik-baik saja?. Tunggu di sini aku akan mengambil obat".

Do Hyun memengangi kepalanya yang sakit, sangat sakit hingga membuat ia meneteskan air mata. 

Ri Jin pergi ke ruang obat, tergesa-gesa dia mencari alprazoram atau lorazepam (keduanya biasa di gunakan untuk mengurangi kecemasan dan rasa panik). Suster yang bertugas di sana ingin membantu, tapi Ri Jin menemukannya lebih dulu dan langsung membawa 2 botol obat yang ia temukan.

Sayangnya saat Ri Jin tiba di tempatnya semula, Do Hyun sudah tidak ada disana. Do Hyun telah pergi tanpa sempat berpamitan.

Do Hyun dalam perjalanan pulang ketika ponselnya berdering. Do Hyun melihat ponselnya sekilas dan melihat nama Ri Jin muncul di layar ponsel. Meski awalnya ragu, pada akhirnya Do Hyun menjawab panggilan tersebut.

Begitu telpon tersambung Ri Jin bertanya dimana Do Hyun saat ini. Bukannya menjawab pertanyaan, Do Hyun malah memperingatkan Ri Jin yang harus menjauhinya bagaimana pun caranya.

Ri Jin tak bisa mengilangkan rasa cemasnya dan menanyakan kondisi Do Hyun, "Bagaimana perasaanmu?. Apa kau masih merasa pusing?. Apa ada masalah dengan pernapasanmu?". Do Hyun menjawab ia bukanlah pasien Ri Jin. Ri Jin mengerti, tapi sekarang Do Hyun membutuhkan obat dan perawatan.

"Kau bukanlah dokterku", sahut Do Hyun dengan nada di tekan.

Ri Jin tahu itu, "Karena aku bukan dokter pribadimu, aku bicara sebagai seorang teman, Untuk sekarang kembalilah kerumah sakit, kita belum selesai bicara".

"Oh Ri Jin-shi, aku tidak menjalin pertemanan. Aku tidak butuh teman. Aku akan mengatakannya sekali lagi, lebih baik kau bersembunyi, menghindar atau lari sejauh mungkin. Jangan menelponku, jangan lakukan itu karena tidak akan kujawab dan juga jangan mengangkat telponku. Berbahaya. Aku tutup".

Klik. Sambungan telpon terputus padahal Ri Jin masih ingin bicara. Ri Jin teriak kesal, "Kenapa dia sombong sekali!. Kita berhasil mengindari dari bom dan kabur dari kebakaran bersama. Setelah itu, kenapa dia bisa bersikap seperti ini?".

"Apa masalahnya kalau berkepribadian ganda? Apa dia itu si buruk rupa yang dikutuk?. Kalau dia itu memang si buruk rupa, maka dia butuh bantuan dari seorang putri! Bantuan seorang putri".

(Seperti cerita dongeng Disney, Beauty and The Beast. Do Hyun si buruk rupa dan Ri Jin si putri cantik.. ^^).

Do Hyun kembali gelisah mengingat kemunculan bayangan Se Gi saat ia bersama Ri Jin. Senyum Se Gi membuat Do Hyun takut. Apa artinya senyum itu?. Setelah ini kemungkinan apa yang akan terjadi?, "Aku bisa gila.. aku bisa gila". Do Hyun memukul stir dan berteriak meluapkan rasa frustasi.

Malamnya Ri Jin bermimpi, mimpi masa kecilnya bermain bersama anak laki-laki yang tidak terlihat jelas wajahnya. Sinar matahari menutupi wajah anak laki-laki itu. Ri Jin kecil dan anak itu begitu gembira meloncat-loncat di atas trampolin.

Tiba-tiba anak laki-laki itu berubah menjadi Se Gi, "Bermainlah denganku sekarang", ajaknya.

