Pages - Menu

Saturday, February 21, 2015

Sinopsis Blood Episode 1 Part 2

Malam harinya, Ji Sang berjalan sambil melamun. Ji Sang berjalan di tengah jalan raya dan menghalangi mobil yang ingin lewat dibelakangnya. Pengemudi membunyikan klakson sebagai tanda menyuruh Ji Sang untuk minggir.

Ji Sang sempat menoleh ke belakang, tapi dia tidak beranjak minggir dan tetap berjalan di tengah. Pengemudi yang kesal meneriaki Ji Sang, "Kau bocah!. Kau tidak mendengar suara klaskon?".

Ji Sang menoleh ke belakang dengan tatapan kosong. Pengemudi turun dari mobil, menghampiri Ji Sang dan menyuruhnya untuk meminta maaf. Bukannya minta maaf, Ji Sang malah menatap tajam pria itu.

Si pengemudi kesal, "Dasar anak tidak punya sopan santun. Beraninya kau memelototi orang tua!".

Pria itu mengayunkan tangannya memukul Ji Sang. Refleks Ji Sang menghindar. Pria itu makin kesal karena Ji Sang berhasil menghindar dan kembali ingin memukul. Tapi yang terjadi justru Ji Sang yang memukuli pria itu. Kekuatan Ji Sang diluar dugaan, pukulannya bahkan bisa membuat pria itu terhuyung menabrak bagian depan kaca mobil.

Teman-teman si pengemudi langsung turun. Mereka marah melihat pengemudi yang tergelatak tak sadarkan diri atas kap mobil. Ji Sang mengepalkan tangannya marah. Tanpa di komando mereka menyerang Ji Sang. 

Perkelahian mereka berakhir di kantor polisi. Wajah para preman babak belur sementara Ji Sang tidak terluka sedikit pun. Pada polisi, para preman bilang kalau Ji Sang lah yang menyerang mereka dan membuat wajah mereka babar belur. Bocah itu seperti Jet Li, dia seperti Wong Feng Hui.

Polisi tentu saja tiak percaya, "Jika seseorang memukulmu, salahkan orang yang lebih masuk akal. Jangan salahkan anak ini".

Para preman kehabisan kata-kata, bagaimana caranya menjelaskan pada polisi kalau adalah korban. Sementar Ji Sang diam saja menundukan wajah.

Sun Young masuk kekantor polisi dengan tergesa-gesa. Ia menatap putranya dengan tatapan sedih, lalu melihat wajah para preman yang babak belur.

Di pojok ruangan, ada seorang pria yang tertidur di bangku. Tapi sebenarnya da hanya pura-pura tidur. Dia adalah J,  salah satu anak buah Lee Jae Wok.

Sesampainya di rumah, Sun Young menegur Ji Sang dan bertanya, apa sekarang Ji Sang sudah merasa puas setelah memamerkan kekuatan yang dia miliki?. Bukannya merasa bersalah, Ji Sang justu menjawab ternyata berkelahi tidaklah sesulit yang dia kira. Ji Sang berpikir sudah menemukan arah tujuan hidupnya. 

"Hanya dengan menggunakan sedikit kekuatannya saja, aku bisa mengumpulkan uang. Aku bisa hidup sesukaku"

"Jika kau hidup seperti itu, kau pikir kau akan bahagia?". 

"Ya. Itu lebih baik dari pada hidupku yang sekarang", ucap Ji Sang membangkang. 

Sun Young teriak marah, "Kumohon! Sebanyak kekuatan yang kau miliki, cobalah untuk melawan dirimu sendiri!. Hadapi dirimu sendiri....". 

"Aku percaya kau bisa menyelamatkan dirimu. Dengan kemampuanmu!", Ji Sang mengutip wasiat yang di tinggalkan Hyun Seo. 

Ji Sang mengakui kata-kata itu memang terdengar indah, tapi bahkan setelah 16 tahun dia tidak tahu apa-apa tentang sosok ayah yang hanya meninggalkan wasiat yang indah. Jadi, ucapan itu sama tidak menyentuh hatinya.

