Pages - Menu

Thursday, February 12, 2015

Sinopsis Kill Me Heal Me Episode 6 Part 2


Ny. Yoon yang masih penasaran menanyakan kembali perihal anak Min Seo Yoon pada suaminya. Tuan Young Pyo tertawa, wanita memang menyukai gosip. Ny. Yoon tidak bermaksud ingin menggosip. Jika anak itu masih hidup di suatu tempat, dan jika anak itu laki-laki, apa yang akan terjadi?. Bagaimana pun dia masih keturunan keluarga Seung Jin.

"Kalau anak itu hidup. Keputusan Seung Jin Group akan berubah. Aku tanya apa hal itu akan menguntungkan Ki Joon atau tidak?", tanya Ny. Yoon khawatir. 
"Kita harus membuatnya memihak pada kita, bagaimanapun caranya. Kalau perlu, kita harus mencari anak itu lebih dulu"

Tuan Young Pyo tersenyum. Masih terlihat jelas gurat khawatir di wajah Ny. Yoon,. Khawatir  posisi Ki Joon yang  melemah jika anak rahasia Min Seo Yoon tiba-tiba muncul.

Ri On terus menulis hingga menjelang pagi. Merasa lelah, Ri On berdiri membuka jendela kamarnya dan menguap lebar sambil merenggangkan badannya yang terasa kaku. Tiba-tiba ia terkejut melihat sekelebat sosok manusia yang berjalan di taman dengan rambut menutupi wajahnya. 

Ri On memekik terkejut menarik diri bersembunyi dibelakang tirai. Beberapa detik kemudian, ia memberanikan diri mengintip keluar, wanita itu sudah tidak ada lagi. Tapi hal itu malah membuat Ri On semakin takut dan terduduk di lantai. 

"Dia menghilang....dia menghilang. Kurasa aku sudah terlalu banyak membunuh orang. Untuk sementara ini aku tidak akan menulis novel seperti ini".

Dengan lemas Ri On jalan di ruang tengah. Tiba-tiba ia merasakan sekelebat sosok wanita berjalan di belakangnya. Ri On bersembunyi di balik tdinding dan mengintip. Ia menarik napas lega karena wanita itu tidak ada lagi. 

Baru saja Ri On menarik napas lega, tiba-tiba ia di kejutkan dengan kemunculan wanita itu di depannya. Ri On teriak ketakutan mundur kebelakang menempel di dinding. (Haha.. suara teriaknya seperti anak kecil).

"Kenapa kau berisik sekali?", tanya wanita itu yang ternyata adalah Ri Jin. Ri Jin yang masih setengah mengantuk menyibakan rambut yang menutupi wajahnya.

Ri Jin mengambil kertas yang menutupi wajah Ri On, lalu masuk ke kamarnya. Ri On yang masih syok hanya bisa berguman pelan, "Dia membuatku kaget".

Saat sarapan, Ri Jin menceritakan tawaran belajar di universitas John Hopkins. Ibu dan ayah terkejut mendengarnya. Ri Jin bilang akan belajar di sana selama 6 bulan, jadi mulai hari ini, ia mengambil cuti.

Ibu bilang itu berita bagus dan menanyakan pendapat ayah. Ayah heran, jika itu memang berita yang bagus kenapa Ri Jin berkeliaran di taman seperti hantu perawan. Ri Jin menjawat itu karena pekerjaan berubah menjadi kacau dan rumit.

Ibu tanya kenapa pekerjaan menjadi rumit. Ri Jin memberitahu bahwa ada orang kaya yang memintanya untuk menjadi psikiater pribadi selama tiga bulan. Ibu menilai itu berita yang bagus, menjadi dokter pribadi lebih mudah dibandingkan bekerja dirumah sakit dan pasti gajinya lebih besar. Setelah mengatakan itu, ibu kembali menanyakan pendapat ayah.

Ayah kesal dan memarahi ibu, jika Ri Jin berkeliaran seperti hantu perawan, dia pasti sedang memikirkan sesuatu. Seharusnya ibu tahu itu dan bertanya pada Ri Jin lebih dulu.

