Cha Don menghubungi Ny. Bok. Ia mengajak Ny. Bok bertemu di luar saat ini juga. Ny. Bok menyetujui. Ia senang dan merasa seperti akan pergi berkencan. Seperti biasa Ny. Bok memanggil Pal Do, tapi sejenak ia sadar asisten andalannya itu sedang bersama Jae In akhir-ahkir ini. Ny. Bok akhirnya pergi dengan menggunakan taksi.
Pria tua tunawisma yang semalam mengintip di tembok masih ada disana hingga pagi. Hanya saja dia bersembunyi hingga kehadirannya tidak diketahui orang lain. Pria tunawisma memandang taksi yang membawa Ny. Bok pergi. Lalu berguman, "Hwa Sool, Hwa Sool,...aku sangat merindukanmu. Aku tak bisa mati dan hidup lagi. Hwa Sool...".
Pria ini kemudian memukul wajahnya sendiri berkali-kali. "Aku ini seperti pecundang. Apa yang merasukiku sampai melakukan semua hal gila itu, meninggalkan istri yang cantik seperti itu?. Sial, betapa bodohnya aku!. Hwa Sool!.
Ternyata pria ini adalah suami Ny. Bok. Ayah Jae In.
Ny. Bok tertidur selama dalam perjalanan. Ny. Bok turun dari taksi dan tampak seperti orang linglung. Penyakit pikun Ny. Bok menyerang disaat yang tidak tepat. Tiba-tiba saja ia merasa asing melihat keadaan sekitar. Roku-roku yang berjejer rapih, kendaraan yang berlalu lalang dan orang orang-orang yang berjalan hilir mudik membuat Ny. Bok bingung dan ketakutan.
Ny. Bok tiba-tiba menangis seperti anak kecil yang sesat dijalan, "Tempat apa ini?. Kenapa aku di sini?. Omo, bagaimana ini?. Dimana rumahku?....Kenapa aku datang kesini?...Omo, bagaimana ini?...Omo, bagaimana ini?".
Sementara itu Cha Don menunggu Ny. Bok di tempat yang telah mereka sepakati. Cha Don sudah lama, tapi Ny. Bok belum juga datang. Cha Don menghubungi ponsel Ny. Bok. Panggilan terhubung tapi Pal Do yang menjawab. Dia bilang kalau Ny. Bok meninggalkan ponselnya dirumah. Sudah 2 jam sejak dia pergi.
Cha Don melihat sekeliling dan bilang Ny. Bok belum datang. Pal Do merasa ada yang tidak beres. Akhir-akhir ini nyonya sering lupa. Cha Don menutup telepon, memutuskan mencari Ny. Bok di luar. Pal Do membuka laci ruang kerja Ny. Bok dan menemukan obat yang sering Ny. Bok konsumsi.
Ny. Bok masih kebingungan, berjalan kesana kemari. Ia menebrang jalan. Ny. Bok jalan ragu dan berhenti di tengah jalan hingga lampu kembali menjadi merah bagi pejalan kaki. Ia terjebak di tengah-tengah. Bunyi klakson yang nyaring dan kendaraan yang berjalan cepat ke arahnya semakin membuatnya ketakutan.
Cha Don berlari ke setiap sudut jalan berusaha keras menemukan Ny. Bok. Menanyai beberapa orang yang ia temui. Cha Don teringat perkataan Pal Do barusan. Ternyata Ny. Bok mengindap penyakit Alzheimer. Penyakit yang menyerang otak dan menyebabkan seseorang kehilangan semua ingatan secara perlahan.
Setelah mencari kesana-kemari. Cha Don melihat Ny. Bok duduk di pinggir jalan. Ny. Bok marah dan melempari orang-orang yang berusaha mendekatinya, termaksud Cha Don. Ny. Bok tidak mengenali Cha Don. Ia teriak menyuruh Cha Don pergi dan mengancam akan memanggil polisi.
Cha Don memeluk Ny. Bok, "Nyonya. Ini aku!. Cha Don". Ny. Bok terus saja berteriak, memberontak berusaha melepaskan diri, "Pergi! Minggir. Brengsek! Pergi!". Cha Don mengeratkan pelukannya, "Tak apa-apa, Nyonya".
Ny. Bok mendorong Cha Don lalu menangis, "Apa kau bisa menemaniku pulang?. Dimana rumahku?. Antar aku pulang, kumohon...Rumahku!. Antar aku pulang, kumohon...Rumahku... antar aku pulang....".
Cha Don sedih, "Aku akan mengantar anda pulang. Jangan khawatir". Cha Don kembali memeluk Ny. Bok.
