Do Hyun dan Ri Jin saling bertatapan. Jantung Do Hyun berdebar
menatap Ri Jin, tapi di dalam hatinya ia berusaha menyangkal kalau debaran
jantung yang ia rasakan kini bukanlah miliknya. Begitu pula Ri Jin yang
merasakan jantungnya berdetak kencang. Dalam hati Ri Jin bertanya untuk siapa
kali ini jantungnya berdebar.
Ri Jin berpikir mungkinkah Do Hyun berubah, "Apa
mungkin kau...... Shin Se Gi?".
Do Hyun memegang pundak Ri Jin, "Oh Ri Jin-shi. Kau
masih bingung antara aku dan Se Gi?. Apa perlu aku melakukannya agar kau tidak
bingung?".
Do Hyun bergerak mendekati Ri Jin dan ingin menciumnya. Ri Jin sama sekali tidak menolak, menutup kedua matanya dan memajukan bibirnya. Do Hyun turut menutup matanya dan jarak bibir mereka semakin dekat.
Tapi, tiba-tiba Do Hyun tidak jadi mencium Ri Jin, ia
menjauhkan wajahnya dan terbatuk. Do Hyun menarik napas panjang seperti orang
yang sesak napas. (haha.. ciumannya gagal, ada yang kecewa?).
"Kenapa berhenti?", bentak Ri Jin. (Loh...!)
"Apa", Do Hyun terkejut dengan reaksi Ri Jin.
"Kalau seorang pria menghunuskan pedannya, kau harus
menyelesaikannya hingga akhir. Kenapa kau sangat pengecut?".
"Apa?", Do Hyun terbelalak tak percaya.
Ri Jin ingin memastikan sesuatu, jadi ia minta Do Hyun
menyelesaikan sesuatu yang sudah Do Hyun lakukan. Do Hyun mengira Ri Jin sudah
sangat mabuk hingga bicara ngelantur. Ri Jin menarik kerah Do Hyun semakin
kuat. Meski ia menggunakan hatinya sendiri, tapi semuanya terasa membingungkan.
Beberapa hari ini seperti ada serangga yang merayap di kepalanya.
"Kenapa aku harus memelihara seekor serangga hanya
karena dirimu?. Dengan otak yang mendapat ujian 100, kenapa aku harus
memelihara serangga?. Apa tidak ada benda lain yang bisa ku pelihara?. Bagus
sekali. Karena semuanya sudah terjadi, kita pastikan saja dan akhiri
semuanya".
Ri Jin memonyongkan bibirnya hendak mencium Do Hyun. Do Hyun
menghindar sebisa mungkin hingga mereka berdua jatuh ke lantai. Posisi
Ri Jin berada di atas badan Do Hyun.
Tepat saat itu Ri On masuk dan syok melihat pemandangan di
depannya. Ri On terduduk lemas dan teriak histeris memanggil ibunya.
Buru-buru Do Hyun dan Ri Jin bangun dengan salah tingkah.
Saking malunya, Do Hyun sempat menutupi wajahnya dengan jaket Ri Jin.
Episode 6
Do Hyun memindahkan barangnya yang ada di bagasi ke jok belakang. Sementara ayah Oh dan Ri On sibuk memasukkan wadah berisi makanan yang telah terbungkus rapi dengan kain, ke dalam bagasi.
Ibu menghampiri Do Hyun dan berpesan agar Do Hyun menyi mpan
kimchi dalam lemari pendingin dan bagi lauk-lauk lainnya sesuai dengan porsi Do
Hyun. Jangan lupa Kalbi (daging sapi iga) juga harus di simpan di dalam lemari
pendingin.
"Aigo. Aku harus membungkuskan sedikit untukku karena
kau bilang kau tinggal sendirian", sahut ibu.
"Aku tahu, isinya terlalu sedikit. Tidakkah ibu terlalu
pelit pada temanku, bu?", timpal Ri On menyindir.
Tapi apa yang di maksudkan ibu sedikit tidaklah begitu kenyatannya. Pintu bagasi saja sampai tidak bisa di tutup karena terlalu banyak kotak makanan yang masuk. Setelah ayah mengambil 2 kotak barulah bagasinya bisa di tutup. Kemudian ayah memberikan 2 kotak itu pada Do Hyun untuk di taruh di jok depan.
Ayah menyarankan sebaiknya Do Hyun memanggil supir
pengganti. Kenapa harus menyetir di saat merasa ada serangga di kepalanya
(pusing). Ri On bilang pada ayah bahwa situasinya tidak tepat untuk saat
ini.
Serempak mereka menoleh para Ri Jin yang berdiri tak jauh
dari sana. Ri Jin menghentakan kaki dan menutupi wajahnya dengan rambut karena
merasa sangat malu.
Do Hyun pamit pergi. Ibu berpesan agar Do Hyun hati-hati dijalan dan minta Do Hyun menelpon jika makanannya sudah habis. Do Hyun sempat melihat Ri Jin sebelum masuk ke dalam mobil. Tapi Ri Jin tentu saja tidak mau melihat Do Hyun.
