Pages - Menu

Tuesday, April 23, 2013

Sinopsis Incarnation Of Money Episode 8 Part 1

Se Kwang mengunjungi Gi Soon di penjara. Gi Soon bertanya bagaimana jika Kang Seok sudah tidak hidup di dunia ini. Tak ada alasan baginya untuk hidup, maka ia akan mengikuti Kang Seok.

Pintu terbuka. Dalam pandangan Gi Soon, ia melihat Kang Seok berdiri di hadapannya, tersenyum.
"Kang Seok...Kang Seok...putraku Kang Seok", ucap Gi Soon memeluk Cha Don.
Se Kwang menoleh melihat siapa pria yang dipanggi Kang Seok. Ia terkejut melihat Cha Don berdiri di depannya.

Sipir penjara membawa Gi Soon kembali ke sel. Gi Soon terus menoleh ke belakang, memanggil Cha Don dengan nama Kang Seok. Hatinya seperti tak ingin berpisah dari Cha Don. Cha Don melihat Gi Soon dari jendela, memandang dengan sorot mata sedih.

Se Kwang berkata Gi Soon adalah wanita yang menyedihkan. Pembebasan bersyaratnya kemungkinan akan diundur  hingga kondisi Gi Soon stabil.
"Kudengar anda menganggap Lee Joong Man sebagai penyelamat anda. Jadi anda masih peduli pada Park Gi Soon", ucap Cha Don.
Se Kwang merasa buruk karena tak mampu lebih banyak menolong Gi Soon. Ia juga mengaku tak puas dengan hasil persidangan saat itu.

Cha Don menduga Eun Bi Ryung melakukan kejahatan demi uang. Se Kwang merasa tersinggung. Pada waktu dia yang menjadi pengacara Gi Soon, apa perkataan Cha Don baru ingin mengatakan bahwa ia yang tidak kompeten dalam membela klien-nya.

Cha Don meminta maaf, tak bermaksud meremehkan kemampuan Se Kwang.
"Kenangan yang menyakitkan hingga menusuk tulangku. Orang-orang itu sangat berarti bagiku. Tapi, kekalahan pertamaku sebagai kuasa hukum adalah dalam peristiwa tersebut", ucap Se Kwang.
"Lee Kang Seok, orang seperti apa dia?", tanya Cha Don penasaran.
Se Kwang menatap Cha Don dingin sebelum menjawab, "Dia anak yang pintar. Dia juga sangat menyayangi ibunya".
Cha Don terdiam, jawaban Se Kwang barusan semakin membuat hatinya merasa iba pada Gi Soon.

Se Kwang dalam perjalanan kembali ke kantor kejaksaan. Pikirannya melayang mengingat perkataan Cha Don saat di penjara. Cha Don berkata akan menunda keputusan pembebasan bersyarat Gi Soon lain hari. Ia mengajak Se Kwang untuk mencari Kang Seok terlebih dahulu, setelah itu baru akan mengeluarkan putusan bebas bersyarat Gi Soon. Se Kwang berkata hakim tidak bisa terus menunggu. Jika hal itu bisa terjadi, maka ia akan menjadi orang yang paling bersyukur. Tapi apa yang terjadi jika Kang Seok tidak berhasil di temukan. 
Cha Don bertanya apa Lee Kang Seok sudah meninggal. Se Kwang menjawab bagi semua orang Kang Seok sudah meninggal, tapi tidak bagi Gi Soon. Cha Don bilang ia ingin tahu apa yang Se Kwang pikirkan, karena ia berpikir Se Kwang akan melakukan yang terbaik bagi Gi Soon. Se Kwang tak menjawab pertanyaan Cha Don, ia hanya merasa lega karena Cha Don yang bertanggung jawab mengurus pembebasan Gi Soon.

Pastinya ucapan Se Kwang barusan hanyalah di bibir saja. Tentu dia tak akan tinggal diam melihat Gi Soon menghirup udara bebas di luar sana.