Ri On membuat perumpamaan, "Jadi sekarang kau mempunyai dua kue beras yang enak. Kau berpikir mana yang akan kau buang dan mana yang akan kau makan?".

"Aku tidak pernah ingin memakan kue beras. Aku tidak menginginkannya. Aku ingin membuang semuanya dan hidup bebas dengan kekuatanku sendiri.  Seperti yang aku lakukan hingga sekarang".

Ayah mendukung, kalau begitu lakukan saja. Apa susahnya. Ri Jin biilang bagaimanapun ia sudah mengambil cuti. Sekarang ini ia berada di situasi yang mengharuskannya untuk memilih, "Kalau kalian jadi aku, mana yang akan kalian pilih?". 

"Siapa yang peduli apa yang kita pikirkan. Yang penting adalah hatimu", jawab ayah.

"Benar. Tidak ada seorang pun yang menjalankan kehidupanmu", sahut ibu.

Ri Jin lalu bertanya pendapat Ri On. Ri On pun menjawab, "Pilihan terbaik adalah pilihanmu". 

Ri Jin terharu, "Ayah", panggilnya manja. 

"Uhm", jawab ayah imut

"Ibu", panggil Ri Jin

"Uhm", jawab ibu dengan tak kalah imut

"Ri On-ah",

'Uhm", jawab Ri On mengikuti gaya ayah dan ibu.

Mereka lalu tertawa bersama. (bahagianya mempunyai keluarga yang harmonis seperti ini ^^).

Di dapur, Ri Jin sedang menyeduh kopi sambil merenung. Tiba-tiba suara ibu dari belakang mengejutkannya, "Ibu menyukainya", ujar ibu seraya membersihkan meja dapur. Ibu mendekati Ri Jin. Ibu bilang tentu saja ia menghargai keputusan Ri Jin, tapi kalau di suruh memilih. Ibu berpendapat lebih baik Ri Jin menjadi psikiater pribadi orang kaya di bandingkan pergi belajar di John Hopkins.

Ri Jin memberi makan Rin. Saat keluar kandang, ayah tiba-tiba datang dan mengejutkannya. Ayah menuntun Ri Jin duduk di kursi dan mulai bicara. Ayah bilang jika Ri Jin harus memilih salah satu, ayah merasa memilih John Hopkins akan lebih baik. Menjadi psikiter pribadi orang kaya hanya akan membuat Ri Jin tampak keren sesaat. Pada akhirnya Ri Jin hanyalah pegawai. 

Saat Ri Jin menaiki tangga masuk ke dalam rumah. Ri On memanggilnya. Ri Jin langsung jadi kesal, mengira Ri On akan bersikap seperti ayah dan ibu.

"Kenapa?. Apa?. Aku mendengar semua orang menghargai pendapatku", semprot Ri Jin kesal.

"Aku....kurasa cuacanya sangat bagus, jadi kita ajak Rin berolahraga". 
"Ah.. Ri On-ah, tadi itu", Ri Jin jadi tidak enak hati.

"Maafkan aku.....tadi aku", Ri On memasang wajah sedih lalu pergi.

Ri Jin yang merasa bersalah memanggil Ri On dan lari mengejarnya.

Ri Jin dan Ri On berbincang sembari mengajak Rin bermain. Ri On yakin orang kaya yang di bicarakan Ri Jin pasti mempunyai masalah. Ri Jin mulai menyelidik seperti apa orang kaya itu, apa dia mengenalnya. Ri Jin tidak mau memberitahu riwayat pasien seenaknya. Ri On tertawa, orang kaya itu juga bukan pasien Ri Jin.

"Jadi, karena pria tua kaya itu menghabiskan uangnya, kau di paksa untuk mengambil cuti?". 

"Dia tidak tua...", jawab Ri Jin tanpa sadar. Lalu tersadar dan membenarkan ucapan Ri On.

Ri On merasa kasihan pada orang itu. Ri On menilai pria tua itu pasti membutuhkan teman. Ri Jin tanya bagaimana bisa Ri On mengartikannya seperti itu. 

