Pages - Menu

Monday, August 12, 2013

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 25 Part 1

Se Yoon mabuk dan mengira Joo Ri adalah Eun Seol.  Tanpa sadar ia pun mencium Joo Ri. Chae Won berdiri tak jauh dari sana dan terkejut melihat mereka berciuman. Joo Ri sengaja menggunakan kesempatan ini untuk membuat Chae Won panas. Chae Won memalingkan wajahnya. Menunduk kecewa.   

Joo Ri membawa Se Yoon masuk ke dalam mobil. Sebelum pergi ia mendekat Chae Won dan berkata, “ Kau pasti mengharapkan aku sudah berakhir dengannya. Sungguh betapa kecewanya kau pasti. Terima kasih banyak untuk hari ini ”.

Baru beberapa detik yang lalu Joo Ri bicara dengan penuh percaya diri pada Chae Won. Hal itu bertolak belakang dengan apa yang kini ia rasakan sebenarnya. Joo Ri menangis karena Se Yoon menghancurkan ciuman pertamanya.

Joo Ri sadar Se Yoon menciumnya bukan atas dasar suka, melainkan Se Yoon menganggap dirinya adalah Eun Seol. “Aku mencoba untuk memahamimu tapi aku wanita. Bagaimana bisa kau membuatku merasa menyedihkan begini?”.

Chae Won melamun di dalam bis, pemandangan barusan yang ia lihat sungguh menganggu hatinya. Chae Won berusaha menepis rasa terkejutnya, “Mereka telah saling kenal untuk waktu yang lama dan mungkin akan menikah. Kenapa aku harus terkejut?. Chae Won, kau konyol. Mereka berciuman atau berpelukan, itu bukanlah urusanmu”.

Sol  Joo heran melihat Se Yoon pulang dalam keadaan mabuk. Ia tanya pada Joo Ri apa ada sesuatu yang buruk di kantor. Bukannya menjawab Joo Ri malah menangis memandangi Se Yoon, membuat Sol Joo makin binggung, ia mengira anaknya dan Joo Ri sedang bertengkar.

"Lebih baik jika kami bertengkar. Aku tidak yakin soal hubungan kami lagi", kata Joo Ri.
Sol Joo tanya apa maksudnya. Joo Ri menjawab, ” Dia salah menganggapku sebagai Eun Seol dan menciumku. Aku merasa seperti mau mati”.

Sol Joo meminta maaf atas nama Se Yoon, ia tahu hati Joo Ri pasti terluka. Joo Ri semakin terisak, “ Aku sudah melakukan yang terbaik untuk mendapatkan hatinya, tapi kurasa dia tidak dapat melupakannya”.

Sol Joo minta Joo Ri jangan marah, "Aku mengerti bagaimana perasaanmu, tapi dia sedang mabuk" . Joo Ri pamit pulang. Sol Joo bingung antara ingin mengerti Joo Ri atau mengurus Se Yoon yang sedang mabuk.

Chul Goo berdiri di ruang tengah menunggu Hong Ju pulang. Saat pulang Hong Ju tanya bagaimana dengan acara peringatannya. Chul Goo mencium bau alcohol dari napas Hong Ju. Hong Ju mengaku tadi minum bir sedikit.

Young Ja ikut nimbrung, dengan wajah juteknya ia berkata, “Apa?. Kau bahkan minum?”.  
“ Aku pulang”, ujar Hong Ju santai.
Young Ja : Aku mencoba untuk memahaminya, tapi ini tidaklah benar. Kalian berdua, kemari dan duduklah.

Chul Goo dan Hong Ju duduk. Young Ja masih tidak terima Hong Ju lebih memilih bertemu dengan teman-temannya di bandingkan menghadiri peringatan kematian ayah mertua. " Meskipun dunia berubah, bagaimana bisa kau melakukan hal itu. Apa kau ini waras?". 
" Apa Ibu ingin mengatakan aku gila? ", tanya Hong Ju balik. 

"Beraninya kau menatapku dan menjawab kata-kataku?. Apa kau diajarkan seperti itu? ", teriak Young Ja dengan wajah jeleknya.

"Tolong berhentilah berteriak. Setiap kali Ibu berteriak, rasanya seperti jantungku akan berhenti", balas Hong Ju teriak.