"Ibu akan ceritanya semuanya. Saat kau sudah siap menghadapinya", ucap Sun Young. 

"Apapun itu, aku tidak akan pernah siap menghadapinya", Ji Sang menangis, "Aku hanya ingin menjadi manusia. Tapi aku tidak punya harapan. Aku terus marah karena aku tidak punya harapan".

Sun Young memeluk Ji Sang yang menangis.

"Ibu seharusnya tidak melahirkan aku. Sehingga, aku tidak akan merasakan penderitaan ini", ucap Ji Sang putus asa.

Sun Young menangis tanpa suara, mencoba menenangkan Ji Sang dengan menepuk-nepuk punggung putranya. Hatinya terasa perih mendengar ucapan yang keluar dari mulut Ji Sang. 

Rumah Sakit Universitas Harvard, Massachusetts (USA). 

Lee Jae Wook yang berprofesi sebagai profesor di RS Universitas Harvard, tengah melakukan operasi pengangkatan Tumor Pangkreas. Entah ini operasi sungguhan, atau hanya pembelajaran bagi dokter lain. Jae Wook menunjukan tumor yang berhasil dia angkat dan bertanya pada dokter di depannya, "Apa yang Kau pikirkan ketika Kau menemukan tumor tersembunyi seperti ini?". 

Dokter itu menjawab menurutnya peluang pasien untuk selamat lebih tinggi dari yang mereka perkirakan. Jae Wook bercanda dan bilang menurutnya itu seperti wanita yang terlambat tiga jam untuk berkencan. Jawaban Jae Wook membuat yang lainnya tertawa. 

Dengan lebih serius Jae Wook bilang proses tumor pankreas seperti melawan hantu, "Jadi kita seperti pemburu hantu". Jae Wook menyelesaikan proses akhir dengan menjahit luka pada sayatan operasi. 

Jae Wook duduk bersantai di rumahnya. Mendengarkan musik sembari meminum segelas minuman berwarna merah (darah?). Mata Jae Wook terpejam, menikmati setiap tegukan yang mengalir di tenggorokannya. Tangan Jae Wook menggapai telpon yang berdering. Si penelpon memberitahu hal yang penting. 

Jae Wook memberi perintah, "Baiklah, saat ini awasi saja mereka. Ada yang harus kau kerjakan sebelum itu".

Di tengah hutan, Ji Sang meletakan batu kecil di atas tumpukan batu-batu lainnya. Ji Sang mengadah melihat keatas. Niat Ji Sang datang ke tempat ini untuk berdoa, tapi belum apa-apa Ji Sang sudah pesimis terlebih dahulu.

"Aku tahu kau tidak akan menjawab doaku. Apa pun permintaanku".

Dari balik pepohonan, tanpa Ji Sang sadari ada dua pasang mata sedang mengamatinya. Dia adalah J dan Chul Hoon.

Di tempat lain di tengah hutan yang sama, terlihat sebuah keluarga sedang berjalan-jalan. Si anak perempuan protes pada orang tuanya yang mengajaknya datang kesini. Bukankah sebelumnya dia bilang ingin pergi ke Hawaii.

"Pamanmu mengirim kita kesini. Lihatlah, sekeliling. Sungguh indah, kan?", ucap ayah. 

Anak perempuan heran kenapa paman mengirim kita kesini, "Ah.. Aku ingin melihat pantai dan berbelanja".

Ibu berusaha membujuk putrinya, "Kita bisa pergi ke Hawaii lain kali. Mari kita nikmati udara segar disini, ya?". 

Meski kedua orangtuanya membujuk, anak perempuan masih cemberut dan merasa kesal.

J dan Chul Hoon menggunakan kekuatan mereka untuk mengumpulkan seluruh serigala di hutan (bukannya vampir dan serigala bermusuhan, ya?). Para serigala menyalak seperti siap menerima perintah.

Ibu dan ayah dari anak perempuan tadi terpesona dengan bunga liar yang tumbuh di dalam hutan. Sementara si anak hanya merasa tidak mood, hanya menatap orangtuanya yang memotret bunga liar. 

