Diluar mini market, Young Do mengamati Eun Sang yang sedang tertidur. Youn Do menendang kaki meja bebarapa kali, "Hei!. Hei!. Kenapa kau selalu tidur di sini?. Itu membuatku ingin melindungimu".
Eun Sang tersentak dan membuka matanya. Mengeryitkan kening menampakan wajah cemas dan takut. Tepat pada saat itu ponsel Young Do berdering. Young Do menjawabnya, "Bagaimana kau tahu nomorku?".
"Kau juga tahu nomorku", balas Kim Tan dari sebarang jalan.
Young Do mulai kesal, "Baik, kita seri. Kenapa?".
"Ramyeon nya enak?", tanya Kim Tan.
Young Do kaget dan perlahan mengarahkan padangannya ke seberang jalan. Ada Kim Tan berdiri disana sedang menatapnya.
Young Do kaget dan perlahan mengarahkan padangannya ke seberang jalan. Ada Kim Tan berdiri disana sedang menatapnya.
Kim Tan menatap tajam Young Do, lalu melihat Eun Sang yang tidur di atas meja di depan Young Do. Eun Sang kembali membuka matanya, belum menyadari kehadiran Kim Tan.
"Mau makan ramyeon bersama?", tawa Young Do.
"Kau pikir aku menelepon karena aku merindukanmu?", jawab Kim Tan sinis.
"Kenapa persahabatan kita jadi begini?', tanya Young Do pura-pura tak mengerti, "Aku akan membangunkan temanmu".
Young Do kembali menendang kaki meja, begitulah cara dia membangunkan Eun Sang, "Cepat bangun!. Kim Tan datang".
Eun Sang menggeliat, berakting seperti baru bangun dari tidur nyenyaknya, "Kenapa ribut sekali?". Dengan kepalanya, Young Do menunjuk ke arah Kim Tan. Eun Sang kaget dan heran melihat Kim Tan ada di sekitar sini. Kim Tan mendesis kesal, melototi Eun Sang.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Kim Tan mulai marah.
Young Do tersenyum mengejek, "Jangan seperti itu".
Eun Sang yang heran tanya pada Young Do, "Apa yang kalian lakukan?. Apa yang kau lakukan di sini?. Apa yang dia (Kim Tan) lakukan di sini?.
"Kalian berdua kenapa?", tanya Young Do heran, lalu menoleh ke Kim Tan, "Bukankah kau ke sini untuk menemuinya?. Kemarilah".
"Kenapa aku datang untuk menemuinya?. Aku tidak tahu apa yang kalian lakukan. Kau bisa mengacau di daerahmu. Tapi disini bukan tempatnya", sahut Kim Tan marah, menutup telepon lalu pergi. Mata Eun Sang mengekor mengikuti kemana arah Kim Tan pergi.
Young Do menyuruh Eun Sang mengejar Kim Tan. Tapi Eun Sang berkata ia berada di sini bukan untuk bertemu Kim Tan. Young Do melempar ponselnya kesal, "Jadi ini hanya kebetulan?", tanyanya tak percaya.
"Lalu memangnya kita janjian?, tanya Eun Sang balik, "Makan dan pergilah", tanpa menunggu jawaban Eun Sang pergi meninggalkan Young Do.
Young Do memperhatikan perginya Eun Sang yang jalan berlainan arah dengan Kim Tan. Young Do mengepalkan tangan kesal, "Dia pintar membantah. Ah...Aku kalah", lalu kembali memakan ramenya.
Eun Sang pulang kerumah, jalan melewati taman Tiba-tiba Kim Tan muncul dari balik pohon. Eun Sang teriak kaget. Kim Tan langsung memarahi Eun Sang kenapa tidur disana, apa kau tidak takut?.
Eun Sang bilang tak ingin pulang lebih awal, dan tidak mempunyai tempat tujuan. Kim Tan tanya dengan suara lebih pelan, "Kenapa tidak ada tujuan?. Ada banyak kafe dimana-mana". Eun Sang berkata di sana menghabiskan banyak uang (gak mungkin nongkrong di cafe tanpa memesan kan!).
Eun Sang ingin masuk. Kim Tan mengalangi, "Kita belum selesai bicara". Kim Tan ingin tahu kenapa Eun Sang menemui Young Do. Eun Sang mengaku tidak sengaja bertemu, hanya kebetulan berpapasan saja, "Dia sudah disana saat aku bangun".
"Sudah kubilang, jauhi dia. Dia bilang apa?. Dia mengancammu?".
"Tidak, dia bilang dia ingin melindungi aku", jawab Eun Sang.
"Itu yang namanya ancaman!. Itulah!", sergah Kim Tan kesal sampai menunjuk wajah Eun Sang. Sampai-sampai Eun Sang harus menjauh sedikit, "Kau harus mendengarkanku. Jauhi Young Do (walaupun hanya berpapasan). Ini bukan saran. Tapi peringatan", ucap Kim Tan tegas.
"Itu bukan sesuatu yang bisa kukendalikan", ujar Eun Sang bingung.
Kim Tan berkata Eun Sang harus berusaha sebaik mungkin. Eun Sang semakin heran dan tanya sebenarnya apa yang terjadi antara Kim Tan dan Young Do. Sebelum menjawab, Kim Tan diam dan menghela napas, "Aku tidak ingat. Aku cuma tahu kalau kami saling membenci sekarang".
Eun Sang ingin masuk kerumah, ia minta Kim Tan masuk kerumah 5 menit setelah Eun Sang masuk. Kim Tan tanya, "Apa tidak bisa kita pura-pura berpapasan di halaman saja?".
"Tapi aku mencoba yang terbaik untuk tidak melakukannya (berpapasan)", ujar Eun Sang membalik perkataan Kim Tan.
Kim Tan tersenyum geli. Eun Sang memang pintar berdebat dan selalu mempunyai jawaban. Eun Sang melangkah masuk, sedikit melirik Kim Tan dari sudut matanya.
Eun Sang masuk lewat pintu belakang, yang langsung terhubung dengan dapur. Disana ada Ny. Han yang sedang menuang wine ke gelas. Eun Sang menyapa hormat. Ny. Han menegur Eun Sang, "Pulanglah lebih awal!. Aku jadi mengambil wine ini sendiri".
"Maaf kan sa...", ucapan Eun Sang terputus, karena tiba-tiba Kim Tan masuk ke dapur.
"Kenapa tidak memanggilku. Kau tak perlu ke dapur", ucap Ny. Han.
Eun Sang buru-buru menyelinap pergi, tapi baru beberapa langkah Ny. Han menyuruh Eun Sang mengambilkan air putih untuk Kim Tan. Eun Sang merapat ke dinding kulkas, mengambil sebotol air dingin.
Kim Tan mengulum senyum geli, tapi ia tetap stay cool. (Hehehe, pembalasan nich ye). Eun Sang yang jadi salah tingkah.
"Kalian sudah ketemu?. Ini putraku, Kim Tan. Dia putra kedua Jeguk Grup", ujar Ny. Han mengenalkan Kim Tan pada Eun Sang.
Kim Tan menatap Eun Sang. Eun Sang menunduk, menuang air ke gelas.
"Kau tahu, pelayan yang bisu, kan?. Ini putrinya", ucap Ny. Han pada Kim Tan.
Eun Sang sedikit tersinggung dan raut wajahnya berubah. Kim Tan melihat perubahan itu. Eun Sang menunduk dan menyapa Kim Tan dengan sopan, "Senang berkenalan denganmu!, salam Eun Sang sambil meletakan gelas berisi air putih ke dekat Kim Tan.
"Benarkah?. Kapan?. Dirumah?", tanya Ny. Han kaget.
"Di sekolah", jawab Kim Tan, "Aku penasaran siapa si gadis aneh itu. Ternyata kau?. Senang bertemu dengan kau. Kita akan sering bertemu nantinya". Kim Tan menahan senyum, Eun Sang diam tak berkutik.
Ny. Han berkata mereka tak perlu sering bertemu. Ia tanya pada Eun Sang, "Kau tidak melihat Kim Tan di sekolah?". Eun Sang menggeleng, tidak. Ny. Han heran, "Sungguh?. Kim Tan orang yang susah untuk diabaikan".
"Iya, kan!. Dia ini memang aneh", celetuk Kim Tan membuat Eun Sang mendelik padanya. Kim Tan menahan geli, "Aku naik dulu", ucapnya setelah puas mengerjai Eun Sang.
Eun Sang pamit pergi. Ny. Han menahan, "Kau lihat wajahnya?. Karena kau sudah melihatnya, kau harus melaporkan padaku semua kegiatan Tan di sekolah".
"Melapor?', tanya Eun Sang tak mengerti.
"Kenapa? Kau masuk sekolah itu dengan gratis. Kau tidak mau melakukannya?", tanya Ny. Han.
Eun Sang menunduk, "Tidak". Ny. Han berkata ia tak minta Eun Sang menjadi teman Kim Tan, "Hanya karena kalian tinggal serumah dan pergi ke sekolah yang sama. Kau tidak boleh akrab dengannya. Persis seperti posisi kalian di rumah ini. Kau juga harus begitu di sekolah. Kau tidak boleh memanggil namanya begitu saja, meskipun kalian seumuran. Paham maksudku?".
"Ya", jawab Eun Sang pelan tampak sedih. "Dia adalah Tuan muda".
"Ya! Begitu!", sahut senang. "Aku tahu kau pintar. Aku juga mau minum".
"Ya", jawab Eun Sang mengambil air minum untuk Ny. Han dengan wajah muram.
Rupanya Kim Tan belum naik ke kamarnya, diam-diam ia berdiri di balik pintu mendengarkan pekataan ibunya. Kim Tan sedih, miris rasanya.
Eun Sang masuk ke kamarnya, perasaanya semakin sedih melihat ibunya yang tidur dengan posisi duduk (seperti siaga jika sewaktu-waktu Ny. Han memanggilnya). Eun Sang minta ibunya berbaring dan istirahat sejenak. Hee Nam menguap.