Cha Don ingat kejadian 15 tahun lalu, saat Ny. Bok mengajukan diri menjadi ibu angkatnya. Ny. Bok juga yang membiayai hidupnya di panti asuhan hingga ia menjadi jaksa. Cha Don juga ingat wajah bahagia ketika Ny. Bok menyuapinya ikan fermentasi, dan menyebutnya sebagai menantu.
"Apa sekarang anda sudah ingat?, tanya Cha Don. Ny. Bok tak menjawab, "Cha Don-ah. Huhuhuhu". Ia kembali memeluk Cha Don, menangis dan memanggil-manggil nama Cha Don berulang-ulang.
Ny. Bok sudah tenang, ia berada di restoran bersama Cha Don. Pal Do datang membawa obat. Ny. Bok. langsung meminumnya. Ny. Bok minta Pal Do dan Cha Don merahasiakan hal ini dari Jae In, tak peduli apapun itu.
Pal Do : Nyonya, Jae In harus tahu soal ini.
Ny. Bok : Jika Jae In tahu, apa itu akan membuatku lebih baik?. Dia akan tahu dengan sendirinya nanti. Kenapa mengganggu dia dari awal?.
"Tapi dia akan...", sela Pal Do.
"Lakukan saja perintahku. Jangan membantah", semprot Ny. Bok.
Cha Don tanya kenapa Ny. Bok merahasiakan hal ini dari Jae In. Ny. Bok yakin jika Jae In tahu, dia akan menjadi lemah. "Perjalanan Jae In masih panjang. Dia harus menjadi lebih kuat. Setelah aku mati, di dunia yang kejam ini, dia yang harus menaklukannya sendiri".
Pal Do : Nyonya.
Ny. Bok Ke Cha Don : Kau boleh bicara sekarang. Kenapa kau ingin bertemu denganku?.
"Bukan apa-apa", jawab Cha Don dengan wajah sedih. Ny. Bok yakin ada sesuatu, hal itu terlukis di wajah Cha Don. Ny. Bok mengeluarkan perekam suara dari dalam tas, lalu menaruhnya di meja, "Bicaralah". Cha Don masih diam, memandangi perekam suara di meja.
"Apa kau sedang memperlakukanku seperti aku sudah mati sekarang?. Apa kita harus memutuskan hubungan kita sekarang?", ancam Ny. Bok.
Ny. Bok : Melunasi hutangmu?. Kurasa kau tak bicara soal uang. Apa ini semacam dendam?.
Cha Don : Mereka membunuh ayah dan ibuku. Mereka mengambil semua uang, rumah, dan harta benda kami, dan mereka juga mencoba membunuhku. Itulah saat dimana aku bertemu dengan anda, Nyonya.
Ny. Bok : Kalau begitu, kau harus membuat mereka membayar 100 kali lipat. Kau butuh bantuan apa dariku?.
Cha Don mendengar kalau sponsor Perkumpulan Sastra Chungrok adalah politisi. Ny. Bok membenarkan, lalu?. Cha Don ingin memberikan beberapa nama untuk calon kandidat. Ny. Bok menebak kandidat itu yang membunuh orang tua Cha Don. Cha Don membenarkan.
Ny. Bok ingin tahu siapa mereka. Cha Don menjawab Ji Se Kwang dan Kwon Jae Kyu. Ny. Bok mundur terkejut mendengar 2 nama jaksa itu. Pal Do bahkan mengulang nama jaksa Kwon untuk memastikan. Ny. Bok baru mengetahui sisi gelap dari calon besannya itu.
Pal Do mengantar Ny. Bok pulang. Pal Do tak pernah menduga kalau Cha Don punya masa lalu yang kelam. Ny. Bok menarik napas berat. Pal Do khawatir, "Anda baik-baik saja? Apa anda ingin minum obat?".
Ny. Bok : Apa uang membuat orang saling berkelahi, membenci satu sama lain, dan bahkan membunuh seseorang?. Aku tak tahu kenapa aku hidup begitu menyedihkan karena uang.
Pal Do : Apa yang sedang anda pikirkan?
Ny. Bok : Kau tahu, aku sudah banyak menyesal akhir-akhir ini. Jika aku tahu kalau hidupku kan berakhir dengan penyakit mengerikan ini, aku akan mengumpulkan kenangan baik lebih banyak daripada uang.
Pal Do tanya apa Ny. Bok akan membantu Cha Don, dengan kesehatan anda yang memburuk, mungkin tak baik bagi.....Ny. Bok memotong, tentu saja aku akan membantu. Dia seperti anakku sendiri. Usai mengatakan itu, Ny. Bok langsung menghubungi mantan walikota Jeong Hae Ryong. Meminta bantuan
Ya..mantan walikota Jeong Hae Ryong adalah mantan walikota yang pernah Se Kwang jebloskan ke dalam penjara. Mantan walikota Jeong telah selesai menjalani masa hukumannya. Dia salah satu dari 4 Anggota komite dari Perkumpulan Sastra Chungrok
Jae In secara resmi di tunjuk sebagai presdir Hwanghae Bank. Ia berdiri di depan podium memberikan kata sambutan, "Perusahaan kita sudah mengalami waktu yang sulit. Tapi, setelah usaha keras kita, kita mampu melunasi semua pinjaman kita, menyelesaikan masalah penggelapan, dan mekar kembali".