"Dia bilang dia tidak ingin perawatan khusus darimu. Dia harus menyembunyikan penyakitnya, dan dia tidak bisa mendapatkan perawatan dan serta bertahan sendirian. Menurutmu siapa yang paling di butuhkannya?".

"Seorang dokter ahli", jawab Ri Jin..

"Dia butuh teman", sahut Ri On.

Ri Jin menyahut mungkin karena Ri On itu seorang penulis jadi Ri On terlalu baik hati (lembut). Ri On merangkul pundak Ri Jin dan berkata semua penyakit kejiwaan bukanlah penyakit yang bisa ditanggung sendiri dan penyakit yang tidak bisa diobati sendirian. Orang dengan penyakit membutuhkan perawatan melalui pengertian, perhatian, dan bantuan dari banyak orang.

"Apa kau sedang mengajari seorang psikiater?", sahut Ri Jin

Maksud Ri On adalah bukan hanya dokter yang dibutuhkan seorang pasien penyakit jiwa. Mereka butuh keluarga. teman, dan orang penting lainnya. Kemungkinan tidak seorang pun yang mau menemaninya sekarang.

Ri On membuat wajahnya tampak menyedihkan, "Ini melelahkan. Bantu aku. Aku butuh teman. Dia bersembunyi di balik dinding pertahanan yang keras karena tidak tahu caranya mengatakan kata-kata sederhana itu".

Ri On mendesah, "Jadi, kau ingin aku membantunya?".

Ri On menyerahkan pilihan itu pada Ri Jin. Jangan menyuruh orang lain yang memilihnya, karena ia tidak pernah mengatakan mana yang harus Ri Jin pilih. Ri On hanya bilang kalau ia merasa kasihan pada orang kaya itu. Setidaknya itu lah menurut padannya, tapi mungkin berbeda bagi Ri Jin.

Ri Jin tanya apanya yang berbeda. Ri On berkata karena Ri Jin seorang profesional. Bagaimanapun juga sebagai seorang kakak, Ri On merasa sangat bangga pada Ri Jin. John Hopkins atau menjadi psikiater orang kaya itu, tentu saja Ri Jin bisa memilihnya keduanya, karena Ri On tahu kalau adiknya itu memiliki kemampuan.

Tapi Ri Jin pesimis, memiliki kemampuan apanya. Ri Jin mengibaratkan situasinya saat ini sama saja seperti dia harus membeli sepatu baru karena menginjak kotoran. Kalau begitu Ri On menyuruh Ri Jin untuk mencuci sepatunya dan pakai lagi.

Ri Jin kesal, "Maksudku itulah keadaan terburuk.". 

"Kalau begitu, pilih salah satu yang paling bagus".

Oleh karena itu Ri Jin sedang merenungkan mana yang lebih bagus. Ri On menyuruh Ri On untuk memilih sepatu yang membuat Ri Jin ingin berlari, melompat dan terbang. Ri Jin tak percaya memangnya ada sepatu seperti itu.

"Kalau tidak ada, akan aku carikan untukmu. Pilihlah dengan yakin". 

Ri Jin tampak tersentuh. Ri On merapihkan poninya dan dengan narsis memuji dirinya sendiri, "Bukankah kakakmu ini sangat keren!". 

Ri On tersenyum, lalu berbalik memanggil anjing mereka, Rin. Ri Jin tersenyum mendengarkan kata-kata menyejukkan dari Ri On. Ia menarik napas panjang lalu menyusul Ri On dan Rin. 

Mereka lalu bermain bersama "lempar tanggap " bersama Rin  di pinggir pantai. Di sela-sela tawa mereka, terdengar suara Ri On

"Meskipun pilihanmu salah. Meskipun kau berlari saat kau sudah merasa lelah, kalau kabur menurutmu kabur itu adalah cara terbaik. Oppa-mu ini akan berdiri tepat di belakangmu dengan sepatu bersayap".

