Dibantu Sek. Ahn, Do Hyun memasukan berkas-berkas tadi ke dalam mobil untuk di periksa di rumah.
Sek. Ahn bertanya apa Do Hyun benar-benar akan memeriksa semua berkas
ini. Do Hyun tersenyum pasrah, Ki Joon menyuruhnya begitu.
Do Hyun membuka pintu mobil dan heran melihat sesuatu yang ada di jok belakang. Do Hyun bertanya apa itu. Rupanya yang di maksud Do Hyun adalah boneka beruang yang duduk manis di kursi belakang. Sek. Ahn menjelaskan itu adalah boneka beruang yang diambil dari kamar yang di sewa Se Gi saat membawa lari Ri On. Orang suruhannya yang mengambil boneka itu dari kamar.
Ri Jin duduk di meja makan. Seharusnya dia makan, tapi yang di lakukan Ri Jin saat ini adalah melamun. Tiba-tiba Ri Jin melihat wajah Do Hyun muncul di dalam mangkuk supnya. Ri Jin terkejut.
Wajah tersenyum Do Hyun berubah menjadi Se Gi.
"Apa yang kau pikirkan sehingga tidak bisa makan.....Apa mungkin kau sedang memikiranku?", Ri Jin terbelalak melihat Se Gi yang tiba-tiba duduk didepannya.
"Atau mungkin kau memikirkanku?", tanya Do Hyun yang juga duduk di depan Ri Jin.
"Cepat pilih apakah aku atau Cha Do Hyun?", tuntut Se Gi.
Se Gi dan Do Hyun menatap Ri Jin, menunggu jawabannya. Ri Jin memejamkan mata, menggelengkan kepala.
"Apa yang kau pikirkan sampai kau tidak bisa makan?", tanya ayah Oh dan Ri On heran. Orang yang sebenarnya duduk di hadapan Ri Jin.
Ri Jin menggelengkan kepala mengambalikan dirinya ke alam nyata. Ri Jin bilang ia tidak memikirkan apapun, hanya sedang tidak berselera makan saja. Ibu Ji datang membawa piring makanan lainnya. Ia heran kenapa Ri Jin tidak selera makan, Ri Jin bahkan belum makan satu suap pun.
Ayah Oh menyahut itulah sebabnya kenapa Ri Jin harus mendengarkan perkataan ibu ketika ibu menyuruh Ri Jin untuk istirahat. Kenapa Ri Jin tidak mendengarkan. Ibu Ji menyuruh ayah Oh untuk menangkap bebek (agar Ri Jin mau makan). Ri Jin bilang tidak usah.
Ayah mengajak Ri On untuk pergi memotong kayu bersamanya. Ri On yang sedang asyik mengunyah makanan jadi kesal. Kenapa ia harus bersusah payah menangkap seekor bebek dan memotong kayu bakar. Memangnya Ri Jin itu tamu yang baru datang 100 tahun sekali?. Itulah sebabnya kenapa bebek-bebek itu lari saat melihat Ri Jin... (wkwk..).
"Kau tidak mau berdiri?", bentak ibu Ji
Ayah Oh menuntun Ri Jin berdiri. Ri Jin cemberut, "Selalu saja melakukan ini padaku....". Ayah Oh dan Ri On pergi. Ri Jin kembali melamun.
Do Hyun tengah berkutat dengan boneka beruang milik Se Gi. Do Hyun ingat ucapan Sek. Ahn yang semula bingung harus membakar boneka itu atau tidak. Sek. Ahn curiga jika ada benda berbahaya di dalamnya, seperti narkoba atau barang-barang lainnya. Karena itulah Sek. Ahn mengambil dan membawanya.
Untuk memastikan, Do Hyun memeriksa boneka lucu itu. Bahkan ia menyobek bagian belakang boneka dan merogoh bagian dalamnya. Tapi tidak ada yang bisa ia temukan didalmnya. Boneka itu bersih dari hal-hal yang mencurigakan.
Selanjutnya Do Hyun memeriksa kardus besar. Di dalamnya berisi berbagai macam barang. Ada mantel hangat dan juga mainan. Do Hyun memeriksa satu per satu. Ia dibuat terkejut dengan salah satu mainan yang muncul tiba-tiba saat kotak penutupnya dibuka.
Saat melihat mantel, Do Hyun kembali teringat dengan ciuman itu. Do Hyun menyentuh dadanya yang tiba-tiba berdebar kencang. Do Hyun bingung, kenapa ia seperti ini?. Do Hyun menyakinkan dirinya kalau ini bukanlah dirinya. Tidak ada alasan kenapa jantungnya berdebar kencang.
Do Hyun menyimpan mantel itu ke lemari. Do Hyun berguman ini bukanlah cinta atau sebuah harapan, lagipula tidak ada alasan baginya untuk bertemu lagi dengan Ri Jin. Alasan kenapa ia menyimpan jaket itu karena sayang jika di buang.
Do Hyun merasa bimbang dan kembali teringat tatapan Ri Jin. Ia bisa merasakan dadanya yang kembali berdebar kencang.
Do Hyun menggeleng, "Tidak, bukan. Bukan jantungku yang berbebar", ucapnya dalam hati.
Do Hyun menutup pintu lemari. Kemudian kita melihat Do Hyun yang telah berganti pakaian dan mematut dirinya di depan cermin. Tapi kenapa pakaiannya seperti Ferry. Ternyata benar, Ferry muncul mengambil alih kesadaran Do Hyun.
Ferry menyalahkan Do Hyun yang bingung hingga tidak bisa tidur memikirkan kenapa jantungnya bergetar. Ferry ingin tahu kenapa jantung Do Hyun berdebar. Bahkan ia ingin membelah kepala untuk melihat isi di dalamnya (haha). Dengan riang Ferry menari-nari dan memuji dirinya sangat tampan.
Ri On membelah kayu (untuk menghilangkan kegalauan). Ri On berdiri tak jauh dari Ri Jin dengan memegang gitar. Ri On berkomentar hal yang terbaik untuk menghilangkan radang usus adalah dengan memotong kayu bakar. Ri On tahu Ri Jin sedang menyimpan masalah, tapi apa susahnya untuk makan makanan yang enak.
Ri Jin membelah kayu lagi, kali ini berukuran lebih besar. Mungkin karena lelah Ri Jin tidak berhasil membelah kayu. Ri On menertawakan Ri Jin dan mulai bernyanyi dengan suaranya yang parau..haha.. Ri On tanya apa ada soju di rumah. Ri On balik tanya memang kenapa. Ri Jin mengajak Ri Jin mengajak Ri On minum somek
*Somek = Soju+Mekju (bir)/ minuman campuran soju dan bir.