Ji Hoo memberikan pengarahan pada Jae In terkait pertanyaan yang mungkin diajukan oleh pengacara Hwang.
Jae In tampak tak berkonsentrasi, dalam hatinya ia bertanya kenapa Cha Don tidak terlihat hari ini. Tunggu kenapa aku menunggu brengsek itu.
"oh menjengkelkan", Jae In berteriak tanpa sadar.
Ji Hoo mengira Jae In kesal karena dirinya. Tapi ia tetap melanjutakan pertanyaannya.

Terdengar bunyi bel, tanda ada seseorang yang datang. Jae In berlari membuka pintu dengan wajah bahagia, berharap Cha Don yang datang.  Ji Hoo mencoba mencegah tapi terlambat.
Jae In tersenyum melihat Cha Don berdiri di depan pintu.
"Lihat dirimu. Kau disembunyikan di tempat yang aman malah membuka pintu untuk orang lain", ucap Cha Don.

Ji Hoo menyuruh Cha Don mengurus Jae In, sementara dirinya akan kembali ke kantor.
"Apa? sendirian?", tanya Cha Don dengan wajah terkejut.
"Apa akan lebih baik jika aku menemanimu?", tanya Ji Hoo dengan gaya juteknya.
Sebelum tidur ia menyuruh Cha Don untuk mengajukan pertanyaan yang mungkin di tanyakan pengacara pembela.

Jae In berkata ia juga akan pergi. Cha Don menahan tangan Jae In, "Tunggu. Apa kau ingin melihat orang lain dipecat?"
"Apa maksudku aku harus menginap sendirian di sini dengan seorang pria?", tanya Jae In balik.
"Dengar, akulah orang yang lebih takut. Kita lewatkan malam ini tanpa kejadian apapun. Ya?", ucap Cha Don.
Jae In menarik tangannya, "Oh. Itu juga yang ingin kukatakan. Astaga keterlaluan".


Cha Don membuka lemari pendingin, ia mengeluh karena hanya ada satu kotak susu cair. Jae In baru selesai mandi, memakai baju ketat dengan handuk melilit dikepalanya. Memakai gaun ketat, berlenggak lenggok, untuk menggoda Cha Don. Tapi apa yang dikatakan Cha Don saat melihat Jae In.
"Apa kau ingin minum ini?', tanya Cha Don menyodorkan susu yang ia pegang

"Jangan makan di depanku. Itu membuatku marah", jawab Jae In kecewa menuju tempat tidur dengan perasaan kesal.
" Apa kau mau tidur?. Bukankah kau akan berlatih menjadi saksi?", tanya Cha Don.

Jae In tak menjawab, menutupi seluruh badannya dengan selimut. Cha Don meletakkan susu kotak di meja dekat tempat tidur. Jae In mengintip, melihat Cha Don yang terlihat serius membaca berkas kasus. Lalu kembali menutupi wajahnya dengan selimut.

Beberapa menit kemudian, Jae In lelap tertidur. Cha Don bangun, berjalan perlahan-lahan mendekati Jae In. Meraba tubuh Jae In dari leher hingga kaki. Sontak Jae In bangun,  tapi ia hanya melihat Cha Don yang masih tidur di kursi. Ternyata itu hanyalah mimpi Jae In saja.
"Meskipun itu tadi mimpi, aku masih merasa itu tadi kurang ajar. Bagaimana bisa di tidur pulas seperti itu. Apa perasaannya tidak campur aduk", ucap Jae In.

Jae In cepat-cepat kembali berbaring saat melihat Cha Don benar-benar bangun dari tidurnya. Cha Don berjalan pelan-pelan mendekati Jae In, sama seperti mimpi Jae In barusan. "Aku tahu, dia tidak begitu terpandang. Tolong berikan sedikit sentuhan padaku jadi aku bisa merobek wajahmu", ucap Jae In dalam hati menunggu Cha Don menyentuhnya.