Ri Jin terbangun dari tidurnya. Ia tampak syok. Seseorang memberikan segelas air padanya. Ri Jin  mengambil gelas itu dan segera meminum airnya tanpa melihat wajah orang yang berdiri di sampingnya.

"Apa kau mimpi buruk?", tanya orang itu

"Ya. Aku sudah lama tidak mengalaminya. Apa energiku semakin lemah?", jawab Ri Jin tanpa sadar. Sedetik kemudian ia tersadar dan menoleh, dan teriak terkejut begitu melihat orang di sebelahnya.

Orang yang berada di sebelahnya adalah Ri On yang ikut teriak mendengar teriakan Ri Jin. LOL. Ri Jin yang terkejut memukuli wajah Ri On, untuk meyakinkan kalau ini kenyataan bukan mimpi buruk atau halusinasi.

Ri On mengaduh kesakitan, "Sakit!. Ku bilang sakit".

Ri Jin lega, ternyata bukan mimpi buruk, tapi yang membuatnya heran kenapa Ri On bisa beada di sini?. Ri On balik tanya kenapa Ri Jin malah tidur di sini bukannya di ruang rawat, bukannya Ri Jin masih menjalani rawat inap.

Ri Jin menjelaskan ia sudah sembuh dan kembali bekerja, karena itu ia beristirahat disini yang memang di sediakan untuk para dotker. Ri On protes, "Aish, seharusnya telepon aku. Kenapa kau membuat orang sibuk, repot-repot datang ke rumah sakit?

Ri Jin kesal, "Kenapa kau cerewet sekali? Aku yang memanggilmu datang kemari?. Apa aku memanggilmu?".

Melalui telpon ibu Ji menjelaskan ia yang menyuruh Ri On pergi ke rumah sakit. Ia juga meminta Ri On untuk membawa Ri Jin pulang, (kalau Ri Jin masih di rawat). Ibu Ji sangat sibuk sehingga tidak bisa datang menjenguk Ri Jin, karena itu ia berpikir lebih baik ia yang merawat Ri Jin sehingga Ri Jin bisa makan makanan yang ia masak setiap hari.

Ibu Ji kecewa karena Ri Jin sudah kembali bekerja tanpa memberi kabar lebih dulu. Sebelum menutup telpon, ibu Ji berpesan agar Ri Jin makan yang banyak, jangan pergi kemanapun dan langsung pulang setelah selesai bekerja.

Ibu Ji membawa 3 gelas kopi ke ruang tamu, disana ada ayah Oh beserta temannya yang datang menawarkan berbagai macam sayuran. Ibu Ji mengomentari sawi tidak tumbuh sempurna, sawinya kecil. Tuan Jang, teman ayah Oh minta ibu jangan bicara begitu, jika sawi mendengarnya pasti sawi menjadi sedih. Sawi yang ia bawa adalah sawi organik yang sulit tumbuh besar. Ibu Ji tersenyum, benar juga lalu meminta maaf pada sawi.. LOL...

Ayah Oh bertanya apa yang dikatakan Ri Jin, apa dia tidak mau pulang?.  Ibu Ji menjawab bukan begitu, Ri Jin tidak bisa pulang karena sudah kembali bekerja. Ayah Oh menunjukan wajah kecewa. Ibu Ji tersenyum melihat ekspresi suaminya, "Kenapa?. Kau sedih?. Kau mengkhawatirkan putrimu?".

Ayah On menyangkal siapa yang sedih, Ri Jin memutuskan kembali bekerja karena Ri Jin merasa bisa melakukannya. Sebaliknya, ayah Oh menilai istrinya lah yang terlalu mengkhawatirkan Ri Jin. Putri mereka, Ri Jin mendapat nilai 100 di ujian masuk perguruan tinggi, akhirnya Ri Jin memilih fakultas kedokteran tapi ibu Ji terus menerus menyuruh Ri Jin untuk pulang kerumah atau berbaring jika merasa lelah. Hentikan saja, tidak ada gunanya.