Ri On berkata itu tidak benar. Dari sudut pandangnya sebagai anak dari brewer master (peracik bir) tingkat dunia, minuman campuran itu (somek) tidak di perbolehkan. Bukankah ayah mereka pernah bilang Somek adalah campuran air mata tuhan dan kencing iblis. Apa Ri Jin lupa dengan nasehat ayah mereka itu.
Karena itu lah Ri Jin mengajak Ri On untuk membelinya di toko. Ri On heran kenapa Ri Jin ingin sekali minum dan kenapa Ri Jin terlibat masalah. Ia perlu tahu untuk bisa menjaga rahasia. Ri Jin tidak mau memberitahu, "Lupakan saja. Kau tidak perlu tahu. Kau pikir aku tidak tahu kau mencoba menulis novel tentang itu?".
Ri Jin menggerutu, "Aku yang bodoh mengikutinya hanya karena dia mengancamku".
Ri On yang mendengarnya bergegas mendekati Ri Jin, "Hei. Apa ini. Apa seorang pasien menjadikanmu sandera dan kabur?. Jadi bagaimana dengan pasein?. Apa dia kembali dengan selamat?".
"Aku tidak tahu. Tidak ada alasan untuk bertemu dengannya lagi", sentak Ri Jin kesal (pada dirinya sendiri).
Sebuah mobil sedan putih berhenti di depan papan nama bar Ssang Li (bar milik ayah Oh). Pengemudi mobil itu memarkirkan mobilnya dengan terburu-buru. Mobil putih itu milik Do Hyun, tapi yang mengemudikannya saat ini tentu saja Ferry Park Ahjushi.
Ferry keluar mobil sambil menggerutu. Ada apa dengan mobil ini membuatnya tidak bisa menyetir dengan baik. Ferry lalu merogok saku jasnya dan mengeluarkan sebuah kartu nama. Ferry melihat kartu nama itu sembari memanyunkan bibirnya (gaya khas Ferry). Ferry membandingkan tulisan di kartu dengan papan nama Ssang Li yang berada tepat di depannya.
Ferry tersenyum senang, benar ini tempatnya. Ferry memuji dirinya yang sangat hebat dalam menemukan tempat. Ferry lalu menciumi aroma di sekitarnya, aroma lezat ini membuat jantungnya berdebar. Ferry tertawa senang dan melangkah masuk.
Tapi, tiba-tiba Ferry tertahan sesuatu. Ferry merasakan sesuatu di kepalanya. Ferry tahu Do Hyun berusaha keluar. Tapi Ferry tidak menyerah begitu saja, ia berusaha bertahan dan melangkahkan kakinya dengan langkah berat, seperti ada batu besar di kakinya.
"Sialan. Seharusnya kau jangan begini. Waktunya terlalu singkat", ucap Ferry bicara pada Do Hyun.
Ferry memegangi kepalanya yang sakit. Ia minta Do Hyun jangan keluar sekarang, karena ia masih ingin bermain sedikit lagi. Ferry yang sudah tidak kuat lagi jatuh ke tanah dan tidak sadarkan diri.
Tak lama Do Hyun sadar dan seperti biasa dia selalu terkejut setiap kali kesadarannya kembali. Do Hyun segera bangun. Ia merasa kedinginan dan bingung sedang berada dimana saat ini.
Do Hyun melihat pakaian yang ia kenakan. Do Hyun jadi tahu siapa yang baru saja menguasai tubuhnya. Tentu saja Ferry Park. Do Hyun mengumpat. Benar-benar.
Ri Jin dan Ri On berjalan pulang dari membeli soju dari toko. Masing-masing dari mereka membawa sebotol soju berukuran besar. Ri Jin bertanya apa 2 botol ini saja cukup. Ri On bilang anggap saja begitu, setidaknya mereka bisa berkumur dengan minuman ini. Ri Jin menutupi botol yang ia bawa dengan kain, ia juga minta Ri On menyembunyikannya agar tidak di lihat ayah.
Ri On protes, bagaimana bisa ia menyembunyikan botol sebesar ini, kita seharusya membeli botol yang kecil saja. Ri Jin memukul mulut Ri On, pertanda menyuruh Ri Oh diam. Ri On menghindar, jangan pukul aku. Haha.. Ri On memang pandai jika adu mulut.
Ri On lalu terkejut menunjuk ke suatu tempat. Ri Jin bertanya ada apa dan mengikuti arah telunjuk Ri On yang menunjuk ke mobil Do Hyun yang bergoyang. Ri On penasaran apa yang di lakukan orang di dalam mobil itu. Haha...
Ri Jin juga terkejut dan membalikan badan. Mereka mengira ada orang berbuat mesum di dalam mobil itu. Ri On tertawa, "Oh Tuhan!. Mobilnya melompat-lompat. Hei. ikuti aku", Ri On mengajak Ri Jin mendekat untuk menjawab rasa penasarannya.
Ri Jin duduk di meja makan. Seharusnya dia makan, tapi yang di lakukan Ri Jin saat ini adalah melamun. Tiba-tiba Ri Jin melihat wajah Do Hyun muncul di dalam mangkuk supnya. Ri Jin terkejut.
Wajah tersenyum Do Hyun berubah menjadi Se Gi.
"Apa yang kau pikirkan sehingga tidak bisa makan.....Apa mungkin kau sedang memikiranku?", Ri Jin terbelalak melihat Se Gi yang tiba-tiba duduk didepannya.
"Atau mungkin kau memikirkanku?", tanya Do Hyun yang juga duduk di depan Ri Jin.
"Cepat pilih apakah aku atau Cha Do Hyun?", tuntut Se Gi.
Se Gi dan Do Hyun menatap Ri Jin, menunggu jawabannya. Ri Jin memejamkan mata, menggelengkan kepala.
"Apa yang kau pikirkan sampai kau tidak bisa makan?", tanya ayah Oh dan Ri On heran. Orang yang sebenarnya duduk di hadapan Ri Jin.
Ri Jin menggelengkan kepala mengambalikan dirinya ke alam nyata. Ri Jin bilang ia tidak memikirkan apapun, hanya sedang tidak berselera makan saja. Ibu Ji datang membawa piring makanan lainnya. Ia heran kenapa Ri Jin tidak selera makan, Ri Jin bahkan belum makan satu suap pun.
Ayah Oh menyahut itulah sebabnya kenapa Ri Jin harus mendengarkan perkataan ibu ketika ibu menyuruh Ri Jin untuk istirahat. Kenapa Ri Jin tidak mendengarkan. Ibu Ji menyuruh ayah Oh untuk menangkap bebek (agar Ri Jin mau makan). Ri Jin bilang tidak usah.