Mereka melambaikan tangan melepas kepergian Do Hyun. Ri Jin
mengintip dari sela-sela rambutnya memastikan Do Hyun benar-benar pergi. Ri Jin
kembali memalingkan wajah ketika keluarganya berbalik menatap dirinya.
Keluarga Ri Jin jalan masuk kerumah, ibu berjalan lebih dulu
dan berhenti di depan Ri Jin.
"Ah. Apa?. Ah. Kenapa", ucap Ri Jin menanggapi
tatapan kesal keluarganya dan sambil tetap menutupi wajahnya dengan
rambut.
"Kau tahu pintu gudangnya rusak. Seorang wanita harus
tahu caranya jual mahal agar bisa mendapatkannya.. ck..ck..".
Ibu berjalan masuk. Giliran ayah berdiri di depan Ri Jin,
"Kau itu eolppa dan seorang geumsappa. Auh", ayah melangkah masuk ke
dalam.
Eolppa = Orang yang jatuh cinta pada pria tampan
Geumsappa = Orang yang mudah jatuh cinta
"Sekarang karena dengungannya sudah hilang, kau merasa
malu, kan?. Cepat masuk!", ucap Ri Jin nyaring.
Setelah keluarganya pergi, barulah Ri Jin berani mengangkat
wajahnya dan membela diri, "Aku tidak sengaja mengurungnya!. Kenapa kalian
tidak mendengarkan ucapanku?", Ri Jin menghentakan kakinya dengan
kesal.
Do Hyun menghentikan mobilnya di tengah jalan. Tampaknya Do Hyun tidak bisa fokus menyetir karena kepalanya masih di penuhi dengan kejadian saat di ruang bawah tanah. Do Hyun teringat dengan apa yang ia ucapkan dan ia lakukan.
Do Hyun menggeleng mengenyahkan pikiran di kepalanya.
Menghela napas dan menyadarkan kepalanya di setir. Tapi hal itu malah membuat
klakson mobil berbunyi. Do Hyun terkejut dan kembali menegakkan kepalanya.
Ri Jin yang merasa frustasi menjadikan anjingya, Rin sebagai
teman curhat. Ri Jin memegang kepala Rin, mengajak anjing itu bicara.
"Aku gila. Aku gila, kan?. Aku tidak melakukannya, kan?.
Bir yang membuatku jadi begitu, kan?. Kenapa kau tidak bilang apa-apa, hah?.
Seharusnya aku tidak minum bir. Makanya itu, kenapa aku
melakukannya?".
Ri Jin tidur di tanah sambil memeluk. Ri Jin menangis
frustasi dan menyebut dirinya bodoh.
Do Hyun selesai mandi. Dia mengeringkan rambutnya dan
menatap wajahnya di cermin. Do Hyun teringat perkataan Ri Jin yang bilang meski
dia menggunakan hatinya sendiri tapi semuanya terasa membingungkan. Selama
beberapa hari ada serangga yang merayap di kepalanya. Kenapa ia harus
memelihara serangga di kepalanya hanya karena Do Hyun.
Tanpa sadar Do Hyun menarik bibirnya tersenyum. Lalu ia
tersadar dan keluar dari kamar mandi. Pintu kamar mandi mati begitu Do Hyun
keluar.
Beberapa saat kemudian, kita melihat Do Hyun kembali berdiri
di depan cermin dengan masih memakai jubah mandi. Tato merah yang
menghiasi lehernya menegaskan kalau itu bukanlah Do Hyun, melainkan Se Gi. Se
Gi menatap diri di cermin dengan sorot mata marah seraya mengentuk-ngetukan
jarinya.
Keesokan harinya Do Hyun terbangun dan terkejut melihat tulisan bercat merah di dinding, "Kill You! (Kubunuh kau!)". Do Hyun terbatuk. Ia kembali terkejut melihat banyaknya botol minuman keras dan puntung rokok berhamburan di lantai.
Do Hyun pergi ke ruang tengah dan keadaan disana lebih kacau lagi. Ruangan itu seperti kapal pecah dengan banyak barang-barang patah dan berserakan. Do Hyun tentu saja bingung. Ia memungut kamera CCTV yang sudah rusak. Do Hyun melihat kesekitar dan menoleh terkejut begitu mendengar suara Se Gi.
Setelah membuat semua kekacuan itu, Se Gi sengaja
meninggalkan rekaman video untuk Do Hyun lihat.
"Lama tak jumpa, Cha Do Hyun. Kau membuat rumahmu
menjadi penjara sejak aku pergi. Sungguh menganggumkan.", Se Gi bertepuk
tangan, "Benar-benar menganggumkan. Kau tahu cara menghabsikan uangmu
karena kau itu kaya. Kau kira kau bisa mengurungku dengan hal semacam
ini?".
Do Hyun menahan marah menatap rekaman itu. Tanganya
menggengam erat CCTV yang rusak.
"Kenapa? Setelah mengurungkau seperti ini, saat aku tidak ada
apa kau menemui wanitaku lagi?".