Jae In langsung berteriak, "Ah. Sialan", ucap Jae In duduk.
Cha Don tersedak, "Ah, kau mengagetkanku. Kau bilang kau tidak mau meminum susu ini. Aku baru saja meminumnya seteguk, apa kau mau?".
Jae In yang salah sangka langsung kembali tidur, menutupi wajahnya karena malu
"Perasaan apa ini? Aku merasa seperti melangkahi kotoran", ucap Jae In dalam hati. (hahahaha).

Pengacara Hwang melarang Hae Ryong untuk hadir di persidangan Kwang Soo. Karena situasi saat ini tidak menguntungkan bagi mereka. Hae Ryong tidak ingin membiarkan Kwang Soo sendirian, ia meminta pengacara Hwang untuk segera menyiapkan mobil.

Cha Don berdiri menunggu Jae In selesai berdandan. Ia minta Jae In untuk segera bergegas. Mereka akan pergi ke pengadilan bukannya fashion show. Jae In tidak peduli, berdandan bukanlah suatu hal yang ilegal. Jae In merasa memasang eye-liner terlalu tebal. Ia meminta Cha Don untuk menunggu. Memperbaiki make'up nya.

Cha Don kesal, "Ah, aku tidak sanggup melihat hal ini lagi. Dia dulu memakai tas seperti
baju karena dia gendut". Gu Shik berkata Jae In terlihat sangat cantik setelah operasi. Ji Hoo yang berada disana, meminta Cha Don untuk tetap fokus. Karena mereka tidak tahu bagaimana reaksi dari pihak Lee Kwang Soo.

Cha Don berkata tak ada yang perlu dikhawatirkan. Yang paling penting, mereka memiliki bukti dan saksi yang kuat. Gu Shik bertanya, jika kita memenangkan sidang siang ini, apa kita akan merayakannya. Cha Don menjawab tentu saja, kita harus membuat perayaan yang besar.

Kira-kira makanan apa yang harus mereka makan. Makanan Jepang atau China. Gu Shik merasa lebih baik mereka pergi ke restoran babi panggang.
"Sudah kubilang jangan bicara soal makanan didepanku. Aku mati kelaparan", ucap Jae In menyahut kesal. 
Setelah Jae In selesai dengan dandanan-nya, mereka bergegas pergi ke pengadilan.

Seperti biasa, wartawan Go berdiri di depan gedung pengadilan. Meliput sidang pembunuhan Presdir Hwanghae Bank, Park Kwang Tae. Para wartawan yang lainya juga berkumpul disana. Mereka langsung menyerbu jaksa Ji Hoo, dkk saat tiba di gedung pengadilan.

Ji Hoo diberondong berbagai pertanyaan. Salah satunya apakah benar beberapa politisi
tinggi yang ada dibalik kasus pembunuhan ini. Ji Hoo enggan menjawab, ia hanya bilang hasil sidang yang akan mengungkapkan semuanya.
Wartawan Go kembali bertanya, "kudengar alibi tersangka sangat kuat. Apa yang sudah anda persiapkan?".
Kali ini Cha Don yang menjawab, "Apa kau tidak bisa melakukannya wawancaranya setelah sidang?".

Giliran Cha Don yang dikerubungi, "Apa anda bisa mengatakan beberapa patah kata?".
Dengan wajah polosnya, Cha Don bertanya apa ini siaran langsung.
Ya, jawab wartawan Go.
Cha Don : Dalam kasus ini ada beberapa hal besar yang akan didiskusikan. Tersangka Lee Gwan Soo berencana...
Ji Hoo menarik Cha Don untuk segera masuk gedung.  Tapi tetap saja Cha Don menyempatkan diri menoleh ke para wartawan, "Aku Lee Cha Don".

