Pages - Menu

Tuesday, June 24, 2014

[Micro Drama] One Line Love Episode 3 (Final)

Episode 3

Pagi itu Min Ho yang baru selesai mandi melihat wajahnya di cermin. Membubuhkan sedikit moisturizer agar wajahnya terlihat lebih segar.


Ling Ling duduk di meja rias berdandan secantik mungkin. Sedikit grogi ia bertanya pada boneka kelincinya, “Cony, bagaimana penampilanku?. Aku terlihat cantik, kan?”. Ling Ling tersipu, mencubit cony. Ia yang merasa sudah cantik dan tidak malu lagi bertatap muka dengan Min Ho, memutuskan menelpon pria itu lebih dulu. Video call.


Stylist datang ke rumah Min Ho membawa setelah jas sambil menggerutu. Kenapa Min Ho tiba-tiba menyuruhnya membawakan jas, padahal Min Ho tidak ada acara apa-apa hari ini. Yang lebih aneh lagi kenapa dia memakai jas di dalam rumahnya sendiri.


Ponsel Min Ho berdering, dari Ling Ling. Stylist teriak memanggil, “Min Ho oppa. Min Ho oppa”. Min Ho yang sedang mengeringkan rambutnya tidak mendengarkan panggilan stylist. 

Stylist melihat ponsel Min Ho, “Ling Ling?”. Iseng-iseng, ia menjawab panggilan tersebut, “Halo”, sapanya ceria melambaikan tangan melihat wajah Ling Ling di layar ponsel.  


Ling Ling yang semula tersenyum, kaget karena yang mengangkat ponsel Min Ho adalah seorang wanita. Wajahnya berubah keruh seketika. Ia membalas sapaan stylist singkat. Stylist bingung saat Ling Ling tiba-tiba mematikan panggilan.



Mungkin karena kendala beda bahasa, tanya bertanya apapun Ling Ling membuat kesimpulan sendiri. Ling Ling tertunduk sedih, “Cony, dia sudah punya pacar”.


Min Ho yang kini sudah rapih, meriah ponselnya. Senyum cerah mengihiasi wajah tampannya saat mencoba menghubungi Ling Ling. Panggilan pertama tidak diangkat begitu pula dengan panggilan kedua. Min Ho bingung kenapa tidak diangkat.


Min Ho mengirimkan sticker tanda tanya. Beberapa saat ia menunggu balasan. Seraya memainkan tuts piano. Tanda tanya tergambar di wajah Min Ho karena Ling Ling tidak membalas pesannya.


Malamnya, Min Ho duduk ditaman di temani Brown. Ia yang masih mengenak jasnya, berkali-kali mengecek Line. Banyak sticker yang telah ia kirim. Mulai dari menyapa, bertanya apa Ling Ling baik-baik, apa kau sibuk hingga minta Ling Ling menelponnya. Tetap saja tidak ada jawaban.



Min Ho murung. Brown menggoyangkan tangan Min Ho, mungkin anjing itu ingin mengajak tuanya bermain. Tapi Min Ho yang sedang tidak mood mengabaikan ajakan Brown. Sekali lagi, Min Ho mencoba menghubungi Ling Ling, kali ini panggilan biasa. Tetap saja tidak ada jawaban. 

 Min Ho menelan kecewa, ”Ling Ling. Memangnya ada apa?”.



Hari berikutnya, Min Ho yang masih memikirkan Ling Ling tidak berniat melakukan apapun. Didalam keadaan seperti ini tak mungkin dirinya bisa membuat lagu. Yang ia lakukan hanyalah berdiam diri melamun di lantai atas dan menghela napas berat.



Dibawah, Manager dan stylist melihat Min Ho dengan rasa khawatir. Manager bingung, “Gadis yang bernama Ling Ling  atau Lang Lang atau siapalah itu, kenapa dia tidak bisa di hubungi. Min Ho sudah bertingkah seperti ini sejak kemarin. Bagaimana ini?”.  


Stylist yang merasa bersalah langsung menangis. Manager heran, “Kau kenapa”. Stylist mengaku ini semua salahnya kenapa Min Ho bersikap seperti itu. Manager minta stylist berhenti menangis, cepat katakan apa yang terjadi.



