Pages - Menu

Friday, June 13, 2014

Sinopsis Big Man Episode 9 Part 1

Mi Ra menemani Jin Ah membeli beberapa pakaian. Jin Ah berpikir ia memiliki selera yang sama dengan Mi Ra, baik soal baju maupun pria.


“Bagaimana menurutmu?. Jika dia memakainya dia akan tampak aneh, kan?”, tanya Jin Ah menunjukan baju merah dengan motif bunga.   



Jin Ah tak mengerti siapa yang di maksud Jin Ah. Jin Ah menjawab, “Jika Ji Hyuk memakainya terlalu norak, kan?”.


Dengan wajah sumringah Jin Ah berkata akan besok lusa akan berangkat ke Amerika. Disana ia akan tinggal bersama dengan Ji Hyuk dan tidak akan kembali ke Korea, “Bukankah kami cocok?. Si sampah dan orang gila”.


Dae Suk bertanya pada Dal Sook sudahkan mendapatkan kabar dari  Ji Hyuk. Dal Sook menjawab belum. Dae Suk khawatir karena tidak mendengar kabar dari Ji Hyuk selama beberapa hari. Apa dia diam-diam pergi keluar negeri, “Aku bisa mengerti jika dia tidak menelppnku, tapi  aku tak mengerti jika dia tidak menelpon bibi. Melihat dia mengemas barang-barangnya, sepertinya bukan liburan singkat”


“Dia bilang padamu kalau dia pergi liburan?”, tanya Dal Sook



“Aku merasa kan sesuatu seperti itu”.



Dal Sook yakin Ji Hyuk hanya ingin menyendiri. Saat Ji Hyuk sudah merasa lebih baik, dia pasti akan kembali.



Jin Ah mendapat laporan kalau orang yang ia suruh menjemput Ji Hyuk di penjara tidak bertemu dengan  orang yang dimaksud. Jin Ah yakin Ji Hyuk sudah naik pesawat jurusan Amerika. Ia menduga pasti Ji Hyuk kabur untuk menghindarinya, dan sedang bekeliaran di sekitar New York. Cari di seluruh tempat dan temukan dia.



Dae Suk mengecek markas Dong Shik, berpikir mungkin Ji Hyuk berada ditempat ini. Tapi tempat itu kosong. Tak lama ponselnya berdering. “Halo?. Ya, memang dia. Dimana?”



Dong Suk melihat Yoo Jae yang sibuk memberi penjelasan kepada para pedagang pasar Woo Ri. Mereka menuntut kompensasi yang dijanjikan atas dibangunya mal baru. Tapi Yoo Jae berkata kompensasi itu yang bisa Hyunsung berikan karena pembangunan mal dihentikan untuk sementara.



“Saat Ji Hyuk menjadi Presdir, katanya tidak begini. Bukankah aku sudah bilang pada kalian, jangan mempercayai dia?”, ucap Tuan Choi.



Setidaknya pedagang meminta Hyunsung memberikan nilai kontrak yang jelas, dengan nilai yang sesuai dengan perjanjian. Ini namanya penipuan, mereka semua akan kehilangan toko mereka dan tinggal di jalanan.



Yoo Jae yang tidak bisa berbuat apa-apa lagi hanya berkata karena para pedagang sudah membuat kontrak dengan presdir Hyusnung sebelumnya (Ji Hyuk), maka hanya dia yang bisa menyelesaikannya. Kalau begitu, pedagang meminta untuk bertemu dengan presdir yang menjabat sekarang. Jika presdir yang baru masih memiliki rasa belas kasih, dia tidak akan membuat pedagang bangkrut seperti ini.



“Ya benar, kita temui dia sekarang”, seru pedagang ramai.



“Baiklah...baiklah”, Yoo Jae menurut


Yoo Jae melihat Dong Suk berdiri tak jauh darinya. Dong Suk memberi kode dengan menempelkan jari telunjuk di bibir, menyuruh agar Yoo Jae diam. Tak ingin dirinya terlibat, Dong Suk berlalu pergi dari sana. Yoo Jae akhirnya berbohong dengan bilang kalau presdir sedang perjalanan bisnis ke luar negeri.



Dae Suk masuk ke sebuah bangsal rumah sakit, dimana di pojok ruangan ada Ji Hyuk yang duduk meringkuk menempel pada dinding.



“Hyung, apa yang terjadi?. Kenapa dengan wajahmu?”, Dae Suk hampir menangis melihat kondisi Ji Hyuk yang tampak menyedihkan dengan banyak luka diwajahnya.