Young Ja syok, mundur kebelakang mendengar teriakan nyaring Hong Ju. Tak pernah sama sekali menyangka menantu barunya ini berani teriak balik padanya. Chul Goo membentak, " Tidak bisakah kau berhenti?". Hong Ju marah, "Kenapa kau menyalahkanku untuk semuanya?", ucap Hong Ju ke Chul Goo.

Mertua dan menantu ini saling teriak. "Jika Ibu mengatakan padaku lebih awal, aku tidak akan membuat janji. Ibu tidak bisa menyuruhku untuk membatalkan janjiku sebelumnya',
Young Ja : Lalu apa aku harus melaporkan semua acara keluarga padamu terlebih dahulu?. 
Hong Ju : Kalau tidak, bagaimana aku bisa tahu?. 

"Memeriksa tanggal-tanggal acara keluarga adalah hal utama untuk pasangan pengantin baru", kata Young Ja memukul meja. 
Hong Ju membalas memukul meja, "Itu adalah pikiran Ibu. Bagaimana bisa aku tahu semua tanggal acara keluarga mertua?. Apa kau pikir mudah bagi menantu?".
"Apa kau ini juru bicara untuk Perserikatan Menantu?", teriak Young Ja tidak mau kalah. 

Hong Ju tidak tahan lagi dan teriak histeris sekencang-kencangnya....ahhhkkkkk......
Wajah Young Ja mendadak pucat, tampak jelas ia kaget dan ketakutan, "Ada apa dengannya?".
Chul Goo tak kegetnya, "Ada apa denganmu?. Hong Ju, tenanglah".

Hong Ju teriak semakin nyaring dan histeris, " Aku tidak bisa bernapas. Aku tidak bisa bernapas. Aku mau mati".
" Hei, telpon 911. Telpon 911. Cepat, telpon 911", ucap Young Ja panik.
Napas Hong Ju tersengal-sengal. Chul Goo loncat ke sisi kanan Young Ja meraih gagang telepon.

Ms. Park keluar dari dapur, duduk di samping Hong Ju dengan membawa kantong plastik, "Jangan menelpon 911. Itu tidak akan membantu", ucapnya lalu mengarahkan kantong plastik itu ke mulut Hong Ju. Young Ja bingung apa yang tengah di lakukan Ms. Park saat ini. 

"Memberikannya pertolongan pertama ", jawab Ms. Park. Kemudian memberikan intruksi pada Hong Ju untuk menarik napas dalam-dalam, pelan-pelan. "Satu, dua, tiga....Tarik. Satu, dua, tiga....Buang. Tarik.....Buang". 

Hong Ju mengikuti intruksi Ms. Park. Young Ja dan Chul Goo melihat dengan bingung. Hong Ju kini lebih tenang, duduk lemas tidak mempunyai tenaga. 
"Sekarang, tolong baringkan dia di ranjang" , perintah Hong Ju pada Chul Goo.

Chul Goo masih bingung, ia bengong saja mendengar perintah Ms. Park. 
"Apa kau tidak mendengarku?. Bawa dia ke kamarnya", bentak Ms. Park ke Chul Goo...

(wkwkwk...seumur-umur baru kali ini pembokat berani membentak majikan...). 

"Oh, baiklah. Aku mengerti", jawab Chul Goo tersadar dari bengongnya. Lalu mengendong Hong Ju ke kamar.

Young Ja ke Ms. Park : Kau kelihatannya cukup ahli dalam memberinya pertolongan pertama. Apa dia dulu sering begitu?. 
" Dia tidak pernah seperti itu sebelumnya", jawab Ms. Park tanpa ekspresi. Berlalu pergi ke dapur.

Young Ja tidak percaya, " Dia pikir aku bodoh?. Tidak pernah?", cibirnya.

Joo Ri pulang. Young Ja yang sedari tadi khawatir tanya dari mana saja Joo Ri, ia tanya bagaimana Se Yoon bisa mengetahuinya. Apa yang dia katakan.
" Aku tidak ingin bicara", bentak Joo Ri setengah menangis. Pergi ke kamar. 

Young Ja stres, " Kenapa aku?.  Lebih baik aku menjadi seorang pertapa daripada menjadi ibu mereka".

Young Ja menyusul Joo Ri ke kamar, dan melihat anaknya itu mengemasi baju-bajunya dan memasukkan ke dalam koper. Young Ja bingung apa yang sedang Joo Ri lakukan. Ada masalah apa?. Apa yang dia katakan padamu?.
Joo Ri menepis tangan Young Ja, "Lepaskan aku. Aku akan pergi. Jangan menghentikanku. Aku sudah berakhir sekarang. Aku tidak punya alasan untuk hidup".