Cha Don, Gu Shik dan sekertaris Hong hanya berdiri melihat di depan pintu. Gu Shik berkomentar saat Jae In gendut, dia sama sekali tak terlihat seperti manusia. Tapi hari ini, dia tampak sangat menarik. Sekertaris Hong menyahuat tapi, bukankah seharusnya dia berterima kasih pada pengacara kita?. Pengacara kita memberikan bukti yang penting.
"Bagaimana mungkin dia melakukannya kalau dia tak tahu?", tegur Gu Shik. Sekertaris Hong menutup mulutnya rapat-rapat. Sadar kalau ucapannya salah. Gu Shik masih penasaran kenapa Cha Don mengirimkan bukti itu secara diam-diam. Pandangan Cha Don tak beralih dari Jae In, ia berkata karena bukti itu diperoleh secara ilegal, meskipun ada yang salah, itu tak akan mempengaruhi Jae In.
"Jaksa Kwon Hyuk memberinya bunga", ucap Gu Shik melihat Hyuk naik ke panggung memberikan rangkaian bunga pada Jae In.
Tak hanya memberikan bunga, Hyuk bahkan memeluk Jae In.
"Bahkan mereka berpelukan", seru sekertaris Hong spontan.
"Apa mereka berdua sudah sejauh itu?", tanya Gu Shik tanpa sadar.
Cha Don menatap pilu. "Ayo pergi", ucapnya mengajak Gu Shik dan sekertaris Hong. Cha Don berbalik pergi lebih dulu. Jalan sendirian. Gu Shik berkomentar Cha Don adalah pihak yang tersiksa. Sekertaris Hong merasa iba menatap punggung Cha Don yang menjauh, "Kenapa dia tampak sangat kesepian dari belakang?".
Jae In menyiapkan perayaan di rumah. Sembari menunggu Ny. Bok dan Pal Do pulang, Jae In mengecek saham Hwanghae Bank di smartphone. Jae In tersenyum puas melihat semuanya berjalan lancar. Tak lama kemudian Pal Do dan Ny. Bok pulang. Jae In tanya dari Kalian darimana saja?. Aku sudah menunggu lama.
Ny. Bok heran melihat lilin dan cake di atas meja, "Omo, omo, apa yang kau lakukan?. Kau akan membakar rumah ini. Apa aku ini anak kecil?". Jae In mengajak keduanya untuk merayakan hari besar ini. Mereka lalu bersulang bersama. Ny. Bok memuji putrinya sangat menakjubkan.
Jae In tersenyum senang, "Saat aku minum dengan para pemegang saham hari ini, apa ibu tahu apa yang kupikirkan?".
"Apa kau memikirkan Cha Don?", tebak Pal Do.
Jea In : Aku selalu memikirkan pria brengsek itu. Aku mulai kesal. Jangan membicarakannya.
"Lalu siapa yang kau pikirkan?", tanya Ny. Bok.
"Ayah", jawab Jae In. Raut wajah Ny. Bok menunjukkan rasa tidak suka.
Jae In berpikir akan sangat menyenangkan sekali jika ayahnya ada di hari besar seperti ini. Dia pasti akan bangga padaku. Ny. Bok tidak suka Jae In menyinggung ayahnya, "Bukankah sudah kukatakan kalau ayahmu tenggelam di laut saat berlayar". Jae In tanya apa aku tak boleh membicarakannya kali ini.
Ny. Bok kesal "Jangan pernah menyebut dia lagi. Aku hanya ingin marah kalau aku mengingat dia", ucap Ny. Bok kesal.
"Ibu kira aku tak tahu kalau ibu terkadang memikirkan Ayah?", kata Jae In.
"Aku memendam kemarahanku kalau aku memikirkan Ayahmu".
Terdengar alunan merdu suara saxsophone. Ny. Bok heran siapa orang gila memainkan saxsophone malam-malam begini. Pal Do berkata suaranya seperti dari luar. Apa aku perlu mengusirnya. Jae In minta Pal Do membiarkannya saja. Jae In yang masih penasaran tanya bagaimana ayahnya.
Pal Do menjawab ayah Jea In adalah pemain saxsophone terkenal di klub malam. Ny. Bok menyambung bakat ayah Jae In sangat menakjubkan, "Dan semua anak ayam itu tertarik padanya seperti magnet. Lalu dia juga mengambil uang yang kutabung dan berjudi. Ibu dulu pernah menarik rambut wanita simpanannya".