Anak perempuan berbalik dan melihat seekor kelinci lucu, "Kemarilah", panggil anak itu tapi malah membuat kelinci kabur. 

Sang ayah memanggil putrinya yang ternyata bernama Chae Yeon untuk melihat bunga liar dan terkejut begitu melihat Chae Yeon tidak ada di belakang mereka. Ibu dan ayah jadi panik berteriak memanggil putri mereka. 

"Chae Yoen-ah....Chae Yeon-ah". 

Di tempatnya, Ji Sang terusik seperti mendengarkan sesuatu. Ia melihat sekeliling merasakan sesuatu yang aneh. 

Disaat yang sama, gerombolan serigala berlari menuju suatu tempat.

Chae Yeon berhasil menangkap kelinci. Chae Yeon senang dan bilang hanya ingin memeluk kelinci sebentar saja. Gerombolan serigala berhenti berlari dan perlahan mulai mendekati Chae Yeon. 

Gadis kecil itu tentu saja ketakutan melihat 5 binatang buas yang menatap dengan tatapan lapar. Seolah-olah Chae Yeon adalah santapan siang mereka. Salah satu serigala mengerang dan menerjang Chae Yeon. Gadit kecil itu langsung pingsan saking takutnya. 

Ji Sang datang di saat yang tepat. Dia melompat menancapkan kayu runcing ke badan serigala. Satu serigala berhasil di robohkan. 4 serigala lain mengepung Ji Sang dan menyalak buas. Ji Sang sempat menoleh ke belakang, melihat Chae Yeon yang sedikit membuka mata. 

Ayah dan ibu Chae Yeon berteriak panik mencari Cheo Yeon.

Salah satu serigala menyerang Ji Sang dan berhasil melukai wajahnya. Serigala lainnya menerjang tubuh Ji Sang dengan posisi serigala berada di atas badan Ji Sang.

Dirumahnya, Jae Wook berdiri menatap keluar jendela dengan memegang segelas wine.

Ji Sang yang merasa terdesak, mulai menampakkan perubahan. Lensa matanya berubah keemasan, kukunya tumbuh meruncing dan memanjang begitu pula dengan gigi taring Ji Sang yang memanjang melebihi ukuran normal.

Dengan kekuatannya itu, Ji Sang mencekik serigala yang menindih tubuhnya dan melemparnya jauh. Ji Sang berdiri menghadapi serigala itu satu persatu. Serigala itu menyerang Ji San dengan buas, salah satu serigala menggigit lengan Ji Sang.

J dan Chul Hoon mengamati Ji Sang dengan seksama dan tersenyum puas melihat perubahan yang terjadi dalam diri Ji Sang. Mereka semakin yakin kalau pemuda yang sedang bertarung dengan gerombolan serigala itu adalah Jason, putra Park Hyun Seo yang telah mereka bunuh.

Jae Wook menatap gelas wine di tangannya, "Vampir darah murni. Park Hyun Seo, purtamu sungguh spesial. Dengan jason, aku akan buktikan kalau aku benar", batin Jae Wook. 

Ibu dan ayah Chae Yeon menelusuri setiap jalan mencari putri mereka yang menghilang. Tapi sayangnya di tengah perjalanan mereka malah bertemu dengan 2 pria misterius yang menutupi wajah mereka dengan topi. Dari cara mereka memandang, jelas sekali terlihat kalau mereka mempunyai niat tidak baik. 

Ji Sang terduduk lemas setelah berhasill mengalahkan serombolan serigala. Meringis kesakitan merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia memegangi lengannya yang terluka karena gigitan serigala, lutut dan kaki Ji Sang juga terluka.

Darah Ji Sang menetes dari lukanya yang menganga. Tetesan darah yang menetes ke tanah membuat tanah menjadi subur. Secara ajaib tanaman keluar dari dalam tanah dan tumbuh tinggi dengan cepat.

Ji Sang menatap Chae Yeon yang setengah sadar. Gadis itu memperhatikan Ji Sang sebelum akhirnya benar-benar pingsan. 