"Tidak punya alasan untuk hidup?. Apa itu hal yang bisa kau katakan pada ibumu?. Ada banyak pria. Apa yang begitu istimewa darinya sampai kau berkata begitu?".
Joo Ri menangis sesengukan, "Aku benar-benar mencintainya. Aku tidak pernah mencintai seseorang sebesar ini. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Dia adalah seluruh hidupku".

Young Ja ikut menangis dan memeluk Joo Ri, "Baiklah, jangan menangis. Jangan menangis, Joo Ri. Jangan menangis. Kau membuat perasaan ibu sakit. Berhenti menangis".
" Apa yang harus kulakukan", tangis Joo Ri meraung-raung. 

Young Ja : Ibu akan menemuinya dan memohon padanya sehingga kau bisa menikah dengannya. Jadi jangan menangis. Berhenti menangis.

Joo Ri menangis meraung-raung. Seperti anak kecil yang kehilangan mainan. (Sejahat-jahatnya dan menyebalkannya Young Ja, dia tetaplah seorang ibu yang menyayangi anak-anaknya).

Keluarga Uhm berkumpul. Choon Hee juga ada disana. Nenek menutup mata, seperti ingin menguatkan hatinya. Kakek tanya hal apa yang ingin nenek sampaikan. Nenek membuka mata dan menghela napas berat, "Aku memanggil kalian hari ini untuk membuat pengumuman penting. Aku memikirkannya berulang-ulang kali dan aku memutuskan untuk mengijinkan pernikahan Hyo Dong dengan Yang Madam ".

Kakek tampak puas dengan keputusan nenek. Chae Won tersenyum bahagia. Hyo Dong dan Choon Hee terkejut, " APA? ".
" Terima kasih.
Terima kasih, Ibu", kata Hyo Dong setulus hati.
Kang Sook dan Do Hee mencibir, " Dia tidak gigih. Aku tahu. Dia menyerah dengan mudah".

Ki Choon dan Ki Moon ikut bahagia. Mereka berkata nenek membuat keputusan yang tepat, meskipun sulit. Lebih baik memutuskan dengan cepat dari pada tidak. Demi kebaikan dan masa depan keluarga. "Ayo kita beri dia tepuk tangan", kata Ki Choon. Disambut tepuk tangan dari yang lainya. Kang Sook reflek ikut tepuk tangan,  Do Hee menarik tangan Kang Sook. Wajah menantu Uhm ini cemberut berlipat-lipat. Hehehe. 

Choon Hee : Terima kasih banyak. Aku punya banyak kekurangan tapi aku akan menjadi istri yang baik. Dan juga aku akan merawat Chae Won seperti putriku sendiri. 
" Kami akan hidup bahagia", tambah Hyo Dong.

Kakek ingin mengadakan pernikahan secepatnya, beliau menyarankan pernikahan sebaiknya diadakan paling lambar ahkir bulan ini. Nenek protes, itu terlalu cepat. Kita hanya punya waktu beberapa hari lagi.

Ki Moon membenarkan, mereka juga harus mencari tempat tinggal. Kakek berkata jangan khawatirkan hal itu. Kakek telah bicara dengan salah satu temannya yang menyewakan rumah. Itu seperti rumah baru, jadi rumahnya bersih dan cukup luas buat mereka.
" Lihatlah besok dan tanda tangani surat sewanya jika kau menyukainya", ucap kakek pada Hyo Dong. 
" Ya. Ayah", jawab Hyo Dong sumringah.

Ki Ok merasa akan sulit menemukan gedung pernikahan. Do Hee mencibir, tidak perlu gedung pernikahanan. Ini adalah pernikahan kedua bagi Hyo Dong. Ki Ok berkata tapi ini adalah pernikahan yang kedua bagi Choon Hee onnie. Do Hee tetap saja menyindir, "Dia bukanlah pengantin muda".
" Kau tidak bisa diam?", kata Ki Moon menutup mulut Do Hee. 

Kakek : Sederhana saja. Yang penting adalah penyatuan mereka, bukan formalitasnya. Kita bisa melakukan dengan sederhana dan tulus. Hyo Dong, bagaimana menurutmu?. 
Hyo Dong : Tidak masalah.