Ji Hyuk yang seperti tidak mengenali Dae Suk, menutupi wajahnya dengan takut seperti orang yang trauma. Dae Suk menangis, “Apa yang mereka lakukan padamu?. Ayo kita pergi dari sini”.



Ji Hyuk menggeleng, melihat sekeliling dengan tatapan takut, “Aku tidak mau pergi”.



Meski Dae Suk berhasil membawa Ji Hyuk pulang kerumah, tapi  Ji Hyuk tetap menutup diri dan terus duduk dipojok ruangan.  Dae Suk khawatir Ji Hyuk tak menyentuh makanan yang ia berikan setiap harinya. Perlahan ia mendekati Ji Hyuk dan berkata, “Hyung, kau harus makan. Kau akan mati jika terus begini”.



“Dae Suk, katakan pada yang lainnya kalau aku sudah mati. Jika aku mati dan menghilang, mereka tidak akan mencariku lagi”. 



Dae Suk tak mau, “Kau masih hidup, tapi kenapa kau ingin orang lain mengira kau sudah mati?”.



Selain Dae Suk, tak ada seorang pun dari mereka yang mengetahui kalau dirinya belum mati. Jadi Ji Hyuk minta Dae Suk mengatakan saja kalau Ji Hyuk sudah mati.


“Pada siapa?, tanya Dae Suk marah, “pada baji**** -baji**** itu yang sudah melakukan hal ini padamu?. Kau takut pada mereka?. Hyung, kau ingat!. Dulu dipasar, kita pernah berkelahi dengan sepuluh orang. Kau menghabisi mengalahkan mereka satu persatu, kau ingat itu kan?.



Dae Suk menambahkan saat kejuaraan nasional, Ji Hyuk berhasil mengalahkan juara kedua dengan satu kali pukulan.  Itulah kenapa Ji Hyuk diberi julukan “landak”. Karena Ji Hyuk yang Dae Suk kenal tidak pernah takut apapun di dunia ini.



“Katakan saja kalau aku sudah mati”, ulang Ji Hyuk tak berdaya



Dae Suk menangis, “Kenapa kau melakukannya?. Kenapa kau mendadak menjadi bodoh seperti ini?. Kumohon sadarlah. Kembalilah seperti dulu dan kau harus membalas perbuatan mereka. Aku akan membantumu, ya?. Kita harus membalas dendam pada mereka, Hyung”.



Melalui telepon tuan Choi diminta melunasi hutanganya oleh kreditur. Tuan Choi yang merasa stres dengan nada marah berkata tidak mempunyai uang untuk membayar hutang. Apapun yang akan kreditur lakukan, ia tetap tidak bisa melunasinya. Karena kreditur terus memaksa, tuan Choi menyuruh mereka untuk datanga dan mengambil semua pakaian lusuhnya. 

Tuan Choi membanting ponsel lalu mengacak-acak barang dagangannya, hanya baju-baju jelek ini yang ia punya.  Ahjushi datang menenangkan tuan Choi, “Ada apa?. Hentikan!”.



Tuan Choi : Kenapa selalu...kenapa aku harus selalu terjebak dalam masalah seperti ini?. Apa yang sedang dilakukan Ji Hyuk sekarang?. Apa dia akan membantu kita?



Ahjushi berkata belum melihat Ji Hyuk sama sekali beberapa hari ini, tapi setidaknya bukankah Ji Hyuk juga sudah berusaha.  Tuan Choi mencibir, “Berusaha. Usaha apa?. Aku sudah tidak bisa mempercayainya. Aku tidak lagi mempercayainya. Aku lelah”.


Tuan Choi berjalan pulang dengan terhuyung, mungkin karena pengaruh soju yang ia minum. Ahjushi meminta agar tuan Choi tidak pergi minum-minum lagi malam ini. Tuan Choi tak peduli, berlalu pergi tanpa mengubris peringatan Ahjushi.


Hari berikutnya, kondisi Ji Hyuk masih lama. Makanan yang Dae Suk sediakan tetap tak disentuh sedikit pun. Dae Suk geleng-geleng kepala, hendak membawa makanan itu keluar, saat itulah Ji Hyuk memanggilnya, “Dae Suk”.



“Hyung!. Ada apa?. Kau mau makan?. Kau butuh sesuatu?. Katakan apa saja yang kau inginkan”, tawar Dae Suk tulus.



“Aku merindukan ibuku”. Kata Ji Hyuk lirih



“Ibumu?. Ny. Dal Sook?. Sekarang dia sedang  berada di rumah ibunya. Kurasa dia akan khawatir, jadi. aku belum memberitahu dia soal dirimu. Kau harus makan sesuatu sebelum kau menemuinya”.