(Kemungkinan Ri Jin tinggal di asrama kedokteran).

Ibu Ji merasa malu pada tuan Jang dan menegur ayah untuk tidak bicara berlebihan. Tuan Jang tertawa dan membenarkan perkataan ayah Oh. Seluruh penduduk di sini tahu bahwa Ri Jin mendapat nilai 100 di ujian masuk perguruan tinggi. Ayah Oh merasa senang, apa yang ia katakan bukanlah hal yang salah.

"Ah.. tapi Ri Jin ini mirip siapa bisa begitu pintar?", tanya tuan Jang. 

Ibu Ji yang saat itu memilih-milih sayur menampilkan ekspresi terkejut. Ayah Oh menjawab mirip siapa lagi kalau bukan mirip ayahnya. Tuan Jang menilai tidak begitu. Ibu Ji menyahut, "Ri Jin mirip denganku".

Tuan Jang tidak yakin dan tidak berpikir Ri Jin mirip dengan ibunya. Ibu Ji terlihat gugup, "Benarkah?. Semua orang bilang dia mirip denganku!".

Jika di pikir-pikir, tuan Jang menilai tidak semua anggota keluarga terlihat mirip, begitu pula Ri Jin dan Ri On, "Yang satunya sangat pintar, dan satunya lagi benci belajar. Mereka itu kembar, tapi mereka tidak mirip sama sekali. Kalau ada orang asing melihat mereka, siapa yang akan mengira kalau mereka adalah saudara kandung?".

Ibu Ji tersinggung, "Kau ini aneh sekali. Kalau anak tidak mirip orang tuanya, lalu mereka mirip dengan siapa?. Kalau Orang tuanya bodoh, apa anaknya juga harus bodoh?".

Ayah Oh menegur istrinya kenapa jadi sensitif begini. Ibu Ji kesal, apa anak kembar harus terlihat identik!. Ri Jin dan Ri On adalah kembar fraternal, jadi mereka tidak mirip, "Kenapa kau curiga mereka itu saudara kandung atau bukan?. Kalau mereka bukan saudara kandung, maksudmu kami punya anak secara terpisah lalu mengadopsi mereka begitu?".

(Kembar Fraternal : Kembar non identik, tidak mirip satu sama lain). 

Tuan Jang tidak enak hati, ucapannya tadi hanya bercanda sama sekali tidak bermaksud menyinggung. Tapi ibu Ji yang terlanjut kesal menyuruh tuan Jang pergi dengan membawa sayurannya itu, karena ia tidak mau memasak sayuran dengan kualitas jelek. Ibu Ji masuk ke dapur dengan emosi.

Ayah Oh menjadi tidak enak pada tuan Jang. Ia meminta tuan Jang untuk tidak mengambil hati perkataan istrinya. Baru-baru ini Ri Jin mendapat musibah, jadi istrinya agak tegang. Ayah Oh lalu masuk menyusul istrinya.

Ibu Ji mengambil sekaleng bir dingin untuk meredamkan hatinya yang panas. Ayah Oh heran kenapa hari ini ibu Ji sensitif sekali, tidak seperti biasanya. Ibu Ji kesal, tuan Jang selalu begitu. Ayah Oh mencoba memberi pengertian pada istrinya. Tuan Jang bersikap begitu karena anak tunggalnya tidak sepintar anak-anak mereka.

Ibu Ji tetap tidak mau membeli sayuran dari tuan Jang, beli saja di tempat lain. Ayah Oh heran kenapa istrinya sangat marah, "Dia bilang begitu karena dia tidak tahu. Kalau dia tahu, apa mungkin dia akan bilang begitu?".

Ibu Ji makin kesal, "Apa kau tidak mau bekerja!", bentaknya judes.

(Perkataan ayah Oh yang bilang, "Kalau dia tahu, apa mungkin dia akan bilang begitu?", seakan menegaskan bahwa Ri On dan Ri On bukan saudara kembar?. Ibu Ji tidak akan tersinggung dan marah jika Ri On dan Ri Jin memang anak kembar yang dia lahirkan). 