"Wanitaku", tanya Do Hyun tidak mengerti
"Beraninya kau mengambil waktu disaat momen yang paling membahagiakan!?. Orang bodoh yang tidak tahu apa-apa selain bersembunyi, menghindar dan kabur, berani mencimum wanitaku?", teriak Se Gi.
Do Hyun paham siapa wanita yang di maksud Se Gi.
"Dengarkan aku baik-baik. Kalau kau menyentuh wanitaku,
wanitamu akan ada dalam bahaya", Se Gi menunjukan foto Chae Yeon.
Saat ini Chae Yeon masih tidur dengan nyenyaknya.
Disampingnya ada Ki Joon yang juga sedang tidur tanpa memakai baju. Ponsel Chae Yeon berdering. Ki Joon memberitahu, tapi Chae Yeon
hanya menggeliat malas dan tidak mau menjawab telponya.
Akhirnya Ki Joon mengambil ponsel Chae Yeon dan melihat nama
si penelpon. Dari Do Hyun. Ki Joon bangun dan menjawabnya.
Begitu telpon tersambung, terdengar suara panik Do Hyun yang
bertanya dimana Chae Yeon saat ini. Apa ada masalah?. Apa Chae Yeon baik-baik
saja?. Apa Chae Yeon selamat?. Ki Joon menyuruh Do Hyun untuk bicara
pelan-pelan. Do Hyun terkejut mendengar suara Ki Joon.
Ki Joon bertanya kenapa Do Hyun mengecek keadaan wanita
milik seseorang sepagi ini di akhir pekan. Ki Joon lalu menyuruh Do Hyun
meninggalkan pesan untuk Chae Yeon. Chae Yeon yang putus asa mencari Do Hyun,
sedang tidur saat ini.
"Apa mungkin kau bersama Chae Yeon kemarin?",
tanya Do Hyun.
Bukannya menjawab, Ki Joon balik bertanya. Jika ia menjawab
iya, apa itu berarti keselamatan dan keamanan Chae Yeon sudah di periksa
semua?. Kalau memang begitu Do Hyun bisa berstirahat dengan tenang. Do Hyun
lega, baguslah dan mengucapkan terima kasih.
Ki Joon yang saat itu sedang membuat kopi menjadi kesal
mendengarnya. Ia berhenti sejenak dan mengira Do Hyun semalam mabuk hingga
bicara ngawur. Kalau Do Hyun ingin bicara omong kosong tutup saja telponnya,
karena ia malas mendengarkan.
"Tunggu...tunggu", tahan Do Hyun di
seberang sana.
"Apa lagi?. Ada yang kurang?".
"Ada yang ingin kutanyakan...".
Ki Joon kembali ke kamar dengan membawa secangkir kopi. Chae
Yeon tesenyum mencium aroma kopi yang nikmat. Masih dengan mata terpejam Chae Yeon
tanya siapa yang menelpon.
Begitu tahu Do Hyun yang menelpon, Chae Yeon langsung membuka mata dan duduk. Chae Yeon tanya kenapa Do Hyun menelpon?.
Begitu tahu Do Hyun yang menelpon, Chae Yeon langsung membuka mata dan duduk. Chae Yeon tanya kenapa Do Hyun menelpon?.
"Dia bertanya apa kau baik-baik saja semalam?",
jawab Ki Joon.
"Memangnya ini zaman Joseon, lalu kau jawab apa?".
"Aku jawab kau bersamaku semalam, jadi kau pasti aman.
Aku mengejeknya", sahut Ki Joon.
Chae Yeon memukul punggung Ki Joon, lalu ia bergerak
mendekat dan mengambil cangkir kopi dari tangan Ki Joon. Chae Yeon tanya apa yang di katakan Do Hyun Selanutnya?. Ki Joon memberitahu pesan Do Hyun yang
memintanya untuk tidak meninggalkan Chae Yeon dan harus selalu berada di sisi
Chae Yeon.
"Aku hampir menangis (karena terharu?", Ki Joon
tersenyum mengejek.
Chae Yeon heran, "Apa dia sedang menasehati adiknya
yang akan menikah".
Meski tahu Chae Yeon aman, Do Hyun tetap gelisah berjalan
mondar-mandir sembari berguman bahwa Chae Yeon baik-baik saja. Chae Yeon
selamat. Tidak akan terjadi sesuatu pada Chae Yeon karena dia mempunyai Ki
Joon.
Terdengar kembali suara video Se Gi yang mengejek Do Hyun,
"Oh. Menyedihkan sekali, sepertinya kau sedih. Tepat 10 menit, kau baru
saja menelpon wanita mu dan memastikan keselamatannya. Meskipun kau tahu dia
aman, kau masih cemas".
"Bagaimana?. Seperti tinggal di neraka, kan?. Kalau kau
tidak mau tinggal di neraka lagi, ingat perkataanku baik-baik. Kalau kau
mencampuri urusan wanitaku, wanitamu akan ada dalam bahaya. In peraturan
pertama bagi kita agar kita bisa hidup damai. Mengerti?".