Hae Ryong bertemu Ji Hoo dan Cha Don saat mereka melewati pengecekan security. Mereka berdua terkejut melihat kehadiran Hae Ryong.
Dari jauh trio jaksa (Se Kwan, jaksa Jo, Kwon Hyuk) melihat kedatangan Hae Ryong. Jaksa Kwon tak percaya Hae Ryong akan menampakkan diri dalam persidangan ini. Kwon Hyuk juga berpikir yang sama, ia menyangka Hae Ryong akan menghidari media. Se Kwang berkata, tak ada alasan bagi Hae Ryong untuk menghindari media. Itu pasti karena hae Ryong merasa yakin Kwang Soo akan dinyatakan tidak bersalah.

Sebelum sidang di gelar, Kwang Soo bertemu dengan pengacara Hwang. Ia memberikan selembar kertas  pada pengacara Hwang. Pengacara Hwang terkejut setelah membaca isinya, "Apa kau yang menulisnya sendiri?".
Kwang Soo tersenyum sinis, "Tolong baca yang lainnya".

Sidang dimulai.

Jae In sebagai saksi membaca sumpah bahwa ia berjanji akan mengatakan yang sebenarnya, tidak menyembunyikan atau menambahi. Mengungkap yang sebenarnya, dengan tidak memberikan kesaksian palsu. Jae In mengucapkan sumpah dengan suara bergetar.

Ji Hoo sebagai jaksa penuntut umum memiliki kesempatan pertama kali mengajukan pertanyaan pada Jae In. Ia bertanya apakah terdakwa Lee Kwang Soo menyamar sebagai sopir taksi, dan berusaha menculik saksi. Jae In membenarkan. Ji Hoo lalu bertanya apa Jae In masih menyimpan pulpen korban. Jae In kembali membenarkan.

Ji Hoo menunjukkan fotocopy dari sidik jari korban ada di pulpen saat dia diserang. Seperti yang terlihat, sidik jari pada pulpen yang dipegangnya menunjukkan suatu bentuk
pertahanan. Ini adalah bukti yang ada saat pembunuhan itu terjadi, korban mengeluarkan pulpennya dan secara alami melawan. Alasan kenapa terdakwa berusaha menculik saksi adalah untuk mengambil pulpennya.

Giliran Pengacara Hwang melakukan pembelaan. Pertanyaan yang ia ajukan pada Jae In adalah bagaimana saksi bisa mengenali kalau terdakwa itu menyamar menjadi sopir taksi dan ingin menculiknya. Jae In menjawab, seseorang yang telah mengirimkan foto tersangka ke ponselnya. Pengacara Hwang kembali bertanya siapa orang yang mengirimkan foto itu, ia juga sedikit mengertak Jae In akan dihukum jika memberikan kesaksian palsu.
"Jaksa Lee Cha Don", jawab Jae In jujur.

Jae In tak mengerti jika jawabannya barusan merupakan pertanyaan jebakan. Pengacara Hwang tersenyum mendengar jawaban Jae In. Ia lalu menunjukkan brosur yang memuat wajah Jae In saat ia masih gemuk, "Apa kau, benar saksinya?. Apa foto ini benar?"
Jae In terkejut. Pengacara Hwang mengulangi pertanyaannya lagi, "Ini benar kau?".
"Ya", jawab Jae In dengan berat hati.
"Jadi kau operasi plastik. Benar-benar berubah", ucap Pengacara Hwang menunjukkan brosur itu kepada para hadirin sidang.

Jae In menunduk, menahan malu. Ji Hoo berdiri mengajukan keberatan pada hakim. Pembicaraan pembela barusan tak berhubungan dengan sidang.
Pengacara Hwang menyela, "Pasti tidak berhubungan. Nama saksi yang sebenarnya  Bok Jae In. Benar, bukan?", tanya Pengacara Hwang pada Jae In.
"ya", jawab Jae In.
Pengacara Hwang kembali menyerang, "Saat kau bekerja di Hwanghae Bank kau memakai nama Gong Jae In. Apa alasanmu memakai nama palsu saat melamar pekerjaan di Hwanghae Bank?".