"Hentikan. Jangan bercerita lagi. Tak pantas untuk dikenang" , kata Jae In.
"Itulah sebabnya aku bilang padamu jangan membicarakan pria brengsek itu!", semprot Ny. Bok.
"Itulah sebabnya aku bilang padamu jangan membicarakan pria brengsek itu!", semprot Ny. Bok.
"Baiklah! Kalau begitu minum saja", ajak Jae In. "Oh. Betapa bahagianya keluarga ini".
Tanpa mereka ketahui pria yang tengah mereka bicarakan kini berada tak jauh dari mereka. Alunan merdu suara saxsophone dimainkan oleh suami Ny. Bok. Bersandar pada tembok luar dengan menahan hawa dingin yang menembus kulit dan tulang.
Keesokan harinya, Ny. Bok pergi wihara. Melakukan gerakan sujud lalu berdiri berulang-ulang. Di luar Jeong Hae Ryong dan Pal Do melihatnya. Pal Do terlihat sedih. Cha Don datang. Hea Ryong heran Ny. Bok sudah seperti itu sejak sejam yang lalu, "Apa dia sedang dalam masalah?".
Cha Don dan Hae Ryong bicara berdua. Hae Ryong sudah dengar dari Ny. Bok, ini soal pembunuh Ji Se Kwang. Cha Don membenarkan. Hae Ryong bersedia membantu, "Karena aku juga masih berhutang pada Ji Se Kwang, si bajin*** itu. Ji Se Kwang dan Kwon Jae Kyu. Mereka berdua cukup pintar. Apa mereka akan hancur?".
Cha Don berkata itulah sebabnya ia meminta bantuan Hae Ryong. Hae Ryong mengerti. "Dengan kata lain, undangan dari Perkumpulan Sastra Chungrok akan menjadi tiket ke neraka bukan politik". "Hehehehe", Hae Ryong tertawa dengan gaya khasnya.
Jae In mengantarkan undangan khusus Perkumpulan Sastra Chungrok secara langsung pada jaksa Kwon. Jaksa Kwon senang, ia mengerti apa artinya undangan khusus ini. Itu berarti Ny. Bok mencalonkan dirinya sebagai salah satu kandidat.
Jae In berkata ibunya akan membantu jaksa Kwon sepenuhnya. Jaksa Kwon tanya siapa kandidat lain dari anggota komite yang lainya. Jae In meminta maaf, karena ia benar-benar tidak mengetahui tentang hal itu.
Ditempat berbeda Hae Ryong bertemu dengan jaksa Jo. Hae Ryong memberikan hadiah pada jaksa Jo berupa undangan khusus Perkumpulan Sastra Chungrok. Hae Ryong secara pribadi mencalonkan jaksa Jo salah satu dari kandidat. Jaksa Jo kaget dan juga senang, ia berjanji akan melakukan tugasnya dengan baik.
Se Kwang bertemu dengan dewan Oh Seok Gi di Bolyasung Ny. Bok. Dewan Oh menyampaikan kabar buruk. Anggota komite Perkumpulan Sastra Chungrok sudah memutuskan, dan menyingkirkan nama Se Kwang dari daftar calon kandidat. Tergambar jelas gurat kecewa di wajah Se Kwang, "Lalu, siapa kandidat yang mereka dukung?", tanyanya ingin tahu.
Dewan Oh menjawab menurut perkataan Ny. Bok mereka akan mereka membuat keputusannya segera. Se Kwang menebak kalau begitu, diantara calon mereka, jaksa agung Kwon Jae Kyu pasti salah satu kandidatnya. Dewan Oh berpikir sepertinya begitu. Se Kwang tanya lagi apa mereka sudah selesai dengan pencalonan kandidat mereka. Dari pantauan dewan Oh, pria dari Jingogae masih belum menentukan siapa kandidatnya.
Se Kwang tanya mungkinkah dewan Oh bisa mempertemukannya dengan Pria dari Jingogae itu. Dewan Oh mengaku tidak bisa. Banyak yang bilang hanya Presdir Bok Hwa Sool yang bisa bertemu dengannya. Dewan Oh merasa menyesal atas masalah ini. Ia yakin Se Kwang pasti punya kesempatan yang lain. Wajah Se Kwang mengeras penuh kekesalan.
Cha Don cs duduk di dalam mobil, dari jarak jauh mereka melihat Se Kwang keluar dari restoran. Sekertaris Hong berkomentar tampaknya Se Kwang sangat kesal. Lalu apa sekarang Ji Se Kwang akan hancur. Cha Don memegang undangan khusus Perkumpulan Sastra Chungrok. "Karena Pria dari Jingogae dibelakangku, dia tak akan menolak bantuanku dengan mudah".
"Kalau begitu, kita harus mencari Pria dari Jingogae palsu", ucap Gu Shik.