Ayah mengajak Ri On untuk pergi memotong kayu bersamanya. Ri On yang sedang asyik mengunyah makanan jadi kesal. Kenapa ia harus bersusah payah menangkap seekor bebek dan memotong kayu bakar. Memangnya Ri Jin itu tamu yang baru datang 100 tahun sekali?. Itulah sebabnya kenapa bebek-bebek itu lari saat melihat Ri Jin... (wkwk..).
"Kau tidak mau berdiri?", bentak ibu Ji
Ayah Oh menuntun Ri Jin berdiri. Ri Jin cemberut, "Selalu saja melakukan ini padaku....". Ayah Oh dan Ri On pergi. Ri Jin kembali melamun.
Do Hyun tengah berkutat dengan boneka beruang milik Se Gi. Do Hyun ingat ucapan Sek. Ahn yang semula bingung harus membakar boneka itu atau tidak. Sek. Ahn curiga jika ada benda berbahaya di dalamnya, seperti narkoba atau barang-barang lainnya. Karena itulah Sek. Ahn mengambil dan membawanya.
Untuk memastikan, Do Hyun memeriksa boneka lucu itu. Bahkan ia menyobek bagian belakang boneka dan merogoh bagian dalamnya. Tapi tidak ada yang bisa ia temukan didalmnya. Boneka itu bersih dari hal-hal yang mencurigakan.
Selanjutnya Do Hyun memeriksa kardus besar. Di dalamnya berisi berbagai macam barang. Ada mantel hangat dan juga mainan. Do Hyun memeriksa satu per satu. Ia dibuat terkejut dengan salah satu mainan yang muncul tiba-tiba saat kotak penutupnya dibuka.
Saat melihat mantel, Do Hyun kembali teringat dengan ciuman itu. Do Hyun menyentuh dadanya yang tiba-tiba berdebar kencang. Do Hyun bingung, kenapa ia seperti ini?. Do Hyun menyakinkan dirinya kalau ini bukanlah dirinya. Tidak ada alasan kenapa jantungnya berdebar kencang.
Do Hyun menyimpan mantel itu ke lemari. Do Hyun berguman ini bukanlah cinta atau sebuah harapan, lagipula tidak ada alasan baginya untuk bertemu lagi dengan Ri Jin. Alasan kenapa ia menyimpan jaket itu karena sayang jika di buang.
Do Hyun merasa bimbang dan kembali teringat tatapan Ri Jin. Ia bisa merasakan dadanya yang kembali berdebar kencang.
Do Hyun menggeleng, "Tidak, bukan. Bukan jantungku yang berbebar", ucapnya dalam hati.
Do Hyun menutup pintu lemari. Kemudian kita melihat Do Hyun yang telah berganti pakaian dan mematut dirinya di depan cermin. Tapi kenapa pakaiannya seperti Ferry. Ternyata benar, Ferry muncul mengambil alih kesadaran Do Hyun.
Ferry menyalahkan Do Hyun yang bingung hingga tidak bisa tidur memikirkan kenapa jantungnya bergetar. Ferry ingin tahu kenapa jantung Do Hyun berdebar. Bahkan ia ingin membelah kepala untuk melihat isi di dalamnya (haha). Dengan riang Ferry menari-nari dan memuji dirinya sangat tampan.
Ri On membelah kayu (untuk menghilangkan kegalauan). Ri On berdiri tak jauh dari Ri Jin dengan memegang gitar. Ri On berkomentar hal yang terbaik untuk menghilangkan radang usus adalah dengan memotong kayu bakar. Ri On tahu Ri Jin sedang menyimpan masalah, tapi apa susahnya untuk makan makanan yang enak.
Ri Jin membelah kayu lagi, kali ini berukuran lebih besar. Mungkin karena lelah Ri Jin tidak berhasil membelah kayu. Ri On menertawakan Ri Jin dan mulai bernyanyi dengan suaranya yang parau..haha.. Ri On tanya apa ada soju di rumah. Ri On balik tanya memang kenapa. Ri Jin mengajak Ri Jin mengajak Ri On minum somek
*Somek = Soju+Mekju (bir)/ minuman campuran soju dan bir.
Ri On berkata itu tidak benar. Dari sudut pandangnya sebagai anak dari brewer master (peracik bir) tingkat dunia, minuman campuran itu (somek) tidak di perbolehkan. Bukankah ayah mereka pernah bilang Somek adalah campuran air mata tuhan dan kencing iblis. Apa Ri Jin lupa dengan nasehat ayah mereka itu.
Karena itu lah Ri Jin mengajak Ri On untuk membelinya di toko. Ri On heran kenapa Ri Jin ingin sekali minum dan kenapa Ri Jin terlibat masalah. Ia perlu tahu untuk bisa menjaga rahasia. Ri Jin tidak mau memberitahu, "Lupakan saja. Kau tidak perlu tahu. Kau pikir aku tidak tahu kau mencoba menulis novel tentang itu?".
Ri Jin menggerutu, "Aku yang bodoh mengikutinya hanya karena dia mengancamku".
Ri On yang mendengarnya bergegas mendekati Ri Jin, "Hei. Apa ini. Apa seorang pasien menjadikanmu sandera dan kabur?. Jadi bagaimana dengan pasein?. Apa dia kembali dengan selamat?".
"Aku tidak tahu. Tidak ada alasan untuk bertemu dengannya lagi", sentak Ri Jin kesal (pada dirinya sendiri).
Sebuah mobil sedan putih berhenti di depan papan nama bar Ssang Li (bar milik ayah Oh). Pengemudi mobil itu memarkirkan mobilnya dengan terburu-buru. Mobil putih itu milik Do Hyun, tapi yang mengemudikannya saat ini tentu saja Ferry Park Ahjushi.
Ferry keluar mobil sambil menggerutu. Ada apa dengan mobil ini membuatnya tidak bisa menyetir dengan baik. Ferry lalu merogok saku jasnya dan mengeluarkan sebuah kartu nama. Ferry melihat kartu nama itu sembari memanyunkan bibirnya (gaya khas Ferry). Ferry membandingkan tulisan di kartu dengan papan nama Ssang Li yang berada tepat di depannya.
Ferry tersenyum senang, benar ini tempatnya. Ferry memuji dirinya yang sangat hebat dalam menemukan tempat. Ferry lalu menciumi aroma di sekitarnya, aroma lezat ini membuat jantungnya berdebar. Ferry tertawa senang dan melangkah masuk.