Ponsel Dae Suk berdiring, ia keluar kamar untuk menjawab. Dae Suk terkejut saat mendengar kabar tuan Choi meninggal dunia.

"Siapa yang meninggal?", tanya Ji Hyuk tiba-tiba berdiri di depan pintu.
Dirumah sakit, pedagang Woo Ri menangisi jenazah tuan Choi yang terbujur kaku di ranjang. Dae Suk datang bersama Ji Hyuk. Perlahan Ji Hyuk membuka kain penutup, memastikan yang berbaring di atas sana benar-benar tuan Choi yang ia kenal.

Ji Hyuk ingat tuan Choi salah satu dari pedagang yang dulu membelanya di kantor polisi. Ahjushi membentak, "Kenapa kau malah muncul disini. Kenapa kau muncul?". Ahjushi menarik kerah baju Ji Hyuk. Menyalahkan Ji Hyuk sama saja dengan membunuh tuan Choi.

"Kaulah pembunuhnya. Masalah ini bukanlah hal yang akan berakhir dengan kematiannya saja. Mulai sekarang banyak orang yang akan mati. Apa yang akan kau lakukan?. Apa akhirnya kau akan membunuh semua orang yang bekerja di pasar, hah?. Apa yang sudah kami lakukan untukmu. Kau tahu seberapa besar rapa percaya kami kepadamu?. Kenapa kau tega melakukan hal ini pada kami?". 

Ji Hyuk terpaku diam tak berdaya. Air matanya mengalir pertanda ia merasa sangat bersalah. 
Saat duduk berdua saja dengan Dal Sook, barulah Ji Hyuk tanya kenapa tuan Choi meninggal. Dal Sook menjawab hal itu terjadi begitu saja.

 "Apa karena aku?. Dia meninggal karena aku, kan ibu?"

Dal Sook mengelus pipi Ji Hyuk, "Baiklah. Mulai sekarang aku akan menjadi ibumu. Jadi demi ibumu ini, kita kembali seperti dulu.

Ji Hyuk : Ibu. Bagaimana bisa aku hidup?. Bagaimana bisa aku hidup. 

Dal Sok dan Ji Hyuk berpelukan dan menangis bersama. Meski tak berhubungan darah, tapi Dal Sook bisa merasakan betapa hancurnya hati Ji Hyuk saat ini. 

Keluarga Kang makan bersama. Presdir Kang merasa senang, sudah lama mereka tak makan malam bersama. Jin Ah sinis, "Hanya kita keluarga yang sebenarnya?. Apa-apaan ini. Bagaimana aku bisa mempercayainya. Ayah, apa mungkin aku juga sudah ditipu oleh kalian?". 

Ny. Choi yang mengetahui arah pembicaraan Jin Ah, meminta putrinya untuk berhenti. Presdir Kang mengaku bersalah, jadi jangan membicarakan dia (Ji Hyuk) lagi, "Ayahmu ini sedang stres". Ny. Choi mengancam akan mengusir Jin Ah keluar dari rumah jika terus membicarakan Ji Hyuk. 

"Tolong usir aku sekarang", tantang Jin Ah tanpa takut

Jika Jin Ah sangat tidak menyukai rumah ini, Dong Suk menyuruh adiknya untuk segera menikah dengan Myung Hoo. Bukankah itu hal mudah. Jin Ah bertambah kesal, "Apa pernikahan itu soal latar belakang?. Kau harus menikahi seseorang itu berdasarkan sifatnya. Kau tidak ingat ucapannya?". 

"Kau membicarakan dia lagi", ucap Ny. Choi ikut kesal. 

Dong Suk berkata sebenarnya Myung Ho menyukai Jin Ah, hanya saja Myung Ho tidak menunjukan perasaannya. Jin Ah menyahut tetap saja, Myung Hoo sering menjalin hubungan dengan wanita lain. 

"Apa kau juga tidak menemui pria lain saat kau tidak bersamanya?", sindir Dong Suk.

Dong Suk mengatakan mulai sekarang keluarga Myung Hoo akan menjadi bagian besar dalam bisnis yang Hyunsung lakukan. Jika Jin Ah menikah dengan Myung Hoo maka akan menguntungkan perusahaan. 

Jin Ah geli, "Pernikahan apa ini?. Jadi ini bisnis. Lalu, kenapa bukan kakak sendiri saja yang menika . Lebih mudah kan, apa aku perlu mengaturnya?. Perusahaan mana yang kakak mau?. Yoo Jin Group atau Sun Dong Group?". 