"Brengsek. Shin Se Gi. Dasar brengsek", Do Hyun
yang tidak bisa lagi menahan amarahnya dan teriak mengumpat.
Do Hyun menarik paksa layar di dinding yang menampilkan
wajah Se Gi. Tepat saat itu Sek. Ahn datang dan menenangkan Do Hyun. Melihat
ruangan yang berantakan, Sek. Ahn bertanya ada apa ini?.
"Mulai sekarang, kurasa ini seperti taruhan", ucap
Do Hyun dengan aura marah.
(Huwa....ternyata Do Hyun bisa marah juga).
Ri Jin baru bangun tidur dan kembali ingat kejadian di
ruang bawah tanah. Saat Do Hyun hampir menciumnya dan reaksinya yang marah
karena Do Hyun tidak jadi mencium.. Membayangkannya saja membuat Ri Jin
malu. Ri Jin menutupi wajahnya dengan selimut dan bergerak tidak jelas.
Ponsel Ri Jin berdering. Ri Jin meraihnya dengan malas, di
layar ponsel tertera nama, "Tarik napas sebelum diangkat". Ri
Jin melonjak terkejut dan langsung duduk. Sebelum menjawab, ia berdehem
mengatur suaranya agar terdengar senatural mungkin.
"Yobo...."
"Siapa Yobo-mu, bodoh", sentak Dr. Park memotong salam Ri Jin, "Kau
pikir masa percobaan itu enak?".
(Sebenarnya Ri Jin ingin bilang "Yoboseyo" yang
artinya halo. Tapi karena Dr. Park lebih dulu memotong jadi yang terdengar
hanya "Yobo", panggilan sayang untuk suami istri).
"Tidak", jawab Ri Jin lantang.
"Tapi kenapa kau tidak muncul di rumah sakit?. Cepat
kesini sekarang juga seperti petir Usain, mengerti?. Right now!", Dr. Park
teriak di akhir kalimatnya.
Segera Ri Jin melompat dari tempat tidur dan menjawab
mengerti.
Ri Jin sampai dirumah sakit dan hampir tak percaya ketika
Dr. Park memberitahu bahwa ada pasien VIP ingin berbicara dengannya. Pasien
seperti apa yang ingin bicara dengan dokter yang baru magang selama setahun.
Dr. Park menyahut mana ku tahu. Pasien itu langsung memilih Ri Jin dan meminta
Ri Jin datang menemuinya.
Ri Jin ingin tahu siapa orang itu. Dokter Park menjelaskan
dia itu pasien VVIP yang secara khusus meminta langsung pada kita, jadi Ri Jin
harus menjaga sikapnya. Dr. Park menyodorkan kontrak yang ia buat dan menyuruh
Ri Jin untuk menandatanganinya.
"Apa ini?", tanya Ri Jin tak mengerti.
"Kontrak kerja", jawab Dr. Park sembari memukul
kertas yang di pegang Ri Jin.
Dr. Park berdiri sambil melepas jas dokternya. Ri Jin
heran kenapa ia harus menandatangi kontrak kerja. Ri Jin membaca sekilas dan
memekik terkejut melihat nama pasein. Tertulis nama pasien itu adalah Shin Se
Gi.
Buru-buru Ri Jin menahan Dr. Park yang hendak pergi. Ri Jin
menolak kontrak kerja itu dan meminta Dr. Park untuk menyuruh orang lain saja
selain dirinya. Ri Jin bilang ia tidak bisa mengendalikan mulutnya dan tidak
bisa menjamin rahasia pasein.
Dr. Park memarahi Ri Jin, apa pantas Ri Jin meminta hal
itu?. Dr. Park mendorong Ri Jin untuk keluar, "Pergi!. Sana
pergi!".
"Dr. Park, kumohon. Kumohon. Tolong aku", minta Ri
Jin mengiba.
"Tidak bisa. Cepat pergi!", Dr. Park mendorong Ri
Jin keluar lalu menutup pintu.
Ri Jin mendesah melihat kontrak kerja. Sedetik
kemudian, ada pria berdiri di di depannya dan memberi salam (dengan menundukan
kepala. ciri khas orang Korea). Ri Jin membalasnya dan terbelalak terkejut
menyadari kalau pria ini yang akan mengantarnya kerumah pasien.
Tibalah Ri Jin dirumah Do Hyun. Pria yang mengantar Ri Jin langsung pergi begitu Ri Jin turun dari mobil. Ri Jin mendesah melihat mobil sport merah milik Se Gi terparkir di depan rumah. Mobil yang di gunakan Se Gi untuk membawanya lari.
Ri Jin teringat semua hal yang di lakukan Se Gi hari itu,
termaksud permintaan pria itu yang menyuruhnya untuk memilih antara Do Hyun
atau dirinya. Pilih salah satu, tidak boleh keduanya.
Ri Jin juga ingat ciuman pertamanya dengan Se Gi dan
perkataan Se Gi yang tidak ingin berbagi waktu dengan Do Hyun, karena Se Gi
tidak ingin khawatir kapan waktu dia menghilang saat bersama Ri Jin. Buat Cha
Do Hyun tertidur agar dia tidak bisa bangun lagi.
