Pages - Menu

Friday, August 16, 2013

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 26 Part 1

 Se Yoon menahan tangan Sol Joo yang ingin menampar Chae Won untuk yang ke-3 kalinya. "Apa yang Ibu lakukan?", tanyanya tak percaya. Sol Joo terkejut melihat kehadiran putranya yang tiba-tiba. 

"Kau tak apa-apa", tanya Se Yoon pada Chae Won. Jelas sekali rasa khawatir di matanya. Chae Won mengangkat wajahnya menahan tangis. Mata mereka bertemu. 

Se Yoon marah, ia sangat kecewa pada Sol Joo, ibu sama saja seperti 3 tahun lalu.
"Se Yoon-ah", ucap Sol Joo tak percaya.
Se Yoon menundukkan kepala, meminta maaf pada Chae Won, "Aku minta maaf atas sikap Ibuku. Aku benar-benar minta maaf".
Sol Jo tidak terima Se Yoon menundukkan kepala seperti itu, "Apa yang kau lakukan?. Kau baru saja menundukkan kepalamu? . "Ibu. Kumohon", bentak Se Yoon marah.

Chae Won menunduk dan pamit pergi. Sol Joo masih tak percaya Se Yoon lebih membela wanita itu di bandingkan dirinya. "Prilaku apa ini?. Bagaimana bisa kau mengabaikan Ibu di depannya?". Se Yoon tidak memperdulikan Sol Joo, lari keluar mengejar Chae Won. Sol Joo tercengang, "Tak bisa dipercaya".

Se Yoon menahan pundak Chae Won, "Kita bisa bicara?. Chae Won masih syok, dan gugup "Tidak ada yang harus kubicarakan denganmu". Chae Won jalan pergi. Se Yoon memandangi punggung Chae Won yang menjauh dengan perasaan bersalah. 

Sol Joo menyusul keluar, berdiri di belakang Se Yoon, "Kenapa kau minta maaf padanya?. Dia memanfaatkanmu".
"Setiap orang bisa melakukan kesalahan", ujar Se Yoon. 
Bagi Sol Joo itu bukan kesalahan. Dia memanfaatkanmu untuk mendapat  status sosial yang lebih baik.

Se Yoon : Meskipun begitu, tidak seharusnya Ibu menampar wajahnya. Ibu tidak pernah berubah bahkan setelah aku kehilangan Eun Seol.
Sol Joo : Se Yoon-ah.

"Pulanglah. Aku akan pulang nanti", ucap Se Yoon, lalu meninggalkan Sol Joo. Se Yoon jalan pergi tanpa menghiraukan panggilan ibunya. Sol Joo menghela napas. Tidak merasa bersalah atas apa yang telah ia lakukan. 

Chae Won melamun di dalam bis. Ia ingat tatapan marah dan tuduhan Sol Joo yang mengatakan dirinya menggunakan trik murahan agar bisa menikahi Chul Goo. Chae Won juga ingat ancaman Joo Ri akan menyeretnya keluar jika tidak segera mengundurkan diri dari perusahaan. Dan ia juga ingat makian Young Ja tadi pagi.

Chae Won mendesah sedih, mengingat tuduhan dan makian kejam dari 3 wanita itu. "Kupikir aku bisa memulai hidup yang baru saat aku keluar dari keluarga mertuaku. Kupikir aku sudah menjauh dari mereka. Tapi aku kembali ke titik yang sama. Apa yang harus kulakukan sekarang?. Tidak ada tempat bersembunyi untukku".

Se Yoon menunggu di depan gerbang rumah mie dengan gelisah. Ia menanti Chae Won pulang. Tak lama kemudian Chae Won datang, jalan dengan menundukkan wajahnya. Se Yoon jalan mendekat, "Kau sudah membebani perasaanku. Kita bisa bicara?.
"Seperti yang kukatakan tadi, tidak ada yang harus kubicarakan denganmu", tolak Chae Won.
"Chae Won-shi", panggil Se Yoon. 