Ji Sang merawat Chae Yeon yang pingsan. Ji Sang memeras tanaman obat dan air remasan itu dia minumkan ke Chae Yeon. Setelah itu, Ji Sang membalut luka Chae Yeon dengan tanaman obat.

Chae Yeon membuka mata, "Dimana aku?. Apa aku masih di hutan. Aku merasa belum sadar sepenuhnya. Apa ini mimpi?".

"Itu karena kau meminum air remasan tumbuhan penghilang rasa sakit. Itu akan mengurangi rasa sakitmu". 

"Oppa, kau siapa?. Apa kau hantu yang tinggal di hutan?", tanya Chae Yeon masih linglung.

Ji Sang membenarkan dan bilang Chae Yeon bisa menyebutnya hantu. Chae Yeon tidak heran hantu macam apa yang bisa bicara dengan sangat jelas begitu. Ji Sang mengatakan banyak hantu aneh di dunia ini.

"Tadi....saat serigala di depanku. Aku berdoa pada tuhan dan doaku di kabulkan. Aku berdoa agar seseorang muncul menyelamatkan aku. Terima kasih, Oppa. Terima kasih banyak", ucap Chae Yeon lemah.

Dari kejauhan terdengar tim SAR yang memanggil nama Cheo Yeon, "Yoo Chae Yeon.. Yoo Chae Yeon". 

Ji Sang tahu orang-orang itu pastilah mencari Chae Yeon. Ji Sang pamit pergi dan berpesan agar Chae Yeon tidak berkeliaran dihutan sendirian lagi, "Aku tidak akan muncul setiap kali kau berdoa".
Ji Sang bangkit meninggalkan Chae Yeon. Chae Yeon menatap kepergian Ji Sang. Ji Sang yang merasa enggan, sempat menoleh pada Chae Yeon yang memandangnya. Lalu melanjutkan langkahnya. 

Tim SAR menghampiri Chae Yeon yang terbaring lemas, "Apa kau Yoo Chae Yeon?". 

"Ya, Benar", Chae Yeon memandang mereka satu persatu dan bertanya, "Tapi dimana orang tuaku?".

Hm.,,gak yakin apa orang tua Chae Yeon selamat, setelah bertemu dengan 2 pria misterius tadi. 

Sun Young sedang sibuk meramu (obat?) ketika mendengar Ji Sang pulang. Sun Young meninggalkan pekerjaannya untuk menyambut Ji Sang. Sun Young terkejut melihat luka di lengan putranya, "Apa terjadi sesuatu?". Jae Wook diam menatap ibunya. 

Sun Young mengenggam tangan Ji Sang setelah mendengar cerita dari putranya. Sun Young memuji tindakan Ji Sang yang telah melakukan kebaikan dengan menyelamatkan seorang gadis. Sun Young bertanya apa gadis kecil yang di tolong Ji Sang baik-baik saja. Ji Sang mengangguk mengiyakan. 

Sun Young heran Ji Sang justru merasa aneh setelah melakukan kebikan Ji Sang bilang tidak tahu apa penyebabnya. Pertama kalinya ia merasakan hal seperti ini. Wajah Ji Sang berubah cerah saat bilang kalau perasaan yang ia rasakan saat ini tidaklah buruk. Sun Young tersenyum menatap lembut purtanya. 

Jae Wook  berada di labotarium ketika menerima laporan dari J dan Chul Hoon. Jae Wook merasa sudah cukup dan memerintahkan mereka untuk membawa Ji Sang padanya. Hanya Ji Sang saja (tanpa Sun Young).

Jae Wook menutup telpon, mengamati reaksi dari ramuan yang dia buat. Jae Won mengambil salah satu wadah berisi carian bewarna kuning dan tersenyum melihat ramuanya menunjukan hasil seperti yang dia inginkan.

(Ramuan cairan itu sama seperti milik Sun Young).

Ji Sang gelisah tidak bisa tidur, teringat saat merawat Chae Yeon yang terluka. Ji Sang ingat wajah Chae Yeong saat berterima kasih padanya.