Kakek merasa tidak ada masalah lagi karena Hyo Dong tidak keberatan, "Cukup hari ini", ucapnya berdiri masuk ke kamar. Nenek kesal, "Dia selalu berkata, "Cukup" setiap kali selesai bicara. Pernikahan bukanlah lelucon. Kita tidak bisa mempersiapkannya secepat itu".

Nenek masuk ke kamar menyusul kakek. Ki Moon yang tahu kemungkinan kakek dan nenek akan bertengkar menyuruh Chae Won masuk ke dalam. Chae Won menurut masuk ke kamar nenek. 

Ki Choon mengucapkan selamat pada Hyo Dong. Hyo Dong tersipu malu, " Terima kasih", ucapnya tersipu sambil mengelus-elus rambut dibelakang leher.

Chul Goo berputar-putar di kursi putar sembari menunggui Hong Ju yang tengah tertidur. Tak lama kemudian Hong Ju bangun. Chul Goo tanya bagaimana perasaan Hong Ju sekarang. Hong Ju merasa lebih baik.

Chul Goo : Kau bisa saja berkata, "Maafkan aku, aku akan berhati-hati lain kali.". Kenapa kau membawa masalah?. Kau tidak bisa menjalani hidup dengan perangai seperti ini.
Hong Ju : Bagaimana bisa kau melakukan itu?
Chul Goo : Apa?
Hong Ju : Bagaimana bisa kau berada di pihak Ibu dalam situasi itu?
Chul Goo :  Aku tidak memihak siapapun. Kita adalah keluarga. Aku...

Hong Ju merasa benar-benar berat beban yang ditanggung oleh mantan istri Chul Goo terdahulu. Chul Goo tanya apa maksudnya. Hong Ju berkata orang-orang diluar sana menggosipkan perceraian Chul Goo disebabkan oleh ibunya sendiri. Tidak heran. Aku bisa mengerti apa yang dirasakan mantan istrimu.

"Jaga ucapanmu", kata Chul Goo.
"Mama boy ", ejek Hong Ju
Chul Goo marah, mengangkat tangannya seperti ingin memukul Hong Ju, "Beraninya kau!".
"Anak mama menggunakan kekerasan? ", ejek Hong Ju lagi, tanpa takut sedikit pun.
Chul Goo menurunkan tangannya, mencoba meredam emosinya. "sial", umpatnya lalu keluar kamar. Hong Ju tersenyum sinis.

Joo Ri minum alkohol di dapur, tanpa gelas langsung dari botolnya. Chul Goo melihat dan merampas botol dari tangan Joo Ri, " Kelihatannya kau ingin mati. Kau tidak boleh minum ini seperti minum air ".
 "Kuharap aku mati. Berikan padaku". pinta Joo Ri. 
"Hei. Apa masalahmu?. Katakan padaku. Oppa akan menyelesaikan semuanya. Kurasa kekasihmu membuat masalah denganmu. Beritahu nama dan alamatnya. Aku akan mengurusnya.", kata Chul Goo.

Joo Ri mencibir, "Menyelesaikan?. Mengurusnya?. Apa kau tahu siapa yang harus disalahkan untuk situasi ini?".
"Apa aku yang harus disalahkan?", tanya Chul Goo.
Joo Ri teriak marah, "Aku tidak ingin bicara denganmu!". Berdiri lalu pergi.
Chul Goo bingung, " Ya. Kim Joo Ri!. Siapa yang sudah membuatnya sangat cemas ?".

Sol Joo menyiapkan air madu untuk Se Yoon, duduk di samping ranjang menunggu putranya bangun. Begitu Se Yoon membuka mata, Sol Joo menyuruh Se Yoon meminumnya. Se Yoon heran kenapa ibunya ada di kamar. Ia tanya jam berapa sekarang. Sol Joo menjawab jam 6 pagi. Ia duduk menunggu Se Yoon bangun sembari berpikir masalah apa yang membuat putranya minum banyak hingga mabuk.

Se Yoon tidak ingat jika ia mabuk berat semalam. Sol Joo memberitahu Se Yoon pulang dalam keadaan tidak sadarkan diri, dan Joo Ri yang mengantar pulang. " Dia pulang dengan menangis".
"Kenapa?', tanya Se Yoon. 
"Kau mabuk dan melakukan kesalahan padanya, berpikiran dia adalah Eun Seol. Dia terluka. Jelaskan padanya saat kau bertemu dengannya", jelas Sol Joo. 