“Sebenarnya Ling Ling menelpon, dan yang mengangkat panggilannya aku”.



“Apa?”, teriak manager tanpa sadar, “Lalu?”, tanyanya dengan suara lebih pelan.



Stylist berkata tidak bilang apa-apa pada Ling Ling saat itu. Manager yang tidak percaya menuntut stylist berkata jujur. Stylist akhirnya mengaku. Saat itu Min Ho oppa masih ganti baju dan tidak bisa menjawab teleponya. 

Mulanya saya berpikir stylist hanya menyapa Ling Ling, dan berasumsi Ling Ling yang salah paham. Tapi ternyata.... stylist mengaku sebagai salah satu pacar Min Ho. Aigo..gadis nakal ini, pantas saja Ling Ling ngambek.



Manager yang kesal mengetok kepala stylist dan memarahinya, “Hei!. Kau dalam masalah. Kau yang harus menyelesaikannya. Sekarang!”.  Stylist misek-misek dimarahi..hehe..cute.


Tak jauh berbeda dengan Min Ho, Ling Ling yang masih bersedih karena patah hati memilih mengurung dirinya di dalam kamar. Terdengar panggilan seseorang dari luar kamar menyuruh Ling Ling untuk makan. Tanpa semangat Ling Ling berkata tidak lapar. Bahkan saat orang itu meminta Ling Ling untuk menenaminya jalan-jalan. Ling Ling menjawab, "Jangan ganggu aku. Aku ingin sendirian". 

Ling Ling meraih ponselnya yang berdenting menerima pesan masuk. Semula ia ingin melihat pesan, tapi ia abaikan niatnya itu. Ling Ling yang masih ngambek sama sekali tak bergeming ketika ponselnya terus menerus berdenting. 

Stylist tampak putus asa ketika sticker permintaan maaf yang ia kirim pada Ling Ling tidak mendapat respon. Manager yang berdiri tepat di sampingnya, menatapnya penuh selidik. Stylist memotret wajah manager, kemudian mengirimkannya pada Ling Ling. 

"Aku bukan pacar Min Ho. Dialah pacarku". 

Mungkin itulah cara terbaik yang bisa stylist lakukan untuk meluruskan kesalahpahaman. Meski dengan berpura-pura mengakui manager sebagai pacarnya. Manager yang bisa melihat pesan itu tersenyum tipis. Stylist jadi salah tingkah, mengetuk-ngetuk ponselnya. 



Min Ho berada di studio rekaman. Ia duduk di depan panel control memantau penyanyi yang tengah menyayikan lagunya. Tepat di belakangnya ada manager dan stylist yang tampak asyik dengan ponsel masing-masing. Dalam jarak sedekat itu, mereka berkomunikasi menggunakan Line. Mirip iklan kartu As.

Manager : Kau bilang aku ini pacarmu?. 

Stylist : Dasar bodoh. Kau baru tahu?.

Manager : Bukankan kau bilang kita tidak mungkin bisa bersama?.

Stylist : Min Ho oppa tidak punya pacar. Aku merasa tidak enak kalau kita pacaran di depan dia. Bagaimana?.

Manager mengusulkan bagaimana jika kita umumkan saja hubungan kita. Stylist setuju, baiklah. Manager melirik stylist dengan tatapan menggoda. 

Min Ho yang tadinya berkonsentrasi merasakan sesuatu yang aneh. Ia berbalik kebelakang, melihat kedua insan yang saling menatap penuh cinta. 

"Kalian berdua...tertangkap basah". 

Min Ho menginterogasi mereka di luar ruangan, sekaligus meminta bantuan pada mereka (untuk meluruskan kesalahpahaman). Stylist setuju, tapi ia tak bisa melakukannya sendirian. Manager tampak enggan melalukannya. 

Min Ho menuntut, "Hyung. Bagaimana dengan mu?. Kau tidak mau?". 

Manager menghela napas mengalah, "Baiklah. Aku akan melakukannya. Asalkan kau mau menyelesaikan lagumu dan melanjutkan tur duniamu. Sebagai managermu apa yang tidak bisa aku lakukan?". 

Min Ho tersenyum senang, mendapatkan restu dari sang manager. Hm...senyumnya oppa selalu bisa membuat mata yang mengantuk ini menjadi segar kembali. 

