Waktu terus bergulir, Alhamdulillah kita di pertemukan kembali dengan Ramadhan. Tentu saja bula ini telah dinanti oleh kita yang beragama islam. Selain dengan banyaknya "bonus" pahala yang bisa di raup, kita akan mendapatkan prediket Muttaqin jika mampu menempa diri selama Ramadhan.
Bagi setiap hamba-Nya, Allah memberi dua pilihan dalam hidup, mengambil langkah fujur dan maksiat atau menempuh jalan taqwa dan kebenaran. "Fa alhamahaa fujuurohaa wa taqwaahaa". Apabila konteks ayat ini sangat imlpementatif ketika lafadz "fujur" lebih didahulukan dai lafadz "taqwa". Hal ini juga berkaitan dengan donimasi sikap dan prilaku manusia, hawa nafsukah yang dominan atak ketaqwaan yang menghiasi setiap langkah hidupnya.
Bahkan seringkali manusia terjebak dengan pilihannya sendiri. Misalnya, hasil korupsi yang dipergunakan seorang anak untuk membahagiakan orang tuanya, pameran kebajikan melalui sedekah yang di tunaikan, kekhusuyuk'an, ibadahnya bercampur dengan sifat riya dan ingin di puji, hasut atau dengki yang di bingkai dengan silatutahmu yang ada di masyarakat, mencampurkan antara yang hak dan batil.
Bukankah peringatan Allah sangat tegas dalam Al-Qur'an surat al Baqarah : 42: "Janganlah kamu campur adukan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hai itu sedang kamu mengetahuinya. "
Untuk menyehatkan amaliyah hamba-Nya dan menghilangkan kerikil dosa yang terus menjerat setiap ibadah, maka Ramadhan menjadi media efektif untuk pengendalian diri. Rasulullah SAW pun memberikan solusi dengan melakukan imunisasi dan sanitasi "hati". Karena muara setiap amaliyah manusia adalah hati. Bila baik hatinya maka baiklah semua amalnya, dan sebagaliknya bila rusak hatinya maka rusaklah seluruh amalnya (muttafaq 'alaih).
Ketauladanan para sahabat bercermin pada kebeningan dan kejernihan hati Rasulullah SAW. Kepiawaiannya dalam memvisualisasikan ketulusan hati dengan aktualisasi kepada ummatnya melahirkan tebaran rahmat dan cinta di antara mereka. Rasa benci berubah menjadi sayang dan sayang bertambah menjadi cinta dan taat. Maka bila di dalam segala aktifitas kita, baik di rumah, kantor atau ketika melakukan transaksi bisnis, berkomunikasi dengan orang lain, menegakkan hukum dan keadilan. berbagi peduli dengan sesama berbingkai kebersihan hati, ketulusan dan komitmen meraih ridho Allah, semestinya tidak terjadi lagi kecurangan, korupsi, ekspoitasi, manipulasi, difat iri dan dengki. Dengan banyak belajar dari hati, sebaiknya kita dapat mengambil petikan ibroh dalam hidup ini.
Saatnya Ramadhan sebagai bulan pengendaliaan nafsu menjadi tarbiyatul qulub. Keberkahan dalam hidup, ketenangan jiwa dan kedamaian batin dimulai dari hati yang bersih yang senantiasa dibentengi dengan ruh ilahiyah agar tidak terjerumus ke dalam jurang kehinaan karena memperturutkan hawa nafsu.
No comments:
Post a Comment
Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)