Chae Won berkata Se Yoon tidak perlu meminta maaf. "Aku pernah mengalami hal yang lebih buruk daripada ini. Ini tidak ada apa-apanya".
Se Yoon tanya apa maksudnya semua ini situasi adalah kesalahpamahan. Chae Won tidak ingin membahas hal ini, "Aku lelah. Tolong berhenti menggangguku.", ucapnya lalu melangkah masuk ke halaman rumah mie. Se Yoon ingin mengejar, tapi terhenti. Hanya bisa melihat punggung Chae Won menghilang di balik pohon.
"Lihat siapa ini. Lama tidak bertemu", sapa seseorang di belakang Se Yoon. Se Yoon menoleh untuk melihat orang yang menegurnya. "Ya, ini kau. Kau tidak mengingatku?", tanya Choon Hee dengan senyum manis. Se Yoon terdiam mencoba mengingat.
"Tas kita dulu tertukar", ucap Choon Hee mengingatkan.

"Oh. Apa kabar?", ucap Se Yoon kemudian. Choon Hee tersenyum, "Kau menjadi semakin tampan. Apa yang kau lakukan disini?". Se Yoon menjawab ada sedikit urusan. Choon Hee menyahut aku juga ada urusan. "Jadi kita bertemu lagi. Apa kabarmu baik-baik saja?. Oh. Apa kekasihmu baik-baik saja?".

Wajah Se Yoon berubah begitu Choon Hee menyinggung soal Eun Seol. Se Yoon tidak menjawab dan hanya pamit pergi. Jalan menuju mobilnya yang terparkir. Choon Hee tersenyum lalu berguman, "Sungguh pria muda yang tampan. Kehadirannya mencerahkan suasana".

Hyo Dong dan Choon Hee masuk ke kamar nenek. Nenek duduk disamping kakek, wajahnya merengut. Choon Hee tanya kenapa nenek memanggilnya untuk datang. Nenek meminta maaf atas kejadian tadi siang. Kupikir aku sudah berlebihan hari ini. Kakek berkata pada Choon Hee itu bukan karena benci. Harap jangan merasa sakit hati.

Choon Hee tidak enak hati, "Tidak. Aku juga terlalu sensitif". Nenek berguman orang tua selalu perhatian dengan anak-anak mereka. Hyo Dong selalu membebani pikiranku. Aku akan berhati-hati. Dia tidak ada hubungannya dengan kami mulai dari sekarang. 

Nenek terisak, mengambil sapu tangan membersihkan cairan bening yang menyumbat hidungnya. "Kau mulai lagi", komentar kakek.

"Jangan memarahiku. Air mataku langsung mengalir ketika aku memikirkan Hyo Dong. Apakah mudah untukmu untuk bisa terpisah darinya?. Kau dingin sekali!", ujar nenek makin terisak. Kakek keluar kamar.

Hyo Dong mendekat, memeluk nenek. Mulanya ia berusaha menenangkan hati nenek. Tapi Hyo Dong malah ikut menangis, "Kenapa harus terpisah dariku?. Aku akan terus menjaga ibu setelah aku menikah. Tolong jangan khawatir".

Choon Hee diam memperhatikan tingkah mertua dan menantu yang menangis sesengukan di hadapannya. Ia Memalingkan wajah dan mendesis pelan, "Ini menyebalkan".

Choon Hee keluar dari kamar nenek. Di ruang tengah sudah ada Kang Seok dan Do Hee. 2 wanita usil ini berkata itulah sebabnya mereka memperingatkan dari awal, tapi Choon Hee malah mengabaikan sarannya dan membuat keributan besar.
"Keributan?", tanya Choon Hee tidak paham. 

Kang Seok menjawab kau mencoba beberapa gaun pengantin seperti sebuah fashion show. Choon Hee menjelaskan nenek menolak setiap gaun yang ia kenakan, jadi...

"Aku mengerti kau mungkin merasa seperti berada di langit kesembilan, tapi Ayah dan Ibu mungkin merasa seolah-olah putra mereka sudah dicuri dan mereka merindukan  almarhum putri mereka", potong Do Hee.