Eun Sang melepas tasnya, mendongak melihat ke atas gantungan baju. Ia kaget melihat baju seragam SMA Jeguk ada di kamarnya. Eun Sang mengambil baju itu, "Ibu! Apa ini?. Darimana Ibu mendapatkannya?".
"Dari mana lagi?. Ibu membelinya", jawab Hee Nam dengan bahasa isyarat.
Eun Sang syok, "Ibu membelinya? Ibu! Ini hampir sejuta Won harganya. Dengan uang itu, kita bisa ..".
Hee Nam menepuk tangan Eun Sang pelan, "Biarkan ibu mengatasi ini. Cobalah. Kita lihat apa putriku cantik memakainya".
"Aku selalu cantik memakai apa saja", sahut Eun Sang terharu dan menahan tangis, "Terima kasih Ibu! Aku benar-benar menyukainya!. Haruskah aku menyetrikanya?".
Hee Nam mengiyakan dengan anggukan. Eun Sang memandangi seragam barunya, terharu dan bahagia. Hee Nam tersenyum melihat putrinya senang.
Jika Eun Sang sedang bahagia, maka berbanding terbalik dengan Rachel. Nona besar ini kesal saat mendengar niat ibunya yang ingin mengambil foto keluarga bersama Young Do dan Dong Wook. Esther akan memajang foto itu di pesta pertunangan. Dan mencetaknya juga di dalam kartu undangan.
"Ibu sakit ya?. Foto keluarga apa?', tanya Rachel dengan suara tinggi.
"Pelankan suaramu!. Ini tempat usaha orang!', tegur Esther.
Rachel tanya apa maksudnya ini, kenapa dirinya harus berfoto bersama mereka, "Kita tidak akan menjadi keluarga hanya karena melakukan itu". Esther menyuruh Rachel berhenti merengek seperti anak usia 3 tahun, rengekan itu tidak ada gunanya. Tidak akan merubah apapun.
"Dan hidupku dalam pengawasan Ibu sampai aku berumur 3 tahun", sindir Rachel (Dengan kata lain, sekarang ia tak bisa lagi diatur seperti anak kecil). "Aku tidak peduli tentang foto keluarga atau foto pernikahan itu. Aku tidak akan melakukannya", sergah Rachel lalu pergi tidak memperdulikan panggilan ibunya.
Rachel keluar dan langsung menelpon Young Do, tanya dimana pria itu sekarang berada.
Rachel bergegas menemui Young Do di tempat latihan Judo. Ia melihat Young Do berdiri di depan loker, Rachel segera menghampirinya, menanyakan apakah Young Do sudah tahu tentang foto keluarga. Young Do diam, wajahnya sudah menunjukkan rasa marah.
Rachel berkata bukan hanya Young Do yang merasa marah, "Apakah tidak ada cara lain menghentikan pertunangan ini?".
"Kau ingin berpacaran denganku?", Young Do menawarkan solusi.
"Sekarang aku bukan bicara soal pertunanganku. Tak bisakah kau serius?", Rachel kesal.
Meski tak bisa menghetikan pertunangan, Young Do yakin bisa membatalkan foto pertunangan itu. Rachel tak yakin, Benarkah?". Young Do balik tanya apa imbalan yang akan Rachel berikan jika ia berhasil membatalkannya. Rachel mengatakan hal ini akan mereka bicarakan lagi setelah Young Do berhasil.
"Sepertinya kau sungguh ingin berfoto, bukan?, ucap Young Do menyindir.
Rachel kesal dan mengalah, "Apa yang kau inginkan?".
"Apakah kau akan memberikannya padaku, tidak peduli apa itu?", tanya Young Do menatap tajam. Rachel diam, yang artinya ia setuju meski tak tahu imbalan apa yang harus ia berikan pada Young Do.
Dini hari, Kim Tan berdiri di luar pintu gerbang, menunggu Eun Sang keluar meski harus menahan hawa dingin. Disampingnya ada taksi yang sengaja ia pesan. Tak lama Eun Sang keluar dan kaget melihat Kim Tan, "Oh ! Apa yang kau lakukan di sini pagi-pagi begini?".
"Kau ini....supirku bahkan belum datang kerja!", ucap Kim Tan kesal. "Aku tak pernah melihatmu berangkat sekolah di pagi hari, jadi aku penasaran kapan kau keluar. Kau sengaja berangkat ke sekolah lebih awal untuk menghindariku?".
Eun Sang tak menyangkal, "Bukan hanya menghindar darimu. Aku pergi duluan". Eun Sang beranjak pergi, Kim Tan langsung menarik tangannya, "Aku tidak bangun sepagi ini untuk membiarkanmu pergi duluan".
Eun Sang ingin protes. Kim Tan berkata tak ada gunanya berdebat, lalu membuka pintu taksi, menunjuk ke arah CCTV dan mendorong Eun Sang masuk ke dalam taksi yang sudah ia pesan. Pada supir taksi, Kim Tan meminta di antar ke Sma Jeguk.
Dalam perjalanan Kim Tan memuji dirinya sendiri, "Anak-anak suka pada Kim Tan. Karena dia tampan. Kim Tan pintar. Karena dia tampan. Kim Tan...".
(intinya Kim Tan tampan kan!. Narsis emang Kim Tan ini, sadar diri banget kalau wajahnya tampan. Tak apa di maafkan, karena Kim Tan tampan...Hehehehe).
"Apa yang kau bicarakan?, tanya Eun Sang bingung.
Kim Tan berkata Eun Sang bisa melaporkan perkataannya tadi pada ibunya, "Aku sudah mendengar semuanya". Eun Sang tanya apa Kim Tan ingin dia berbohong. Kim Tan balik tanya, bagian mana yang bohong dari perkataannya tadi. (Kim Tan tampan, emang bener!. Kikiki).
"Lupakan", jawab Eun Sang.
"Kau bilang, 'Baik' setelah Ibuku memintamu untuk melaporkannya. Kau sungguh mau melakukannya?.
"Sulit bagiku untuk bilang tidak di rumah itu", jawab Eun Sang.
"Itu sebabnya kau selalu bilang 'tidak' padaku", kata Kim Tan.
Eun Sang tersenyum kecil, "Benar juga".(Eh...nyadar)
Kim Tan tersenyum melihat senyum Eun Sang. Ia ingin tahu kenapa Eun Sang berangkat sekolah lebih awal, sebenarnya apa yang dia hindari. Eun Sang diam dan ingat dihari pertamanya sekolah, dimana ia melihat siswa lain di antar dengan mobil mewah plus sopir. Eun sang merasa minder. Tapi ia tak mengatakan hal itu pada Kim Tan.
Eun Sang hanya menjawab , "Mobil. Aku menghindari mobil".
Kim Tan bingung. Eun Sang minta supir taksi menurunkanya di di depan jalan. Kim Tan minta pada supir jalan terus hingga di depan sekolah. Eun Sang khawatir bagimana jika ada yang melihat. Kim Tan tanya jam segini siapa yang akan melihat mereka, "Untuk hari ini, ayo pergi kita pergi bersama-sama. Besok aku tidak akan bangun sepagi ini".
"Tetap saja...."protes Eun Sang mulai berdebat.
"Oh", tunjuk Kim Tan keluar jendela mengalihkan perhatian Eun Sang. Eun Sang menoleh ke arah yang ditunjuk.
Kesempatan itu digunakan Kim Tan untuk menyadarkan kepalanya ke pundak Eun Sang, dan sukses membuat Eun Sang membeku terkejut.
"Aku ngantuk. Aku bangun pagi karenamu". ucap Kim Tan dengan mata terpejam.
"Apa yang kau lakukan?", tanya Eun Sang masih terkejut.
"Ayo kita turun mobil bersama", ucap Kim Tan lagi, "Kau cantik pakai seragammu".
Eun Sang mengulum senyum mendengar pujian Kim Tan. Dan membiarkan Kim Tan bersandar padanya.
Di sekolah, Kim Tan dan Eun Sang jalan terpisah. Mereka sengaja mengatur jarak. Eun Sang jalan di depan, Kim Tan dibelakangnya. Mereka melangkah seirama (Hm. ingat Secret Garden). Kim Tan tersenyum menatap punggung Eun Sang dan Eun Sang pun menyadari tengah di perhatikan. Pastinya hati Eun Sang berdesir hingga membuatnya sedikit salah tingkah dan sesekali melirik ke belakang.
Sampai di hall depan, Kim Tan terus mengawasi Eun Sang, tapi perhatiannya beralih dari punggung ke leher gadis itu. Eun Sang menguncir rambutnya seperti ekor kuda hingga terlihat lah lehernya yang putih dan bersih. Kim Tan diam sejenak mengigit bibir.
Tak tahan lagi, ia pun bergegas menghampiri Eun Sang dan menarik ikat rambutnya.
Eun Sang terkejut, berbalik dengan rambutnya yang jatuh tergerai, "Apa yang kau lakukan".
"Jangan ikat rambutmu di sekolah", ujar Kim Tan setelah memandang lekat Eun Sang sesaat. Eun Sang minta ikat rambutnya di kembalikan.
"Kau cantik bila rambutmu terurai", Kim Tan mengacak-acak rambut Eun Sang hingga menutupi rambutnya. "Pergilah kemana-mana seperti ini. Paham?", Kim Tan tersenyum puas.
Eun Sang merapihkan rambutnya, "Hentikan! Bagaimana jika seseorang melihat kita?".
"Siapa yang datang sepagi....?", belum selesai Kim Tan bicara, ada seseorang yang memanggil namanya.
"Kim Tan", seru Myung Soo sembari berputar-putar menyemprotkan parfum ke seluruh badannya.
Kim Tan dan Eun Sang menoleh ke sumber suara. Myung Soo melihat Eun Sang dan memanggilnya dengan panggilan orang kaya baru. Ia heran bagaimana Eun Sang dan Kim Tan bisa datang ke sekolah bersama.