Para karyawan ID Entertainment sedang rapat membahas proyek baru. Ki Joon ingin mendapatkan salinan asli dari novel Omega yang akan mereka adaptasi ke layar kaca. Salah satu pegawai membenarkan, skenario yang di buat kurang bagus dan sutradara juga ingin bertemu dengan penulis aslinya. Ki Joon lalu bertanya bagaimana dengan kontrak Omega. 

Karyawan ID Entertainment sudah mencari melalui berbagai sumber tapi tidak ada satupun editor yang mengenalnya sejak pertama kali debut. Tentunya ada editor yang membantu Omega menyembunyian identitasnya. Editor yang membantu Omega, pasti tidak ingin orang lain mengambil Omega dari mereka. Berkat Omega, mereka bisa merenovasi kantornya. 

Ki Joon melirik Do Hyun yang sejak tadi diam mendengarkan. Ia menyuruh Do Hyun untuk mencari omega. Pegawai lain menawarkan diri untuk mencarinya. Tidak pantas rasanya seorang wakil direktur yang mempunyai kedudukan sosial melakukan tugas itu, pegawai tersebut tidak mau Do Hyun kehilangan kehormatan.

"Aku bertanggung jawab dengan media China, dan masih mengurus MOU dengan mereka", ucap Do Hyun menyebutkan perkerjaan yang sedang ia kerjakan saat ini. 

"Ketua tim Jang dan aku yang akan mengurusnya. Kau tidak tahu apa-apa soal pekerjaanmu. Memang terlalu berat untuk tugas pertamamu", sahut Ki Joon sengaja merendahkan Do Hyun di depan pegawai.

"Kurasa kita belum membuat persetujuan apapun sebelumnya". 

Ki Joon bilang kalau dia berniat mengatakannya di rapat terakhir kali, dan menyindir Do Hyun yang tidak menghadiri rapat itu. Do Hyun tak mau kalah, jika Ki Joon mengubah orang yang bertanggung jawab secara tiba-tiba, hal itu merupakan pelanggaran kontrak dan perkerjaan yang sudah di kerjakan setengahnya harus di kerjakan lagi dari awal.

Tapi Ki Joon tidak peduli, "Temukan penulis Omega", sela Ki Joon mengabaikan ucapan Do Hyun.

Pegawai lain merasa tidak nyaman melihat perdebatan kedua atasan mereka. Ki Joon sengaja menekan Do Hyun dan jelas sekali kalau Ki Joon tidak menyukai keberadaan Do Hyun diperusahaan ini. Do Hyun tidak bisa membantah lagi, ia minum air untuk menenangkan diri. Ki Joon yang melihatnya tersenyum licik. 

Selesai rapat, Do Hyun keluar ruangan sembari menghela napas. Ki Joon menyusulnya dari belakang dan meminta Do Hyun untuk tidak marah atau mengambil hati atas perkataannya tadi.

Sambil merangkul pundak Do Hyun, Ki Joon bilang kalau dunia kerja memang seperti itu. Jika Do Hyun tidak bisa menerimanya, Do Hyun lah nantinya yang akan mengalami kesulitan.  Do Hyun diam saja, raut wajahnya menunjukan kalau ia merasa kesal atas sikap Ki Joon. 

Ki Joon menepuk pundak Do Hyun lalu pergi. Tapi langkahnya terhenti seperti teringat sesuatu. Ki Joon berbalik menatap Do Hyun dan membahas lokasi film terbaru mereka, "Bagaimana kalau rumah sakit Kanghan saja?. Bagaimana menurutmu?". 

Do Hyun terkejut. Ki Joon mengulum senyum melihat ekspresi terkejut Do Hyun. Ki Joon melanjutkan, ia dengar rumah sakit Kanghan terkenal karena psikiaternya. Ada satu psikiater yang terkenal, "Siapa?. Ah... Seok... Dr. Seok...."