Se Yoon menghela napas. Tidak ingat kesalahan apa yang ia lakukan semalam. 

Sebelum matahari terbit, Joo Ri keluar rumah dengan menarik tas koper besar, seperti akan pergi dalam waktu yang lama. Tampaknya tekadnya pergi dari rumah sudah bulat.

Beberapa jam kemudian, Young Ja mendapati kamar Joo Ri yang kosong, hanya ada memo "Jangan mencariku. Aku butuh waktu sendirian. Ini akan memakan waktu satu atau dua bulan.  Jangan menungguku. Aku akan mematikan HP-ku, jadi jangan menelponku".

Young Ja panik, "Kemana dia pergi?. Joo Ri. Joo Ri...Joo Ri...". 

Di ruang tengah Chul Goo marah bicara dengan seseorang di telepon, "Apa kau sesempurna itu?. Kau pikir keluargaku gampangan?. Sekali kau meninggalkanku, kau tidak bisa kembali sesukamu. Kecuali kau ingin bercerai, kembalilah!", teriak Chul Goo melempar ponselnya ke sofa.

Young Ja turun dari tangga, ia tanya apa yang terjadi. Chu Goo berkata saat, "Dia tidak ada saat aku bangun dan aku mendapati dia meninggalkan rumah".
Young Ja menyahut, "Aku menemukan memo ini di kamarnya juga". Lalu tertegun, "Tunggu. siapa yang kau maksud?. Hong Ju meninggalkan rumah?". 

Ms. Park keluar dari dapur dan bilang "Dia berkata dia ingin mengurus kesehatannya dan akan kembali dalam beberapa hari".

Young Ja marah, "Dia pulang ke rumah orangtuanya tanpa pamit padaku?. Apa dia sudah gila?. Tunggu. Ini bukan waktunya bagiku untuk mengurusnya. Chul Goo...Kau urus istrimu. Kepala Ibu sudah pusing memikirkan soal Joo Ri.

Chul Goo : Ada apa dengan Joo Ri.
Young Ja : Dia pergi dari rumah dan meninggalkan memo ini.
Chul Goo kaget, "APA!".

Se Yoon meeting bersama staf marketing. Se Yoon memiliki target mendistrubusikan produk terbaru perusahaan di Le Festin. Yakni hypermarket kelas premium yang ada di Korea. Kita punya banyak alasan untuk memajang produk kita di zona emasnya. Manager pemasaran bilang penanggungjawab dari produk mie disana sangat ketat. Dia teguh memegang prinsipnya untuk menerima hanya mie buatan tangan saja.

Itulah sebabnya Se Yoon minta staf marketing menyatukan ide-ide kreatif dan kembangkan berbagai macam resep. kita butuh pendekatan kreatif. Kita butuh pendekatan kreatif. Dan juga, buat persiapan menyeluruh untuk presentasi. Kita akhiri meeting ini.

2 staf marketing keluar. Se Yoon yang tidak melihat Joo Ri tanya pada manager pemasaran dimana nona Kim Joo Ri pagi ini. Manager pemasaran bilang Kim Joo Ri mengajukan surat pengunduran diri melalui email pagi ini.

Young Ja datang ke perusahaan Se Yoon. Duduk menunggu diruangan Se Yoon dan membawa memo yang ditinggalkan Joo Ri. Young Ja berdiri saat Se Yoon masuk, dia sedikit berbasi-basi saat Se Yoon kembali dari meeting. 

Se Yoon tanya keperluan apa hingga ibu Joo Ri datang kemari. Young Ja mengakui kalau ia ibunya Joo Ri, ia berbohong dengan bilang kalau semalam Joo Ri baru mengatakan hubungannya dengan Se Yoon, dan hal itu membuatnya terkejut.

Se Yoon mempersilahkan Young Ja duduk. Bukannya duduk Young Ja malah berlutut dan menangis di hadapan Se Yoon. "Tolong selamatkan putriku dan aku".
Se Yoon tentu saja bingung. 

Young Ja : Aku menemukan memo ini di kamarnya pagi ini. Dia pergi dari rumah. Dia pergi dari rumah. Dia menuliskan agar tidak mencarinya atau menunggunya. 
Se Yoon : Dia meninggalkan rumah? 
Young Ja : Aku tidak bisa hidup tanpa Joo Ri.  Putriku Joo Ri. Kumohon jangan mencampakkannya. Kesalahan dia adalah karena memiliki aku sebagai Ibunya.