Ri Jin dan Ri On berbincang sembari menikmati kopi. Ri Jin menceritakan mimpinya semalam yang bermain trampolin bersama anak laki-laki. Ri On tanya siapa anak laki-laki itu?.

"Aku pikir itu kau!. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, jadi aku tidak tahu siapa dia".

Ri On : Jadi, dalam mimpimu itu usiamu sekitar 7 tahunan. Dan kau bermain trampolin dengan seorang anak laki-laki seusiamu. Tapi, seolah-olah mimpi itu pernah terjadi dalam kehidupan nyata.

Ri Jin : Apa mungkin kau ingat? Saat kita masih kecil, apa ada trampolin di halaman?. Apa kau ingat kau pernah bermain trampolin denganku?.

Ri On memasang wajah serius, minta Ri Jin memberinya waktu untuk berpikir dan mengingat.

Perawat Mi Ro dan 2 dokter mengintip Ri Jin dan Ri On dari kaca. Mereka membicarakan Ri Jin yang kini mempunyai cowok baru. Tak disangka ternyata Ri Jin adalah wanita perayu. Perawat Mi Ro meralat, cowok itu bukan kekasih Ri Jin tapi kakaknya, kakak kembarnya.

"Pria itu bukan kakaknya", celetuk Hook See muncul begitu saja, "Ketika aku melihat mereka di ruang istirahat, pandangan matanya saat melihat dokter Oh tidur benar-benar berbeda. Tatapan mata seorang pria".

Secara serempak mereka menoleh ke arah Hook See. Hook See tersenyum dan melambaikan tangan lalu kabur. Ketiga petugas medis itu langsung mengejar dan berhasil menangkap Hook See, si tukang kabur.

Ri On tidak bisa mengingat, petunjuk yang Ri Jin berikan masih kurang, "Selain kau dan anak itu, apa ada orang lain?.

"Orang lain?", tanya Ri kaget. Dari ekpesi Ri Jin, Ri On menangkap pastilah ada orang lain dalam mimpi Ri Jin. Ri On ingin tahu, siapa dia?.

"Kau takkan mengenalnya meskipun kuceritakan",

"Rupanya seorang pria. Ah, apa mungkin kau bermimpi erotis?. Mimpimu yang awalnya polos berubah menjadi mimpi erotis", ujar Ri On tertawa meledek.

Ri Jin kesal dan berdiri, lupakan saja. Ri On menahan tangan Ri Jin, katakan siapa dia. Ri Jin tak mau, toh Ri On juga tidak mengenalnya meksi ia ceritakan. Ri On mendesak, ceritakan saja, ia akan menafsirkannya dari sudut pandang seorang penulis.

"Aku perlu tahu dia pria seperti apa agar aku tahu alasannya, dan aku hanya bisa menafsirkannya kalau aku tahu alasannya. Tafsiran itu harus dilakukan untuk mengetahui apakah itu mimpi buruk atau bagian dari kenangan".

"Kau sedang mencoba mempermainkan dokter jiwa?".

"Come on, sister", bujuk Ri On.

Ri Jin akhirnya bercerita pria yang muncul dalam mimpinya adalah pria yang baru-baru ini ia temui dan pria itu bilang menyukainya. Ri On masih bisa bercanda, menilai selera Ri Jin untuk dan suka di puja-puja. Ri Jin jadi kesal, "Lupakan saja".

Ri On bertanya bagaimana cara pria itu mendekati Ri Jin, "Pria itu saling memahami. Seorang pria tahu pria dengan baik. Kalau aku mendengarkan caranya dia merayumu, aku akan tahu apakah dia itu tulus, atau sedang mempermainkanmu. Atau dia itu cuma seorang playboy".

"Benarkah?".

"Benar....benar. Jadi percayalah pada oppa-mu ini dan cepat ceritakan".