Jae In menjawab, Gong merupakan nama depan ayahnya, dan Bok adalah nama depan ibunya. Karena beberapa alasan, ia memakai nama depan ibunya, "Aku tidak ingin menunjukkan kehidupan pribadiku yang rumit pada rekan kerjaku", jelas Jae In.
Pengacara Hwang kembali bertanya, " Kau mengoperasi wajahmu dan mengubah nama keluargamu. Apa kau selalu pandai berbohong?".
"itu saja", ucap pengacara Hwang mengakhiri pertanyaan.

Para hadirin sidang mulai berkasak-kusuk. Jae In merasa di sudutkan. Ia lalu menoleh pada Cha Don, "Apa-apaan ini?", tanyanya dengan gerakan bibir. Cha Don menoleh ke Ji Hoo. Ji Hoo memalingkan wajahnya menghindari tatap mata dengan Jae In. Pengacara Hwang kembali ke tempat duduk, menatap Jae In dengan senyuman sinis.

Selanjutnya Kwang Soo yang mendapatkan giliran berikutnya. Ji Hoo menunjukkan pulpen Kwang Soo, "terdakwa, apa kau pernah melihat pulpen ini sebelumnya?".
"tidak pernah", jawab Kwang Soo.
Ji Hoo berbalik bicara pada hakim, "Yang mulia. Terdakwa tidak yakin kalau dia mencari pulpen ini. Jadi dia menolak tes DNA, kami meminta perintah pengadilan
untuk melakukan tes DNA pada terdakwa".

Pengacara Hwang berdiri mengajukan keberatan, "Alasan terdakwa menolak
tes DNA karena dia tahu kalau dia bukan pembunuh".
Ji Hoo : Meskipun untuk membuktikan sendiri bahwa dia tidak bersalah, tidak seharusnya dia menyetujui tes DNA?".
Pengacara Hwang : Apa golongan darah bisa diambil dari sebuah pulpen?
Ji Hoo : golongan darahnya A
Pengacara Hwang ke Kwang Soo : terdakwa, apa golongan darahmu?
"golongan darahku B", jawab Kwang Soo.

Ji Hoo terkejut mendengar jawaban Kwang Soo. Cha Don tak habis pikir bagaimana ini bisa terjadi. Pengacara Hwang kemudian mengajukan permintaan kepada hakin, untuk melakukan test darah pada persidangan saat ini. Hal itu berguna untuk membuktikan bahwa tersangka tidak bersalah.
"Aku mengijinkannya", jawab hakim.
Pengacara Hwang melihat Ji Hoo dengan tatapan menantang.

Suasana sidang menjadi hening beberapa saat, saat tim forensik mengambil sampel darah Kwang Soo. Cha Don dan Ji Hoo menanti dengan perasaan cemas. Pengacara Hwang tersenyum, merasa yakin pihaknya akan menang. Dalam beberapa detik, tim forensik mengumumkan hasil golongan darah tersangka adalah B.

Cha Don sampai berdiri, karena saking terkejut mendengar hasil test. Kwang Soo menoleh ke Hae Ryong yang duduk di deretan kursi belakang. Menganggukkan kepala, seolah berkata semua akan baik-baik saja. Pengacara Hwang tersenyum puas. Se Kwang melirik Jaksa Kwon yang berada di sampingnya.

Pengacara Hwang bicara pada hakim, "Yang Mulia. Seperti yang anda lihat, golongan darah terdakwa berbeda dengan golongan darah yang ditemukan pada pulpen Park Kwang Tae. Golongan darah tersangka adalah B. Dengan demikian, aku, sebagai pengacaranya, meminta vonis tidak bersalah untuk terdakwa Lee Gwan Soo".

Cha Don bertanya pada Jae In yang duduk di kursi hadirin, dengan suara setengah berbisik "apa yang kau lakukan pada pulpennya?"
"Kenapa kau menyalahkanku?", jawab Jae In dalam bahasa isyarat.
Ji Hoo terdiam, tak bisa berkata apa-apa. Ini seperti pukulan telak baginya.