Jin Ah sangat tahu bahwa kakaknya tidak akan menikahi wanita dengan alasan bisnis. Lalu kenapa Dong Suk memaksanya. Ny. Choi yang tidak mengetahui hubungan Dong Suk dengan Mi Ra membela Dong Suk. Dengan yakin Ny. Choi berkata pasti Dong Suk juga akan melakukannya jika ada calon yang sesuai. 

Jin Ah menuntut penjelasan dari Dong Suk, "Benarkah?. Apa kakak serius. Cepat jawab sekarang?". 

Dong Suk menghindari jawaban, ia meletakan sumpit dan berkata sudah selesai makan. Lalu pergi dari sana. Jin Ah teriak, "Kenapa kau tidak menjawab?". Ny. Choi menegur putrinya. Jin Ah yang gondok memilih kembali ke kamarnya. 

Ny. Choi memagangi kepalanya yang sakit. Presdir Kang hanya bisa mengumpat, "Brengsek".

Ketua tim Goo tak bisa menyembunyikan rasa kesanya saat dirinya tiba-tiba di pindahkan ke bagian lain. Yoo Jae naik jabatan mengantikan posisinya. Yoo Jae merasa tak enak hati, ia berkata selama ini ketua tim Goo telah berkerja keras, jadi sekarang ketua tim bisa beristirahat, tidak perlu sering berkerja lembur. 

Ketua tim tersenyum miris dan mengucapkan selamat pada Yoo Jae. Alangkah senangnya hidup seperti Yoo Jae (mempunyai keahlian "menjilat" atasan). Ketua tim menyadari, ini semua terjadi karena dirinya tidak tahu diri, masih untung ia tidak kehilangan pekerjaan di usianya yang sekarang ini. Ketua tim menyakinkan dirinya baik-baik saja dan menyuruh Yoo Jae untuk kembali bekerja. 

3 pegawai berbisik kenapa ketua tim di pindahkan, padahal dia tidak melakukan kesalahan. Salah satu dari mereka berkata itu karena ketua tim terlau berani. Saat Ji Hyuk menjadi presdir, ketua tim bekerja dengan sangat baik. (Lalu, apa ketua tim tidak bekerja dengan baik saat Dong Suk kembali menjadi presdir?)

Kemudian ketua tim masuk ke ruangan yang menjadi kantor barunya. Ruangan itu lebih tepatnya di sebut gudang. Seakan menenangkan diri sendiri, ketua tim berguman pasti sekarang istrinya akan senang karena ia tak perlu sering bekerja lembur. 

Ketua tim hendak duduk di kursi dan kursi itu patah. Ketua tim jatuh, "Sekarang kursi pun menertawaiku". 

Ji Hyuk pergi ke pasar Woo Ri. Ia kaget melihat banyak toko yang tertempel tulisan "Ditutup" termaksud rumah makan milik Dal Sook. Ji Hyuk mengedor-gedor pintu sembari memanggil, "Ibu..ibu!". 

Ahjushi datang, "Setelah yang sudah kau lakukan kau masih sanggup memanggil dia ibumu?. Kau tidak tahu?. Setelah kau menjebaknya kau tidak tahu?".

Ji Hyuk tak mengerti, "Apa?". 

Ahjushi berkata karena ulah Ji Hyuk, seluruh pedagang yang sudah seperti keluarga Ji Hyuk sendiri, dan Dal Sook yang sebenarnya bukan ibu kandung Ji Hyuk harus menanggung akibatnya. 

"Apa maksudmu?", tanya Ji Hyuk

Ahjushi bercerita orang-orang dipasar mencari Ji Hyuk dan mereka membuat keributan agar uang mereka bisa kembali. Dal Sook mengambil uang jaminan restorannya. Dia membagikan uang itu kepada semua orang, "Kau tahu apa yang dia katakan pada mereka?".

"Apa katanya?". 

"Dia ingin mereka memaafkan dirimu. "Ji Hyuk itu pria malang, jadi kumohon maafkan dia". 

Kata-kata ahjushi mengema di telinga Ji Hyuk. Ia sedih melihat Dal Sook yang kini berjualan kue beras dan sosis di pinggir jalan. 

Ji Hyuk berjalan huyung dengan botol minuman di tangannya. Ia menabrak beberapa pejalan kaki dan jatuh. Seakan tak mempunyai tenaga untuk bangun lagi, Ji Hyuk berdiam diri di aspal mengenang kebersamaanya bersama pedagang pasar yang sudah seperti keluarganya sendiri. 

Keesokan harinya, Ji Hyuk mengurung diri di kamar. Ia berpikir, mendadak matanya memancarkan kemurkaan. Ji Hyuk mengambil tongkat bisbol. Berlari kencang tanpa menggunakan alas kaki menuju Hyunsung. 