Mengingat hal itu membuat Ri Jin ingin pergi. Tapi
langkahnya terhenti, mengingat ucapan Dr. Seok, bahwa masalah ini tidak akan
bisa di selesaikan hanya dengan menghindarinya. Semakin Ri Jin menghindar hanya
akan membuat obsesi Se Gi semakin parah. Ri Jin menatap rumah besar itu dan
menghela napas kesal.
Ri Jin terkejut melihat rumah Do Hyun yang berantakan. Dari
tempatnya berdiri, ia melihat seorang pria menghadap jendela. Ri Jin mengira itu adalah Se Gi berjalan mendekat dan menyapa.
"Tuan Shi, ini semua ulahmu?. Kenapa kau membuat kekacuan
besar kali ini?. Ah, sudahlah. Kali ini kenapa kau memanggilku
kemari?".
Tidak ada jawaban, bahkan pria yang ia kira Se Gi tidak mau
berbalik menunjukan wajahnya. Ri Jin kembali memanggil.
"Hei. Tuan Shin. Aku ini orang sibuk. Aku tidak bisa
bermain-main dengan pesan palsumu dan pasien VIP. Cepat katakan, Apa kali ini?.
Apa kau menyuruh aku untuk memilih antara Tuan Cha dan Tuan Shin lagi?. Atau
kau menyuruhku membuat Tuan Cha tertidur selamanya?".
Pria itu berbalik, jalan mendekati Ri Jin. Bukan Se Gi tapi
Do Hyun, "Sepertinya, kau berbohong padaku".
Ri Jin menatap wajah Do Hyun, "Cha Do Hyun-shi?".
"Terakhir kali aku bertanya, saat itu kau bilang kalau
kau tidak diminta melakukan apapun sebagai dokter".
"Aku tidak bohong", jawab Ri Jin jujur, "Tn.
Shin memintaku saat kami bertemu terakhir kali. Kemarin aku ingin
mengatakannya, tapi aku sangat mabuk. Kurasa kaulah yang sudah berbohong.
Kenapa kau kesini dengan memakai nama Tuan Shin?".
Do Hyun bilang ia sedang bertaruh. Ri Jin tanya apa
maksudnya. Do Hyun berkata jika Se Gi menyuruh Ri Jin datang, ia ingin tahu
apakah Ri Jin akan datang atau tidak. Apakah Ri Jin akan menghindar atau
mengabaikan peringatan yang ia berikan dan masih datang untuk menemui Se Gi.
"Tergantung pada hasilnya. Apakah aku harus
mewaspadaimu atau memutuskan agar kau ada di sisiku".
"Jadi kau sedang mengujiku?", tanya Ri Jin.
Do Hyun diam seakan mengiyakan. Ri Jin menanyakan keputusan
Do Hyun.
Berkat Ri Jin Do Hyun sudah mengetahui hasilnya. Do Hyun
menganggap hubungan Ri Jin dan Se Gi sangat dekat, "Se Gi serius padamu
dan....", Do Hyun diam sejenak menatap Ri Jin, "Kau juga serius pada
Se Gi. Kurasa kalian bisa bekerja sama untuk membuatku tertidur. Bahaya. Cukup
berbahaya. Aku harus mencari cara untuk bertahan".
Ri Jin menyimpulkan, jadi Do Hyun memutuskan untuk
mewaspadainya. Justru kebalikannya, Do Hyun ingin Ri Jin berada disisinya. Do
Hyun ingin tahu apa yang Ri Jin lakukan jika ia meminta hal yang sama seperti
Se Gi (maksudnya, Do Hyun ingin tahu apa yang akan Ri Jin lakukan jika ia
meminta Ri Jin membuat Se Gi tertidur selamanya?.
Ri Jin diam. Do Hyun bergerak mendekati Ri Jin semakin
dekat, "Oh Ri Jin-shi?. Apa kau mau menjadi psikiater pribadiku?".
Chae Yeon sedang berolah raga dan ingat perkataan Ki Joon bahwa Chae Yeon tak perlu merasa khawatir lagi. Mulai sekarang Do Hyun tidak akan perangkap Chae Yeon lagi. Do Hyun sudah tahu diri dan mungkin juga saat ini Do Hyun sudah punya pacar.
Chae Yeon merasa kesal dan mematikan Cross trainer (alat
jogging modern).
Ri Jin mengatakan alasannya datang kesini agar Do Hyun
menceritakan masalahnya, tapi malah ia yang mendapat satu masalah lagi. Ri Jin meminta
maaf dan bilang Do Hyun salah orang. Ia masih dokter magang dan belum pernah
menangani pasien penderita D.I.D. Psikiater pribadi apanya?.
Do Hyun membenarkan, memang Ri Jin masih dokter magang tapi
tidak yang lebih baik yang bisa menjadi psikiaternya selain Ri Jin. Ri Jin
menegaskan sekali lagi, "Aku ini masih magang. Aku tidak cocok bekerja
denganmu".