"Tapi kau menyibukkan diri sendiri seperti wanita tidak punya pikiran. Ibu pasti sudah hampir mati karena bersedih", tambah Kang Seok. 

Chae Won datang, menghentikan mulut bawel mereka. Ia minta 2 bibinya ini tidak menyalahkan Choon Hee, "Dia akan melangsungkan pernikahan".

Do Hee tanya jadi apa yang akan di lakukan Chae Won, "Apa kau akan tinggal dengan Ayah dan Ibu tirimu?".
Chae Won diam, tidak memikirkan hingga sejauh itu. Begitu pula dengan Choon Hee. 

Hyo Dong keluar dari kamar nenek. Kang Seok langsung tanya apa rencana Hyo Dong, "Apa kau akan membawa Chae Won tinggal bersamamu?". Hyo Dong juga diam menerima pertanyaan Kang Seok. 

Ki Moon dan Ki Choon turun dari lantai 2. "Berhenti omong kosong. Kenapa Chae Won mau tinggal bersama mereka?", ujar Ki Choon. Ki Moon membenarkan, ia memberi saran lebih baik Chae Won tetap tinggal disini, "Kakek dan Nenekmu akan sangat sedih jika kau pergi bersama mereka".

Hyo Dong membuka suara, "Apa yang kau bicarakan?. Kenapa aku harus tinggal jauh dari putriku?". Choon Hee membenarkan, "Chae Won akan tinggal bersama kami".

Kang Seok berkomentar Chae Won bukan anak kecil lagi, kau akan stress. Do Hee tanya pendapat Chae Won, "Katakan pada kami bagaimana menurutmu. Apa kau ingin tinggal bersama ayahmu?.
 Chae Won bingung, tidak bisa menjawab. Posisinya serba sulit.
Nenek keluar kamar dan langsung marah, "Omong kosong apa ini?. Tidak ada yang boleh membawa Chae Won pergi. Dia adalah cucuku, satu-satunya anak dari putriku. Bagaimana bisa kau berpikir untuk membawanya pergi jauh dariku?". 

Hyo Dong : Membawanya pergi jauh?. Bagaimana bisa Ibu berkata begitu?. Chae Won adalah putriku.

Chae Won berdiri di tengah-tengah mereka sebelum ayah dan nenek bertengkar lebih hebat, "Kumohon tenanglah". Ki Moon mengiyakan jangan bertengkar karena sesuatu seperti ini. Ki Choon berkata hal ini bukan sesuatu yang harus diributkan. Santai saja. Chae Won, dimana kau akan merasa lebih nyaman?. Siapa yang kau pilih?. 

Chae Won bingung melihat wajah nenek dan Hyo Dong bergantian. "Jangan melihat wajah mereka. Bicaralah terus terang", ujar Do Hee. 

Chae Won memilih akan tinggal dengan kakek dan nenek. Dengan alasan memberikan kebebasan bagi Hyo Dong dan Choon Hee menikmati kehidupan pernikahan baru mereka. "Chae Won-ah", ucap Hyo Dong tak percaya.
"Kita akan tinggal berdekatan. Tidaklah penting dimana aku tinggal", ucap Chae Won lagi.

Hyo Dong jelas kecewa berat, karena Chae Won lebih memilih kakek dan nenek dibandingkan dirinya, ayah kandungnya sendiri. Hyo Dong lari keluar sambil menangis. Choon Hee pamit pergi, menyusul Hyo Dong.

Nenek menangis dan memeluk Chae Won, "Hatiku sudah sakit karena kehilangan Hyo Dong. Aku tidak bisa kehilangan Chae Won juga, cucuku yang berharga". Chae Won menepuk pundak nenek pelan.

Ki Ok menatap sedih Kang Jin yang sedang makan dengan begitu lahap. "Bagaimana bisa penyanyi tenor yang legendaris kondisinya bisa menjadi begini?. Aku tidak pernah membayangkan cinta pertamaku akan berubah seperti ini", ucapnya dalam hati.