Tapi, tiba-tiba Ferry tertahan sesuatu. Ferry merasakan sesuatu di kepalanya. Ferry tahu Do Hyun berusaha keluar. Tapi Ferry tidak menyerah begitu saja, ia berusaha bertahan dan melangkahkan kakinya dengan langkah berat, seperti ada batu besar di kakinya.
"Sialan. Seharusnya kau jangan begini. Waktunya terlalu singkat", ucap Ferry bicara pada Do Hyun.
Ferry memegangi kepalanya yang sakit. Ia minta Do Hyun jangan keluar sekarang, karena ia masih ingin bermain sedikit lagi. Ferry yang sudah tidak kuat lagi jatuh ke tanah dan tidak sadarkan diri.
Tak lama Do Hyun sadar dan seperti biasa dia selalu terkejut setiap kali kesadarannya kembali. Do Hyun segera bangun. Ia merasa kedinginan dan bingung sedang berada dimana saat ini.
Do Hyun melihat pakaian yang ia kenakan. Do Hyun jadi tahu siapa yang baru saja menguasai tubuhnya. Tentu saja Ferry Park. Do Hyun mengumpat. Benar-benar.
Ri Jin dan Ri On berjalan pulang dari membeli soju dari toko. Masing-masing dari mereka membawa sebotol soju berukuran besar. Ri Jin bertanya apa 2 botol ini saja cukup. Ri On bilang anggap saja begitu, setidaknya mereka bisa berkumur dengan minuman ini. Ri Jin menutupi botol yang ia bawa dengan kain, ia juga minta Ri On menyembunyikannya agar tidak di lihat ayah.
Ri On protes, bagaimana bisa ia menyembunyikan botol sebesar ini, kita seharusya membeli botol yang kecil saja. Ri Jin memukul mulut Ri On, pertanda menyuruh Ri Oh diam. Ri On menghindar, jangan pukul aku. Haha.. Ri On memang pandai jika adu mulut.
Ri On lalu terkejut menunjuk ke suatu tempat. Ri Jin bertanya ada apa dan mengikuti arah telunjuk Ri On yang menunjuk ke mobil Do Hyun yang bergoyang. Ri On penasaran apa yang di lakukan orang di dalam mobil itu. Haha...
Ri Jin juga terkejut dan membalikan badan. Mereka mengira ada orang berbuat mesum di dalam mobil itu. Ri On tertawa, "Oh Tuhan!. Mobilnya melompat-lompat. Hei. ikuti aku", Ri On mengajak Ri Jin mendekat untuk menjawab rasa penasarannya.
"Hei. Kau gila. Hei!", seru Ri Jin tapi tetap saja mengikuti Ri On.
Sembari tertawa-tawa dan membungkukan badan, Ri On mendekati mobil untuk melihat apa yang di lakukan orang di dalam sana. Ri Jin mengikuti di belakang. Perlahan mereka mengintip melalui kaca jendela dan melihat Do Hyun yang sedang berganti celana.
Do Hyun yang tahu sedang di intip dengan spontan menutupi wajahnya. Ri On merasa mengenali wajah Do Hyun dan memukul-mukul kaca jendela mobil.
Do Hyun membuka kaca mobil dan terkejut melihat Ri Jin, saking terkejutnya sampai mundur kebelakang.
Ri Jin pun tak kalah terkejut melihat Do Hyun, "Apa yang sedang kau lakukan disini?".
"Ferry Park", seru Ri On mengenali Do Hyun, "Kau Ferry Park, kan?".
Do Hyun hanya bisa melongo. LOL...
Do Hyun kini berkumpul bersama keluarga Ri Jin. Ayah, ibu dan Ri On tertawa mendengar cerita dari Ri On. Cerita di depan tadi saat Do Hyun berganti celana..haha. Ayah Oh bilang jika Do Hyun datang seharusnya Do Hyun masuk saja, kenapa malah mengganti celana,
"Apa kau....orang mesum?". Ibu menegur ayah, tidak baik bersikap tidak sopan pada seorang tamu.
Do Hyun yang tahu sedang di intip dengan spontan menutupi wajahnya. Ri On merasa mengenali wajah Do Hyun dan memukul-mukul kaca jendela mobil.
Do Hyun membuka kaca mobil dan terkejut melihat Ri Jin, saking terkejutnya sampai mundur kebelakang.
Ri Jin pun tak kalah terkejut melihat Do Hyun, "Apa yang sedang kau lakukan disini?".
"Ferry Park", seru Ri On mengenali Do Hyun, "Kau Ferry Park, kan?".
Do Hyun hanya bisa melongo. LOL...
Do Hyun kini berkumpul bersama keluarga Ri Jin. Ayah, ibu dan Ri On tertawa mendengar cerita dari Ri On. Cerita di depan tadi saat Do Hyun berganti celana..haha. Ayah Oh bilang jika Do Hyun datang seharusnya Do Hyun masuk saja, kenapa malah mengganti celana,
"Apa kau....orang mesum?". Ibu menegur ayah, tidak baik bersikap tidak sopan pada seorang tamu.
Ri On lalu mengenalkan Ri Jin pada Do Hyun, adik perempuan yang menjambak rambutnya saat di bandara. Do Hyun ingat dan berlagak tidak mengenali Ri Jin. Dengan sopan Do Hyun memberi salam. Dengan canggung Ri Jin membalas salam Do Hyun.
Ri Jin ingin tahu bagaimana bisa Ri On mengenal Ferry Park?. Ri On bilang ia mengenal saat mereka duduk bersebelahan di dalam pesawat. Ia menyadari kharisma Ferry yang bertolak belakang. Do Hyun tidak ingat apa yang ia lakukan di dalam pesawat.
(Dari kliping koran yang Ri On kumpulkan, dia pasti tahu siapa sebenarnya Ferry. Ri On pasti tahu kalau Ferry adalah Do Hyun. Hanya saja Ri On berpura-pura tidak mengetahuinya dan mengenalkan Do Hyun pada orang tuanya sebagai Ferry Park).
Flashback. Ri On menceritakan saat pertama kali Do Hyun masuk ke dalam pesawat. Kala itu Do Hyun masuk dengan gaya cool dan memakai kaca mata hitam. Yang dilihat Do Hyun saat itu adalah Se Gi. Se Gi duduk dan menaikan kaki ke atas. Ri On menirunya.
Ri On : Saat dia duduk dan mengambil ponselnya. Aku penasaran apakan dia mengucapkan salam perpisahan pada kekasihnya, atau pada orang dia kasihi, keluarganya atau mungkin ibunya?. Tapi tenyata bukan. Sama sekali bukan.