Do Hyun bilang sampai saat ini Se Gi tidak pernah mau
bekerja sama dengan dokter manapun. Ri Jin tanya lalu kenapa?.
"Se Gi mau mendengarmu", jawab Do Hyun
"Apa?. Hanya sekali dia mau menuruti perintahku".
"Se Gi serius padamu".
Ri Jin tak mengerti, anggap saja seperti itu dan tanya apa
yang Do Hyun inginkan. Do Hyun ingin Ri Jin membujuk Se Gi. Ri Jin bingung,
membujuk soal apa?.
"Keselamatanku dan mau mengikuti perawatan gabungan
yang akan di mulai setelah tiga bulan".
Ri Jin heran, kenapa setelah 3 bulan. Kalau Do Hyun ingin Se
Gi, Do Hyun bisa melakukan perawatan sekarang, dan tentunya dengan dokter yang
ahli. Do Hyun bilang ada yang harus di capainya dalam waktu 3 bulan. Setelah
itu, ia berencana kembali ke Amerika dan memulai perawatan khusus.
"Kau harus mengentikan Se Gi dengan berada di sampingku
sampai saat itu tiba. Tentu saja kalau kau juga bisa menyingkirkan dia, aku tidak
akan menolaknya".
Ri Jin protes, "Kenapa kalian melakukan ini padaku?.
Apa kalian ini karakter dalam game?. Dan apakah aku ini seorang pemain game
profesional?. Kenapa kalian memintaku untuk saling menyingkirkan?".
Do Hyun menunggu jawaban Ri Jin yang belum ia dengar. Ri Jin
menghela napas dan menolaknya. Tapi bukan itu jawaban yang Do Hyun inginkan. Ri
Jin kesal, Do Hyun tidak bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Kalau begitu
Do Hyun akan mencari cara agar Ri Jin mau melakukannya.
"Aku tetap akan menolak. Aku tidak akan berubah
pikiran", tegas Ri Jin yakin.
Ri Jin berbalik pergi saat Do Hyun menelpon presdir Lee. Ri
Jin terbelakak kaget mendengar Do Hyun menelpon ketua yayasan rumah sakit. Do
Hyun minta presdir Lee untuk memproses permintaanya kemarin, terkait perkerjaan
Ri Jin.
Ri Jin teriak marah begitu Do Hyun menutup telponnya,
"Apa-apa'an kau ini?. Cha Do Hyun-shi!".
Do Hyun tersenyum dan bilang sungguh di sayangkan saat ini
Ri Jin baru saja jadi pengangguran, karena ia baru saja meminta presdir Lee
untuk memproses perhentian kerja magang Ri Ji di rumah sakit. Do Hyun berencana
menawarkan pekerjaan bagus untuk Ri Jin.
"Kau mau mencobanya?. Gajinya mungkin di luar
bayanganmu".
Ri Jin diam, menatap kesal Do Hyun.
Chae Yeon sampai di rumah Do Hyun. Baru saja ia turun dari
mobilnya dan melihat Ri Jin yang keluar dari rumah Do Hyun. Chae Yeon terkejut
mematung. Sementara itu, Ri Jin yang keluar dengan wajah kesal, pergi dari rumah
Do Hyun tanpa sempat melihat Chae Yeon.
Chae Yeon menatap punggung Ri Jin yang menjauh. Chae Yeon
berpikir mengira-ngira siapa gadis yang baru saja keluar dari rumah Do
Hyun.
Do
Hyun duduk di sofa dan merenung. Teringat perkenalannnya dengan Ri Jin di depan
rumah sakit saat Ri Jin menanyakan namanya. Do Hyun juga ingat ciuman itu dan
tatapan teduh Ri Jin.
Sek. Ahn keluar dari ruang kontrol CCTV, berdiri di samping
Do Hyun, "Memamfaatkan wanitanya Se Gi untuk menyingkirkan Se Gi. Apa ini
maksud Anda?".
Sek. Ahn tak mengerti, bukankah jika Do Hyun terus berada di
dekat Ri Jin akan semakin berbahaya. Do Hyun bilang tidak akan membiarkan Ri
Jin berada di sisinya. Tidak akan membiarkan Ri Jin merasakan emosinya.
Sepertinya, ia perlu menambah perjanjian di kontrak kerja.
"Ki Joon Hyung ada di samping Chae Yeon, tapi Ri Jin
berbeda. Hanya karena aku menghindari Oh Ri Jin, kalau Se Gi mencari Ri Jin
tidak akan ada gunannya. Lagipula kalau ada dia di sisiku sebagai dokter
pribadiku akan melindungi mereka berdua dan inilah satu-satunya cara untuk
melindungiku".
Sek. Ahn berpikir, mencoba mengerti maksud Do Hyun.
Sedetik kemudian ponsel Do Hyun berdering menerima panggilan
masuk. Dari Han Chae Yeon.
Sementara itu di luar rumah, Chae Yeon berusaha membuka
pintu dengan kasar dan bilang kalau sekarang ini dia ada di depan rumah Do
Hyun, jadi cepat buka pintunya. Chae Yeon berhenti menarik pintu ketika
mendengar jawaban Do Hyun.