Se Yoon meminta Young Ja bangun. Young Ja tetap berlutut dan memohon, " Aku tahu kau berpikir aku ini kejam, wanita yang jahat. Tapi aku punya alasannya. Aku tidak ingin memintamu untuk memahamiku. Yang aku minta adalah kau anggaplah Joo Ri sebagai urusan yang terpisah dariku". 

Young Ja berdiri, "Aku akan menyangkalnya sebagai anakku jika kau menginginkannya. Ya".
"Tolong hentikan", ucap Se Yoon. 
Young Ja : Apa kau punya ide kemana kira-kira dia mungkin pergi?
Se Yoon :  Aku tidak tahu

Young Ja : Bagaimana jika dia ingin bunuh diri?. Kaulah satu-satunya orang yang bisa membuatnya kembali. Tolong bantu kami. Tolong selamatkan Joo Ri. Aku memohon padamu. Kumohon. Kumohon selamatkan kami.

Se Yoon diam saja. Tidak enak hati atau mungkin bingung apa yang harus ia lakukan. 

Young Ja keluar dari perusahaan tanpa membawa tas, jalan seperti orang linglung. Ia bertemu dengan Chae Won di depan perusahaan. Sifat Young Ja yang cerewet kembali, ia teriak marah dan menyalahkan Chae Won atas kepergian Joo Ri, " Apa kau puas sekarang?. Joo Ri pergi dari rumah dan tidak bisa dihubungi".

"Joo Ri pergi dari rumah?", tanya Chae Won. 
Young Ja teriak-teriak dan membentak, " Ya, dia melakukannya. Dia meninggalkan rumah. Apa kau senang sekarang?. Dia terus-menerus memohon padamu untuk keluar dari sini.  Dia tidak bisa bekerja jika kau ada di sekitarnya.
 
"Kurasa kau dilahirkan untuk menghancurkan keluargaku. Dari semua pria di dunia ini, kenapa kau harus terlibat dengan Tuan Lee?. Ingat kata-kataku. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Joo Ri, aku tidak akan membiarkanmu. Mengerti?". 

"Nyonya Bang", panggil Se Yoon. "Kau melupakan ini", ucap Se Yoon membawa tas Young Ja.

Sikap Young Ja berubah 180 derajat dan memasang wajah sedih. "Terima kasih. Kau tahu, pikiranku sedang kemana-mana. Tolong hubungi aku jika kau mendengar  kabar darinya. Sampai jumpa".
" Sampai jumpa ", ucap Young Ja pada Chae Won. Suaranya terdengar lemah tak bertenaga, jauh berbeda dengan barusan.

Chae Won tak kaget lagi dengan perubahan sikap Young Ja. Ia tahu dengan sangat baik mantan ibu mertuanya itu sungguh pandai berakting. Chae Won jalan pergi melewati Se Yoon. 

"Kenapa kau tidak membuat alasan?", kata Se Yoon menghentikan langkah Chae Won. "Katakan kalau aku yang keliru atau aku sudah salah paham terhadapmu. Buatlah alasan".

Chae Won berbalik, "Kenapa aku harus?". Kita membuat alasan saat kita ingin untuk dipahami. Kau menutup telingamu dan meragukan aku. Aku tidak ingin menghilangkan kesalahpahamanmu".

"Maksudmu?", tanya Se Yoon kurang paham.
"Percayailah apa yang kau dengar sebagai suatu kebenaran. Aku tidak punya niat sedikit pun untuk membuat alasan", ujar Chae Won, berlalu jalan masuk ke lobby meninggalkan Se Yoon diluar. 

Se Yoon diam dengabn banyak pertanyaan di kepalanya. Mencoba memahami situasi dan mencerna perkataan Chae Won barusan.

Manager Jung menyampaikan kalau tuan Choi, suplier makanan mengundang Chae Won makam malam, "Karena kau begitu ketat, dan mengkritisi produk mereka, kurasa dia ingin membangun hubungan baik denganmu".
" Selama dia memasok produk yang bagus, aku akan baik terhadapnya", ujar Chae Won. 

Manager Jung berkata Chae Won sungguh teliti. Chae Won menolak undangan makan malam tuan Choi dengan alasan akan kerja lembur malam ini. Di belakang Chae Won manager Jung geleng-geleng kepala dan mencibir, "Dia tidak fleksibel".