Jaksa Kwon tersenyum melihat Ji Hoo yang kebingungan.

Flashback ke beberapa hari yang lalu, saat Jaksa Kwon mengintai pertemuan antara Ji Hoo dan Mr. Min (petugas forensik pria). Mr. Min menemui Jaksa Kwon di suatu tempat, setelah bertemu Ji hoo. Mereka sepakat menukar pulpen Kwang Tae dengan pulpen lain yang bentuk dan warnanya serupa

Mr. Min meminta pada Jaksa Kwon untuk memastikan ayahnya keluar dari kasus ini.
(wait, apa petugas forensik ini anaknya Kwang Soo????). 
Jaksa Kwon berkata ia telah menghabiskan banyak uang, jadi tidak usah khawatir. Mr. Min bilang ia telah mengajukan pengunduran dari pekerjaannya. Ia berharap tidak akan bertemu Jaksa Kwon lagi. Mr. Min pergi setelah merasa tak ada yang perlu ia bicarakan lagi. Jaksa Kwon lalu melempar pulpen Tae itu jauh-jauh.

Kembali ke persidangan. Hakim bertanya pada Ji Hoo, apa ada saksi dan bukti baru yang akan ia hadirkan.
Ji Hoo : Saat ini, tidak  ada lagi. Tolong beri waktu satu minggu lagi.
Pengacara Hwang kembali mengajukan keberatan, "Saat penjelasan palsu jaksa sudah jelas terungkap, tidak benar jika harus menunda sidang".
Hakim menunda keputusan sidang untuk memberikan waktu istirahat, sidang kembali di gelar pukul 2 sore.

Ji Hoo dan pengacara Hwang saling bertukar pandang. Jelas sekali ada percikan api di kedua mata mereka. Pengacara Hwang berbalik, membungkuk kan badan pada Hae Ryong.
Hae Ryong tersenyum, mengangguk, "kau telah berkerja keras", mungkin itulah kata-kata yang tersimpan dalam hatinya.

Para wartawan menyerbu begitu melihat Ji Hoo dan tim keluar dari ruang sidang.  Mengajukan pertanyaan, "Proses persidangan tidak berjalan sesuai yang anda harapkan?. Apa anda menemukan bukti baru".
Gu Shik dan Cha Don melindungi Ji Hoo, berusaha menghalau para wartawan.
"Ah, orang-orang ini. Benar-benar!! Argh. Sudah cukup", ucap Cha Don berteriak.

Pengacara Hwang berada dalam satu ruangan bersama Kwang Soo. Pengacara Hwang kembali membaca selembar kertas yang diberikan Kwang Soo. Rupanya, di lembar kertas itu tertulis strategi pembelaan.
Pengacara Hwang : Sekarang kau bisa memberitahuku. Strategi pembelaan ini, siapa yang mempersiapkannya?.
Kwang Soo : Aku mempersiapkannya sendiri.

Pengacara Hwang tak percaya begitu saja. Sebagai seorang pengacara, ia menilai strategi pembelaan ini terlihat hampir sempurna. Ia merasa yakin ada seseorang yang membantu Kwang Soo. Kwang Soo kembali menyangkal, tak ada seorang pun yang membantu, ia melakukannya sendiri.

Kwang Soo dikawal 2 sipir penjara menuju ruang tahanan. Di ujung koridor, ia melihat Se Kwang dan Jaksa Kwon berjalan berlawanan arah.

Flashback waktu Se Kwang memukul Kwang Soo di kamar mandi. Setelah memukul Se Kwang mendorong tubuh Kwang Soo ke tembok.
"Dengarkan apa yang kukatakan baik-baik. Jeong Hae Ryong pasti akan berusaha menguji kesetiaanmu. Kau akan beruntung jika kau melewati ujian itu. Tapi jika tidak, dia akan berusaha membunuhmu dengan segala cara. Kau yang memutuskan siapa yang
akan kau pilih untuk kau percayai. Tapi ingat satu hal ini. Akulah orang yang akan menyelamatkanmu dan mereka adalah orang yang akan membunuhmu".