Kang Jin tanya kenapa Ki Ok tidak makan. Ki Ok menjawab perutnya kembung setelah makan snack. "Aku makan seperti seekor kuda, huh?', tanyanya Kang Jin. Aku punya gigi yang kuat dan sehat. Orang seumuranku memakai gigi palsu, tapi 28 buah gigiku semuanya asli. Dan tidak berlubang". 

Ki Ok tersenyum, "Itu bagus!". Sikapnya mendadak berbuah, tidak seperti biasanya yang selalu mencibir jika Kang Jin mulai membanggakan diri. Masih dengan mulut penuh makanan Kang Jin berkata, "Seperti yang kubilang. Usia fisikku adalah 40. Jangan meremehkanku sebagai orang tua, pria tidak berguna, okay?".
Ki Ok kembali tersenyum, "Baiklah".

Kang Jin menerima telepon, dari manager restoran, tempat Kang Jin bekerja paruh waktu. Manager restoran memutuskan kontak kerjasama dengannya. Kang Jin berusaha nego harga. Tapi manager bersikukuh pada keputusannya dan menutup telepon. 

Mendadak Kang Jin kehilangan selera makan, "Penyanyi tenor legendaris Kang Jin Gyu...Lihat dirimu", gumannya mengasihani diri sendiri. Ki Ok menawari Kang Jin bekerjasama dengannya. Kang Jin tanya apa kau menjalankan usaha. Ki Ok mengaku sedang berpartisipasi dalam proyek 10 milyar. Jika kita berhasil, aku akan  memberikanmu bagian dari kesepakatan.

"Benarkah?', tanya Kang Jin terkejut. Jangan mengubah kata-katamu nanti. Ki Ok menganguk tanda mengiyakan. Menatap Kang Jin lekat, bicara dalam hati, "Lalu kau akan bisa bermusik lagi dalam lingkungan yang bagus".

Setelah mencari kemana-mana, ahkirnya Choon Hee bisa menemukan Hyo Dong yang sedang minum soju sendirian. Choon Hee tanya kenapa Hyo Dong tidak menjawab telponya, ia benci melihat Hyo Dong bertingkah seperti ini. Berhenti minum dan pulanglah. Mereka mungkin mengkhawatirkanmu.

Tadinya Hyo Dong berpikir akan menjadi pria paling bahagia jika aku bisa menikah dengan Choon Hee. Aku tidak tahu soal apa yang harus aku lepaskan.
"Jadi kau menyesal?", tanya Choon Hee. 
"Tidak. Bukan begitu", sangkal Hyo Dong. "Aku hanya merasa sedih. Aku merasa sangat kosong di dalam hatiku".

Choon Hee tidak bicara lagi, menuangkan soju ke gelas Hyo Dong. Choon Hee ikut sedih jika Hyo Dong sedih.

Se Yoon pulang. Presdir Lee dan Sol Joo menunggu sejak tadi diruang tengah. Presdir Lee menyuruh Se Yoon duduk di depannya. Sol Joo berkata biar ia yang memberikan sedikit pengertian pada Se Yoon. 
"Duduklah disini", bentak presdir Lee.

Se Yoon dan Sol Joo duduk. Presdir Lee marah, "Bagaimana kau berprilaku sehingga kau digosipkan semua orang?". Sol Joo menyela, "Sayang, sudah kukatakan. Wanita itu bukan wanita yang baik".
"Jadi kenapa dia membiarkan dirinya memberikan kesempatan?', tuntut presdir Lee. "Apa benar kalau kau merekomendasikannya untuk jabatan itu?".

Sol Joo berbalik menatap Se Yoon, "Kau sudah mengenalnya sebelumnya?". Se Yoon membenarkan. Sol Joo tanya bagaimana Se Yoon bisa mengenal Chae Won. "Ini baru beberapa bulan sejak kau kembali ke Korea".
"Aku bertemu dengannya saat aku melakukan perjalanan ke Namhae", jawab Se Yoon jujur.