Ji Hyuk sudah tiba di depan Hyunsung dengan kaki berdarah. Ia mengangkat tongkat bisbolnya menatap gedung Hyunsung yang menjulang tinggi.

Mi Ra sedang bicara di telepon ketika melihat Ji Hyuk berdiri di depan Hyunsung dengan memegang tongkat bisbol. Mi Ra langsung menutup telponya dan berlari kebawah untuk memastikan kalau orang yang ia lihat dari lantai atas memang benar-benar Ji Hyuk.

Menatap wajahnya di kaca dan melihat tingginya gedung Hyunsung membuat Ji Hyuk tersadar dari rasa amarahnya. Ia menjatuhkan tongkat bisbol dan pergi. Saat Mi Ra tiba di luar, Ji Hyuk sudah pergi dari tempat itu. Tidak ada siap-siapa di sana. Yang ia lihat hanya tongkat bisbol yang Ji Hyuk tinggalkan. 

"Apa kau tidak senang?", tanya Dong Suk melihat surat pengunduran diri ketua tim Goo.

"Tidak sama sekali", jawab ketua tim.

Dong Suk ingin tahu kenapa mendadak ketua tim minta berhenti. Ketua tim beralasan hanya merasa badannya kurang sehat. Dimana, tanya Dong Suk. Ketua tim menjawab punggung, "Aku sudah duduk dan bekerja selama bertahun-tahun. Punggungku bermasalah, jadi aku tidak bisa terlalu sering membungkuk. Jadi saat aku bertemu atasanku aku tidak bisa membungkuk. Sepertinya ini menjadi masalah penting saat bekerja". 

(Jawaban sekaligus sindiran).

Dong Suk tersenyum tipis, "Astaga".  

"Kumohon terima surat penguduran diriku", ucap ketua tim melangkah pergi dengan lesu.

Saat akan keluar dari ruangan, ketua tim melihat moto Hyunsung yang tertempel di dinding, "Kita adalah keluarga". Ketua tim lalu berbalik menghadap Dong Suk. Ada satu hal yang membuatnya penasaran. Ia bertanya apakah Dong Suk sebagai seorang presdir, apakah Dong Suk pernah memikirkan posisi (perasaan) orang lain. 

Ketua tim menjawab pertanyaannya sendiri. Ketua tim yakin Dong Suk pasti tidak memiliki pemikiran seperti itu. Karena Dong Suk hanya memikirkan posisi yang menguntungkan saja, "Itulah perbedaaan antara presdir Kim Ji Hyuk dengan anda. Semoga hidup anda menyenangkan". 

Ketua tim pergi, menepuk tangannya karena telah puas membalas perbuatan "semena-mena" Dong Suk dengan sebuah sindiran tajam. Tapi Dong Suk yang tak pernah mau peduli malah berguman sinis, "Pria bodoh". 

Ji Hyuk merenung. Ia mengingat perkataan ahjushi saat dirumah sakit. Apakah semuanya akan selesai jika Ji Hyuk tidak ada (meninggal). Ji Hyuk meraih ponselnya, menelpon ketua tim Goo. 

Mi Ra pergi ke rumah Ji Hyuk untuk memastikan tanda tanya di kepalanya. Tangannya bergetar saat menekan bel. Pintu terbuka, yang keluar bukan Ji Hyuk tapi Dae Suk. 

 "Ada apa?", tanya Dae Suk tidak suka.

"Ji Hyuk-shi".

Dae Suk marah, "Kenapa?. Kau ingin menemui dia lagi?".

Mi Ra : Dia disini kan?. Dia kembali kan?. 

Dae Suk mencerca apa lagi yang ingin Mi Ra ketahui. Ji Hyuk masih hidup atau sudah mati, itukah yang ingin Mi Ra ketahui. Mi Ra tentu saja tak mengerti dan kaget. 

Mi Ra berjalan pulang dengan lemas. Ia Syok mendengar cerita Dae Suk yang bilang, "Mereka berusaha membunuh dan membuangnya ke laut. Apa mereka itu manusia?. Anjing bahkan lebih baik dibandingkan mereka".


Sebuah mobil berhenti di samping Mi Ra. Dong Suk datang menjemput Mi Ra dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil. Mi Ra meminta maaf, ia ingin istirahat saja di rumah hari ini. Dong Suk tanya kenapa?. Kau sakit?. 


Mi Ra menggeleng. Dong Suk kembali menyuruh Mi Ra ikut dengannya. Ia janji akan membuat Mi Ra merasa lebih baik. Untuk kedepannya, Mi Ra akan lebih sering datang kerumahnya nanti. 