Chae Yoen teriak marah, "Kenapa sekarang kau begini?. Kenapa kau berbohong padaku?!. Kenapa kau bilang kau tidak ada di rumah?. Baru saja aku melihat seorang wanita keluar dari rumahmu. Kau ingin aku memanggil polisi dan mendobrak pintu rumahmu?".
(Wanita aneh, punya hak apa Chae Yeon marah pada Do Hyun?).
Kini Do Hyun dan Chae Yeon duduk di sebuah cafe. Do Hyun menunduk. Chae Yeon menyuruh Do Hyun mengangkat kepala, kenapa Do Hyun bersikap seperti seseorang yang mempunyai hutang. Do Hyun mengangkat kepala dan menatap Chae Yeon.
"Karena akulah cinta pertamamu", ucap Chae Yeon.
Chae Yeon tersenyum tipis. Chae Yeon minta Do Hyun jangan berusaha menyangkalnya. Do Hyun bilang selama ini Chae Yoen tahu hsemuanya tapi bersikap seolah-olah tidak tahu. Do Hyun menganggap Chae Yeon sebagai masa lalu yang membuatnya tersenyum.
"Hah, masa lalu?", ucap Chae Yeon tak percaya.
"Kau memang cinta pertamaku. Tapi setelah aku tahu kau mencintai Ki Joon, aku sudah menyerah. Bukan hanya kerutan, bekas luka atau bukti yang tersisa, yang bisa menghilang dengan mudah. Setelah itu...
Chae Yeon menyela, "Setelah itu, kau masih.... (mencintaiku).
Do Hyun tanya kenapa Do Hyun merasa sangat yakin. Chae Yeon bilang saat ia menyiapkan pameran di Galerry New York, saat itu Do Hyun datang dengan membawa bunga. Do Hyun juga menunjukan 10 foto dirinya (foto Chae Yeon) dan meminta ia untuk memilih salah satu foto yang akan di jadikan pamflet, "Aku melihat kau mengambil satu foto dan menyembunyikannya".
Do Hyun teringat video ancaman saat Se Gi mengancam dengan menunjukan foto Chae Yoon. Mungkin itulah foto Chae Yeon yang diambil Do Hyun.
Chae Yeon merasa tidaklah buruk di perlakukan seperti benda yang sangat berharga oleh seseorang, "Itulah arti keberadaanmu bagiku. Seseorang yang bagimu berhar.."
"Chae Yeon-ah", Do Hyun menyela, "Hentikan pengaturan perusahaan iklanmu (memasang jebakan/pesona). Sekarang aku tidak mau menjalankan perusahaan iklanmu (masuk ke dalam jebakan/pesona)".
"Kau pikir aku seperti sedang mengatur perusahaan iklanku (memasang perangkap)?".
"Kau tidak menginginkanku tapi kau tidak mau memberikan aku pada orang lain. Kau tidak ingin aku berada di sisimu karena aku ini anak dari seorang wanita simpanan. Sekarang memancingku dan nanti menjadikanku hanya sebagai teman.. Hentikan. Sekarang itu sudah membosankan".
Do Hyun berdiri dan minta Chae Yeon jangan menemuinya karena masalah ini lagi. Peringatannya kemarin tidak lah main-main. Do Hyun pamit pergi. Chae Yeon menghentikan langkah Do Hyun dengan ucapannya yang bilang bahwa tidak ada yang mengenal Do Hyun lebih baik darinya.
Chae Yeon menilai Do Hyun berpura-pura bersikap polos dan tidak merasa bersalah, "Tapi karena seorang wanita, kau tega menghancurkan 20 tahun persahabatan kita?".
Do Hyun berbalik menatap Chae Yeon, "Kau ingin mencampakkan Ki Joon Hyung dan memilihku?".
"Kau tidak akan melakukannya, kan. Kalau begitu mulai sekarang, di depanku, kau jangan bersikap seperti seorang wanita", ucap Do Hyun lalu pergi.
Chae Yeon mematung tak percaya mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Do Hyun.
Do Hyun yang sudah berada di luar cafe, menoleh ke tempat Chae Yeon duduk. Ia menatap Chae Yeon dan melihat gadis itu mengusap air matanya. Do Hyun menunduk, menguatkan dirinya dan memantapkan untuk pergi.
Ri Jin protes pada Dr. Seok atas pemecatannya yang tiba-tiba. Ia sama sekali tidak berhubungan dengan Do Hyun. Dr. Seok menjelaskan bahwa Ri Jin tidak di pecat tapi di beri waktu cuti 3 bulan.
Ri Jin kesal, bukan ia yang memulai. Ia menyebut Do Hyu sebagai baji**** egois gila yang mengendalikan kehidupannya. Ri Jin heran sedekat apa hubungan Dr. Seok dan Do Hyun, kenapa Dr. Seok mau saja menuruti perintah Do Hyun yang jauh lebih muda dari Dr. Seok,
"Mengapa Anda menghalangi masa depan anak magang?. Apakah dia cucu presiden? Atau dia generasi kedua dari keluarga kaya raya?", cerocos Ri Jin kesal.