Pagi harinya, Ji Sang berjalan-jalan (wajah Ji Sang selalu murung) dan melewati penjual yang menjual aksesoris rambut di pinggir jalan. 

Ji Sang berbalik, menolah ke belakang. Tatapan Ji Sang tertuju pada jepit berwarna pink.

Sun Young yang sedang meramu tiba-tiba mendengar sesuatu yang aneh. Ia memegangi telinga menamjamkan pendengarannya. Sun Young merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi. 

Benar saja, J dan Chul Hoon mendatangi rumah Sun Young. Masuk kerumah tanpa permisi dengan memecahkan kaca pintu. Mereka mengedarkan pandangannya menelusuri setiap sudut, mencari pemilik rumah.

Sun Young yang berdiri di lantai atas. Di tangannya mengenggam jarum suntik berisi cairan berwarna kuning yang dia buat. Ji Sang lalu lompat turun hendak menyerang J. Tapi gagal, karena J berhasil menghindar. 
Sun Young tak kuasa melawan J. Dengan mudahnya pria jahat itu melempar Sun Young dan menabrak kaca lemari. 

Ji Sang dalam perjalanan pulang dan hampir sampai. Ji Sang membeku menatap depan rumahnya, merasakan firasat tidak baik. Ji Sang bergegas masuk ke dalam rumah. 

Sun Young telah berubah menjadi vampir, tapi tetap saja hal itu tidak bisa membuatnya berhasil mengalahkan J dan Chul Hoon. Sebaliknya, mereka justru melempar badan Sun Young kesana kemari.
J menghampiri Sun Young yang tersungkur di lantai. Dia mengambil jarum suntik hendak menyuntikan cairan itu ke tubuh Sun Young.

"Siapa kalian?!!", teriak Ji Sang membuat J dan Chul Hoo menoleh padanya.

"Ji Sang-ah. Lari. Cepat!", seru Sun Young

J menyerang Ji Sang yang hendak menghampiri Sun Young. J melempar Ji Sang hingga jatuh tersungkur.

Chul Hoon menggunakan kesempatan itu, dengan menyuntikan cairan ke leher Sun Young. Ji Sang melihat ibunya yang kesakitan. Urat-urat wajah Sun Young keluar dengan jelas dan membiru. 

Ji Sang bangkit, "Ibu!", teriaknya lalu berlari menghampiri ibunya. 

Ji Sang menerjang Chul Hoon yang menyakiti ibunya, rasa marah membuatnya lebih kuat. Ia berhasil menjatuhkan Chul Hoon. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, karena ada J yang membantu Chul Hoon.

Kedua vampir jahat itu membanting Ji Sang, dan dengan gerakan cepat, Chul Hoon menyudutkan Ji Sang ke dinding, mencekik lehernya.

Dengan tenaga tersisa, Sun Young menyeret tubuhnya mendekati saklar lampu. "Ji Sang. Tutup matamu?", serunya. 

Ji Sang mengikuti perintah ibunya dan Sun Young segera menekan sakral lampu. Ruangan itu tiba-tiba terang benderang dengan cahaya lampu yang menyilaukan. J dan Chul Hoo meraung kesakitan menutupi matanya.

Ji Sang yang mendengar teriakan kesakitan mereka, menutup matanya rapat-rapat. Sun Young berada jauh dari Ji Sang dan tidak terkena cahaya lampu. Dia menatap putranya sedih sebelum akhirnya tidak sadarkan diri.

Ji Sang berlari sekencang mungkin menggendong ibunya yang lemah. Sambil berlari, sesekali Ji Sang menoleh melihat wajah ibunya.

Ji Sang memandang ibunya yang terbaring lemah di rerumputan. Ji Sang bilang seharusnya mereka tidak kesini dan mengajak ibunya pergi kerumah sakit.

Sun Young menggeleng, "Tidak. Ji Sang. Ibu... tidak ada harapan bagi ibu".

"Apa isi jarum suntik itu?", tanya Ji Sang dengan mata berkaca-kaca.