Dong Suk dan Mi Ra berada di butik tas. Dong Suk bertanya model tas mana yang Mi Ra suka. Entahlah, jawab Mi Ra. Badannya ada di butik, tapi pikirannya melayang ke tempat lain. Kalau begitu, Dong Suk memilihkan satu tas tangan berwarna orange, "Berikan ini pada adikmu. Dong Suk ingin tampi sempurna di depan keluarga Mi Ra. Dengan begitu, keluarga Mi Ra tidak akan menentang pernikahan mereka. 

Dong Suk meminta pada karyawan butik untuk membungkus tas yang ia pilih. Lalu memilih beberapa tas lainnya. Mi Ra yang sudah tidak tahan lagi dengan rasa penasarannya, akhirnya menanyakan keberadaan Ji Hyuk, "Benar, dia pergi ke Amerika, kan?". 

Wajah Ji Hyuk berubah, meski ia berusaha menutupinya dengan senyuman, "Kenapa kau menanyakannya lagi?". Mi Ra berkata ia seperti melihat Ji Hyuk disuatu tempat. 

"Dimana?", tanya Dong Suk. 

"Di jalan', jawab Mi Ra, "Aku pasti hanya melihat orang yang mirip dengannya". 

Dong Suk membenarkan, tidak mungkin orang yang Mi Ra lihat adalah Ji Hyuk. Ia mengaku mendapat laporan kalau Ji Hyuk sudah pergi ke Amerika. Mi Ra diam, dalam diamnya ia bisa menilai siapa yang sedang berbohong. 

Ketua tim duduk di taman menunggu Ji Hyuk. Sembari mengunyah makanan, ketua tim bergumam hari ini terasa panjang sekali, lebih lama dari biasanya. Ji Hyuk datang. Ketua tim kaget Ji Hyuk yang penuh luka, “Wajahmu kenapa?”. Ji Hyuk hanya tersenyum tipis, ia membungkuk dan memintaa maaf.



“Kenapa kau minta maaf”, tanya ketua tim heran.


Ji Hyuk merasa bersalah, ia mengira ketua tim di pecat  karena dirinya. Ketua tim berkata ia sendiri yang mengundurkan diri . Lagipula ini hanya masalah waktu, Hyunsung Distribution tidak akan terus berjaya, “Saat perusahaannya masih berdiri, lebih baik saya mengundurkan diri. Sehingga aku bisa mendapatkan uang pesangonku sebelum perusahaan itu bangkrut. Itu lebih bagus”, ucap ketua tim menghibur diri sendiri.

Ji Hyuk menatap iba. Ketua tim ingin tahu, ada keperluan apa Ji Hyuk ingin menemuinya. Ji Hyuk berkata tidak melaksanakan perintah mereka hingga menjadi seperti ini. Ketua tim tahu, meskipun singkat ia sudah bisa menilai Ji Hyuk. Bekerja selama 20 tahun di Hyunsung membuatnya mengerti,  siapa yang sebenarnya berbohong ataupun mencuri milik orang lain.

“Jujur...aku hanya ingin membunuh mereka semua”, tekad Ji Hyuk, “Jika aku mempertaruhkan nyawaku dan mencoba melakukannya aku mungkin berhasil. Tapi meskipun aku membunuh mereka semua. kurasa itu semua akan sia-sia”.

“Anda sudah membuat keputusan yang tepat”, sahut ketua tim.

Yang menjadi masalah sekarang, Ji Hyuk tidak tahu apa yang harus ia perbuat. Apa yang harus ia lakukan untuk melindungi orang-orang di sekitarnya tetap aman. Itulah yang belum ia ketahui.

“Ini karena orang-orang di pasar, 'kan?”, tebak ketua tim.

Saat ini hanya ketua tim Goo lah satu-satunya yang bisa Ji Hyuk percaya. Ia memohon ketua tim untuk  membantunya. Ketua tim merasa ini persoalan sulit. Ji Hyuk berkata seseorang mati karena dirinya,” Sayalah yang telah membuatnya menanggung kejadian ini.. Kumohon bantu aku, Ketua tim Goo”.

Ketua tim berjalan pergi, di belakang Ji Hyuk mengekor memohon agar ketua tim bersedia membantunya. Ketua tim menolak, ia tak bisa berbuat apa-apa karena tak lagi bekerja di Hyunsung, “Sudah mengerti?. Pergilah!”.