Flashback. Ri On melihat Se Gi mengeluarkan ponsel dan merekam pesan untuk Do Hyun. Ri Jin memperhatikan dari tempat duduknya dengan seksama. Tanpa sadar Ri On tersenyum kecil melihat Se Gi yang narsis. Tepat saat itu Se Gi menoleh padanya.
"Apa yang kau lihat?".
Flashback end.
Ri On menilai pesan yang di kiriman Do Hyun untuk dirinya sendiri sangatlah narsis. Mulai saat itu Ri On berpikir merekam pesan video untuk dirinya sendiri saat hatinya mulai melemah (sebagai penyemangat).
Ri On mencoba meniru apa yang di lakukan Se Gi. Dia membuat wajahnya tampak cool, tapi jadinya malah aneh, "Apa kau sedang melihat Oh Ri On?. Apa kau sedang mendengar Oh Ri On?".
Ri On mencoba meniru apa yang di lakukan Se Gi. Dia membuat wajahnya tampak cool, tapi jadinya malah aneh, "Apa kau sedang melihat Oh Ri On?. Apa kau sedang mendengar Oh Ri On?".
Ayah Oh tanya bagaimana bisa Ri On dekat dengan orang yang menakutkan seperti Ferry dan memberi Ferry kartu nama. Karena Ayah Oh menanyakan hal penting itu, maka Ri On akan menceritakannya.
Ri On bilang setelah Ferry merekam video narsis itu, Ferry tertidur sembari menyilangkan tangan. Jadi Ri On minum segelas red wine dan tertidur, tapi.....
Flachback. Se Gi yang kini berubah menjadi Ferry, mengulurkan tangannya, bergerak perlahan-lahan seperti maling yang ingin mengambil botol red wine milik Ri On. Ferry berhasil mengapai botol itu dan hendak meminumnya. Belum sempat Ferry meminumnya, Ri On keburu bangun dan kaget setengah mati.
Ferry tersenyum dengan gaya lucunya dan meminta maaf. Ferry bertanya dimana Ri On membeli wine ini. Ia sudah mencarinya dimana-mana tapi tidak menemukannya di toko manapun. Ri On terpaku melihat perubahan sikap Ferry yang sebelumnya cool kini menjadi gokil.
"Ah... saat ini aku membutuhkan minuman, jadi bisakah kau minum denganku?. Boleh tidak?", tanya Ferry dengan logat kentalnya.
Flashback end.
Ri On bilang ia terkejut melihat perubahan Ferry yang awalnya cool menjadi humoris. Yang lebih mengejutkan lagi adalah lelucon Ferry. Mulai saat itu ia dan Ferry berteman. Do Hyun menunduk malu mendengarkan cerita Ri On.
Flashback. Ferry pindah duduk ke samping Ri On dan bersulang dengan gelas wine mereka. Ferry menunjukan gaya mencampur minuman cocktail tanpa menggunakan shaker (alat pencampur minuman). Dengan tangannya, Ferry membolak-balik gelas. Setelah itu ia membuang tisu yang basah jendela dan menempel di kabin atas. Flashback end.
Ayah Oh menyebut Ferry memiliki satu selera dengannya. Ibu Ji bertanya kenapa sekarang Ferry tidak bicara menggunakan logat kentalnya. Do Hyun terkejut, dan dengan terbata ia berkata sudah memperbaiki gaya bicaranya.
Ayah Oh menyebut Ferry memiliki satu selera dengannya. Ibu Ji bertanya kenapa sekarang Ferry tidak bicara menggunakan logat kentalnya. Do Hyun terkejut, dan dengan terbata ia berkata sudah memperbaiki gaya bicaranya.
Ri On bilang hari itu ia memberikan kartu namanya pada Ferry. Jika datang ke Korea, Ri On minta Ferry menyempatkan diri mencicipi segelas bir yang di buat oleh peracik minuman terbaik di dunia, yaitu ayah Oh.
Ayah Oh senang mendengarnya. Ri On dan ayah Oh melakukan tos ala Ayah dan Ri On. Karena Ferry sudah di sini, ayah berniat menjamu tamu istimewa mereka dengan mentaktir Ferry minum.
Ri On mengamati reaksi Do Hyun dengan serius, mimik wajahnya beda dengan wajah konyolnya barusan.
Ri On mengamati reaksi Do Hyun dengan serius, mimik wajahnya beda dengan wajah konyolnya barusan.
Ri Jin mengajak Do Hyun ikut dengan alasan ingin menunjukan ruang bawah tanah. Do Hyun langsung menyetujuinya, ia tahu Ri Jin bermaksud mengajaknya bicara. Tapi ayah melarang. Seorang tamu lebih baik duduk manis saja. Ia menyuruh Ri Jin cepat pergi dan minta Ferry kembali duduk. Mereka berdua tidak bisa membantah lagi.
Ri On mengucapkan selamat datang pada Do Hyun dan mengajaknya bersulang. Do Hyun bilang ia tidak bisa minum bir. Ada pesan masuk ke ponsel Ri On. Pesan dari editor yang menanyakan konsep novel yang di tulis Ri On.
Pada Do Hyun yang ia panggil Ferry, Ri On pamit pergi sebentar untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan. Dan akan segera kembali jika sudah selesai.
Do Hyun ikut berdiri mungkin hendak mengikuti Ri On, tapi ayah menyuruhnya kembali duduk. Ayah bertanya, "Tadi kau bilang namamu Ferry?". Do Hyun bingung mau menjawab apa. Ayah bertanya lagi apa Do Hyun orang Korea yang menetap tinggal di luar negeri.
Do Hyun menggeleng dan bilang kalau dulu ia tinggal di Amerika untuk sekolah saat masih muda. Ibu Ji menilai pasti sulit hidup di luar negeri sendirian, apa sekarang Do Hyun memutuskan untuk kembali ke Korea. Do Hyun membenarkan, pada awalnya ia memang berpikiran untuk menatap di Korea.
Do Hyun minta pada orang tua Ri Jin untuk bicara dengan menggunakan bahasa non formal (Do Hyun merasa tidak nyaman bicara dengan bahasa formal padanya, padahal ia lebih muda).
"Ah, iya. ya". jawab Do Hyun mengiyakan.
Ponsel Do Hyun berdenting. Do Hyun minta ijin sebentar untuk membaca isi sms. Ri Jin yang mengirimkan pesan, menyuruh Do Hyun untuk keluar dengan alasan pergi ke kamar kecil.