"Jadi kau sudah dekat dengannya dari saat itu sampai sekarang?", tanya Sol Joo marah.
Se Yoon menunduk diam, dihakimi kedua orang tuanya.

"Bagaimana caramu mengurus perusahaan?. Kau pikir aku meletakkanmu di posisi itu jadi kau bisa mempekerjakan siapa saja?", teriak presdir Lee nyaring, berdiri marah. Setelah berteriak presdir Lee memegangi dada kirinya yang terasa sakit. 

Sol Joo panik, "Oh...yobo..yobo". Se Yoon tak kalah panik, "Ayah..Ayah, kau tak apa-apa?". Presdir Lee meringis menahan sakit. Lalu tak sadarkan diri.
"Se Yoon, telpon 911. Tidak. Telpon Dr. Song, cepat", ujar Sol Joo. "Sayang, bangunlah. Sayang. Sayang".

Presdir Lee dilarikan ke ruang emergency (UGD). Sol Joo bilang pada dokter suaminya tiba-tiba pingsan sambil memegangi dadanya. Presdir Lee sudah sadar dan berkata, "Aku merasa dadaku seperti diremas-remas". Dr. Song memeriksa dada presdir Lee, ia minta perawat mengambil respirator dan siapkan untuk ECG dan tes detak jantung.

Malam itu juga presdir Lee harus di operasi. Sol Joo menangis cemas menunggu di luar ruangan, "Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk?". Se Yoon meminta maaf, merasa sangat bersalah.

Dr. Song keluar, ia memberitahu operasinya berjalan dengan sukses. Jangan khawatir. Sol Joo tanya apa dia baik-baik saja. Dr. Song membenarkan, "Tentu saja. Dia akan keluar sebentar lagi". Sol Joo lega, "Terima kasih, terima kasih banyak". 

Dr. Song berkata sebaiknya Se Yoon dan Sol Joo menunggu di kamar presdir Lee. Ia khawatir jika presdir Lee sewaktu-waktu pingsan lagi. Dr. Song kembali masuk ke ruang operasi. Tangis Sol Joo semakin deras. Se Yoon menenangkan, "Dokter bilang operasinya berhasil. Jangan khawatir".

Young Ja menghubungi ponsel Joo Ri, tapi ponselnya masih tidak aktif. Ia meninggalkan pesan, "Joo Ri, bagaimana bisa kau menjadi sekejam ini pada Ibu?. Jika kau tidak menelpon sampai dengan besok pagi. Ibu akan melaporkan kehilanganmu pada Polisi. 

Terdengar bunyi bel. Ms. Park memberitahu kalau menantu Young Ja pulang. Ms. Park pergi membuka pintu untuk Hong Ju.
"Lalu?. Haruskah aku menyambutnya dengan tangan terbuka? Ha", guman Young Ja lirih.

Ms. Park jalan masuk bersama Hong Ju. Ia meletakkannya tas Hong Ju di lantai, lalu kembali ke dapur. "Aku pulang", ucap Hong Ju pelan.
Young Ja tersenyum terpaksa, "Hm...Apa kau beristirahat dengan baik?".
"Aku minum obat dan terus tidur", jawab Hong Ju. Young Ja tidak percaya, Hong Ju mengunjungi keluarga dalam waktu yang lama. Kau seharusnya bersenang-senang.

Young Ja berkata Hong Ju bisa mengajak Chul Goo berkunjung kerumah keluarga Tae San, jadi dia bisa lebih dekat dengan keluarga mertuanya. Itulah cara Hong Ju untuk bisa membantu suaminya. Hong Ju mengerti maksud Young Ja, "Oh. Aku akan mengatur pertemuan makan siang dengan kakak tertuaku".

"Orang yang bertanggungjawab pada Taesan Home Shopping?", tanya Young Ja. Hong Ju membenarkan. Young Ja tersenyum girang, "Ibu bisa memikirkannya. Kau pasti lelah. Naiklah dan beristirahatlah". Saking girangnya, Young Ja bahkan mengambil tas Hong Ju dilantai, dan membawanya ke kamar.