Eun Sang bingung, Kim Tan mengetahui itu dan segera menarik Eun Sang ke sisinya, "Hei! Sebenarnya apa yang kau lakukan jam segini?. Apakah kau tidur di sini? Kau terlihat seperti dari klub".
Myung Soo tertawa, "Kau benar. Aku mungkin akan tidur di sini lagi besok, jika Ibuku tahu" (kalau ia pulang dari klub). Myung Soo lalu mengajak mereka masuk.
Saat masuk Myung Soo menginjak garis tubuh yang tergambar di lantai. Eun Sang berseru panik. Myung Soo berbalik, tanya kenapa.
"Kau menginjaknya", Eun Sang menunjuk ke lantai dimana ada pola garis tubuh tergambar di sana, seperti olah TKP.
"Oh ini? Kau bisa menginjaknya. Ini palsu", jawab Myung Soo.
"Palsu? Seseorang tidak mati di sana?", tanya Eun Sang takut.
"Seseorang terus menggambarnya. Dia menggambarnya lagi bila terhapus", Myung Soo mengerakan kaki menghapus sebagian gambar itu dengan sepatunya. "Ini seperti protes", jelas Myung Soo.
Kim Tan tanya siapa orang yang melakukan itu. Myung Soo tidak tahu, lalu menebak, "Mungkinkah Joon Young?". Eun Sang dan Kim Tan terdiam.
Melihat wajah Eun Sang membuat Myung Soo mengingat sesuatu, "Hei, Orang kaya baru!. Pernahkah kita bertemu sebelumnya?. Sepertinya aku pernah melihatmu jam segini".
"Entahlah", jawab Eun Sang mulai panik.
Kim Tan berkata jika Myung Soo pernah melihat Eun Sang pastilah itu di klub, tapi Eun Sang tidak pernah kesana. Myung Soo tanya darimana Kim Tan tahu. Kim Tan berkata klub tidak menerima sembrangan orang jelek masuk. (Hahaha).
Kim Tan melangkah masuk kedalam. Myung Soo memperhatikan Eun Sang, "Gayanya sedikit kolot tapi dia tak jelek", komentar Myung Soo lalu menyusul Kim Tan.
Eun Sang mendesis kesal. 2 namja itu mengkritik dirinya, seolah ia tak ada disana. Tapi setidaknya rahasia Eun Sang, aman kan!!!!..
Kediaman keluaga Kim. Ny. Han mengundang temannya datang kerumah. Kebetulan, teman Ny. Han ini adalah ibu Ye Sol. Ibu Ye Sol memanggil Ny. Han dengan sebutan onnie. Ia kagum memandangi rumah Kim yang super besar itu. Indah sekali, seperti istana, "Berapa kamar yang kau punya?. Tidak masalah jika kau istri kedua di rumah ini".
Status istri ke dua itulah yang Ny. Han harapkan, tapi statusnya di sini hanya sebagai istri simpanan. Ny. Han akan mengajak ibu Ye Sol berkeliling. Ibu Ye Sol tanya apa presdir Kim tidak marah jika Ny. Han mengajakanya berkeliling.
Ny. Han bilang presdir Kim tidak ada di rumah, lagi pula sekarang ia tak peduli lagi jika presdir Kim marah. Kim Tan putranya sudah kembali, tidak ada lagi yang ia takutkan sekarang.
"Ah...Keras kepala sekali", seru ibu Ye Sol (dialek ibu Ye Sol ini seperti orang jepang). Ny. Han heran, "Memangnya kenapa denganku?".
"Bukan kau! Ini Sekolahnya Ye Sol", jawab ibu Ye Sol sembari menatap ponselnya, "Aku dapat banyak SMS setelah mendaftar jadi bagian asosiasi orang tua murid. Mereka menelpon setiap hari. Aku ingin menyingkirkannya".
"Irinya aku. Aku bahkan tak bisa pergi meskipun aku mau", kata Ny. Han miris.
Ibu Ye Sol berkata itu cuma pekerjaan membosankan. Para orang tua siswa berdandan rapih dari ujung kepala hingga kaki, memperlihatkan dompet mereka dan bertanya, "Kau juga orang tua?. Apa pekerjaan suamimu?", Ibu Ye Sol mempergakan gaya bicaranya di depan para orang tua murid. "Semuanya sampah", ucapnya kesal.
Ny. Han tanya jadi apa yang ibu Ye Sol katakan mengenai pekerjaan suaminya. Ibu Ye Sol bilang, "Menjual minuman (alkohol)". Ny. Han syok, "Apakah kau gila?. Apakah Ye Sol tidak apa- apa?".
Ibu Ye Sol tertawa, "Jangan khawatir!. Mereka hanya melihat apa yang ingin mereka lihat. Mereka pikir suamiku mempunyai bisnis air kemasan".
Ny. Han menilai ibu Ye Sol sungguh berani. Ibu Ye Sol mengatakan hidup tidaklah mudah. Ia lalu bertanya dimana kamar tidur Ny. Han.
Pembicaraan mereka dilanjutkan sembari minum teh. Ibu Ye Sol hampir lupa menanyakan ini, "Apa yang terjadi pada Nyonya besar (Ny. Ji Sung)?. Ny. Han mengatakan tidak ada satupun foto yang berguna., "Dia cuma pergi ke galeri dan mengumpulkan peralatan makan. Setiap kali dia bertemu laki-laki, orang itu pasti sekretaris Yoon Jae Hoo. Dia seperti biksu saja".
Ibu Ye Sol mempunyai ide lain, merubah strategi. "Jatuhkan Won, maksudku Presdir Kim Won. Carikan seseorang untuk Won. Wanita adalah cara terbaik untuk membuat Ayah membenci anaknya".
Ny. Han memarahi ibu Ye Sol, "Kau kuliah hanya untuk ini?. Istri kedua sudah seperti seperti biksuni. Dan Won sudah seperti seorang pastor Katolik".
"Kalau begitu rumah ini punya energi yang buruk", ujar ibu Ye Sol, lalu teriak dan meloncat terkejut, "Ya tuhan. Siapa itu", ucapnya melihat punggung seseorang yang tiba-tiba keluar dari pintu. (Ketawa ngakak liat adegan ini).
Hee Nam mengepel lantai dengan posisi jongkok dan gaya mundur. Hee Nam berdiri setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ny. Han tanya apa yang dilakukan Hee Nam disana, "Ya Tuhan!, aku bisa gila. Apakah kau mendengar semuanya lagi?". Hee Nam menganguk lalu pergi.
Ibu Ye Sol tanya apa ahjuma tadi itu pelayan yang tidak bisa bicara itu. Ny. Han tak tahan lagi, "Ayo kubur dia hari ini", ucapnya sadis...hehehehe. Ibu Ye Sol menanggapi dengan bercanda, "Oh...Sekarang kau kembali ke dirimu yang dulu. Dia sudah mengetahui banyak hal sekarang?. Apakah kau yakin dia tidak bisa bicara?".
"Hah!", Ny. Han bengong pemikiran yang bahkan tak pernah terlintas sama sekali dalam benaknya.
Ny. Han jalan mengendap-endap menuju dapur, niatnya ingin mengangetkan Hee Nam. Tapi malah dia sendiri yang teriak kaget karena tiba-tiba Hee Nam berbalik. "Ya Tuhan!. Bagaimana kau tahu?".
Hee Nam menunjuk ke pintu kaca lemari es, "Aku bisa melihatmu dari sana". Ny. Han kesal, "Oh, begitu. Apakah kau benar-benar bisu?. Tapi, sejak kapan kau tak bisa bicara?".
Hee Nam menulis di notes. Tapi Ny. Han berkata, "Sudahlah! Nanti saja", lalu pura-pura berbalik pergi, dan mengagetkan Hee Nam kembali.
Tapi Hee Nam menatapnya dengan wajah datar, plan..sama sekali tidak terkejut ataupun takut. Membuat Ny. Han jadi malu sendiri. (hihihi), "Lanjutkan kerjamu", ucap Ny. Han lalu pergi.
"Sejak umur 3 tahun setelah aku demam tinggi", tulis Hee Nam di notesnya.
Eun Sang berada di klub penyiaran tengah menerima wawancara dari Hyo Shin. Hyo Shin melihat CV Eun Sang, tercantum keahlian Eun Sang yang bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Hyo Shin menilai itu unik, biasanya siswa lain mengatakan mereka menguasai 3 bahasa.
"Itu lah salah satu alasan kenapa kau harus memilihku", ucap Eun Sang semangat. "Aku menjadi relawan..."
"Ditolak", potong Hyo Shin cepat.
Eun Sang tanya kenapa. Hyo Shin berpikir Eun Sang berniat masuk ke klub ini karena ingin mendapatkan seragam, tapi sekarang Eun Sang sudah memakainya, "Apakah kau menjual tasmu?", sindir Hyo Shin.
Eun Sang mengaku bohong soal tas itu. Hyo Shin tahu Eun Sang bohong, "Apakah ada lagi yang ingin kau katakan?", tanya Hyo Shin sebelum mengakiri sesi wawancara.
Eun Sang bicara menggunakan bahasa isyarat, "Tolong terima aku. Jika kau tidak menerimaku, Aku akan membalas dendam padamu".
Hyo Shin tanya apa artinya. Eun Sang tersenyum manis, "Tolong terima aku". Hyo Shin tidak percaya, "Isyaratnya terlalu panjang hanya untuk perkataan itu".
Bo Na masuk heran melihat Eun Sang ada diruangan ini. Lalu protes pada Hyo Shin, "Kau tidak membuang-buang waktumu untuk mewawancarainya, kan?. Tidak, jangan pilih dia, sunbae-nim".
Hyo Shin tanya kenapa tidak. Bo Na berkata Eun Sang adalah sahabat pacarnya, Chan Young, "Mana mungkin perempuan bersahabat dengan laki-laki?. Pokoknya jangan terima dia".