"Itulah yang kupikirkan. Kita harus mencari seseorang yang bisa dipercaya", sahut Cha Don.
Suami Ny. Bok terlihat berkeliaran di sekitar Bolyasung, di tangannya ia membawa foto lama pernikahannya dengan Ny. Bok. Ia memandang ke dalam halaman dengan ekspresi sedih, "Kurasa aku juga tak bisa melihat Jae In-ku hari ini".
Suami Ny. Bok berjalan mundur, pandangan matanya terus menatap ke dalam halaman. Sebuah sepeda motor melaju ke arahnya. Ia mencoba menghindar kekanan, tapi malah tertabrak mobil Cha Don.
Cha Don turun dari mobil, membantu suami Ny. Bok berdiri, "Anda tak apa-apa?".
"Aku baik-baik saja", jawabnya. Cha Don menawarkan pergi ke dokter. Suami Ny. Bok menolak, "Aku bilang aku baik-baik saja". Lalu ia jalan dengan langkah kaki timpang sebelah.
Gu Shik khawatir, "Jalannya pincang. Ini tidak baik". "Anda harus ke dokter!", serunya.
"Kakiku sudah seperti ini sejak dulu. Jadi jangan khawatir dan urus saja urusanmu sendiri", jawab suami Ny. Bok lalu kembali jalan.
Gu Shik ke Cha Don : Tampaknya dia tidak jujur. Bagaimana jika dia menuntut kita suatu saat nanti?
Suami Ny. Bok berbalik, jalan mendekati Cha Don, "Jika kau punya uang lebih, apa kau bisa memberiku 20.000 won?. Atau 10.000 won?. Aku sangat lapar".
Cha Don mengeluarkan beberapa lembar uang ribuan, "Ambillah".
"Banyak sekali?". Suami Ny. Bok. Buru-buru memasukkan uangnya ke dalam kantong, dan tanpa sadar menjatuhkan foto miliknya. "Terima kasih, aigoo. Terima kasih. Semoga Tuhan memberkatimu", ucapnya menjabat tangan Cha Don. Suami Ny. Bok jalan pergi. Cha Don memungut foto yang terjatuh dan melihat wajah muda Ny. Bok dan pria itu, "Hei...pak!"
Cha Don mengajak suami Ny. Bok makan. Pria tua yang kelaparan ini makan dengan lahapnya. "Anda ayah Jae In?", tanya Cha Don penasaran.
Suami Ny. Bok kaget dan berhenti mengunyah, "Kau kenal Jae In-ku?".
"Kalau begitu, anda suami Nyonya Bok Hwa Sool", tebak Gu Shik.
"Aku mohon padamu, jangan pernah katakan kalau kau melihatku. Terima kasih atas makanannya", ucapnya lalu berdiri hendak pergi.
"Aku tak akan memberitahu mereka", tahan Cha Don. "Kalau begitu anda baik-baik saja, kan?".
Mendengar hal itu membuat suami Ny. Bok kembali duduk dan melanjutkan makannya yang belum selesai. Cha Don mengira suami Ny. Bok sudah meninggal. Suami Ny. Bok berkata jika ia mati itu lebih baik. Tapi mungkin ini hukuman dari Tuhan. Gu Shik menelan ludah, ngeces melihat makanan dihadapannya. Hehehe. Kasian....barangkali dia juga lapar.
Cha Don melihat saxsophonedi di kursi sebelah. Suami Ny. Bok menawarkan diri untuk memainkan. Cha Don menolak. Suami Ny. Bok berkata meski ia tak bisa kembali ke masa lalu, tapi dia adalah pemain terkenal di klub malam Youngdeungpo. Aku dipanggil Pria dari Jingogae, dan saat aku di atas panggung, semua wanita tergila-gila padaku.
Cha Don : Pria dari Jingogae?"
Suami Ny. Bok : Kenapa, apa kau terkejut?
Gu Shik : Jadi, Pria dari Jingogae asli tepat didepan kita.
Suami Ny. Bok : Kenapa kalian ini?. Kalian membuatku takut.
Cha Don : Manager Yang. Ajak dia mandi dan bawa dia pulang.
Suami Ny. Bok berdiri ketakutan, "Kenapa kalian memperlakukanku seperti ini?. Kalian seperti orang-orang. yang berusaha menjualku di kapal itu".
Cha Don tersenyum, tak perlu susah-susah mencari. Orang yang ia butuhkan kini tepat berada di hadapannya.
Jaksa Kwon dan Se Kwang bermain billiard. Se Kwang mengakui kekalahannya, "Lama sekali aku tak bermain billiard, jadi ini sangat sulit".
"Waktu cepat berlalu, kan?. Sepertinya kemarin aku baru mengajarimu caranya bermain billard", sahut jaksa Kwon.