Chul Goo bermain rubik, acuh tak acuh meski Hong Ju sudah pulang. "Jangan berpura-pura
menjadi acuh tak acuh. Kau bahkan tidak memberi salam padanya?", tegur Young Ja. 
"Kenapa aku harus?', tanya Chul Goo sewot.

Young Ja minta Chul Goo berhenti bersikap kejam. Bersikaplah yang baik pada Hong Ju. Hong Ju tidak mempermasalahkan, itu adalah pesona Chul Goo.
"Oh, sayang. Terima kasih sudah mengatakan itu", kata Young Ja dengan senyum lebar. "Berikan Coco padaku".

Hong Ju menatap heran. Young Ja berkata Hong Ju dan Chul Goo belum melewatkan malam pengantin. Kehadiran Coco hanya akan menganggu mereka. "Tinggalkan Coco denganku dan kalian berdua habiskan malam  bersama-sama. Young Ja mengambil alih Coco, menimangnya seperti bayi. "Selamat malam", ujarnya keluar kamar. 

Chul Goo penasaran bagaimana cara Hong Ju merubah sikap ibunya hanya dalam waktu semalam. Sungguh kau berbakat. Hong Ju tersenyum tipis.
Terdengar suara Young Ja dari luar kamar, "Ibu akan menjaga pintu semalaman. Chul Go, jangan pernah mencoba untuk keluar".

"Ibumu cukup lucu", ucap Hong Ju. Hong Ju sengaja menekankan kata "Ibumu!".
Ucapan Hong Ju barusan memancing emosi Chul Goo,"Ibumu?". Jaga ucapanmu".

Hong Ju  tersenyum manis, tapi hanya beberapa detik, lalu mendelik marah. 

Young Ja mendekatkan telinganya ke daun pintu. Mencoba mencuri dengar. "Apa yang kau lakukan disana?', bentak Ms. Park membuat Young Ja melonjak kaget. Menguping adalah pelanggaran privasi. Ini tidak bisa dibayangkan di rumah Tuan Ma.
"Apa?", tanya Young Ja terbata..wajahnya tampak takut. 

Ms. Park merampas paksa Coco dari gendongan Young Ja, "Silahkan kembali ke kamarmu",  teriak Ms. Park. Young Ja mendesah, "Aku bingung. Siapa sih bos disini?".
Ms. Park melotot. Young Ja kalah, "Baik..baik..aku mengerti". Jalan ke kamarnya.

(Hahaha..majikan kalah sama pembokat...)

Chae Won duduk merenung di halaman belakang. Teringat pertanyaan Se Yoon kalau semua situasi ini hanya kesalahpahaman. Chae Won merasa membuat alasan hanya akan membuat dirinya bertambah konyol. Apa gunanya?.

Hyo Dong datang, ia tanya kenapa Chae Won belum tidur. Chae Won mencium bau alkohol. "Apa ayah minum?". Hyo Dong menjawab putri satu-satunya menolak tinggal dengannya, bagaimana bisa ia menerima kenyataan itu tanpa minum-minum. Chae Won berdalih Hyo Dong bisa menikmati kehidupan pengantin barunya. Dan juga, jika kita hidup bersama-sama. Kakek dan Nenek akan merasa sedih. Aku akan tinggal bersama mereka.

Hyo Dong sedih, merasa seperti menelantarkan putrinya demi kebahagian sendiri. Chae Won tidak merasa seperti itu, ia minta ayahnya jangan mengatakan perkataan itu di depan nyonya Yang, mengerti. Hyo Dong mendesah berat, menganguk. 

Chae Won membahasa gedung pernikahan. Akan sulit menemukan satu karena semuanya sudah penuh di pesan. Hyo Dong memberitahu kalau Kang Jin membantu mencarikan melalui salah satu kenalannya.
"Itu bagus. Semuanya akan berjalan dengan lancar, jadi jangan khawatir", ucap Chae Won, kemudian mencium pipi Hyo Dong. Ayah dan anak ini tersenyum bahagia. 