"Sayang sekali. Aku suka semangatnya", ucap Hyo Shin menggoda.
Bo Na merajuk, "Sunbe-nim".
Sampai akhirnya, pelamar lain masuk. Kebetulan dia adalah fans Hyo Shin, gadis yang bilang kalau ayahnya adalah Presdir SBC. Bo Na yang tidak suka tanya mau apa kau. Gadis itu menyodorkan CV-nya, "Sunbae-nim. Aku datang untuk wawancara".
Bo Na langsung menghalangi, "Sunbae-nim pilih saja dia (Eun Sang). Kau PD untuk JBS kami selanjutnya. Congratulations!",ucap Bo Na pada Eun Sang.
Eun Sang tersenyum bingung. Hyo Shin geli melihat perubahan Bo Na yang tiba-tiba.
Eun Sang jalan menuju kelas dengan wajah tersenyum (ada harapan dia diterima di klub penyiaran). Merasa gerah, Eun Sang merapihkan rambut dan ingin mengikat rambutnya kembali.
Kim Tan tiba-tiba muncul dari belakang dan langsung menarik ikat rambutnya lagi. Eun Sang teriak terkejut, "Hei". Tapi Kim Tan sama sekali tidak berbalik atau pun menoleh. Jalan lurus dengan senyum jahil di wajahnya.
Eun Sang yang tak berniat mengejar hanya diam di tempatnya. Tanpa sengaja ia menoleh ke kanan, dimana ada Young Do sedang berdiri menatapnya dari jauh sejak tadi. Buru-buru Eun Sang mengalihkan pandangannya menghindari tatapan Young Do..
Eun Sang yang merasakan kejanggalan dalam pandangan Young Do kembali menoleh dan melihat pria itu. Young Do menatap Eun Sang dengan pandangan berbeda yang sulit diartikan. Antara marah, sedih, cemburu atau merasa penasaran.
Chan Young dan Bo Na berada di perpustakaan. Chan Young tanya jadi Eun Sang berhasil diterima.
"Entahlah. Sunbaenim yang memutuskan", ujar Bo Na sembari menyuapkan makanan ke mulut Chan Young.
Chan Young tanya apa Bo Na sedang diet. Bo Na menggeleng, "Tidak, ini makanan untuk otak. Sebentar lagi kita ujian".
Chan Young tersenyum senang, mengelus rambut Bo Na dengan sayang, "Wah, aku jadi terkesan (Kamtan)". Bo Na yang salah mendengar langsung kesal, "Apa maksudnya? Bagaimana aku bisa seperti Kim Tan?".
"Apa duniamu cuma berputar disekitar Kim Tan?. Kamtan terdengar seperti Kim Tan?", tanya Chan Young cemburu.
Pertanyaan itu membuat Bo Na mengaku kalau dulu ia pernah berpacaran sebentar dengan Kim Tan waktu masih kecil (smp). Chan Young menilai Bo Na belum bisa melupakan Kim Tan.
"Apa yang kau bicarakan? Kami hanya bergandengan tangan", jawab Bo Na.
"Sungguh?"
"Sumpah!", jawab Bo Na mengangkat tangannya tanda sumpah.
Dengan suara pelan, Bo Na tanya, "Apa Kim Tan sendiri yang bilang padamu kalau aku mantannya?". Chan Young mengatakan Rachel yang memberitahunya, "Tapi aku baru tahu bahwa kau pernah berpegangan tangan dengannya. Aku jadi kesal".
Bo Na menyesali ucapannya, "Tadinya kau tidak tahu kami bergandengan tangan. Apa?. Yoo Rachel yang memberitahumu?".
Chan Young membenarkan, "Kim Tan adalah mantan Bo Na. Ini pacar Bo Na saat ini. Begitu cara dia memperkenalkan kami".
"Rachel benar-benar bitc (jalang)...", Bo Na langsung menutup mulutnya, "Maaf. Aku bicara bahasa asing".
Chan Young minta Bo Na berjanji padanya, jangan beritahu orang lain kalau Eun Sang masuk karena beasiswa dan berada di kelompok kelas sosial, "Kumohon". Bo Na tidak mau berjanji, dan tanya kenapa Chan Young meminta hal itu padanya. Setengah merayu, Chan Young berkata karean ia mempercayai Bo Na.
"Aku benci. Jangan percaya padaku. Masa lalu tetap masa lalu. Dan aku masih tak suka Cha Eun Sang", ucap Bo Na ketus lalu pergi. Chan Young hanya bisa menghela napas. Bo Na selalu cemburu jika menyangkut Eun Sang.
Kim Tan berada di studio Myung Soo, memandangi foto masa remajanya bersama Young Do yang tertempel di dinding. Hm..dulu mereka begitu akrab, makan es krim bersama. Tak lama Chan Young datang, tanya sedang apa Kim Tan disini dan dimana Myung Soo.
Tanpa mengalihkan pandanganya, Kim Tan menjawab Myung Soo pergi menemui ibunya, sebentar lagi akan kembali. Chan Young tanya apa yang Kim Tan lihat. Kim Tan menjawab, "Mengingat masa lalu!".
Kim Tan berbalik menghadap Chan Young, "Sudah berapa lama kau pacaran dengan Bo Na?". Chan Young menjawab satu setengah tahun, "Sejauh apa hubunganmu dengan Eun Sang?".
"Aku baru mau menyatakan perasaan", jawab Kim Tan, "Apa tidak terjadi apa-apa antara kau dan Eun Sang saat kalian berteman selama setengah dari hidup kalian?. Kau tidak pernah punya perasaan padanya?".
"Bagaimana kalau ada?", tanya Chan Young balik.
Kim Tan menghela napas, "Sudah kutebak. Pasti ada. Kapan itu?".
Chan Young mengingat saat berusia 9 tahun, "Waktu itu Eun Sang lebih tinggi dariku. Jadi dia memukuli anak-anak yang menindasku. Saat itu aku sangat bergantung padanya" (Hm...apa sekarang masih ada perasaan itu!).
Kim Tan tak percaya, "Cuma itu?".
Chan Young tak menjawab dan balik tanya, "Kenapa kau menggandeng tangannya Bo Na?". Kim Tan diam sebentar mengingat, "Karena dingin!", jawabnya pendek. Sama seperti Kim Tan, Chan Young pun tidak percaya, "Cuma itu?".
Kim Tan tersenyum, sembari menunjukkan foto Bo Na, "Dulu Bo Na lebih kuat dari pada aku. Aku pergi". Kim Tan meletak foto itu di meja lalu pergi.
Chan Young memandang foto yang tadi dilihat Kim Tan. Foto remaja Kim Tan dan Young Do. Apa Chan Young mengenali wajah remaja di foto itu???.
Ny. Han keluar dari dapur dengan membawa segelas wine. Di ruang tengah, ia berpapasan dengan Kim Won yang baru pulang kerumah. Buru-buru Ny. Han menyembunyikan gelas wine di balik punggungnya, "Apa yang kau lakukan di sini?. Aku pikir kau sudah pindah".
"Kau seharusnya tidak mengatakan apa yang ada dipikiranmu. Kau membuatku kehilangan kata-kata ketika kau blak-blakan begitu", ujar Kim Won sinis lalu pergi dari sana.
"Aku hanya senang bertemu denganmu", tukas Ny. Han dengan wajah kesal.
Kim Won pergi menemui ayahnya dan mengatakan akan pindah untuk sementara ini. Ia memberitahu hal ini agar ayahnya tidak cemas. Presdir Kim berkata, "Selama ini ... bukannya kau selalu tinggal diluar?".
"Dulu aku punya tempat untuk pulang. Tapi sekarang tidak lagi", ujar Kim Won.
Presdir Kim mengira Kim Won akan bersikap lebih pintar dan bijaksana. Kim Won menyindir presdir Kim membawa Kim Tan ke perusahaan juga bukan hal yang pintar dan bijaksana. Presdir Kim heran Kim Tan baru 18 tahun, hanya ini sajakah yang bisa Kim Won lakukan.
"Aku berumur 6 tahun ketika Ibu meninggal. Saat punya ibu tiri dan adik tiri. Aku baru 12 tahun. Aku tahu akan lebih banyak kehilangan daripada mendapatkan. Tapi ada sesuatu yang aku dapatkan. Setidaknya seseorang akan terluka. Dan luka itu bisa mendorong semangatku", ucap Kim Won dingin. (siapa Kim Tan, atau presdir Kim????)
"Bisa kau bayangkan kau akan kehilangan apa?", tanya presdir Kim.
"Tidak. Tapi, kalau memang aku harus kalah, maka biarkan itu terjadi. Aku pamit". Kim Won membungkuk lalu pergi.
Presdir Kim diam, menghela napas dalam.
Kim Won sedang mengemasi pakaiannya saat Kim Tan masuk, "Hyung. Kau kembali ke rumah sekarang?", Kim Tan tersenyum senang melihat kakaknya pulang kerumah.
"Apa cuma itu yang ingin kau dan ibumu ketahui", sahut Kim Won sinis memudarkan senyum di wajah Kim Tan, "Keluar. Kau menggangguku", tambah Kim Won lagi tanpa berbalik.
Kim Tan menghela napas, "Apa tidak bisa Hyung dan aku hidup bersama meskipun kita saling benci maupun tidak?".
Kim Won berkata itu hanya keluarga yang sebenarnya yang bisa tinggal bersama. Kim Tan tanya, "Saat kau bicara seperti itu ...apa perasaan Hyung baik-baik saja?".
"Tidak, tapi itu juga membuatmu tidak nyaman. Itu sudah cukup bagiku", ujar Kim Won.
Kim Won mengangkat kopernya siap pergi, "Minggir", ucapnya tanpa memandang wajah Kim Tan.
"Hyung". Kim Tan mencoba bicara.
"Kubilang minggir", ulang Kim Won lagi.