Sun Young menggengam tangan putranya dan meminta Ji Sang melarikan diri ke tempat yang jauh. Sangat jauh.

"Siapa mereka?. Siapa mereka?", tanya Ji Sang meminta penjelasan.

Sun Young tak menjawab dan kembali menyuruh Ji Sang untuk lari sejauh mungkin. Ji Sang menangis, "Ibu". Sun Young berpesan sebelum Ji Sang melarikan diri, Ji Sang harus melakukan sesuatu. 
J dan Chul Hoon yang ternyata tidak mati. Dengan marah mereka berlari di tengah hutan mencari keberadaan Sun Young dan Ji Sang. Akhirnya mereka sampai di tempat Ji Sang dan Sun Young sebelumnya berada. Tapi ibu dan anak itu sudah tidak ada disana. Mereka menyeringai marah tidak berhasil menemukan target mereka.  
Big bos vampir, Jae Wook telah mendengar kegagalan kedua anaknya buahnya. Jae Wook melampiaskan rasa marahnya dengan meremas gelas di tangannya hingga hancur berkeping-keping.
Ji Sang membawa ibunya kembali kerumah. Sun Young menyuruh Ji Sang untuk melakukan apa yang sudah di perintahkan. Ji Sang tidak mau. Dengan nada tersengal-sengal, Sun Young meminta Ji Sang untuk mendengarkannya. Bagaimanapun hal itu harus tetap di lakukan, jika Ji Sang pergi seperti ini, Sun Young takut orang lain mungkin akan terinfeksi lagi.

Ji Sang meminta penjelasan, "Terinfeksi?. Apa maksudnya ibu?".

"Hal ini harus tetap di lakukan. Dan, lukisanmu... lukisanmu, bawalah bersamamu".

"Tidak ibu. Ibu bisa selamat. Ibu akan selamat. Bertahanlah sedikit lagi", Ji Sang menangis. 

"Maafkan ibu. Sungguh...maafkan ibu", ucap Sun Young menangis sembari mengulurkan tangannya berusaha menggapai Ji Sang, "Ibu sangat mencintaimu. Putraku", 

Usai mengatakan itu, Sun Young menutup matanya, tangannya yang berusaha menggapai Ji Sang jatuh terkulai lemas.  Ji Sang menangis pilu, memanggil ibunya, "Ibu!.... Ibu...!".  
Di umurnya yang baru 16 tahun, Ji Sang menjadi sebatang kara. :'(
Ji Sang melaksanakan perintah ibunya. Ji Sang tediam cukup lama menatap lukisan matahari terbenam yang menempel di dinding kamar. Saat Ji Sang hendak melepas lukisan dari dinding, sebuah kota jatuh dari balik lukisan.

Ji Sang membuka kotak itu. Di dalamnya terdapat kaset rekaman dan beberapa benda lainnya.

Kemudian, Ji Sang membakar rumah seperti yang di perintahkan ibunya. Ji Sang berdiri mematung melihat rumahnya yang berkobar di makan api. Ji Sang menatap pilu, melihat jasad ibunya yang berada di dalam rumah, telah di kepung api dari berbagai sisi.
Ji Sang melihat jempit rambut pink yang dia beli terpasang di rambut ibunya. Pasti Ji Sang memasangkan jepit rambut itu sebelum membakar rumah.
(Sebelumnya saya mengira kalau Ji Sang membeli jepitan itu untuk Chae Yeon, tapi ternyata untuk ibunya. Hiks.. :'(

Air mata Ji Sang menetes mengingat pesan ibu, "Ji Sang, kau bisa menjadi manusia biasa. Sama seperti buruk rupa yang berubah menjadi pangeran tampan".

Dengan langkah lunglai dan tatapan kosong, Ji Sang jalan menjauh meninggalkan rumah.

Ji Sang yang kini berada di suatu tempat, memutar kaset rekaman yang di tinggalkan ibunya. Ji Sang tak kuasa menahan tangis melihat wajah ibunya.