Se Kwang mendengar berita kalau jaksa Kwon menyerahkan pengunduran diri sebagai jaksa agung, dan bersiap masuk ke dunia politik. Jaksa Kwon berusaha menyangkal secara tidak langsung, "Yah, orang dengan jabatan sepertiku sering diberitakan tanpa bukti yang jelas, seperti rokok tanpa api.
Se Kwang tanya apa maksudmu kau tak berniat sama sekali masuk ke dunia politik. Jaksa Kwon menjawab meskipun ada kemauan, bukan berarti selalu ada jalan. Se Kwang berusaha tersenyum sewajarnya, tapi ia tahu jaksa Kwon berusaha menbohonginya.
Sekertaris Seo menyerahkan ponsel jaksa Kwon yang berbunyi. Jaksa Kwon menjawab, "Ya, Nyonya. Sekarang?. Ya, aku mengerti". Mata Se Kwang memicing memperhatikan. Jaksa Kwon menutup telepon, ia berkata pada Se Kwang harus segera pergi. Tiba-tiba ada janji penting. Se Kwang mempersilahkan, ia akan tetap berlatih di sini.
Jaksa Kwon dan seketaris Seo jalan pergi. Se Kwang menatap garang punggung keduanya. Hati kecilnya berkata, "Kwon Jae Kyu. Aku sangat berharap hari itu tak datang saat aku harus menyingkirkanmu".
Sekertaris Seo dan jaksa Kwon jalan di koridor menuju pintu keluar. Sekertaris Seo tanya pada jaksa Kwon kenapa tidak mengatakan kebenarannya pada Kepala Ji Se Kwang. Jaksa Kwon menjawab seperti yang pernah ia katakan sebelumnya, kalau ini bukan masalah yang harus ditangani seperti kucing berjalan. Menyebarkan berita tak akan membantu.
Cha Don berdiri di balik tembok, mendengar percakapan mereka. Sembari memainkan smartphone-nya.
Se Kwang tetap berlatih billiard, hampir saja ia berhasil memasukkan bola merah jika saja tidak ada sebuah tangan yang menghentikan bola putihnya yang sedang melaju. Se Kwang kaget, mendongakkan kepala melihat wajah Cha Don, "Apa-apaan kau ini?", tanyanya marah.
"Bagaimana kabarmu. Ada yang harus kubicarakan denganmu secara pribadi.", ucap Cha Don santai.
"Aku sedang tak ingin bicara denganmu", ucap Se Kwang ketus.
Cha Don : Jika kau tak mendengarkanku sekarang, kurasa kau akan menyesalinya sepanjang hidupmu".
Se Kwang : Singkirkan tanganmu. Atau jarimu akan patah".
Se Kwang bersiap menyodok bola kuning yang tersisa. Tiba-tiba Cha Don menambil bola putih dari meja. Menimang-nimanganya lalu pergi dengan cuek. Se Kwang melotot marah. Mau tak mau ia mengikuti kemana Cha Don pergi.
2 musuh bebuyutan ini berbincang di restoran. Se Kwang membuka undangan khusus Perkumpulan Sastra Chungrok yang diberikan Cha Don. Tertanda atas nama pengundang, "Pria dari Jingogae". Se Kwang curiga, "Kau bilang undangan ini dikirim oleh Pria dari Jingogae?".
"Lalu, menurutmu aku yang memalsukan tanda tangannya?", sahut Cha Don santai.
Se Kwang tanya apa alasannya. Cha Don bersikap seperti biasa, serius tapi dengan gaya konyol, "Apa kau benar-benar tak tahu?. Ah... kau ini sangat menjengkelkan. Kenapa orang naif sepertimu dianggap dalam dunia politik...?".
Se Kwang : Lalu, maksudmu undangan ini dikirim oleh 4 anggota komite dari Perkumpulan Sastra Chungrok?
Cha Don : Jadi akhirnya kau mengerti?. Pria dari Jingogae merekomendasikanmu untuk didukung sepenuhnya.
"Apa kau tidak senang?", tanya Cha Don melihat tatapan tajam Se Kwang padanya. Se Kwang melemparkan undangan, "Kudengar tak seorangpun yang pernah melihat Pria dari Jingogae. Undangan ini...Aku tak mengerti. Kenapa orang ini merekomendasikan aku, dan apa yang dia inginkan dariku, jika dia benar-benar Pria dari Jingogae..."
"Jika kau meragukannya", potong Cha Don, "kenapa kau tidak bertanya sendiri pada Pria dari Jingogae?".
"Kau bilang kau akan mempertemukanku dengan Pria dari Jingogae?".
Cha Don : Jika kau tak memastikannya sendiri, kau bisa menolaknya dan anggap ini tak pernah terjadi. Kurasa pria itu tak akan menyesal, meskipun kau menolak undangannya. Aku pergi sekarang.