Do Hyun terguncang mendengar Ki Joon menyebut nama Dr. Seok. Ki Joon pura-pura lupa siapa nama psikiater yang ia kenal. Pokoknya ia minta Do Hyun untuk memikirkan lokasi yang akan mereka gunakan untuk syuting film. 
Ki Joon sengaja mengatakannya untuk melihat reaksi Do Hyun. Ki Joon pergi setelah puas membuat Do Hyun terguncang. Bahkan saat membelakangi Do Hyun sekalipun, dia masih sempat melirik sinis pada Do Hyun.   

Do Hyun pergi ke kamar kecil. Do Hyun terbatuk dan memuntahkan air dari mulutnya. Kemudian Do Hyun mengambil ponsel dari balik sakunya. Ada pesan baru dari Sek. Ahn yang menanyakan keberadaan Do Hyun karena saat ini Ny. Seo sedang mencarinya.

Tiba-tiba Do Hyun merasakan sakit di kepalanya teringat perkataan Ki Joon yang membahas rumah sakit Kanghan. Ia juga ingat ucapan Se Gi yang bilang kalau hidup Do Hyun seperti di neraka. Bahwa Do Hyun tidak bisa menghadapinya dan hidup menyedihkan seperti mau mati.

Mengetahui gejala yang ia rasakan, Do Hyun berusaha menenangkan diri dan cepat-cepat meminum obatnya. Untuk mencegah kepribadian lain keluar mengambil alih waktu dan kesadarannya.

Ny. Seo menunjukan foto seorang gadis pada Do Hyun. Foto putri kedua dari Myung Sung Group, Ji Sung. Ny. Seo ingin menikahkan Do Hyun dengan Ji Sung, "Jika mereka menerima tawarannya dan mulai bergerak, kita harus melakukan hal yang sama".
"Maafkan aku, tapi aku tidak mengerti". 

"Apa kau tidak belajar lebih dulu saat ingin mengurus perusahaan?. Di masa awal bekerja, kenapa kau satu-satunya orang yang tidak mengerti?. Apa kau perlu membaca tentang pertunangan para pewaris perusahaan di koran ekonomi?". 
Do Hyun tak mengerti pertunangan dan pekerjaan memiliki hubungan satu sama lain. Ny. Seo bertanya untuk pemilihan ketua yang akan datang, apa menurut Do Hyun artinya pertunangan ini. Do Hyun merasa tidak pantas bersanding dengan gadis itu. Ny. Seo meninggikan nada suaranya.

"Bahkan jika kau tidak pantas, tapi dia orang yang pantas untuk kita. Apa kau tahu berapa saham orang tuanya Chae Yon di Seung Jin Group?. Dia (orang tua Chae Yeon) berusaha mengguncangku dengan sahamnya. Apa sekarang tepat memikirkan siapa yang pantas untuk posisi itu?".

"Seperti janjiku, aku akan berusaha sehingga kau bisa menjaga kekuatanmu. Bagaimanapun, setelah tiga bulan, aku akan kembali ke Amerika". 

Ny. Seo menanyakan alasan Do Hyun kembali ke Amerika. Do Hyun tegang, lidahnya terasa kelu dan tangannya gemetaran mendengar pertanyaan itu, menduga Ny. Seo mengetahui tentang penyakitnya.  Ny. Seo menebak apa Do Hyun mempunyai wanita lain di Amerika. Do Hyun sedikit menarik napas lega.

"Jangan memikirkannya. Hal memalukan di keluarga kita cukup menimpa ibumu saja", ucap Ny. Seo dengan nada di tekan.

Ahjuma keluarga Seung Jin minta Ny. Shin untuk berhenti minum. Ny. Shin tidak mau, apa lagi yang bisa ia lakukan di gudang wine ini selain minum, "Kenapa kau berusaha menghentikanku?". Ahjuma memohon agar Ny. Shin berhenti minum, jika Nyonya besar Seo tahu, dia pasti akan marah.

Ny. Shin tidak peduli, memangnya kenapa ia harus takut pada nenek tua itu. Ia adalah Shin Hwa Ran, jadi minggir saja minggir. Ny. Shin mendorong ahjuma menjauh dan ingin membuka botol wine lainnya. Tapi tidak jadi begitu melihat boneka beruang tergeletak di lantai. Ny. Shin menanyakan hal itu pada ahjuma. Kenapa ada boneka disini padahal tidak ada anak kecil. 