Dengan perasaan terluka Kim Tan tanya kenapa kakaknya harus bertindak sejauh ini, "Kenapa kau keluar hanya karena aku kembali?".
"Ya", jawab Eun Sang mengambil air minum untuk Ny. Han dengan wajah muram.
Rupanya Kim Tan belum naik ke kamarnya, diam-diam ia berdiri di balik pintu mendengarkan pekataan ibunya. Kim Tan sedih, miris rasanya.
Eun Sang masuk ke kamarnya, perasaanya semakin sedih melihat ibunya yang tidur dengan posisi duduk (seperti siaga jika sewaktu-waktu Ny. Han memanggilnya). Eun Sang minta ibunya berbaring dan istirahat sejenak. Hee Nam menguap.
Eun Sang melepas tasnya, mendongak melihat ke atas gantungan baju. Ia kaget melihat baju seragam SMA Jeguk ada di kamarnya. Eun Sang mengambil baju itu, "Ibu! Apa ini?. Darimana Ibu mendapatkannya?".
"Dari mana lagi?. Ibu membelinya", jawab Hee Nam dengan bahasa isyarat.
Eun Sang syok, "Ibu membelinya? Ibu! Ini hampir sejuta Won harganya. Dengan uang itu, kita bisa ..".
Hee Nam menepuk tangan Eun Sang pelan, "Biarkan ibu mengatasi ini. Cobalah. Kita lihat apa putriku cantik memakainya".
"Aku selalu cantik memakai apa saja", sahut Eun Sang terharu dan menahan tangis, "Terima kasih Ibu! Aku benar-benar menyukainya!. Haruskah aku menyetrikanya?".
Hee Nam mengiyakan dengan anggukan. Eun Sang memandangi seragam barunya, terharu dan bahagia. Hee Nam tersenyum melihat putrinya senang.
Jika Eun Sang sedang bahagia, maka berbanding terbalik dengan Rachel. Nona besar ini kesal saat mendengar niat ibunya yang ingin mengambil foto keluarga bersama Young Do dan Dong Wook. Esther akan memajang foto itu di pesta pertunangan. Dan mencetaknya juga di dalam kartu undangan.
"Ibu sakit ya?. Foto keluarga apa?', tanya Rachel dengan suara tinggi.
"Pelankan suaramu!. Ini tempat usaha orang!', tegur Esther.
Rachel tanya apa maksudnya ini, kenapa dirinya harus berfoto bersama mereka, "Kita tidak akan menjadi keluarga hanya karena melakukan itu". Esther menyuruh Rachel berhenti merengek seperti anak usia 3 tahun, rengekan itu tidak ada gunanya. Tidak akan merubah apapun.
"Dan hidupku dalam pengawasan Ibu sampai aku berumur 3 tahun", sindir Rachel (Dengan kata lain, sekarang ia tak bisa lagi diatur seperti anak kecil). "Aku tidak peduli tentang foto keluarga atau foto pernikahan itu. Aku tidak akan melakukannya", sergah Rachel lalu pergi tidak memperdulikan panggilan ibunya.
Rachel keluar dan langsung menelpon Young Do, tanya dimana pria itu sekarang berada.
Rachel bergegas menemui Young Do di tempat latihan Judo. Ia melihat Young Do berdiri di depan loker, Rachel segera menghampirinya, menanyakan apakah Young Do sudah tahu tentang foto keluarga. Young Do diam, wajahnya sudah menunjukkan rasa marah.
Rachel berkata bukan hanya Young Do yang merasa marah, "Apakah tidak ada cara lain menghentikan pertunangan ini?".
"Kau ingin berpacaran denganku?", Young Do menawarkan solusi.
"Sekarang aku bukan bicara soal pertunanganku. Tak bisakah kau serius?", Rachel kesal.
Meski tak bisa menghetikan pertunangan, Young Do yakin bisa membatalkan foto pertunangan itu. Rachel tak yakin, Benarkah?". Young Do balik tanya apa imbalan yang akan Rachel berikan jika ia berhasil membatalkannya. Rachel mengatakan hal ini akan mereka bicarakan lagi setelah Young Do berhasil.
"Sepertinya kau sungguh ingin berfoto, bukan?, ucap Young Do menyindir.
Rachel kesal dan mengalah, "Apa yang kau inginkan?".
"Apakah kau akan memberikannya padaku, tidak peduli apa itu?", tanya Young Do menatap tajam. Rachel diam, yang artinya ia setuju meski tak tahu imbalan apa yang harus ia berikan pada Young Do.
Dini hari, Kim Tan berdiri di luar pintu gerbang, menunggu Eun Sang keluar meski harus menahan hawa dingin. Disampingnya ada taksi yang sengaja ia pesan. Tak lama Eun Sang keluar dan kaget melihat Kim Tan, "Oh ! Apa yang kau lakukan di sini pagi-pagi begini?".
"Kau ini....supirku bahkan belum datang kerja!", ucap Kim Tan kesal. "Aku tak pernah melihatmu berangkat sekolah di pagi hari, jadi aku penasaran kapan kau keluar. Kau sengaja berangkat ke sekolah lebih awal untuk menghindariku?".
Eun Sang tak menyangkal, "Bukan hanya menghindar darimu. Aku pergi duluan". Eun Sang beranjak pergi, Kim Tan langsung menarik tangannya, "Aku tidak bangun sepagi ini untuk membiarkanmu pergi duluan".
Eun Sang ingin protes. Kim Tan berkata tak ada gunanya berdebat, lalu membuka pintu taksi, menunjuk ke arah CCTV dan mendorong Eun Sang masuk ke dalam taksi yang sudah ia pesan. Pada supir taksi, Kim Tan meminta di antar ke Sma Jeguk.
Dalam perjalanan Kim Tan memuji dirinya sendiri, "Anak-anak suka pada Kim Tan. Karena dia tampan. Kim Tan pintar. Karena dia tampan. Kim Tan...".
(intinya Kim Tan tampan kan!. Narsis emang Kim Tan ini, sadar diri banget kalau wajahnya tampan. Tak apa di maafkan, karena Kim Tan tampan...Hehehehe).
"Apa yang kau bicarakan?, tanya Eun Sang bingung.
Kim Tan berkata Eun Sang bisa melaporkan perkataannya tadi pada ibunya, "Aku sudah mendengar semuanya". Eun Sang tanya apa Kim Tan ingin dia berbohong. Kim Tan balik tanya, bagian mana yang bohong dari perkataannya tadi. (Kim Tan tampan, emang bener!. Kikiki).
"Lupakan", jawab Eun Sang.
"Kau bilang, 'Baik' setelah Ibuku memintamu untuk melaporkannya. Kau sungguh mau melakukannya?.
"Sulit bagiku untuk bilang tidak di rumah itu", jawab Eun Sang.
"Itu sebabnya kau selalu bilang 'tidak' padaku", kata Kim Tan.
Eun Sang tersenyum kecil, "Benar juga".(Eh...nyadar)
Kim Tan tersenyum melihat senyum Eun Sang. Ia ingin tahu kenapa Eun Sang berangkat sekolah lebih awal, sebenarnya apa yang dia hindari. Eun Sang diam dan ingat dihari pertamanya sekolah, dimana ia melihat siswa lain di antar dengan mobil mewah plus sopir. Eun sang merasa minder. Tapi ia tak mengatakan hal itu pada Kim Tan.
Eun Sang hanya menjawab , "Mobil. Aku menghindari mobil".
Kim Tan bingung. Eun Sang minta supir taksi menurunkanya di di depan jalan. Kim Tan minta pada supir jalan terus hingga di depan sekolah. Eun Sang khawatir bagimana jika ada yang melihat. Kim Tan tanya jam segini siapa yang akan melihat mereka, "Untuk hari ini, ayo pergi kita pergi bersama-sama. Besok aku tidak akan bangun sepagi ini".
"Tetap saja...."protes Eun Sang mulai berdebat.
"Oh", tunjuk Kim Tan keluar jendela mengalihkan perhatian Eun Sang. Eun Sang menoleh ke arah yang ditunjuk.
Kesempatan itu digunakan Kim Tan untuk menyadarkan kepalanya ke pundak Eun Sang, dan sukses membuat Eun Sang membeku terkejut.
"Aku ngantuk. Aku bangun pagi karenamu". ucap Kim Tan dengan mata terpejam.
"Apa yang kau lakukan?", tanya Eun Sang masih terkejut.
"Ayo kita turun mobil bersama", ucap Kim Tan lagi, "Kau cantik pakai seragammu".
Eun Sang mengulum senyum mendengar pujian Kim Tan. Dan membiarkan Kim Tan bersandar padanya.
Di sekolah, Kim Tan dan Eun Sang jalan terpisah. Mereka sengaja mengatur jarak. Eun Sang jalan di depan, Kim Tan dibelakangnya. Mereka melangkah seirama (Hm. ingat Secret Garden). Kim Tan tersenyum menatap punggung Eun Sang dan Eun Sang pun menyadari tengah di perhatikan. Pastinya hati Eun Sang berdesir hingga membuatnya sedikit salah tingkah dan sesekali melirik ke belakang.
Sampai di hall depan, Kim Tan terus mengawasi Eun Sang, tapi perhatiannya beralih dari punggung ke leher gadis itu. Eun Sang menguncir rambutnya seperti ekor kuda hingga terlihat lah lehernya yang putih dan bersih. Kim Tan diam sejenak mengigit bibir.
Tak tahan lagi, ia pun bergegas menghampiri Eun Sang dan menarik ikat rambutnya.
Eun Sang terkejut, berbalik dengan rambutnya yang jatuh tergerai, "Apa yang kau lakukan".
"Jangan ikat rambutmu di sekolah", ujar Kim Tan setelah memandang lekat Eun Sang sesaat. Eun Sang minta ikat rambutnya di kembalikan.