"Dia generasi ketiga penerus Seung Jin Group. Pewaris Seung Jin Group saat ini. Wakil Diektur ID Entertainment", jawab Dr. Seok, pandangannya menerawang seperti orang berpikir.
Ri Jin sedikit terkejut. Tapi ia tidak memiperdulikan hal itu. Terserah, anggap saja itu benar, jika Do Hyun memang chaebol tidak seharusnya dia melakukan hal itu. Dr. Seok menambahkan Seung Jin Group adalah penyumbang dana terbesar rumah sakit Kangsan.
Ri Jin diam, tak tahu harus berkata apa lagi. Ia hendak mimum tapi tidak jadi. Ri Jin menghela napas dan dengan suara lebih pelan Ri Jin meminta Dr. Seok membantunya. Dr. Seok berpendapat mengambil cuti 3 bulan tidaklah buruk.
"Tuan Cha dalam bahaya 3 bulan di Korea. Kau tidak tahu kapan dia akan berubah menjadi Se Gi dan mencarimu. Lebih baik menghindarinya selagi bisa".
"Tapi professor...
Karena itu, Dr. Seok tanya kenapa Ri Jin tidak pergi belajar ke luar negeri. Dr. Seok menerima formulir pendaftaran dari Universitas Rumah Sakit Johns Hopskin. Mereka meminta Dr. Seok agar mengirimkan dokter yang cocok untuk sekolah di sana selama bebarapa bulan.
"Jadi aku berencana merekomendasikanmu, Dr. Oh. Tolak saja menjadi psikiater rahasia. Dan pergilah ke Universitas Rumah Sakit Johns Hopkins. Itu jalan keluar terbaik".
*(Johns Hopkins adalah sebuah rumah sakit dan universitas pendidikan di Baltimore, Maryland (USA). Rumah sakit ini didirikan dari uang warisan filantropis Johns Hopkins. RS ini dipandang sebagai rumah sakit terhebat, dan telah berada di posisi puncak pemeringkatan U.S. News and World Report selama 17 tahun berturut-turut).
Ri Jin dalam perjalanan pulang dan mengingat perbincanganya dengan Dr. Seok yang meminta Ri Jin agar jangan terlalu membeci Do Hyun. Dia bukanlah orang brengsek yang tanpa alasan jelas bersikap egois. Dr. Seok menilai Do Hyun sebagai pria yang selalu bertanggung jawab atas kekacuan yang dia buat.
"Karena dia takut orang lain akan terluka karena ulahnya dia khawatir pada setiap momen di dalam hidupnya. Dia berjuang keras setiap hari. Mungkin karena dia sudah terpojok, dia tidak bisa mengendalikannya sendiri".
Ri Jin teringat pada Do Hyun yang meminta untuk menjadi psikiater pribadi. Ia juga ingat bagaimana Do Hyun berusaha keras menyelamatkannya dari kebakaran gudang saat mereka di sekap gangster.
Ri Jin ingat saat Do Hyun membantunya mengembalikan imagenya yang jatuh di depan rekan-rekannya di rumah sakit, juga sikap Do Hyun yang sungguh-sungguh minta maaf pada Dr. Park bahkan sampai berlutut. Ri Jin juga ingat ciuman di malam itu, dan wajah terkejut Do Hyun.
Terakhir Ri Jin ingat Do Hyun yang memperkenalkan diri di depan rumah sakit, "Aku dengan wajah dan tatapan seperti ini. Namaku, Cha Do Hyun".
Ri Jin membenturkan kepalanya pelan ke sandaran kursi. Tampak bimbang pada keputusan yang akan dia ambil.
"Tidak usah ragu. Gadis itu sudah mempersiapkan kepergiannya. Dia harus melupakan tawaran rahasianya. Saat keraguan itu muncul, ingatanpun kabur dan menjadi permainan jebakan untuk gadis itu".
Ri On tampak serius mengetikan kata-kata itu di dalam konsep novelnya. Ia berhenti sejenak untuk minum dan kembali mengetik.
"Sekarang sebuah kotak aneh ada di depan mereka. Sesuatu yang tidak pernah di buka. Sesuatu yang tidak boleh dilihat. Sebuah kotak pandora. Sesuatu yang tidak boleh di ingat. Dan suatu hari nanti dia akan mendengarkan bisikan dari dalam kotak itu. Bukalah. Ingatlah. Hari itu, apa yang terjadi antara kalian berdua?".
Saat Ri On mengetikan kata-kata itu, scene beralih memperlihatkan Do Hyun yang termenung menatap dirinya di depan cermin. Lalu Do Hyun berjalan diruang tamu yang sudah rapih dan melihat karena CCTV yang kini telah terpasang di tempatnya semula.
Sinopsis Kill Me Heal Me Episode 6 Part 2
arrrgghh ko g jadi sih kisse nya .. kan nanggung tuh dikit lagi .. hahaha
ReplyDelete