Ji Hyuk tak menyerah dan terus memohon, “Ketua tim hanya kau yang bisa aku andalkan”.
Ketua tim kesal, “Benarkah?. Kalau begitu dengarkan saya baik-baik. Anda kembali masuk ke Hyunsung Distributor dan ambil semuanya kembali. Ini akan menyelesaikan semua masalah. Setelah Anda menjadi Presiden lagi, berikan ganti rugi yang layak pada orang-orang di pasar itu. Mengerti?. Aku pergi dulu”.

Ji Hyuk menahan tangan ketua tim, “Tunggu.  Jika saya ingin mengambilnya kembali, apa yang harus saya lakukan?”.

Ketua tim menyahut jika ia tahu caranya, ia tak akan kehilangan pekerjaan sekarang. Sudah pasti ia melakukannya dan menjadi presdir Hyunsung. Dengan wajah serius Ji Hyuk berkata, “ketua tim, Jika aku bisa menjadi presdir, aku rela menukarnya dengan jantungku”.

Presdir Kang dan Ny. Choi menjamu keluarga Moon yang datang bertamu kerumah mereka, disana juga ada Mi Ra yang berdiri, tidak duduk seperti yang lainya. Presdir Kang berbasi-basi seharusnya ia lebih awal mengundang mereka. 

Tuan Moon bisa mengerti presdir Kang yang sibuk mengurusi berbagai masalah. Ia mengaku juga merasa kaget saat membaca koran (berita tentang Ji Hyuk). Dunia semakin menggila. Presdir Kang hanya manggut-manggut, ia mengalihkan pembicaraan kenapa Jin Ah belum juga keluar dari kamar.

Ny. Choi berkata mungkin Jin Ah berdandan lama sekali karena ingin terlihat cantik di depan mereka. Sedetik kemudian, Jin Ah jalan menuruni tangga sembari bicara di telepon. Pada lawan bicaranya, Jin Ah menyuruh orang itu untuk segera mencari Ji Hyuk.

Jin Ah kaget saat orang itu memberitahunya kalau wajah Kim Ji Hyuk yang ditemui orang itu di bandara tidak sama dengan foto yang dikirimkan Jin Ah. Wajah presdir Kang berubah keruh mendengar nama Ji Hyuk.

Jin Ah menutup telepon, menghampiri keluarganya sembari berguman, “Apa yang terjadi padanya?”. Lalu duduk begitu saja di samping Myung Hoo.

“Kang Jin Ah, kau tidak mengucapkan salam?”, tegur Ny. Choi.

“Apa kabar”, Jin Ah memberi salam ala kadarnya pada calon mertuanya.

Myung Hoo protes, “Hei, salam macam apa itu?”.

“Lalu aku harus bagaimana?”, sahut Jin Ah kesal.

Myung Hoo menilai salam Jin Ah tadi tidak tulus. Jin Ah berdiri, membungkuk 90 derajat pada kedua orang tua Myung Hoo, “Apa kabar?. Semoga Anda semua diberi kesehatan dan umur panjang”, ucapnya dengan wajah masam

“Puas?” , tanyanya pada Myung Hoo setelah duduk kembali.

Kedua orang tua tampak malu dengan sikap Jin Ah yang terkesan tidak sopan. Tuan Moon berusaha memaklumi sikap Jin Ah dengan berkata menyukai sikap Jin Ah yang cuek. Setelah Jin Ah menikah dengan Myung Hoo, pasti Jin Ah bisa  mengendalikan Myung Ho yang masih tidak tahu apa-apa, “Apa yang aku bilang benar kan, istriku?”

Ny. Moon membenarkan perkataan suaminya. Dong Suk meminta maaf atas kelakuan adiknya. Tuan Moon berkata tidak apa-apa, ia sungguh menyukai  Jin Ah.

Akhirnya ketua tim bersedia membantu Ji Hyuk. Ia bahkan mengatur pertemuan Ji Hyuk dengan Presdir Cho Wha Soo.  Ketua tim menjelaskan presdir Cho adalah orang yang memiliki banyak properti dan sangat kaya. Hyunsung pernah mengalami kesulitan uang dan meminjam pada beliau. Ji Hyuk tak mengerti kenapa ia harus menemui orang yang bernama Cho Wha Soo.

Ketua tim berbisik, “Presdir Cho sudah lama mengincar Hyunsung”.

Ji Hyuk menjadi semangat, “Benarkah. Jadi berarti, aku dan dia memiliki tujuan yang sama”.

Ketua tim membenarkan dengan enggan. Pokoknya hari senin depan ia akan menelpon Ji Hyuk untuk bertemu dengan presdir Cho. Ji Hyuk yang senang mengucapkan terima kasih berkali-kali atas bantuan ketua tim dan pasti akan mengangkat telepon darinya. 