Se Kwang diam berpikir, menimbang perkataan Cha Don.
Di depan pintu Cha Don bertemu dengan Kwon Hyuk dan Jae In. Sungguh pertemuan yang tidak mengenakan disisi Cha Don.
"Kepala", sapa Hyuk pada Se Kwang. Secepat kilat Se Kwang sudah ada di belakang Cha Don.
"Kudengar kalian berdua akan menikah, tapi kelihatannya kalian terlalu sering keluar", sindir Se Kwang.
Jea In melihat Cha Don sekilas. Cha Don memandang tidak suka, lebih tepatnya cemburu.
"Setelah pertemuannya diatur, hubungi aku", ucap Se Kwang pada Cha Don. "Kalau begitu, sampai jumpa".
Jae In mengajak Hyuk duduk, melewati Cha Don. Cha Don diam mematung memandangi mereka.
Hyuk dan Jae In melihat menu. Hyuk tanya makanan apa yang enak di restoran ini. Jae In bilang semuanya enak. Hyuk mengusulkan bagaimana kalau sosis goreng korea. Jae In mengiyakan.
"Jae In tak suka sosis goreng Korea", ucap Cha Don tiba-tiba langsung duduk di kursi kosong di tengah. Mata Jae In melebar terkejut, "Kenapa tiba-tiba pria brengsek ini kembali?", ucap Jae In dalam hati.
Cha Don mengambil alih memesan makanan, "Satu daging babi goreng dengan saus pedas, dan satu sup ikan. Tolong supnya yang hangat".
Watiress mencatat pesanan, "Kau mau minum apa?", tanyanya pada Hyuk.
"Ah, bir...", jawab Hyuk. Belum selesai Hyuk bicara Cha Don memotong, "Soju, saja. Jangan yang ringan, tapi yang kandungan alkoholnya 20%".
Jae In bingung, "Apa maumu sekarang?".
"Aku sudah memesankan makanan untukmu", jawab Cha Don. Lalu bicara pada Hyuk, "Apa saja yang kau lakukan, sampai kau tak tahu makanan favorit Jae In?".
"Maaf, Pengacara Lee Cha Don", ucap Jae In menggunakan bahasa formal.
Cha Don tertawa, "Kenapa bicaramu formal sekali, tidak seperti biasanya?". "Apa dia tidak banyak memaki?', tanya Cha Don pada Hyuk. "Dia dulu banyak memaki saat dia terus mengikutiku karena dia menyukaiku".
"Ya. Lee Cha Don!!!", teriak Jae In marah.
Cha Don : Lihat? Dia akan memaki, mulutnya mulai bergerak, bergumam. Hei, kenapa kau memendam amarahmu?. Bukankah itu sangat menjengkelkan?.
Jae In mendelik marah.
Hyuk tanya kalian berdua pacaran sebelumnya?. Cha Don mengangguk. Jae In gelagapan, ia ingat pesan Ny. Bok. Jangan pernah menyebutkan hubungan Ny. Bok dengan Cha Don di depan putra jaksa Kwon.
Jae In : Aku ingin minum air.
Cha Don dan Hyuk sama-sama memberikan air putih ke Jae In. Jae In mendelik marah pada Cha Don. Tersenyum paksa lalu bicara pada Hyuk, "Kurasa selera makanku hilang, jadi kita ke tempat lain saja".
Jae In dan Hyuk beranjak pergi. Cha Don teriak, "Hei...Bagaimana dengan makanan yang sudah kupesan?.
Cha Don mendadani suami Ny. Bok dengan setelah jas rapih. Penampilannya kini jauh lebih bersih dari sebelumnya. Sekertaris Hong berkomentar dia benar-benar seperti Pria dari Jingogae asli. Langkah selanjutnya Cha Don menelpon Se Kwang, memberitahu kalau Pria dari Jingogae ingin bertemu dengannya hari ini.
Se Kwang tak langsung menjawab, ia mengingat percapkapan jaksa Kwon dan sekertaris Seo yang tak sengaja didengarnya siang tadi. Jaksa Kwon mempunyai janji bertemu dengan Ny. Bok jam 7 malam di Sky Lounge Han Gang Hotel.
Se Kwang menyanggupi permintaan Cha Don dan menentukan tempat ia akan bertemu dengan Pria dari Jingogae. "Sky Lounge Han Gang Hotel jam 7 malam". Bukan tanpa alasan dia memilih tempat dan waktu yang sama dengan jaksa Kwon. Tujuannya tak lain untuk memastikan apakah pria yang dibawa Cha Don benar-benar Pria dari Jingogae asli atau palsu. Dengan cara seperti ini ia bisa memastikannya sendiri.