Choo Hee berniat mengundang Sol Joo ke acara pernikahannya. Tapi niat itu ia urungkan mengingat Sol Joo begitu mengharapkan kepergiannya dari Korea. "Kenapa dia mau menghadiri pernikahanku?. Dia benci asal usulnya diketahui orang. Tidak ada kabar berarti kabar baik baginya.".

Hyo Dong datang bersama nenek. Hyo Dong tergopoh-gopoh membawa kotak yang terlihat berat. Choon Hee tanya kotak apa itu. Nenek berkata dulu ia membelikan peralatan makan ini untuk Ki Ok, tapi karena Choon Hee tidak punya keluarga, nenek ingin berperan sebagai ibu Choon Hee dan memberikan alat makan ini.

Hyo Dong tak menyangka nenek ternyata sangat perhatian begini. Nenek bilang tidak ada anak yang bisa memahami hati orang tua. Nenek menyuruh Choon Hee membukanya. Hyo Dong membuka kotak. Peralatan makan itu masih tampak baru tapi modelnya sudah ketinggalan zaman. "Kelihatannya anda membelinya sudah lama sekali", ujar Choon Hee.

Nenek berkata ia membelinya 10 tahun yang lalu, "Aku membelinya untuk Ki Ok, mengantisipasi pernikahannya". Choon Hee terlihat tidak suka.
"Kenapa? Kau tidak suka?. Kalau begitu aku akan membawanya", ucap nenek

"Tidak, tidak. Aku suka. Ini antik", ucap Choon Hee meski berlawanan dengan kata hati. 
"Ini tidak berkarat. Meski ketinggalan jaman, ini baru. 10 tahun yang lalu, ini sangat mahal", jelas nenek. 
"Terima kasih ibu", ucap Hyo Dong. 

Nenek mengajak mereka pergi melihat rumah. Choon Hee kaget, "Apa kau ikut bersama kami?". "Sudah kubilang. Aku akan berperan sebagai ibumu. Ayo pergi", kata nenek tertawa. Hyo Dong tidak keberatan beda halnya dengan Choon Hee yang merasa terganggu. 

Pemilik rumah berkata wallpaper dan lantainya nyaris terlihat baru. "Apa itu", tunjuk Choon Hee melihat coretan gambar di dinding.
"Oh. Cucuku mencorat-coret. Kau bisa mengabaikannya", jelas pemilik. 

Nenek : Benar. Kelihatannya dia berbakat dalam menggambar. Tempat ini terlihat bersih dan nyaman. Sempurna untuk pengantin baru.
Hyo Dong membenarkan, "Aku menyukainya. Bagaimana denganmu?", tanyanya pada Choon Hee. 
"Yah...Tidak buruk. Kita harus mengganti wallpapernya juga", jawab Choon Hee. 

Nenek : Kenapa membuang-buang uang untuk rumah kontrakan?. Hiaslah rumah saat kau membeli rumahmu sendiri, okay?
"Baiklah", jawab Hyo Dong patuh. Choon Hee terlihat tidak suka.

Nenek tanya apa jadwal selanjutnya. Hyo Dong menjawab kita harus melihat-lihat wedding. Nenek mennyuruh mereka cepat pergi sebelum malam. Sekali lagi Choon Hee kaget, "Apa kau ikut dengan kami juga?".
"Aku memutuskan untuk membantumu hari ini. Aku akan membantumu sampai akhir. Ayo kita pergi", ajak nenek.

Pemilik rumah dan nenek jalan keluar lebih dulu. Choon Hee menarik lengan Hyo Dong, "Ayo kita lihat gaun pengantinnya hanya kita berdua saja". Hyo Dong tidak bisa menolak kebaikan nenek dengan berkata ibu tidak boleh ikut. Choon Hee bilang kita bukan anak kecil. Kita tidak bisa mengikuti caranya dari A sampai Z. Hyo Dong tersenyum dan minta Choon Hee mencoba memahaminya. Itu perasaan orang tua.

"Kau tidak ikut?. Cepatlah", panggil nenek dari luar. 
"Ya, kami datang", sahut Hyo Dong mengandeng tangan Choon Hee. Choon Hee menurut meski dengan wajah cemberut. 

Butik pakaian pengantin. Tirai di buka, dan muncul Choon Hee dengan baju pengantinnya. Tersenyum manis. Hyo Dong terpana melihat kecantikan Choon Hee memakai gaun pengantin putih dengan belahan dada rendah. Mahkota permata turut mempercantik dan menghiasi rambutnya. Nenek memalingkan wajah tidak suka. 