"Jika kau menonton ini, pasti sudah terjadi hal yang buruk. Ibu berharap kau tidak pernah melihat video ini. Tapi, Jika kau sedang menontonnya, dengarkan ibu baik-baik".

 ******

Ji Sang dewasa kini berada di camp pengungsian Reveseck dan telah bergabung dengan teman-temannya. Sampai saat ini pun, Ji Sang masih merasa sedih tiap kali memandang foto ibunya yang tersimpan di dalam gadget miliknya.

Perang Sipil Republik Kochenia

Terdengar suara tembakan antara tentara dan para pemberontak. Melalui jalur udara, pemberontak menyerang dengan menjatuhkan rudal di camp pengungsian. Para dokter sibuk merawat luka para tentara yang tertembak. 
Rekan Ji Sang mengoceh ketakutan, "Aku tidak tahu dari mana datangnya arah peluru. Kita bukan tentara?. Kenapa kita ada disini?".

"Mereka kekurangan tenaga medis. Anggap saja ini sebagai takdirmu", sahut Ji Sang.

"Setidaknya mereka memberi kita senjata", dokter itu teriak melihat peluru yang melesat di atas kepalanya, "Auh.. Berhenti menembak!".

Ji Sang mengangkat ponselnya yang berdering. Telpon dari Joo Hyun Woo, teman Ji Sang. Hyun Woo mendengar suara tembakan dan mengira Ji Sang sedang bermain game.

Hyun Woo tertawa, "Wuah.. bunyi suara senapannya terdengar seperti nyata".

"Game?. Jangan bercanda. Aku sibuk. Aku tutup, dah!".

"Tunggu.. tunggu...", seru Hyun Woo menahan, "Aku akhirnya menemukan jawaban asal data itu". 

"Dimana?", tanya Ji Sang antusias.

"Rumah Sakit Kanker Taemin di Korea. lebih tepatnya itu database dari keamanan rumah sakit".

Hyun Woo menunjuk layar monitor di depannya yang memperlihatkan logo rumah sakit dan foto tulang belulang yang berasal dari kuburan tua yang Ji Sang datangi tempo hari.

Ji Sang memerintahkan rekannya untuk membawa pergi tentara yang sudah mendapatkan perawatan. Rekan Ji Sang menurut dan meminta bantuan tentara lainnya untuk membawa tentara yang terluka.

Dari seberang telpon, Hyun Woo bertanya apa yang sedang Ji Sang lakukan saat ini.

Pemberontak menjatuhkan rudal bom. Ji Sang menoleh, bom itu melesat jatuh dan meledak di tempat Ji Sang berada. Ji Sang terlempar.

Rekan Ji Sang yang sedang membopong tentara, terbelalak terkejut melihat tubuh Ji Sang terlempar menabrak dinding. Manusia normal pada umumnya pasti akan meninggal saat itu juga.

Tapi hal itu tidak terjadi pada Ji Sang yang seorang vampir. Ji Sang mampu berdiri tegak dan berjalan dengan tubuh terluka. Tangannya masih menggengam ponsel. Sambungan telpon dengan Hyun Woo belum terputus, Hyun Woo yang mendengar suara ledakan bertanya dengan cemas,
"Halo?. Hyung, kau baik-baik saja?. Hyung?. Hyung?. Halo?".

Ji Sang tidak menjawab dan melempar ponselnya ke belakang.


END

Komentar : 
Episode pertama ini cukup menarik menampilkan kisah masa lalu, Park Ji Sang, si dokter Vampire. Sebenarnya saya tidak tahan melihat darah saat adegan operasi, tapi karena ceritanya yang unik membuat saya memberanikan diri untuk membuat sinopsis drama ini. Semoga kedepannya, cerita drama ini semakin menarik. 

Akting Ahn Jae Hyun sebagai pemeran utama bisa di katakan bagus. Ini adalah pertama kalinya, dia menjadi pemeran utama. Semoga saja Jae Hyun bisa mengimbangi akting actor senior Ji Jin Hee. Jadi kesannya gak kebanting, gitu.

No comments:

Post a Comment

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)