Setelah itu Se Kwang menemui Kwang Soo di ruang tahanan. Kwang Soo bertanya, jika dirinya bersedia menjadi saksi pada persidangan Hae Ryong selanjutnya, apakah Se Kwang bisa menjamin ia akan bebas dan dinyatakan tidak bersalah, "Ji Hoo Jeon Ji Hoo punya keduanya Gong Jae In dan pulpen. Bagaimana caramu membuatku tidak bersalah?".

Se Kwang menyodorkan selembar kertas pada Kwang Soo, "Setelah kau membacanya, katakan pada pengacara Hwang Jung Shik agar membelamu persis seperti yang tertulis di kertas".
(sekarang kita tahu siapa orang yang menyiapkan strategi pembelaan Kwang Soo).

Kembali ke masa kini. Se Kwang dan Kwang Soo bertukar pandang. Kwang Soo menunduk kan kepala, mungkin saja itu adalah bentuk penghormatan. Se Kwang berjalan berselisih dengan Kwang Soo.  Memasang wajah dingin, seperti tidak pernah terjadi apa-apa pada diantara keduanya.

Jaksa Jo memarahi Ji Hoo dan Cha Don. Berita di internet memuat tulisan yang menyebut Ji Hoo dan Cha Don sebagai penulis novel misteri. Jaksa Jo meminta keduanya untuk menyerah. Ji Hoo berkata mereka masih memiliki waktu hingga keputusan hakim diumumkan.
"Lalu kau akan melanjutkan menulis novel?. Tidak cukupkah bagimu karena sudah menghina para jaksa?", ucap Jaksa Jo.

Cha Don mengaku dia lah yang bersalah. Ji Hoo menyuruh Cha Don untuk tutup mulut. Cha Don berkata ia adalah orang yang patut disalahkan, "Jika seseorang harus dihukum, akulah yang harus dihukum".
"Oh, ya. Benar, lalu terimalah pukulan ini", ucap jaksa Jo menendang tulang kering Cha Don.
Cha Don meringis menahan sakit.

Jaksa Jo mengancam, jika mereka sampai kalah dalam persidangan kali ini, maka Ji Hoo akan dibebasctugaskan untuk sementara waktu. Sementara Cha Don akan mendapatkan nilai nol dalam ujian magangnya. "Apa kalian tahu itu?", ucap Jaksa Joo meninggalkan ruangan.

Cha Don meminta maaf pada Ji Hoo. Ji Hoo berkata tidak ada alasan bagi Cha Don untuk meminta maaf. Cha Don bilang mungkin sebaiknya mereka menyerah sampai disini. Jika pulpen itu tidak diakui sebagai bukti, maka tidak ada kesempatan bagi mereka  untuk memenangkan kasus ini.
"Menurutmu siapa pembunuh Park Gwang Tae?", tanya Ji Hoo
"Tentu saja, aku yakin pelakunya Lee Gwan Soo, tapi bagiku, aku hanya akan mendapat
nilai nol pada ujianku. Tapi untukmu, jaksa..."

Ji Hoo menendang tulang kering Cha Don dengan keras. Cha Don terduduk, memegangi kakinya yang sakit.
Ji Hoo : Kesalahan? Menyerah?. Apa yang sudah kukatakan padamu?. Saat jaksa melakukan kesalahan, kau membuat orang tidak bersalah menjadi seorang penjahat. Jika jaksa menyerah, penjahatnya bebas. Lee Cha Don, seharusnya kau tidak menjadi jaksa. Tidak dengan pola pikir seperti itu.
" Astaga, menendangku ditempat yang sama", ucap Cha Don lirih.