"Kau yang sudah memanggilku. Sejak dulu. Sekarang bermainlah denganku."

Ri On langsung lemas dan memasang wajah sedih. Ri Jin ingin tahu apa artinya itu, apa buruk?.  Ri On tanya apa Ri Jin siap untuk tidak terkejut. Ri Jin mengangguk. Ri On menarik napas, "Ulangi kalimat per kalimat. Aku akan mengartikannya".

Ri Jin : Kau memanggiku

Ri On mengartikan maknanya, "Kau mengirimku sebuah sinyal"

Ri Jin : Sejak dulu

Ri On : Baru-baru ini

Ri Jin : Sekarang bermainlah denganku

"Sekarang pergilah ke hotel denganku", jawab Ri On ngasal..hahaha

Spontan Ri Jin memukuli Ri On, "Mati..mati..mati...kau, keluar!".  Ri On berkata Ri Jin hanya belum siap menerima kenyataannya sekarang. Ri Jin tak peduli lagi dan menyuruh Ri On pergi. Pergi saja sana, cepat pergi.

Di tempat parkir. Ri Jin yang marah menyuruh Ri On cepat pergi. Tapi marahnya itu langsung sirna saat Ri On menyinggung tentang trampolin. Dengan wajah cerah Ri Jin mendekati Ri On, "Kau ingat?". Ri On mengatakan trampolin yang di tanyakan Ri Jin itu tidak berada di halaman rumah mereka tapi di taman dekat rumah. 
 
"Kau tahu, Ahjusshi tetangga kita meminjami kita trampolin dan mengijinkan kita bermain. Kau tidak ingat? . Aku benar, tidak salah lagi. Anak lelaki itu adalah.....".

Ri On mengadahkan tangan meminta uang bayaran karena hadir di mimpi Ri Jin. Ri Jin memukul tangan Ri On dengan kesal, ia tahu Ri On hanya mengarang cerita agar muncul di mimpinya itu. Ri On  pura-pura marah, apa Ri Jin tidak tahu kalau ia mempunyai banyak hak cipta (atas novelnya).

Ri On mewanti-wanti Ri Jin untuk tidak bertemu lagi dengan pria itu, mendengar dari cerita Ri Jin saja, ia sudah tahu kalau pria itu seorang penipu. Omongan Ri On mulai melebar kemana-mana. Ri Jin semakin kesal, mencekik leher Ri On membuka pintu mobil dan mendorong Ri On masuk ke dalam.

Ri On kesal, "Baik. Aku akan pergi, huh". Tapi kesalnya pada Ri Jin hanya sebentar, karena kemudian dia mengedipkan mata pada Ri Jin dan melakukan gerakan mulut, "Peace". Ri Jin tersenyum melihat kelakukan ajib kakaknya itu.

Perlahan mobil Ri On meninggalkan tempat parkir. Dari kaca spion, Ri On tersenyum melihat Ri Jin yang melepasnya pergi. Ri On penasaran, pria seperti apa yang membuat hati Ri Jin terusik. 
 
Ri On kembali melihat kaca spion dan melihat Ri Jin masih berdiri di tempatnya, "Maafkan aku karena berbohong padamu. Tapi, jangan memikirkannya. Masa kecil kita dan pria yang menggoyahkan hatimu. Apa kau mulai lelah terhadap perasaan Kakakmu yang sudah menjagamu ini?", ucapnya sedih. 
 
Ri Jin memandangi mobil Ri On hingga menghilang. Ri Jin berpikir dan tidak setuju dengan pendapat Ri On dan berguman, "Menyebutnya penipu itu berlebihan. Dia ( Se Gi) pria yang baik". Ri Jin melamun sebentar lalu sadar, tidak usah memikirkan pria itu sekarang.


Lanjut ke Sinopsis Kill Me Heal Me Episode 4 Part 2


No comments:

Post a Comment

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)