Ada satu hal yang ingin ketua tim beritahu pada Ji Hyuk siapa presdir Cho itu yang sebenarnya. Orang yang bernama Cha Wha Soo ini seperti tokoh antagonis yang ada dalam film. Penjahat terkejam yang pernah ketua tim kenal, "Anda yakin tidak akan menyesal?".

Ji Hyuk tersenyum, "Tidak. Aku yakin tidak akan menyesal".

Di hadapan calon mertua, Jin Ah menunjukan kemahirannya bermain Cello. Suara lembut yang keluar dari gesekan senar membuat Jin Ah membayangkan awal pertemuannya dengan Ji Hyuk. Saat Ji Hyuk melindunginya dari tabrakan motor, ketika Jin Hyuk menciumnya secara paksa. Saat Ji Hyuk mengandeng tangannya berlari dari kejaran preman. Dan ketika ia memandangi pria itu yang tertidur di pangkuannya.

Jin Ah semakin menyadari perasaannya, tanpa terasa air matanya mengalir. Tiba-tiba Jin Ah berhenti bermain Cello-nya dan berdiri, "Ayah, aku tidak tahan lagi, jadi aku akan langsung bertanya saja. Apa yang sudah Ayah lakukan padanya?". 

"Siapa? Siapa yang kau maksud?"

"Siapa? Menurut Ayah siapa?. Tentu saja Kim Ji Hyuk. Kim Ji Hyuk!. Aku mendengar dia pergi ke Amerika. Bahkan  sudah naik pesawat. Tapi yang tiba di Amerika bukan dia!. Tidak mungkin dia menghilang begitu saja?". 

Presdir Kang marah, "Kenapa kau bisa bertanya seperti itu di depan tamu?. Sangat tidak sopan!. Apa kau sudah gila?".

"Seberapa besar Ayah berusaha menyiksanya aku tetap akan melindunginya. Pasti", ucap Jin Ah tajam lalu pergi dengan marah.

Para orang tua di buat terkejut dengan kelakuan Jin Ah. Myung Hoo menyusul Jin Ah keluar, "Omong kosong apa lagi ini?". Jin Ah menyuruh Myung Hoo mencari wanita yang dia sukai, ia juga akan pergi mencari pria yang ia sukai.

Myung Hoo menarik tangan Jin Ah, "Hei. Wanita yang ku sukai itu adalah kau".

"Sudah terlambat", ucap Jin Ah melepaskan diri dari Myung Hoo.

Sikap Jin Ah barusan tentu saja membuat Tuan dan Ny. Moon marah dan tersingung. Tuan Moon mengajak istrinya pulang, "Terima kasih atas undangan Anda untuk datang kemari. Hari ini, saya telah menerima hadiah yang sangat mahal".

Kedua orang tua Jin Ah tak bisa berkutik, hanya bisa menghela napas kesal. Bisa dipastikan pertunangan Jin Ah dan Myung Hoo batal. 

Dikamarnya, Dong Suk menelpon direktur Do. Menayakan apakah direktur Do sudah mengurus Ji Hyuk dengan baik. Direktur Do mengiyakan, memangnya ada apa. Dong Suk berkata sepertinya Jin Ah sudah tahu kalau Ji Hyuk tidak pergi ke Amerika. Sebelum adiknya membuat keributan, ia menyuruh direktur Do untuk segera bertindak.

Mi Ra masuk. Dong Suk mengakhiri pembicaraan. Tapi sepertinya Mi Ra tadi sempat mendengar pembicaraan Dong Suk. Mi Ra meletakan baki berisi obat yang ia bawa. Dong Suk tersenyum menatap Mi Ra, "Bagaimana ini?. Jin Ah baru saja menjatuhkan bom dalam keluarga kami. Kelihatanya kita harus menunggu lagi untuk memberitahu orang tuaku tentang hubungan kita".

"Tidak apa-apa", jawab Mi Ra bisa mengerti, "Tapi tadi...."

Ucapan Mi Ra terpotong karena Dong Suk bertanya apa ibunya yang menyuruh Mi Ra untuk membawakan obat-obat'an ini. Mi Ra mengiyakan. Dong Suk merasa malu, "Kenapa ibuku menyuruhmu". Demi Mi Ra, Dong Suk akan tetap berusaha untuk bertahan hidup bagaimana pun caranya.


Lanjut ke Sinopsis Big Man Episode 9 Part 2


Note : Fuih...beberapa hari ini jaringan internet sangat tidak bersahabat...butuh perjuangan ekstra untuk bisa memposting sinopsis ini...

No comments:

Post a Comment

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)