Sebelum bertemu dengan Se Kwang, Cha Don memberitahu beberapa hal penting yang perlu di ketahui dan harus di ingat dengan baik oleh suami Ny. Bok. Hal yang lainnya mungkin lebih baik tak usah diketahui, tapi sebagai Pria dari Jingogae, dia harus tahu setidaknya wajah dari 4 anggota komite Perkumpulan Sastra Chungrok.
Suami Ny. Bok berkata jangan khawatir. Aku sudah ingat semuanya. Ia mengambil foto dan menyebutkan nama-nama mereka. Foto Ny. Bok, ia mengenalnya dengan sangat baik. Foto ke dua Jeong Hae Ryong, mantan Walikota Seoul. Dan foto ke-3 profesor Jeon Hoon. Dia dulu hakim Mahkamah Agung.
Malam itu juga Ji Hoo berada di Han Gang Hotel. Ji Hoo jalan di lobby dengan menggandeng pria paruh baya. Mereka tertawa bahagia, Ji Hoo memanggil pria itu dengan sebutan ayah. Anak dan ayah ini tampaknya memiliki hubungan yang dekat. Ji Hoo mengajak ayahnya untuk lebih sering makan malam. Ayah Ji Hoo suka dengan ide putirnya tapi pasti ibu Ji Hoo akan cemburu.
Di waktu yang sama, Se Kwang tiba di hotel. Ia bertemu dengan Ji Hoo di lobby.
"Kepala", sapa Ji Hoo.
"Oh, kenapa kau di sini, Jaksa Jeon...?, tanya Se Kwang.
Ayah Ji Hoo dan Se Kwang saling melihat. Se Kwang tampak familiar dengan wajah ayah Ji Hoo. Wajah itu mengingatkannya pada 4 anggota komite Perkumpulan Sastra Chungrok yakni Ny. Bok, Jeong Hae Ryong, Prof. Jeon Hoon dan Pria dari Jingogae. Tak salah lagi, pria yang ada di hadapannya kini memang Profesor Jeon Hoon.
Se Kwang membungkuk dalam, "Suatu kehormatan besar bertemu dengan anda, Profesor Jeon. Senang bertemu denganmu".
Ayah Ji Hoo bersikap ramah, mengajak Se Kwang bersalaman, "Aku sudah mendengar banyak soal dirimu dari putriku".
Se Kwang kaget, "Oh, jadi, Profesor Jeon Hoon itu ayahmu?", tanyanya pada Ji Hoo.
Ji Hoo membenarkan, "Ya. Tolong rahasiakan dari jaksa agung".
Se Kwang menganguk mengerti. "Kalau begitu, sampai jumpa besok", ucap Ji Hoo menundukkan kepala.
Ayah Ji Hoo kembali mengajak bersamalan, "Kita harus makan malam bersama di lain waktu, Kepala Ji Se Kwang".
"Ya, Profesor", jawab Se Kwang menunduk hormat.
Ji Hoo dan Prof. Jeon (ayah Ji Hoo) jalan pergi. Prof Jeon tampak menyukai Se Kwang. Pastinya karena Ji Hoo banyak bercerita hal yang baik mengenai diri Se Kwang.
Mata Se Kwang menyipit. Ada ide baru muncul di kepalanya.
Se Kwang jalan menuju lift. Cha Don memanggil dari belakang. Se Kwang menoleh, melihat penampilan pria jalan bersama Cha Don.
"Jadi, orang ini. Pria dari Jingogae yang asli?", ucap Se Kwang dalam hati.
"Kau datang lebih awal", ucap Cha Don pada Se Kwang. "Beri salam padanya", tunjuk Cha Don ke suami Ny. Bok.
Se Kwang membungkuk, "Bagaimana kabar anda?. Aku Ji Se Kwang".
Suami Ny. Bok : Oh, kau ini?. Aku Pria dari Jingogae. Senang bertemu denganmu.
Pandangan mata Se Kwang tertuju di belakang Cha Don. Cha Don menggerakkan kepala ke samping. Dari sudut matanya ia melihat Ny. Bok dan Pal Do berada di lobby hotel, jalan menuju lift. Ny. Bok tengah bicara dengan seseorang di telepon.
Cha Don kaget dan panik. Se Kwang menyeringai sinis menatap Cha Don dan suami Ny. Bok bergantian. Apa kali ini gedok Cha Don akan ketahuan????....
END
Horeeeeeee, lanjutkan eonnie :)
ReplyDeleteSemangat!!!
mba tetep semangat y buat ngelanjutin sinopsis'y, semakin mendekati akhir semakin seru film'y.. terimakasih ^^
ReplyDeletewien
Ditunggu kelanjutannya ya mbak..gomawo..
ReplyDeleteDitunggu kelanjutannya ya mbak..gomawo..
ReplyDeleteDaebak... smakin bkin pnasaran... lanjut onnie
ReplyDelete