"Kau cantik bila rambutmu terurai", Kim Tan mengacak-acak rambut Eun Sang hingga menutupi rambutnya. "Pergilah kemana-mana seperti ini. Paham?", Kim Tan tersenyum puas.
Eun Sang merapihkan rambutnya, "Hentikan! Bagaimana jika seseorang melihat kita?".
"Siapa yang datang sepagi....?", belum selesai Kim Tan bicara, ada seseorang yang memanggil namanya.
"Kim Tan", seru Myung Soo sembari berputar-putar menyemprotkan parfum ke seluruh badannya.
Kim Tan dan Eun Sang menoleh ke sumber suara. Myung Soo melihat Eun Sang dan memanggilnya dengan panggilan orang kaya baru. Ia heran bagaimana Eun Sang dan Kim Tan bisa datang ke sekolah bersama.
Eun Sang bingung, Kim Tan mengetahui itu dan segera menarik Eun Sang ke sisinya, "Hei! Sebenarnya apa yang kau lakukan jam segini?. Apakah kau tidur di sini? Kau terlihat seperti dari klub".
Myung Soo tertawa, "Kau benar. Aku mungkin akan tidur di sini lagi besok, jika Ibuku tahu" (kalau ia pulang dari klub). Myung Soo lalu mengajak mereka masuk.
Saat masuk Myung Soo menginjak garis tubuh yang tergambar di lantai. Eun Sang berseru panik. Myung Soo berbalik, tanya kenapa.
"Kau menginjaknya", Eun Sang menunjuk ke lantai dimana ada pola garis tubuh tergambar di sana, seperti olah TKP.
"Oh ini? Kau bisa menginjaknya. Ini palsu", jawab Myung Soo.
"Palsu? Seseorang tidak mati di sana?", tanya Eun Sang takut.
"Seseorang terus menggambarnya. Dia menggambarnya lagi bila terhapus", Myung Soo mengerakan kaki menghapus sebagian gambar itu dengan sepatunya. "Ini seperti protes", jelas Myung Soo.
Kim Tan tanya siapa orang yang melakukan itu. Myung Soo tidak tahu, lalu menebak, "Mungkinkah Joon Young?". Eun Sang dan Kim Tan terdiam.
Melihat wajah Eun Sang membuat Myung Soo mengingat sesuatu, "Hei, Orang kaya baru!. Pernahkah kita bertemu sebelumnya?. Sepertinya aku pernah melihatmu jam segini".
"Entahlah", jawab Eun Sang mulai panik.
Kim Tan berkata jika Myung Soo pernah melihat Eun Sang pastilah itu di klub, tapi Eun Sang tidak pernah kesana. Myung Soo tanya darimana Kim Tan tahu. Kim Tan berkata klub tidak menerima sembrangan orang jelek masuk. (Hahaha).
Kim Tan melangkah masuk kedalam. Myung Soo memperhatikan Eun Sang, "Gayanya sedikit kolot tapi dia tak jelek", komentar Myung Soo lalu menyusul Kim Tan.
Eun Sang mendesis kesal. 2 namja itu mengkritik dirinya, seolah ia tak ada disana. Tapi setidaknya rahasia Eun Sang, aman kan!!!!..
Kediaman keluaga Kim. Ny. Han mengundang temannya datang kerumah. Kebetulan, teman Ny. Han ini adalah ibu Ye Sol. Ibu Ye Sol memanggil Ny. Han dengan sebutan onnie. Ia kagum memandangi rumah Kim yang super besar itu. Indah sekali, seperti istana, "Berapa kamar yang kau punya?. Tidak masalah jika kau istri kedua di rumah ini".
Status istri ke dua itulah yang Ny. Han harapkan, tapi statusnya di sini hanya sebagai istri simpanan. Ny. Han akan mengajak ibu Ye Sol berkeliling. Ibu Ye Sol tanya apa presdir Kim tidak marah jika Ny. Han mengajakanya berkeliling.
Ny. Han bilang presdir Kim tidak ada di rumah, lagi pula sekarang ia tak peduli lagi jika presdir Kim marah. Kim Tan putranya sudah kembali, tidak ada lagi yang ia takutkan sekarang.
"Ah...Keras kepala sekali", seru ibu Ye Sol (dialek ibu Ye Sol ini seperti orang jepang). Ny. Han heran, "Memangnya kenapa denganku?".
"Bukan kau! Ini Sekolahnya Ye Sol", jawab ibu Ye Sol sembari menatap ponselnya, "Aku dapat banyak SMS setelah mendaftar jadi bagian asosiasi orang tua murid. Mereka menelpon setiap hari. Aku ingin menyingkirkannya".
"Irinya aku. Aku bahkan tak bisa pergi meskipun aku mau", kata Ny. Han miris.
Ibu Ye Sol berkata itu cuma pekerjaan membosankan. Para orang tua siswa berdandan rapih dari ujung kepala hingga kaki, memperlihatkan dompet mereka dan bertanya, "Kau juga orang tua?. Apa pekerjaan suamimu?", Ibu Ye Sol mempergakan gaya bicaranya di depan para orang tua murid. "Semuanya sampah", ucapnya kesal.
Ny. Han tanya jadi apa yang ibu Ye Sol katakan mengenai pekerjaan suaminya. Ibu Ye Sol bilang, "Menjual minuman (alkohol)". Ny. Han syok, "Apakah kau gila?. Apakah Ye Sol tidak apa- apa?".
Ibu Ye Sol tertawa, "Jangan khawatir!. Mereka hanya melihat apa yang ingin mereka lihat. Mereka pikir suamiku mempunyai bisnis air kemasan".
Ny. Han menilai ibu Ye Sol sungguh berani. Ibu Ye Sol mengatakan hidup tidaklah mudah. Ia lalu bertanya dimana kamar tidur Ny. Han.
Pembicaraan mereka dilanjutkan sembari minum teh. Ibu Ye Sol hampir lupa menanyakan ini, "Apa yang terjadi pada Nyonya besar (Ny. Ji Sung)?. Ny. Han mengatakan tidak ada satupun foto yang berguna., "Dia cuma pergi ke galeri dan mengumpulkan peralatan makan. Setiap kali dia bertemu laki-laki, orang itu pasti sekretaris Yoon Jae Hoo. Dia seperti biksu saja".
Ibu Ye Sol mempunyai ide lain, merubah strategi. "Jatuhkan Won, maksudku Presdir Kim Won. Carikan seseorang untuk Won. Wanita adalah cara terbaik untuk membuat Ayah membenci anaknya".
Ny. Han memarahi ibu Ye Sol, "Kau kuliah hanya untuk ini?. Istri kedua sudah seperti seperti biksuni. Dan Won sudah seperti seorang pastor Katolik".
"Kalau begitu rumah ini punya energi yang buruk", ujar ibu Ye Sol, lalu teriak dan meloncat terkejut, "Ya tuhan. Siapa itu", ucapnya melihat punggung seseorang yang tiba-tiba keluar dari pintu. (Ketawa ngakak liat adegan ini).
Hee Nam mengepel lantai dengan posisi jongkok dan gaya mundur. Hee Nam berdiri setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ny. Han tanya apa yang dilakukan Hee Nam disana, "Ya Tuhan!, aku bisa gila. Apakah kau mendengar semuanya lagi?". Hee Nam menganguk lalu pergi.
Ibu Ye Sol tanya apa ahjuma tadi itu pelayan yang tidak bisa bicara itu. Ny. Han tak tahan lagi, "Ayo kubur dia hari ini", ucapnya sadis...hehehehe. Ibu Ye Sol menanggapi dengan bercanda, "Oh...Sekarang kau kembali ke dirimu yang dulu. Dia sudah mengetahui banyak hal sekarang?. Apakah kau yakin dia tidak bisa bicara?".
"Hah!", Ny. Han bengong pemikiran yang bahkan tak pernah terlintas sama sekali dalam benaknya.
Ny. Han jalan mengendap-endap menuju dapur, niatnya ingin mengangetkan Hee Nam. Tapi malah dia sendiri yang teriak kaget karena tiba-tiba Hee Nam berbalik. "Ya Tuhan!. Bagaimana kau tahu?".
Hee Nam menunjuk ke pintu kaca lemari es, "Aku bisa melihatmu dari sana". Ny. Han kesal, "Oh, begitu. Apakah kau benar-benar bisu?. Tapi, sejak kapan kau tak bisa bicara?".
Hee Nam menulis di notes. Tapi Ny. Han berkata, "Sudahlah! Nanti saja", lalu pura-pura berbalik pergi, dan mengagetkan Hee Nam kembali.
Tapi Hee Nam menatapnya dengan wajah datar, plan..sama sekali tidak terkejut ataupun takut. Membuat Ny. Han jadi malu sendiri. (hihihi), "Lanjutkan kerjamu", ucap Ny. Han lalu pergi.
"Sejak umur 3 tahun setelah aku demam tinggi", tulis Hee Nam di notesnya.
Eun Sang berada di klub penyiaran tengah menerima wawancara dari Hyo Shin. Hyo Shin melihat CV Eun Sang, tercantum keahlian Eun Sang yang bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Hyo Shin menilai itu unik, biasanya siswa lain mengatakan mereka menguasai 3 bahasa.
"Itu lah salah satu alasan kenapa kau harus memilihku", ucap Eun Sang semangat. "Aku menjadi relawan..."
"Ditolak", potong Hyo Shin cepat.
Eun Sang tanya kenapa. Hyo Shin berpikir Eun Sang berniat masuk ke klub ini karena ingin mendapatkan seragam, tapi sekarang Eun Sang sudah memakainya, "Apakah kau menjual tasmu?", sindir Hyo Shin.
Eun Sang mengaku bohong soal tas itu. Hyo Shin tahu Eun Sang bohong, "Apakah ada lagi yang ingin kau katakan?", tanya Hyo Shin sebelum mengakiri sesi wawancara.
Eun Sang bicara menggunakan bahasa isyarat, "Tolong terima aku. Jika kau tidak menerimaku, Aku akan membalas dendam padamu".