Hyo Dong tanya apa putrinya itu tidak mempunyai seseorang. "Kau tidak bisa hidup sendirian seumur hidupmu. Cobalah untuk menemui orang yang baik. Bagaimana dengan pria yang menolong Ayah di kantor polisi? Ayah menyukainya".

Chae Won menjawab, "Tidak, pria itu sudah memiliki tunangan".
"Benarkah", tanya Hyo Dong kurang yakin. Chae Won membenarkan, "Ya. Fokus saja pada persiapan pernikahan Ayah".

Pagi hari. Chae Won buru-buru menekan tombol lift yang hampir tertutup. Pintu lift terbuka, ia menjadi kikuk dan ragu jalan masuk setelah melihat Se Yoon ada di dalam lift. "Masuklah", ucap Se Yoon. Chae Won masuk mengikuti perkataan Se Yoon.

Se Yoon kembali meminta maaf atas sikap ibunya. Chae Won diam tidak merespon. Pria setengah baya masuk ke dalam lift, membawa kotak abu yang diselimuti kain putih. Dipundaknya ia juga menggendong kamera. Chae Won mundur ke belakang, memberi tempat. Se Yoon yang semula menunduk mengangkat wajahnya, melihat wajah pria itu, "Ayah", serunya..

Pria yang dipanggil ayah oleh Se Yoon itu menoleh ke belakang, "Lama tak bertemu", ucapnya. Se Yoon tanya apa yang membawa ayah kemari. "Sebelum aku mengantar Eun Seol pergi, aku ingin ia bertemu denganmu untuk terakhir kali", jawab pria setengah baya yang ternyata ayahnya Eun Seol. Se Yoon bingung, "Apa maksudnya?. Mengantar Eun Seol pergi, ayah?".

Lift berhenti dilantai 11, pintu lift terbuka dan Chae Won jalan keluar. Chae Won sempat menoleh kebelakang, melihat kotak abu yang dibawa ayah Eun Seol. Dalam hatinya mungkin ia merasa bertanya siapa pria yang dipanggil ayah oleh Se Yoon barusan. 

Ayah Eun Seol bercerita kalau putrinya, Eun Seol terus muncul di dalam mimpi istrinya dan memintanya untuk merelakannya pergi. Jadi kami memutuskan untuk menyebarkan abunya di sungai, jadi dia bisa pergi ke tempat yang dia inginkan. Aku datang untuk membiarkan dia menemuimu sebelum aku melepasnya pergi.

Se Yoon sedih. Ayah Eun Seol memegang kamera yang ia bawa. Di dalamnya berisi foto dan video yang Eun Seol rekam bersama Se Yoon, "Berat bagiku untuk membuangnya. Tolong kau yang membuangnya". 

Ayah Eun Seol pergi dengan meninggalkan kotak abu disini untuk sementara. Ia memberi kesempatan pada Se Yoon untuk mengucapkan salam perpisahan sebelum menyebarkan abu Eun Seol ke sungai. Ia juga berharap mulai sekarang Se Yoon bisa melupakan Eun Seol. 

Se Yoon menyentuh kotak abu, menangis sedih, "Apa kau merasa sedih selama ini?. Maafkan aku, Eun Seol. Aku tidak tahu itu. Aku melupakanmu untuk sementara waktu. Bagaimana bisa aku melupakanmu?. Maafkan aku,  maafkan aku, Eun Seol".
Choon Hee pergi rumah sewaan yang akan ia tempati bersama Hyo Dong. Berencana membersihkannya. Choon Hee mundur terkejut melihat nenek sudah lebih dulu ada disana, duduk jongkok membersihkan lantai, "Oh ya Tuhan. Apa yang Ibu lakukan disini?", ucapnya kagat.

Kemarin, sewaktu melihat keadaan rumah, nenek mendapati tempat ini berdebu. Jadi ia membersihkannya, "Aku minta maaf masuh tenpa seijinmu. Aku akan menyelesaikannya dengan cepat dan pergi. Maaf. Aku pergi sekarang".

