Ironis rasanya, di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, saudara kita sesama muslim di Burma, Myanmar yang lebih dikenal dengan Muslim Rohingya harus merasakan penderitaan dan ketidakpastiaan atas status mereka. Hanya di karenakan mereka muslim, mereka terus saja mengalami kekerasan, kelaparan, penganiyaan, dan pembantaian dalam kurun waktu yang lama. Mereka yang merupakan kelompok minoritas di Burma mendapatkan perlakuan berbeda. Bahkan selama bertahun-tahun mereka tidak mendapatkan hak asasi warga negara seperti pemeluk agama lainya. Kekejaman terhadap Muslim Burma telah berlangsung sejak berabad-abad lalu, dan telah meningkat akhir-akhir ini.
Mereka tidak mendapat hak kewarganegaraan dan hak kepemilikan properti di
Burma. Pemerintah Myanmar serta mayoritas Buddha menolak untuk
mengakui warga Muslim Rohingya sebagai warga negara mereka. Muslim Rohingya dianggap imigran ilegal keturunan
Bengali (Bangladesh) padahal para warga Muslim Rohingya telah lahir dan hidup berabad-abad di sana
hingga memiliki keturunan beberapa generasi.
PBB menjelaskan bahwa Muslim Rohingya sebagai salah satu minoritas
dunia yang paling dianiaya, mereka menghadapi berbagai diskriminasi di tanah air mereka. Mereka telah mengabaikan hak kewarganegaraan sejak
amandemen terhadap undang-undang kewarganegaraan tahun 1982 dan diperlakukan
sebagai imigran ilegal di rumah mereka sendiri.
Kekerasan melanda negara bagian Rakhine barat
bulan lalu setelah pembunuhan 10 Muslim dalam serangan oleh warga Buddha di bus
mereka. Serangan itu diikuti dengan pemerkosaan dan pembunuhan
seorang wanita di negara yang berbatasan dengan Bangladesh, dimana Buddha
menyalahkan Muslim untuk itu. Kekerasan itu telah meninggalkan puluhan orang tewas
dan puluhan ribu kehilangan tempat tinggal. Korban tewas resmi dari kerusuhan dan sesudahnya yang
tercatat 78, meskipun angka yang sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi.
Pengamat internasional dilarang mengunjungi negara
bagian Rakhine utara, di mana mayoritas Rohingya hidup, membuat pengumpulan
data yang akurat tidak memungkinkan.
Pekan lalu, Human Rights Watch menuduh pasukan keamanan
Myanmar menggunakan "kekuatan brutal" terhadap Muslim Rohingya di
negara itu.
Kelompok ISNA di Amerika Utara (Islamic Society Of North America) meminta pemerintah Myanmar untuk menghormati
hak-hak dasar Rohingya Muslim yang telah lama mengalami kesulitan besar dan
penindasan di negara mereka.
"Rohingya Muslim memerlukan izin pemerintah untuk
menikah, dilarang memiliki lebih dari dua anak per keluarga, dan menjadi
sasaran perbudakan modern melalui kerja paksa," kata ISNA.
"Karena pemerintah nasional menyangkal hak mereka
untuk kewarganegaraan di tanah air mereka, banyak Rohingya yang memiliki tanah disita dan mereka dibatasi
dari bepergian."
Keadaan warga muslim Rohingya semakin tak terbantu ketika Presiden Thein Sein awal bulan ini
mengatakan jalan keluar untuk warga Rohingya adalah deportasi atau
dikirim ke kamp pengungsian PBB atau ke negara lain yang mau mengampung mereka. Pernyataan ini tentu saja merupakan tanda jelas pembersihan etnis muslim di Myanmar.
Sementara penerima Nobel Perdamaian Ang San Suu Kyi masih diam seribu bahasa, menutup mata,
dan menutup telinga terhadap pembantaian Muslim Rohingya yang sedang
terjadi di negaranya. Suu Kyi menerima Noble Perdamaian di Oslo, Norwegia,
16 Juni 2012 disaat Pembantaian Muslim sedang terjadi di Arakan,
Myanmar.
Tak tahan dengan keadaan di negara mereka, Muslim Rohingya memilih untuk mengungsi dan bermukim di negara tetangga mereka, Bangladesh. Namun mereka sering kali di larang masuk dan tidak mendapatkan izin untuk tinggal di Bangladesh. Pemerintah Bangladesh telah mTak sedikit dari mereka mengalami nasib yang tak jelas dan terombang-ambing di lautan demi untuk menyelamatkan diri dan akidah mereka.
Terlepas dari perbedaan suku, agama, budaya serta ras. Hidup berdampingan secara rukun dan damai bukankah lebih baik. Sebagai manusia yang sama-sama di ciptakan oleh Tuhan bukankah kita wajib menghormati hak-hak asasi setiap manusia. Apakah suatu kesalahan bagi warga Rohingya yang memilih Islam sebagai agama mereka. Ajaran Agama apapun di dunia ini pastinya tidak menyukai kekerasan seperti yang terjadi pada warga Muslim Rohingya, setiap ajaran agama pastinya menanamkan cinta kasih dan damai dan toleransi kepada semua anggota beragama.
Masih jelas dalam ingatan kita akan penderitaan yang dialami oleh saudara muslim kita di Palestina. Bahkan sampai kini setelah bertahun-tahun lamanya, warga Palestina selalu mendapat serangan, ancaman dan penindasan dari Israel. Ditanah air mereka sendiri, warga Palestina merasakan ketakutan dan perasaan tak tentram dengan adanya pasukan-pasukan asing yang ada dinegara mereka. Kapankah konflik ini akan berakhir? Allah SWT yang lebih mengetahui segalanya.
Terlepas dari perbedaan suku, agama, budaya serta ras. Hidup berdampingan secara rukun dan damai bukankah lebih baik. Sebagai manusia yang sama-sama di ciptakan oleh Tuhan bukankah kita wajib menghormati hak-hak asasi setiap manusia. Apakah suatu kesalahan bagi warga Rohingya yang memilih Islam sebagai agama mereka. Ajaran Agama apapun di dunia ini pastinya tidak menyukai kekerasan seperti yang terjadi pada warga Muslim Rohingya, setiap ajaran agama pastinya menanamkan cinta kasih dan damai dan toleransi kepada semua anggota beragama.
Masih jelas dalam ingatan kita akan penderitaan yang dialami oleh saudara muslim kita di Palestina. Bahkan sampai kini setelah bertahun-tahun lamanya, warga Palestina selalu mendapat serangan, ancaman dan penindasan dari Israel. Ditanah air mereka sendiri, warga Palestina merasakan ketakutan dan perasaan tak tentram dengan adanya pasukan-pasukan asing yang ada dinegara mereka. Kapankah konflik ini akan berakhir? Allah SWT yang lebih mengetahui segalanya.
No comments:
Post a Comment
Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)