Ahjuma berpikir dan ingat orang terakhir kali yang masuk ke gudang ini adalah Do Hyun. Apa wakil direktur yang membawa boneka itu?. Ny. Shin tanya kenapa Do Hyun datang ke gudang wine, padahal putranya itu tidak minum alkohol. Ahjuma memberitahu tempo hari saat Ny. Yoon datang untuk makan siang, pada malam sebelumnya, Do Hyun ada di gudang ini.

Ahjuma ingin mengambil boneka itu, tapi Ny. Shin melarangnya dan bilang akan membersihkannya sendiri. Kemudian ia menyuruh ahjuma untuk pergi, bahkan dengan setengah memaksa dia menyuruh ahjuma pergi, ahjuma tidak mau pergi menuruti perintahnya. 

Setelah ahjuma pegi, Ny. Shin terdiam memikirkan sesuatu. Tampak kekhawatiran di wajahnya. Ny. Shin melangkah menuruni anak tangga mendekati boneka lucu itu. Kemudian ia mengambil boneka dan melihat tulisan "I'm Nana", di lantai. 

Ny. Shin terkejut, "Apa mungkin...... Do Hyun tidak mengingatnya, kan", ucap Ny. Shin dalam hati.

Do Hyun mengadahkan kepalanya merasakan telinganya yang berdengung nyaring. Sek. Ahn bertanya, "Anda baik-baik saja?". Setelah mendengar jawaban Do Hyun yang bilang bahwa dia baik-baik saja, Sek. Ahn menyerahkan artikel mengenai pekerjaan Omega. Do Hyun mengucapkan terima kasih dan meminta pada Sek. Ahn untuk mencarikan novel karya Omega. Do Hyun merasa harus membaca novel tersebut. 

Sek. Ahn menanyakan perihal Ri Jin, apa Ri Jin belum memberikan jawaban. Do Hyun tahu kalau itu adalah keputusan yang sulit bagi Ri Jin. Do Hyun berhenti bicara dan memegangi kepalanya yang pusing. Sek. Ahn menyarankan lebih baik Do Hyun pulang dan beristirahat. Do Hyun berdiri setelah sakit di kepalanya sedikit mereda, ia ingin beristirahat di ruang tunggu. 
Sebelum pergi, Do Hyun minta Sek. Ahn mengatur pertemuaannya dengan editor utama dari Omega. Do Hyun ke ruang tunggu dan beristirahat disana. Sek. Ahn menatap khawatir kondisi atasannya itu.

Ny. Shin berusaha keras membersihkan tulisan yang menempel di lantai gudang wine. Ny. berkata dalam hati, "Dia pasti tidak ingat. Do Hyun tidak pernah ingat anak itu. Kumohon!. Kumohon!. Kumohon".

Do Hyun tertidur di kursi dan tampak gelisah. Dalam tidurnya Do Hyun teringat ancaman Se Gi. Lalu wajah Ri Jin kecil, Ri Jin dewasa dan Chae Yeon muncul bergantian. Ia juga ingat ucapan Ki Joon tentang rumah sakit Kanghan. Do Hyun juga ingat saat Ny. Seo menamparnya dan tuntutan Ny. Seo yang menyuruh Do Hyun untuk melindungi Seung Jin Group bagaimana pun caranya. 

Do Hyun bermimpi masa kecilnya saat di kurung di gudang penyimpanan wine. Berbagai mainan ada disana, boneka, robot dan lego dan lainnya. Do Hyun kecil mundur ketakutan menutupi wajah, ketika melihat bayangan seseorang yang ingin memukulnya. Kemudian Do Hyun kecil merasa lega melihat orang itu sudah pergi.
 