Choon Hee tidak marah dan mengajak nenek makan siang. Ia menggandeng nenek memasuki sebuah restoran. Nenek heran kita punya makanan di rumah, kenapa membuang-buang uang. Choon Hee tersenyum, "Aku ingin mentraktirmu makan siang. Ayo silahkan duduk".

"Lihat siapa disini. Si cantik Nyonya Yang", seru tuan Gong dan tuan Park. Mereka adalah langganan tetap di cafe Choon Hee dulunya. Choon Hee berdiri dan menyapa 2 pria itu dengan ramah. 2 pria ini sudah mabuk, tuan Gong tanya kenapa Choon Hee diam-diam menutup usaha. Tuan Park memberitahu kalau Choon Hee akan menikah bulan ini. 

Nenek tampak tidak suka Choon Hee berbicara dengan 2 pria genit itu. Choon Hee melirik cemas ke arah nenek, takut jika nenek akan salah paham.
"Menikah?. Tanpa seijinku?', ucap tuan Gong. 
"Kau terdengar konyol. Kenapa aku harus minta ijin darimu?', balas Choon Hee.

Tuan Gong memegang tangan Choon Hee, "Kita sudah menjadi akrab. Aku sedih jika kau berkata seperti itu". Nenek memperhatikan. Choon Hee menarik tangannya, "Lepaskan aku. Jika kau mabuk, pulang dan tidurlah".

Tuan Gong semakin ngelantur, "Kau akan menjadi istri orang lain dalam beberapa hari. Biarkan aku memelukmu untuk terakhir kali". Tuan Gong mendekat memeluk Choon Hee. Choon Hee mendorong badan tuan Gong. "Ada apa denganmu?".


Nenek tidak tahan lagi, "Beraninya kau!".
"Dong"... nenek yang marah memukul kepala tuan Gong dengan tray stainless steel yang ada di meja. Tuan Gong kaget, mengaduh kesakitan, "Apa-apaan!". 
Choon Hee menutup kupingnya, karena suara yang ditimbulkan memang nyaring.
"Kau tidak apa-apa?", tanya tuan Park mengkhawatirkan tuan Gong/

Nenek : Apa yang kau katakan sudah melewati batas. Aku memukulmu untuk membantumu sadar. Jangan sakit hati.

Tuan Gong : Kau wanita tua. Urus saja masalahmu sendiri.
"Berhenti membuat keributan", ucap Choon Hee. Tuan park, tolong bawa dia keluar. Tuan Park mengajak tuan Gong pergi. Tuan Gong berontak, "Lepaskan aku!".

Tuan Park ke nenek : Kau pikir kau ini siapa ikut campur antara dia dan aku?
Nenek membentak, "Kau tidak punya sopan santun terhadap orang tua!. Aku punya alasan
untuk ikut campur. Kenapa?.
"Jadi kau siapa?", tanya tuan Gong berkacak pinggng. 

"Aku?. Nyonya Yang adalah...tidak....Aku adalah Ibunya Choon Hee. Jadi kenapa?", tantang nenek tidak mau kalah. 
"Ibunya?. Apa dia ibunya?", tanya tuan Gong tak percaya.

Choon Hee tertegun, menoleh melihat nenek. Nenek memelototi tuan Gong. Lalu menoleh ke Choon Hee, mengedipakan mata lalu tersenyum. Choon Hee ikut tersenyum. Berawal dari kejadian ini, hubungan nenek dan Choon Hee menjadi harmonis. :). 


Lanjut ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 26 Part 2


2 comments:

  1. Horeeee jadi yg pertama, dan horeee jg karna eonnie udah cepet ngepostnya :).
    Seneng deeh, semoga utk seterusnya jg seperti itu ya eonnie.
    Aku bantuin eonnie lwt doa yaa biar semangat ngerjainnya :) !
    SEMANGAT!!! HWAITING!! (งˆ▽ˆ)ง Keren sinopsis bwtan eon :)

    ReplyDelete
  2. Baru sadar, ternyata yang jadi Ayahnya Se Yoon itu, Madam Oh wakakaka... kemana aja mata saya hahaha.... >_<

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)