Ling Ling menerima paket. Isinya boneka brown dan cony. Serta satu tiket pesawat ke Korea atas namanya. Inikah bantuan yang diminta Min Ho pada manager?. 

Kedatangan Ling Ling bandara Incheon, Korea disambut manager dan stylist dengan membawa spanduk bertuliskan "Ling Ling selamat datang". Ling Ling terkejut menerima penyambutan semacan ini, terlebih dari orang yang tidak ia kenal.

Stylist menyapa dalam bahasa mandarin, "Ni Hau". Lalu menunjuk manager, "My boyfriend". 

"My girlfriend", tambah manager menunjuk stylist. 

Ling Ling tersenyum mengerti, meski masih tampak bingung. Stylist dan manager  menggiring Ling Ling menuju ke suatu tempat. Mereka naik eskalator, turun ke lantai dibawah. Ling Ling bingung melihat kerumunan banyak orang.

Manager dan stylist membuka jalan agar Ling Ling bisa lewat dengan leluasa. Ruangan itu terlihat romantis dengan adanya sebuah piano dengan kelopak mawar yang tersebar di bawahnya membentuk pola hati. 

Tak lama Min Ho datang dan langsung duduk di belakang piano. Ling Ling terkejut, mungkin ia tak mengira akan berjumpa dengan Min Ho disini. Sebelum memainkan pianonya, Min Ho mengirim pesan Line ke Ling Ling, "For You". 

Min Ho tersenyum lembut menatap Ling Ling, membuat gadis itu tersipu malu-malu. Semua orang bertepuk tangan untuk pertunjukan Min Ho. (Huf...tahan napas...senyum oppa, tatapan oppa bikin jantung berdesir)

Melodi indah terdengar saat Min Ho mulai menekan tuts piano. Semua orang yang ada disana, tak terkecuali Ling Ling terbawa suasana. Senyum simpul malu-malu terus tersungging di bibir gadis itu sepanjang pertunjukan. Dan tatapan lembut dari Min Ho yang sesekali menatapnya, membuat wajah Ling Ling bersemu merah. 

Kilas balik pertemuan keduanya. Saat-saat bahagia saat mereka berhubungan melalui Line hingga kegalauan yang disebabkan kesalah pahaman belum lama ini. 

Min Ho menyelesaikan permainannya dan berdiri menatap Ling Ling. Begitupun Ling Ling yang juga memandang Min Ho. Terpancar jelas perasaan "cinta" dari mata mereka.  Satu demi satu, orang-orang mulai menghilang hingga tinggalah mereka berdua.

Tanpa melepaskan pandangannya, Min Ho jalan mendekati Ling Ling yang tersenyum menatapnya.

"Terlepas dari perbedaan bahasa kita. Bukan berarti kita tidak bisa bertemu dengan orang lain", kata Ling Ling dalam hati

"Cinta kita bersama Line, berakhir bahagia", batin Min Ho. 

Keduanya terus berpandangan dan tersenyum bahagia. Tanpa berkata-kata, karena pandangan mereka sudah mewakili segalanya. 


HAPPY ENDING

Komentar : 
City Hunter, Faith dan One Line Love, terhitung sudah 3 drama Min Ho yang berakhir hanya saling menatap, tanpa pelukan apalagi kiss. Sebenarnya sich tidak masalah dengan ending seperti ini. Hanya saja, saya berpikir endingnya akan terasa lebih manis jika Min Ho mengulurkan tangannya, dan Ling Ling menyambut uluran itu. Lalu keduanya berjalan bergandengan tangan dengan senyum di wajah mereka. Menandakan bahwa mereka memulai hubungan baru. Bagaimana kedengarannya?. Lebih baik? atau tidak?.

Berharap Min Ho akan memutuskan untuk mengambil proyek drama baru tahun ini. "komat kamit berdoa*. Kabar terakhir yang saya dapat, Min Ho menerima tawaran 100 skenario dalam waktu 6 bulan. Wuah... ayo donk oppa, pilih salah satu. Udah gak sabar pengen liat akting oppa lagi. Tatapan mata dan senyumannya itu begitu maknyesss.....di hati. 

 Cony dan Brown 

No comments:

Post a Comment

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)