Hyo Dong berdiri, melihat lebih dekat kecantikan calon istrinya, "Seperti bidadari dari khayangan. Kau terlihat sangat cantik. Aku belum pernah melihat pengantin wanita yang cantik begini".

Choon Hee tersipu, "Benarkah?". 
Hyo Dong : Aku tidak berbohong.

Pegawai butik berkata warna kulit Choon Hee yang cerah dan bentuk tubuh yang sempurna membuat dia terlihat luar biasa dalam gaunnya. Kau terlihat jauh lebih cantik daripada pengantin yang muda.
Choon Hee : Itu berlebihan. Aku berumur 40 tahunan.

Pegawai butik tanya bagaimana pendapat nenek. Nenek memalingkan wajah. Hyo Dong heran, "Kenapa?. Ibu tidak suka gaunnya?".

"Menggunakan gaun tidak berlengan di umurnya?. Itu sangat tidak sopan", komentar nenek. "Apa kau tidak punya gaun yang layak?", tanyanya pada pegawai butik. 

Beberapa menit kemudian, tirai kembali di buka. Choon Hee memakai baju pengantin lebih tertutup. Hanya pundaknya yang sedikit terlihat. Hyo Dong berdiri dan mengacungkan 2 jempolnya. Tanda ia sangat menyukainya.
"Memperlihatkan lengan yang terbuka? Tidak mungkin. Tidak" protes nenek membuat Choon Hee kesal. 

Choon Hee mencoba gaun ke-3. Hyo Dong memuji Choon Hee terlihat sangat cantik seperti artis.
Nenek masih saja protes, "Jika dia dalam balutan gaun mewah, dia mungkin terlihat kecil. Tidak. Cobalah gaun yang sederhana".
"Ibu juga tidak menyukai yang ini juga?", tanya Choon Hee putus asa. 
Nenek tidak menjawab, memalingkan wajahnya. Sikap itu sudah lebih dari sebuah jawaban. 

Choon Hee mencoba gaun ke -4. Gaun pengantin berbentuk mini dress. 
Nenek seperti ingin pingsan melihatnya, "Oh ya ampun. Itu terlalu memprovokasi".

Choon Hee terlanjur kesal dan tidak ingin mencoba gaun pengantin yang lainya. Nenek heran, "Kenapa kau sudah keluar?. Cobalah gaun yang lain". 
" Tidakkah kau pikir kau keterlaluan?', ucap Choon Hee. Nenek tanya apa maksudnya. 

Choon Hee berkata ia menikah dengan Hyo Dong bukan nenek. Karena ini pernikahan pertama, Choon Hee punya impian dan ingin mencoba ini dan itu. "Kenapa kau memaksakan menurut kehendakmu dalam persiapan pernikahanku?".
"Apa?", tanya nenek.

"Dari peralatan makan sampai ke soal rumah, kenapa kau yang memutuskan semuanya?", tuntut Choon Hee.
"Ini karena dia ingin membantumu sebagai ibumu", jelas Hyo Dong.

Choon Hee mendelik marah. Hyo Dong menunduk takut. "Jika kau ingin mengambil hati ibu mertuamu, menikahlah dengan orang yang dia suka. Ini belum terlambat", ucap Choo Hee lalu pergi dengan marah. 

Hyo Dong bingung antara ingin mengejar Choon Hee atau tetap disisi nenek. Nenek yang merasa bersalah dan tidak enak hati menyuruh Hyo Dong segera menyusul Choon Hee. Hyo Dong enggan meninggalkan nenek sendirian. Nenek menyalahkan diri sendiri, "Wanita tua ini terlalu ikut campur. Aku seharusnya tidak mengikuti  kalian kesini. Maafkan aku. Aku akan mundur saja".

Nenek pergi. Hyo Dong tahu nenek juga marah meski tidak terlalu tampak seperti Choon Hee. Merajuknya 2 wanita beda usia ini membuat Hyo Dong bingung sendiri, "Kenapa hal yang tidak beres begini terjadi lagi?. Ibu! Choon Hee!", ucapnya menyusul keluar.


Lanjut ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 25 Part 2.


1 comment:

  1. tanta Jun In Hwa didandanin apa aja cantik hehe.

    Nuri, udah sampai setengah jalan nih... semangat ya...!!!

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)