Belum sempat Do Hyun meminta ijin, ayah Oh sudah lebih dulu menebaknya. Bahwa Ri Jin menyuruh Do Hyun untuk keluar dengan alasan pergi ke kamar kecil. Do Hyun kaget karena dugaan ayah tepat sekali.
Kaget Do Hyun berubah menjadi senyuman ketika ayah Oh mempersilahkannya untuk pergi. Tapi dengan syarat Do Hyun harus meninggalkan ponselnya. Do Hyun binggung. Ayah Oh mengambil ponsel itu dari tangan Do Hyun dan menyuruhnya cepat pergi. Do Hyun menurut saja, tersenyum sopan lalu turun kebawah tanpa protes.
Kaget Do Hyun berubah menjadi senyuman ketika ayah Oh mempersilahkannya untuk pergi. Tapi dengan syarat Do Hyun harus meninggalkan ponselnya. Do Hyun binggung. Ayah Oh mengambil ponsel itu dari tangan Do Hyun dan menyuruhnya cepat pergi. Do Hyun menurut saja, tersenyum sopan lalu turun kebawah tanpa protes.
Do Hyun keluar rumah dan celingukan mencari Ri Jin. Do Hyun bermaksud memanggil nama Ri Jin, tapi Ri Jin tiba-tiba muncul di belakangnya dan mendorong Do Hyun masuk ke ruang bawah tanah. Do Hyun yang bingung menatap Ri Jin.
Ri Jin tampak canggung saat bertemu pandang dengan Do Hyun. Ri Jin mengambil kayu bakar dan menganjal pintu dengan kayu itu. Kemudian dia menutup pintu, tapi posisi pintu tidak tertutup sepenuhnya, karena terhalang kayu bakar.
Do Hyun dan Ri Jin kembali bertatapan. Ri Jin bersikap sok acuh dan turun ke bawah. Ia minta Do Hyun jangan salah paham. Alasan Ri Jin membawa Do Hyun kesini, karena hanya di tempat ini lah mereka bebas bicara tanpa ada yang mengganggu.
Do Hyun tidak turun kebawah dan duduk di salah satu anak tangga. Ri Jin bilang sepertinya Ri On telah bertemu dengan kepribadian lain dari Do Hyun.. Ri Jin lega karena kakaknya itu tidak tahu kalau Do Hyun menderita D.I.D, jadi Do Hyun bisa tenang. (Siapa bilang, Ri On mah tahu kelesss....).
Do Hyun membenarkan. Kemudian mereka terdiam beberapa saat. Ri Jin
Ri Jin tidak tahan untuk tidak bertanya, "Tapi, apa benar kau datang untuk bertemu dengan oppaku?. Atau, mungkin kau datang untuk melihatku...", Ri Jin tersenyum ge'er menyapihkan sedikit rambutnya.
"Tidak. Ferry yang datang, bukan aku", jawab Do Hyun cepat, "Aku bahkan tidak tahu tepat tinggalmu".
Ri Jin jadi kesal, "Apa kau melakukan semuanya atas kemauanmu sendiri?. Apa kau tidak merasa bersalah?. Apapun itu, lupakan!. Aku sudah selesai bicara. Ada yang ingin kau katakan?".
Do Hyun menghela napas, lalu berdiri untuk mengambil kayu yang menganjal pintu. Terdengar suara pintu yang tertutup sepenuhnya.
Ri Jin terbelalak kaget, "Apa yang sedang kau lakukan?".
Ri Jin terbelalak kaget, "Apa yang sedang kau lakukan?".
Dengan polosnya Do Hyun meminta Ri Jin jangan salah paham dan janji tidak akan berbuat macam-macam, "Aku hanya ingin bertanya tentang apa yang Se Gi katakan".
"Bukan itu!", Ri Jin berteriak, "Pintunya rusak, jadi hanya bisa di buka dari luar!".
Do Hyun syok, menjatuhkan kayu bakar di tangangnya. Do Hyun berusaha membuka pintu dari dalam, tapi tidak bisa. Ri Jin meminta Do Hyun meminjamkan ponselnya. Ia akan menelpon Ri On dan meminta kakaknya itu untuk membuka pintu dari luar. Do Hyun yang bingung memegang kepalanya frustasi, karena ponselnya saat ini di sita ayah Ri Jin.
Ibu Ji tanya kenapa ayah mengambil ponsel Ferry (Do Hyun). Ayah bilang ia berencana memberi Ferry alkohol karena sepertinya putri mereka tertarik pada Ferry. Ayah ingin tahu orang seperti apa Ferry itu, apakah dia bisa diandalkan, jahat atau kurang ajar.
Ibu penasaran bagaimana ayah tahu kalau Ri Jin tertarik pada Ferry. Ayah bilang setiap kali tentu saja ia tahu karena saat ayah menyuruh Ri Jin keluar. Ri Jin menatap Ferry dan memintanya untuk keluar. Ayah bisa tahu hanya dengan melihatnya.
Ibu juga tampaknya menyukai Ferry, ia menilai Ferry terlihat polos tidak seperti anak-anak zaman sekarang. Dia juga bijaksana, sopan dan murah senyum. Pastilah Ferry belajar tata krama dengan baik. Ayah mengangguk setuju mendengar pendapat ibu.
Ny. Shin masuk kerumah dan heran melihat ruang tengah yang gelap gulita. Ny. Shin memanggil pelayan sembari mencari saklar lampu. Begitu lampu menyala, Ny. Shin terkejut melihat sesuatu.
Ternyata ada Ny. Seo yang duduk di dalam gelap sedari tadi. Ny. Shin heran kenapa Ny. Seo duduk di sini, mengagetkan saja.
Ternyata ada Ny. Seo yang duduk di dalam gelap sedari tadi. Ny. Shin heran kenapa Ny. Seo duduk di sini, mengagetkan saja.
"Apa kau berada di Yangpyeong selama ini", tanya Ny. Seo.
Ny. Shin tidak mengerti apa maksudnya Yangpyeong. Ny. Seo bilang jika Ny. Shin ingin berbodohi orang cobalah membohongi hantu. Apa Ny. Shin pikir dia tidak tahu kalau Ny. Shin mengunjungi Joon Pyo.
Ny. Shin mengerti maksud Ny. Seo lalu duduk. Ny. Shin pikir Ny. Seo tidak mengetahuinya karena hanya duduk diam dan tidak melakukan apapun. Karena sebelumnya, setiap kali ia berhasil menemukan keberadaan Joon Pyo, dengan cepat Ny. Seo memindahkan Joon Pyo ketempat lain. Bahkan hal itu sudah terjadi sebanyak dua belas kali.