Tiba-tiba Ri Jin dewasa muncul dan duduk di depan Do Hyun, "Aku... aku sebenarnya takut dengan api dan ruang bawah tanah. Tapi kalau aku bersamamu, aku tidak akan takut lagi".
Ri Jin tersenyum pada Do Hyun kecil. Do Hyun kecil membalas senyum Ri Jin.

Kemudian terdengar suara Ri Jin yang menanyakan nama Do Hyun. Suara Ri Jin itu membuat Do Hyun tersentak bangun dari tidurnya. Mata Do Hyun terbelakak, lalu tertutup kembali. Saat Do Hyun kembali membuka matanya, tampak kilatan hijau di matanya. Warna mata Do Hyun berubah menjadi hijau yang menandakan kehadiran kepribadian lain.

Ri Jin dalam perjalanan menuju rumah sakit. Sambil menyetir, Ri Jin menelpon Dr. Seok, ia sudah memutuskan untuk menerima tawaran belajar di Universitas John Hopkins. Ri Jin mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang Dr. Seok berikan padanya. Ri Jin menutup telpon dan bilang akan membicarakan hal lainnya di rumah sakit.

Usai menutup telpon Ri Jin tampak memikirkan sesuatu menatap ponselnya. Tak lama kemudian, Ri Jin memutuskan menelpon Do Hyun. Panggilan tersambung, tapi tidak terdengar suara Do Hyun. Ri Jin menyampaikan apa yang ingin dia katakan.

Ri Jin bilang ia sudah memikirkannya, bahkan tanpa memikirkannya pun ia merasa tawaran untuk menjadi piskiater pribadi Do Hyun sedikit berlebihan. Tujuannya hari ini menelpon untuk mengucapkan selamat tinggal, karena ia akan pergi keluar negeri dan semua itu berkat Do Hyun.

Meski pada akhirnya ia tidak bisa menjadi teman ataupun dokter untuk Do Hyun, tapi pertemuannya dengan Do Hyun bukanlah hal yang buruk. Pertemuannya dengan Do Hyun memberinya banyak pelajaran yang tidak pernah pelajari sebelumnya.

"Oh. Terima kasih sudah mau berpura-pura menjadi pacarku di rumah sakit. Berkat bantuanmu itu aku merasa senang. Ah.. dan terima kasih sudah menyelamatkanku dari kebakaran. Semoga kau sehat. Kuharap kau bertemu dengan dokter jiwa yang lebih berpengalaman".

Ri Jin sadar sedari tadi tidak mendengarkan suara Do Hyun. Ia memanggil-manggil nama Do Hyun, "Cha Do Hyun-shi. Kau dengan aku?". Karena tidak juga mendengar suara Do Hyun, Ri Jin memanggil lagi.

"Kau pun melarikan diri darinya. Pada akhirnya noona mencampakkan Do Hyun Hyung, benarkan?".

Ri Jin binggung dengan gaya bicara Do Hyun yang terdengar asing, "Kau... siapa?".

Do Hyun yang kini telah berubah menjadi kepribadian lain, tanpa rasa takut berdiri di atas atap gedung dan menjawab telpon Ri Jin, "Aku?. Ahn Yo Sub. Umurku 17 tahun. Dr. Scottfield menjulukiku kepribadian yang ingin bunuh diri".

Jawaban itu membuat Ri Jin panik dan buru-bur menepikan mobilnya. "Kepribadian yang ingin bunuh diri?".

"Benar. Kepribadian yang ingin bunuh diri. Aku cukup suka dengan julukanku",

Terdengar suara kaleng di goncang. Ri Jin bertanya suara apa itu. Yo Sub tak menjawab. Ri Jin jadi tak sabar dan setengah teriak menyuruh Yo Sub untuk menjawab, "Apa yang sedang kau lakukan?".

Yo Sub mengoncang kaleng pilox yang ia pegang dan menjawab kalau saat ini ia sedang berusaha meninggalkan pesan terakhirnya (pesan kematian), "Tidak ada gunanya hidup lagi. Aku muak di perlakukan seperti moster atau mutan. Kurasa lebih baik aku mati bersama yang lainnya".

"Tunggu..tunggu. Dengarkan aku Yo Sub".