Hyo Shin tanya apa artinya. Eun Sang tersenyum manis, "Tolong terima aku". Hyo Shin tidak percaya, "Isyaratnya terlalu panjang hanya untuk perkataan itu".
Bo Na masuk heran melihat Eun Sang ada diruangan ini. Lalu protes pada Hyo Shin, "Kau tidak membuang-buang waktumu untuk mewawancarainya, kan?. Tidak, jangan pilih dia, sunbae-nim".
Hyo Shin tanya kenapa tidak. Bo Na berkata Eun Sang adalah sahabat pacarnya, Chan Young, "Mana mungkin perempuan bersahabat dengan laki-laki?. Pokoknya jangan terima dia".
"Sayang sekali. Aku suka semangatnya", ucap Hyo Shin menggoda.
Bo Na merajuk, "Sunbe-nim".
Sampai akhirnya, pelamar lain masuk. Kebetulan dia adalah fans Hyo Shin, gadis yang bilang kalau ayahnya adalah Presdir SBC. Bo Na yang tidak suka tanya mau apa kau. Gadis itu menyodorkan CV-nya, "Sunbae-nim. Aku datang untuk wawancara".
Bo Na langsung menghalangi, "Sunbae-nim pilih saja dia (Eun Sang). Kau PD untuk JBS kami selanjutnya. Congratulations!",ucap Bo Na pada Eun Sang.
Eun Sang tersenyum bingung. Hyo Shin geli melihat perubahan Bo Na yang tiba-tiba.
Eun Sang jalan menuju kelas dengan wajah tersenyum (ada harapan dia diterima di klub penyiaran). Merasa gerah, Eun Sang merapihkan rambut dan ingin mengikat rambutnya kembali.
Kim Tan tiba-tiba muncul dari belakang dan langsung menarik ikat rambutnya lagi. Eun Sang teriak terkejut, "Hei". Tapi Kim Tan sama sekali tidak berbalik atau pun menoleh. Jalan lurus dengan senyum jahil di wajahnya.
Eun Sang yang tak berniat mengejar hanya diam di tempatnya. Tanpa sengaja ia menoleh ke kanan, dimana ada Young Do sedang berdiri menatapnya dari jauh sejak tadi. Buru-buru Eun Sang mengalihkan pandangannya menghindari tatapan Young Do..
Eun Sang yang merasakan kejanggalan dalam pandangan Young Do kembali menoleh dan melihat pria itu. Young Do menatap Eun Sang dengan pandangan berbeda yang sulit diartikan. Antara marah, sedih, cemburu atau merasa penasaran.
Chan Young dan Bo Na berada di perpustakaan. Chan Young tanya jadi Eun Sang berhasil diterima.
"Entahlah. Sunbaenim yang memutuskan", ujar Bo Na sembari menyuapkan makanan ke mulut Chan Young.
Chan Young tanya apa Bo Na sedang diet. Bo Na menggeleng, "Tidak, ini makanan untuk otak. Sebentar lagi kita ujian".
Chan Young tersenyum senang, mengelus rambut Bo Na dengan sayang, "Wah, aku jadi terkesan (Kamtan)". Bo Na yang salah mendengar langsung kesal, "Apa maksudnya? Bagaimana aku bisa seperti Kim Tan?".
"Apa duniamu cuma berputar disekitar Kim Tan?. Kamtan terdengar seperti Kim Tan?", tanya Chan Young cemburu.
Pertanyaan itu membuat Bo Na mengaku kalau dulu ia pernah berpacaran sebentar dengan Kim Tan waktu masih kecil (smp). Chan Young menilai Bo Na belum bisa melupakan Kim Tan.
"Apa yang kau bicarakan? Kami hanya bergandengan tangan", jawab Bo Na.
"Sungguh?"
"Sumpah!", jawab Bo Na mengangkat tangannya tanda sumpah.
Dengan suara pelan, Bo Na tanya, "Apa Kim Tan sendiri yang bilang padamu kalau aku mantannya?". Chan Young mengatakan Rachel yang memberitahunya, "Tapi aku baru tahu bahwa kau pernah berpegangan tangan dengannya. Aku jadi kesal".
Bo Na menyesali ucapannya, "Tadinya kau tidak tahu kami bergandengan tangan. Apa?. Yoo Rachel yang memberitahumu?".
Chan Young membenarkan, "Kim Tan adalah mantan Bo Na. Ini pacar Bo Na saat ini. Begitu cara dia memperkenalkan kami".
"Rachel benar-benar bitc (jalang)...", Bo Na langsung menutup mulutnya, "Maaf. Aku bicara bahasa asing".
Chan Young minta Bo Na berjanji padanya, jangan beritahu orang lain kalau Eun Sang masuk karena beasiswa dan berada di kelompok kelas sosial, "Kumohon". Bo Na tidak mau berjanji, dan tanya kenapa Chan Young meminta hal itu padanya. Setengah merayu, Chan Young berkata karean ia mempercayai Bo Na.
"Aku benci. Jangan percaya padaku. Masa lalu tetap masa lalu. Dan aku masih tak suka Cha Eun Sang", ucap Bo Na ketus lalu pergi. Chan Young hanya bisa menghela napas. Bo Na selalu cemburu jika menyangkut Eun Sang.
Kim Tan berada di studio Myung Soo, memandangi foto masa remajanya bersama Young Do yang tertempel di dinding. Hm..dulu mereka begitu akrab, makan es krim bersama. Tak lama Chan Young datang, tanya sedang apa Kim Tan disini dan dimana Myung Soo.
Tanpa mengalihkan pandanganya, Kim Tan menjawab Myung Soo pergi menemui ibunya, sebentar lagi akan kembali. Chan Young tanya apa yang Kim Tan lihat. Kim Tan menjawab, "Mengingat masa lalu!".
Kim Tan berbalik menghadap Chan Young, "Sudah berapa lama kau pacaran dengan Bo Na?". Chan Young menjawab satu setengah tahun, "Sejauh apa hubunganmu dengan Eun Sang?".
"Aku baru mau menyatakan perasaan", jawab Kim Tan, "Apa tidak terjadi apa-apa antara kau dan Eun Sang saat kalian berteman selama setengah dari hidup kalian?. Kau tidak pernah punya perasaan padanya?".
"Bagaimana kalau ada?", tanya Chan Young balik.
Kim Tan menghela napas, "Sudah kutebak. Pasti ada. Kapan itu?".
Chan Young mengingat saat berusia 9 tahun, "Waktu itu Eun Sang lebih tinggi dariku. Jadi dia memukuli anak-anak yang menindasku. Saat itu aku sangat bergantung padanya" (Hm...apa sekarang masih ada perasaan itu!).
Kim Tan tak percaya, "Cuma itu?".
Chan Young tak menjawab dan balik tanya, "Kenapa kau menggandeng tangannya Bo Na?". Kim Tan diam sebentar mengingat, "Karena dingin!", jawabnya pendek. Sama seperti Kim Tan, Chan Young pun tidak percaya, "Cuma itu?".
Kim Tan tersenyum, sembari menunjukkan foto Bo Na, "Dulu Bo Na lebih kuat dari pada aku. Aku pergi". Kim Tan meletak foto itu di meja lalu pergi.
Chan Young memandang foto yang tadi dilihat Kim Tan. Foto remaja Kim Tan dan Young Do. Apa Chan Young mengenali wajah remaja di foto itu???.
Ny. Han keluar dari dapur dengan membawa segelas wine. Di ruang tengah, ia berpapasan dengan Kim Won yang baru pulang kerumah. Buru-buru Ny. Han menyembunyikan gelas wine di balik punggungnya, "Apa yang kau lakukan di sini?. Aku pikir kau sudah pindah".
"Kau seharusnya tidak mengatakan apa yang ada dipikiranmu. Kau membuatku kehilangan kata-kata ketika kau blak-blakan begitu", ujar Kim Won sinis lalu pergi dari sana.
"Aku hanya senang bertemu denganmu", tukas Ny. Han dengan wajah kesal.
Kim Won pergi menemui ayahnya dan mengatakan akan pindah untuk sementara ini. Ia memberitahu hal ini agar ayahnya tidak cemas. Presdir Kim berkata, "Selama ini ... bukannya kau selalu tinggal diluar?".
"Dulu aku punya tempat untuk pulang. Tapi sekarang tidak lagi", ujar Kim Won.
Presdir Kim mengira Kim Won akan bersikap lebih pintar dan bijaksana. Kim Won menyindir presdir Kim membawa Kim Tan ke perusahaan juga bukan hal yang pintar dan bijaksana. Presdir Kim heran Kim Tan baru 18 tahun, hanya ini sajakah yang bisa Kim Won lakukan.
"Aku berumur 6 tahun ketika Ibu meninggal. Saat punya ibu tiri dan adik tiri. Aku baru 12 tahun. Aku tahu akan lebih banyak kehilangan daripada mendapatkan. Tapi ada sesuatu yang aku dapatkan. Setidaknya seseorang akan terluka. Dan luka itu bisa mendorong semangatku", ucap Kim Won dingin. (siapa Kim Tan, atau presdir Kim????)
"Bisa kau bayangkan kau akan kehilangan apa?", tanya presdir Kim.
"Tidak. Tapi, kalau memang aku harus kalah, maka biarkan itu terjadi. Aku pamit". Kim Won membungkuk lalu pergi.
Presdir Kim diam, menghela napas dalam.
Kim Won sedang mengemasi pakaiannya saat Kim Tan masuk, "Hyung. Kau kembali ke rumah sekarang?", Kim Tan tersenyum senang melihat kakaknya pulang kerumah.
"Apa cuma itu yang ingin kau dan ibumu ketahui", sahut Kim Won sinis memudarkan senyum di wajah Kim Tan, "Keluar. Kau menggangguku", tambah Kim Won lagi tanpa berbalik.