"Karena kau dulu kekasih anakku. Karena faktanya kau melahrikan anak dari anakku. Membosankan sekali kalau bermain terlalu lama. Karena kau sudah cukup lama bermain-main, maka aku hentikan".
Ny. Shin ingin tahu kenapa tiba-tiba Ny. Seo menjadi sangat pemaaf. Apa karena Ny. Seo mengerti situasinya sekarang?. Apa Ny. Seo takut dengan ancamannya kemarin?.
Ny. Seo menoleh tajam. Ny. Shin tersenyum, merasa di atas angin, "Jangan khawatir. Sulit berada di situasi yang menguntungkan. Aku takkan menyia-nyiakannya. Jika ibu bekerja sama dengan Do Hyun....".
Ny. Seo memotong, "Kau pikir rahasia di tanganmu itu seperti sayap yang akan membuat anakmu terbang. Tapi kau salah. Itu adalah sesuatu yang akan memotong tenggorokan anakmu, sebuah pisau".
"Apa maksudnya sebuah pisau?".
"Jika kau ingin melindungi anakmu hiduplah dengan tenang. Jika kau membongkar rahasia tanpa tahu apa akibatnya, kau hanya akan menjadi ibu bodoh yang menusukkan pisau di punggung anaknya", ujar Ny. Seo tajam lalu berdiri.
Ny. Shin ikut berdiri, minta penjelasan apa maksdunya menusukkan pisau di punggung Do Hyun?. Tolong katakan dengan jelas agar ia bisa mengerti.
"Aku hanya akan mengatakannya jika kau bisa mengerti, apakah mungkin bagimu untuk mengerti. Apa kau takut?. Aku?. Coba bukalah. Kibarkan mulutmu seperti keinginanmu. Satu-satunya orang yang akau terluka adalah anakmu".
Wajah Ny. Shin menegang. Ny. Seo berlalu pergi menunju kamarnya. Ny. Shin memanggil, "Ibu!. Kenapa ibu pergi padahal kita belum selesai bicara". Ny. Seo tak peduli dan masuk kamar.
Di dalam kamar, Ny. Seo menatap lukisan suaminya, Cha Geon Hoo yang tertempel di dinding. Lalu kejadian yang terjadi di masa lalu terbayang kembali. Di mulai dari peristiwa kecelakaan yang menewaskan suami dan juga menantunya, Min Seo Yoon.
Lalu pesta pengangkatan Cha Joon Pyo sebagai Presdir penerus Seung Jin Group. Dan peristiwa kebakaran misterius yang terjadi di rumah mewah keluarga Seung Jin.
Ny. Yoon bertanya pada suaminya, ada berapa banyak rahasia besar yang dimilik keluarga Seung Jin. Tuan Young Pyo menyahut bukankah Shin Hwa Ran, ibu Do Hyun adalah rahasia terbesar di dalam keluarga itu. Ny. Yoon menyahut itulah masalahnya, karena ibu Do Hyun mengetahui rahasia besar lainnya yang mereka tidak tahu, dia bahkan berani mengancam ibu.
Ny. Yoon mengulangi perkataan Ny. Shin, "Aku tahu rahasia mengerikan Seung Jin. Jika ku buka mulutku makan Seung Jin akan hancur. Min Seon Yoon mati mungkin setelah kehabisan darah".
Melihat wajah Ny. Seo yang memucat seperti kertas saat itu, Ny. Yoon menilai ucapan Ny. Shin bukanlah ucapan omong kosong. Ny. Yoon bertanya apa suaminya mengetahui sesuatu?.
Tuan Young Pyo tersenyum tipis menanggapi rasa penasaran istrinya dan bilang sempat ada rumor aneh yang menyebar, "Kau ingat bagaimana ayah dan Joon Tae mengakhiri hubungan mereka sebagai ayah dan anak?".
"Tentu saja aku ingat. Ibunya meninggalkan rumah, dan karena itu Min Seon Yoon pergi ke Amerika. Dia (Joon Tae) punya hak untuk marah. Ayah lebih menghargai menantunya dari pada putra sulungnya (Joon Pyo). Mendorong jauh-jauh putranya dan menjadikan menantunya sebagai CEO. Itu bukanlah keputusan yang rasional".
Scene kemudian memperlihatkan Ny. Seo yang sedang memandang sebuah foto pria muda. Ny. Seo tersenyum kecil dan juga tampak sedih memandang foto pria itu. Mungkin kah pria di dalam foto itu bernama Joon Tae?.
Tuan Young Pyo bilang, Min Seo Yoon sangat berarti bagi Joon Pyo. Sebagai wanita Min Seo Yoon unggul dalam segala hal, kemampuan, penampilan, pandai berbisnis dan memberikan distribusi bagi perusahaan.
Tapi tetap saja Ny. Yoon menilai tindakan kakek Do Hyun tetap tidak bisa di benarkan. Bagaimana mungkin dalam keluarga yang tidak punya anak lagi, Cha Geon Hoo mengambil kembali menantunya. Bahkan Cha Geon Hoo pergi ke Amerika untuk mencari menantunya.
"Ngomong-ngomong, saat Min Seo Yoon kembali ada rumor yang menyebar. Rumor bahwa Min Seon Yoon memiliki seorang anak".
"Maksudmu, dia punya anak selain Do Hyun?", tanya Ny. Yoon. (Ny. Yoon selalu menyebut Do Hyun sebagai anak Min Seo Yoon, meski dia tahu siapa ibu kandung Do Hyun).
"Anak itu, apa kau pikir dia keturunan Joon Pyo?".
"Anak itu adalah anak dari selingkuhannya?".
Tuan Young Pyo bilang itu hanya rumor jadi sulit untuk memastikan kebenarannya. Di tambah tidak ada yang pernah melihat anak itu. Ny. Yoon menyebut itu berarti rumor tanpa bukti. Tuan Joon Pyo berkata meski tidak ada bukti, rumor itu tidaklah bisa disebut sebagai rumor tidak berdasar.
"Setelah peristiwa kebakakan di rumah itu mereka mengganti semua pekerja di rumahnya. Saat itu ayah mencoba menyembunyikan sesuatu".
"Menyembunyikan...... anak itu?", tebak Ny. Yoon.
"Kita tidak tahu apakah anak itu benar-benar ada. Apakah dia perempuan atau laki-laki. Tapi, jika, anak itu yang disembunyikan, tiba-tiba menghilang...".
Scene beralih memperlihatkan Ri On yang sedang mengetik konsep novel yang ia buat. Usai mengetik ia lalu mengirimkannya ke editor. Ri On meraih ponselnya, mengkonfirmasi kalau ia baru saja mengirimkan konsep novel melalui email.