Yo Sub yang sudah bulat pada keputusannya berkata hanya kematian yang akan membuatnya bebas. Seperti Langit yang akan menjadi kuburannya. Ri Jin semakin panik dan berusaha membujuk. Ri Jin bilang jika Yo Sub meninggalkan pesan terakhirnya, itu artinya ada sesuatu yang ingin Yo Sub katakan.

"Tolong katakan padaku. Aku akan mendengarnya. Aku akan segera kesana. Beritahu aku au ada di mana?".

"Siapa yang tahu?. Dimana aku?. Noona harus menebaknya. Jika noona berhasil menemukanku sebelum satu jam, noona bisa menghentikan kami".

Ri Jin melihat arloji di pergelangan tangannya. Pukul 3 tepat, "Satu jam", tanya Ri Jin.

"Benar. Tapi kalau noona terlambat satu detik saja... kami akan menghilang selamanya?. Kurasa sudah cukup. Aku harus menyelesaikan pesan terakhirku. Sampai jumpa".

"Tunggu.. tunggu.. jangan tutup telponnya. Tunggu", seru Ri Jin berusaha menahan, tapi percuma saja karena telpon sudah terputus.

Yo Sub berjalan diatas gambar yang ia buat. Gambar Do Hyun beserta kepribadian lain yang hidup di dalam tubuhnya. Yo Sub menggambar wajah mereka berurutan di mulai dari Do Hyun, Se Gi, Ferry Park, Nana, Yo Sub, dan Yo Na.

Yo Sub meletakan kaleng pilox yang ia gunakan untuk menggambar. Di lantai terlihat pesan terakhir yang di tulis menggunakan cat berwarna merah, "Kill Me!!". '

Yo Sub berdiri di tepi bangunan yang menghadap kejalanan dan laut.  Ia memasang headset di kepalanya. Ia mengangkat satu kaki dan merentangkan kedua tangan. Yo Sub mencodongkan tubuhnya, siap meluncur bebas di udara.


END

Komentar :
Satu kepribadian lagi muncul kali ini Ahn Yo Sub, yang mendapat julukan "Kepribadian yang ingin bunuh diri".

Se Gi pernah bilang, jika dia tidak ada maka Do Hyun sudah mati. Karena Do Hyun tidak sanggup menghadapi rasa sakit dan penderitaan. Se Gi muncul menyelamatkan Do Hyun dari bahaya dan merasakan sakit sebagai gantinya.

Tidak berbeda jauh dengan Yo Sub yang tercipta akibat dari rasa tertekan dan frustasi yang Do Hyun alami. Kita tahu, Do Hyun tidak di besarkan dalam keluarga yang hangat dan harmonis seperti Ri Jin. Sebaliknyam sejak kecil Do Hyun sudah mengalami hal yang membuat jiwanya trauma. Peristiwa kebakaran di rumah Seung Jin pasti menjadi awal mula kenapa Do Hyun sampai memiliki kepribadian ganda.

Salah satu yang membuat Do Hyun tertekan mungkin kehadiran Ki Joon dan ayahnya yang tidak menyukai Do Hyun. Di sisi lain ada Ny. Seo yang terlalu berharap lebih dari Do Hyun, tapi sebagai seorang nenek, Ny. Seok tidak mau memberikan kasih sayang pada cucunya. Hanya Ny. Shin yang menyanyangi Do Hyun, tapi kita tahu kedudukan Ny. Shin di keluarga Seung Jin.

Do Hyun memikul beban sebagai pewaris tunggal Seung Jin dan harus bersaing dengan orang yang ingin menjatuhkannya. Tekanan, beban dan berbagai masalah menjadi pemicu munculnya kepribadian Yo Sub. Jiwa Yo Sub yang masih berusia 17 tahun merasa tidak sanggup menghadapi berbagai masalah itu, hingga dia terobsesi untuk bunuh diri, yang menurutnya merupakan jalan keluar untuk menghilangkan semua penderitaan yang dia rasakan.


No comments:

Post a Comment

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)