Kim Tan menghela napas, "Apa tidak bisa Hyung dan aku hidup bersama meskipun kita saling benci maupun tidak?".
Kim Won berkata itu hanya keluarga yang sebenarnya yang bisa tinggal bersama. Kim Tan tanya, "Saat kau bicara seperti itu ...apa perasaan Hyung baik-baik saja?".
"Tidak, tapi itu juga membuatmu tidak nyaman. Itu sudah cukup bagiku", ujar Kim Won.
Kim Won mengangkat kopernya siap pergi, "Minggir", ucapnya tanpa memandang wajah Kim Tan.
"Hyung". Kim Tan mencoba bicara.
"Kubilang minggir", ulang Kim Won lagi.
Dengan perasaan terluka Kim Tan tanya kenapa kakaknya harus bertindak sejauh ini, "Kenapa kau keluar hanya karena aku kembali?".
"Karena kau terus mengikutiku", jawab Kim Won kali ini memandang wajah Kim Tan. "Kau bahkan datang ke hotel dan ke perusahaan. Jika kau terus mengikutiku seperti anak 7 tahun. Aku tak punya tempat untuk menghindar darimu. Kenapa aku bisa seperti ini?. Apa pernah terpikir olehmu, kau mengambil tempatku?. Atau, apa aku harus ke Amerika kali ini?. Kapan kau bisa dewasa?. Aku tak bisa bertengkar dengan anak SMA. Jadi cepatlah dewasa".
Kim Tan teridiam. Kim Won pergi meninggalkan Kim Tan yang terluka karena perkataannya. Kim Tan membeku, matanya berkaca-kaca menahan sedih.
Kim Won pergi ke penyimpanan wine bawah tanah. Mengambil beberapa botol wine yang dibuat ibunya, nama red wine itu adalah 1One = Won dibuat tahun 1983. Tahun kelahiran Kim Won.
Kim Tan datang menyusul, mengaku salah dan meminta maaf atas semua yang telah ia lakukan, "Aku minta maaf karena mencarimu di hotel. Aku juga minta maaf karena pergi ke perusahaan. Aku juga bersalah karena kembali dari Amerika. Semuanya salahku, jadi tinggallah di rumah".
Kim Won mengacuhkan permintaan maaf Kim Tan, tangannya sibuk memasukkan beberapa botol wine ke dalam tas. Sikap cuek Kim Won membuat Kim Tan memberanikan diri memegang lengan Kim Won, "Hyung", berharap kakaknya mau memperhatikannya.
Kim Won menoleh, melihat tangan Kim Tan, "Lepaskan. Kau berani memegangku?".
"Aku bahkan tak boleh punya keberanian menyentuh hyung?, tanya Kim Tan menaikan nada suaranya, lalu bicara dengan suara lebih pelan, "Aku tahu aku melebihi batas. Tapi aku mengerti".
Kim Won marah, "Mengerti?. Kau mengejekku?. Kau kira kau siapa bisa mengerti?. Kau punya keberanian kembali tapi tidak berani melawan?. Beraninya kau...!".
Sebelum Kim Won melajutkan ucapannya yang lebih menyakitkan, Kim Tan mendadak memeluk Kim Won (so sad), membuat Kim Won terpaku terkejut (tidakah ia merasa tersentuh!).
Dengan sedih Kim Tan berkata, "Aku tidak akan melawanmu. Karena aku yakin aku akan kalah. Bagaimana aku bisa menang kalau aku tidak menginginkannya?".
Kim Tan melepas pelukannya, "Karena itu...".
"Kau ini banyak omong sekali", potong Kim Won ketus lalu pergi sengaja menabrak pundak Kim Tan.
Kim Tan menoleh melihat kepergian kakaknya dengan pandangan sedih.
Selanjutnya Kim Tan duduk di halaman. Memandang penunjuk mata angin yang tertancap di bawah pohon. Sorot mata Kim Tan memancarkan rasa sepi dan sedih.
Kim Tan menoleh ke belakang, melihat Eun Sang yang baru pulang. Tapi Eun Sang sama sekali tak menyadari kehadiran Kim Tan, dan satu teguran Kim Tan membuat jantung Eun Sang hampir copot.
Eun Sang mengucapkan salam dalam bahasa formal. Kim Tan tanya apa Eun Sang sedang memberontak. Eun Sang berkata Ny. Han mungkin bisa melihat mereka, "Karena itu aku permisi, chung chung (tuing..tuing..).
"Chung Chung apanya?. Berhenti di situ", cegah Kim Tan.
Eun Sang berbalik kesal, "Apa lagi?".
"Kenapa dreamcatcher ku tidak dikembalikan?. Bilang terima kasih saja tidak. Aku tipe orang yang suka kalau orang bilang terima kasih pada perbuatan baikku. Bawa ke tempat penyimpanan wine. Sekarang juga!. Mengerti?", perintah Kim Tan.
Eun Sang masuk ke dalam rumah dengan kesal.
Kim Tan sedang memutar lagu saat Eun Sang masuk ke gudang wine. Kim Tan memutar lagu yang pernah di Eun Sang putar di laptopnya tempo hari (Two People). Eun Sang sedikit terkejut mendengar alunan lagu yang keluar dari ponsel Kim Tan.
Eun Sang mengembalikan dream catcher dan mengucapkan terima kasih. Kim Tan berkata dream catcher ini benar-benar bekerja, ia langsung mimpi buruk tanpa benda itu. Eun Sang tak percaya, "Bohong" lalu berbalik pergi.
"Aku sudah menyalakan lagu. Dengarkan bersama denganku", ajak Kim Tan. Eun Sang mundur perlahan, "Aku duduk karena suka dengan lagunya".
Kim Tan ikut duduk, "Kau suka lagu ini?. Kau pernah memutarnya sekali".
Eun Sang mengiyakan, "Seseorang yang sangat aku suka menyukai lagu ini".
Mendengar kata suka, membuat Kim Tan terganggu, "Kau pernah pacaran dulu?. Kapan?. Sebelum datang ke Amerika?. Siapa?", tanyanya menggebu-gebu
"Aku tidak pernah bilang kalau dia adalah pria", jawab Eun San dengan wajah malas.
"Jadi kau tidak punya pacar?", Kim Tan jadi tenang, dengan nada lebih lembut Kim Tan tanya, "Jadi, siapa dia?".
Eun Sang tersenyum, "Kakak ku".
"Ah", sahut Kim Tan. Menyinggung kakak Eun Sang mengingatkan Kim Tan pada Amerika. Ia bertanya, apakah Eung Sang masih ingin pergi ke Amerika?.
Eun Sang mengatakan hanya ingin meninggalkan Korea, tapi bukan berarti ingin pergi ke Amerika. Kim Tan ingin tahu bagaimana perasaan Eun Sang sekarang setelah kembali ke Korea, apa tidak apa-apa.
Eun Sang menganggp sama saja, bekerja, bekerja dan bekerja, "Pemindahan sekolahku adalah suatu perubahan. Meskipun akhirnya aku tidak bahagia".
"Minta bantuanku kalau kau butuh", ujar Kim Tan. Eun Sang menolak halus dan mengucapkan terima kasih atas tawaran itu. Penolakan halus itu membuat Kim Tan kesal, "Siapa yang mau tolong?".
Eun Sang menanggapinya dengan senyum, giliran dia yang menanyakan bagaimana perasaan Kim Tan lahir sebagai putra pemilik grup Jeguk.
"Aku tidak bisa memanggil Ibuku, dengan sebutan Ibu. Aku tidak bisa memanggil kakak ku dengan sebutan kakak", jawab Kim Tan menerawang.
"Tipikal Tuan Muda dalam drama", sindir Eun Sang dengan nada prihatin.
"Kau ini tipe pendendam ya?", balas Kim Tan, "Boleh aku tanya sesuatu?".
Eun Sang menjawab cepat, "Tidak". Kim Tan heran, "Kau bahkan belum mendengar pertanyaanku".
"Pertanyaanmu selalu berbahaya. Terima kasih untuk lagu ini. Selamat malam", Eun Sang berdiri dan beranjak pergi.
Kim Tan mengangkat dream catcher-nya, mengarahkan pada Eun Sang yang jalan menaiki tangga hingga menghilang di balik pintu, "Ini bahkan baru satu bait lagu", guman Kim Tan kecewa.
Di kamar Eun Sang berbaring dengan posisi tengkurap. Matanya belum bisa terpejam, karena 2 Pertanyaan "berbahaya" dari Kim Tan kembali melintas di benaknya.
"Mungkinkah aku menyukaimu? dan "Cha Eun Sang. Apakah aku merindukanmu?".
Kim Tan masih berada di gudang wine, membaringkan kepalanya di meja. Sorot matanya memancarkan kesedihan dan rasa sepi....
Sinopsis The Heirs Episode 7 Part 2
Huwaaaa sini oppa aku peluk, paling gak bisa liat oppa pergi :'(
ReplyDeleteSemangat nuri ngelanjutinnya :)
Yuhuuuuuu.. Akhirnya muncul jg sinopsis nya mba nuri, bolak-balik ke blog nya mba nuri, seneng bgt ( sampe jingkrak2 ) hahaha.. Aku sll nonton.ⓓⓘ internet drama the heirs jadi tau kalo sinopsis nya mba nuri ygg paling lengkap (dialog tokohnya) trims bgt ya mba nuri, lanjut donk ke part 2 nya, fithting mba nuri..
ReplyDeleteKim tan so "̮ sωέέt.. Thx nuri.. Lanjut yah ke part 2 nya..semangat..
ReplyDeleteAkhirnya yaang ku nanti.. Makasih nuri lanjut ya ke part 2 nya.. Please..hehe
ReplyDeletethx mba nuri sinopsis nya, lanjut yah ke part 2 nya..
ReplyDeletekelepek2 liat opa lee min ho.. tambah keren bgt...lanjut donk nuri ke part 2 nya.. gomawo
ReplyDelete