Ri On juga memberitahu akan mulai menulis lagi novel (panjang) berseri yang sempat ia hentikan, "Yah. Aku menyerah karena tidak mempelajari apapun penyelidikanku di Amerika. Sepertinya kali ini dewi keberuntungan berpihak padaku".
Usai menelpon, Ri On membuka lemari rahasianya yang berisi kumpulan kliping koran keluarga Seung Jin, lengkap dengan silsilah keluarga. Di samping foto Do Hyun ada keterang mengenai penyakit mental yang Do Hyun derita. Sejak awal Ri On memang sudah tahu penyakit Do Hyun, tapi bersikap sebaliknya.
Do Hyun berusaha membuka pintu dengan mencungkilnya menggunakan besi. Tapi tetap tidak berhasil. Sementara itu, Ri Jin memilih untuk minum bir hasil racikan ayahnya. Entah berapa banyak gelas yang sudah dia minum.
Ri Jin menyuruh Do Hyun berhenti berusaha keras. Ri Jin yakin, saat keluarganya sadar kalau ia dan Do Hyun menghilang, mereka pasti akan datang dan menemukan kita. Akhirnya Do Hyun menyerah, mengambil rak botol bir kosong dan duduk di depan Ri Jin.
Do Hyun heran Ri Jin memanggilnya dengan sebutan tuan Cha. Ri Jin ingat pesan Se Gi yang memintanya untuk tidak lagi menyebut nama Do Hyun. Jadi biar adil, Ri Jin memutuskan untuk memberi nama masing-masing pada mereka berdua.
"Tuan Cha yang baik dan Tuan Shin yang kasar. Sekarang kau tuan Shin, benar, kan?", Ri Jin menunjuk Do Hyun.
Do Hyun menurunkan tangan Ri Jin yang menunjuknya, "Aku Tuan Cha', ucap Do Hyun dengan mimik tidak suka. Cemburu?.
Ri Jin ingat, oh iya. Tuan Cha. Ri Jin yang mulai mabuk menundukkan kepala meminta maaf karena lupa siapa yang ada di depannya. Do Hyun menyuruh Ri Jin berhenti minum, ia ingin menyingkirkan gelas Ri Jin. Ri Jin yang tak mau berhenti minum mengambil kembali gelas itu.
Ri Jin mengaku sebenarnya alasan kenapa ia ingin minum karena merasa takut. Meski ia tidak mengidap klastropobia atau agropobia, serta tidak punya fobia apapun tentang cinta dan keluhan, tapi api dan ruang bawah tanah, "Aku hanya sediiiiikit takut".
* Agoraphobia : Merasa takut berada ditempat ramai/berada di kerumunan orang
* Klastropobia : Takut berada di tempat yang sempit dan gelap
"Sama sepertiku", batin Do Hyun
"Jadi sejak aku kecil, ayahku akan mengajakku keruang bawah tanah. Ayah bilang kau harus menghadapinya. Ayah bilang kalau aku turun ke bawah sini dan mencium aroma pohon, aku akan tahu bahwa ruang bawah tanah tidaklah menyeramkan. Jadi, aku mengajak oppaku untuk menemaniku."
Tapi!, Dia juga takut", Ri Jin tertawa, Do Hyun ikut tersenyum. Kembar memang kembar (mirip)", Ri Jin bertepuk tangan dan badannya condong kebelakang. Ri Jin terjerembab ke belakang, untungnya Ri Jin jatuh diatas karung ragi.
Tapi!, Dia juga takut", Ri Jin tertawa, Do Hyun ikut tersenyum. Kembar memang kembar (mirip)", Ri Jin bertepuk tangan dan badannya condong kebelakang. Ri Jin terjerembab ke belakang, untungnya Ri Jin jatuh diatas karung ragi.
Do Hyun segera membangunkan Ri Jin dan menanyakan keadaannya, "Apa kau baik-baik saja".
Wajah mereka cukup dekat dan mereka saling berpandangan. Melihat tatapan Ri Jin jantung Do Hyun kembali berdetak kencang, Do Hyun menyangkal dalam hati, "Ini bukan aku. Tidak mungkin debaran jantung ini milikku".
Ri Jin menggelengkan kepala merasakan jantungnya yang berdebar. Dalam hatinya Ri Jin bertanya untuk siapa kali ini jantungnya berdebar. Dan dalam hatinya, Ri Jin curiga mungkinkah Do Hyun berubah?.
"Apa mungkin kau.. Shin Se Gi?".
Do Hyun tampak tidak suka lagi-lagi Ri Jin mengiranya Se Gi. Ia memegang kedua pundak Ri Jin dengan erat, "Oh Ri Jin-shi, apakah kau masih binggung antara kau dan Se Gi?. Haruskah aku melakukannya agar tidak membingungkan kita?".
Do Hyun memandang Ri Jin lebih dalam, lalu pandangannya beralih pada bibir Ri Jin. Perlahan Do Hyun mendekatkan wajahnya, bergerak ingin mencium. Ri Jin menutup matanya.
END
Komentar :
Semakin ribet saja silsilah keluarga Do Hyun. Joon Tae itu siapa dia?. Apakah dia Paman Do Hyun yang lain?. Lalu siapa anak Min Seon Yoon yang disembunyikan itu?. Sejauh ini semua petunjuk mengarah pada Ri On. Bisa jadi Ri On bukanlah kembaran Ri Jin. Mungkin dia anak yang di adposi ibu dan ayah Oh. Jika itu benar, Ri On dan Do Hyun menjadi saudara. Tapi tidak ada hubungan darah.
Kemunculan Ferry selalu saja mengundang tawa. Kocak benar kelakuan ahjushi ini. Semua itu tak lepas dari akting Ji Sung yang top banget. Daebak. Ji Sung memang aktor senior yang serba bisa memerankan apa saja.
Saat Ji Sung berperan memerankan Do Hyun, Se Gi atau Ferry Park, aura yang keluar tampak berbeda. Dari tatapan mata, mimik wajah dan gaya bicara juga berbeda. Sehingga kita yang melihatnya, dibuat percaya ada kepribadian lain yang hidup di dalam tubuh Do Hyun.
arggghhh ko ending nya gitu sihh .. jadi apa engga tuh kisse nya .. hehehe
ReplyDeleteahhh ga sabar mba Nury lanjutin sinop nya .. heheh
sy udah nahan nahan nih pingin baca lanjutan nya di blog lain tapi untuk drama ini sy bakalan setia nunngu di blog mba Nury aja .. hehe