Ji Hoo membuka pintu. Cha Don menahan, mengaku salah atas perkataannya. Ji Hoo memberi perintah pada Cha Don pergi mencari bukti untuk mematahkan alibi Kwang Soo, sebelum sidang lanjutan di mulai. Sementara dirinya akan pergi ke National Forensic Service.
"Ya", jawab Cha Don patuh
"Tidak ada kejahatan sempurna seperti ini. Pasti ada celah di suatu tempat. Pasti", ucap Ji Hoo yakin.

Hae Ryong berada di Boolyasung milik Ny. Bok. Minum bersama Jaksa Jo dan pengacara Hwang. Suasana hatinya benar-benar baik saat ini.
"Setelah Lee Gwan Soo bebas, satu-satunya hal yang tersisa bagi anda adalah dibebaskan". ucap Jaksa Jo.
Hae Ryong berkata ia telah mencantumkan nama Jaksa Jo sebagai kandidat untuk menjadi ketua jaksa. Jaksa Jo mengucapkan terima kasih. Hae Ryong juga memuji pembelaan pengacara Hwang. Pembelaannya hari ini sungguh sempurna.

Di ruangan yang berbeda, trio jaksa juga sedang berkumpul. Jaksa Kwon tertawa, pastinya Hae Ryong akan benar-benar mempercayai Kwang Soo setelah kejadian ini. Se Kwang berterima kasih atas bantuan Jaksa Kwon.
"Tidak perlu berterima kasih. Yang kulakukan hanya memotong kain yang sudah kau buat polanya", balas jaksa Kwon.

Jaksa Kwon mengakui kehebatan Se Kwang. Pada mulanya, ia merasa setengah percaya dan
setengah meragukan, saat Se Kwang bilang akan menjatuhkan Hae Ryong. Se Kwang berkata sebagai penegak hukum mereka tak seharusnya memaafkan orang yang memanipulasi masyarakat untuk memenuhi keserakahannya sendiri.
"Mari kita bersulang. Bagi dunia dimana keadilan dijunjung tinggi. Bersulang". ucap jaksa Kwon.
(gubrak...ya elah, Se Kwang bicara seperti itu seolah merasa dirinya bersih. Bener2 nich orang).

Sudah menjadi kebiasaan Ny. Bok mendengarkan pembicaraan para tamunya dari monitor rahasia yang berada diruangannya.
"Keadilan apanya. Mereka bahkan tidak lucu. Merekalah orang-orang yang mencari keuntungan dari masalah ini". cibir Ny. Bok.
"Tapi bukankah setidaknya mantan walikota Jeong Hae Ryong harus mengetahui hal ini?", ucap Pal Do.

Ny. Bok menyuruh Pal Do untuk menutup mulut, ia lalu bertanya bagaimana dengan saham dan obligasi dari Hwanghae Bank. Pal Do telah menjalankan perintah dengan menjual semua saham. Ny. Bok bilang saat Hae Ryong jatuh, maka saham Hwanghae Bank juga akan jatuh. Saat itulah ia akan membeli kembali saham Hwanghae Bank, dengan harga murah pastinya. Ny. Bok memerintahkan Pal Do untuk mengawasi hal ini baik-baik. Musuh dari uang adalah belas kasihan, "Setelah kau mulai merasa kasihan, uang akan menghilang seperti angin".

Kembali ke percakapan trio jaksa. Kwon Hyuk merasa penasaran dengan alibi Kwang Soo, ia lalu bertanya apa yang telah dilakukan Se Kwang. Jaksa Kwon ikut menyahut, ia juga merasa penasaran dengan hal itu.
Se Kwang tersenyum, "Aku akan mengatakannya setelah sidang berakhir".

Cha Don terlihat serius mencari celah untuk memecahkan alibi Kwang Soo. Berbeda dengan Jae In yang asyik makan Jajangmyun (mie dengan saus kacang hitam).
"Berhenti mengoceh dan makan saja ini", ucap Jae In ke Cha Don.
Cha Don mulai kesal, ini rasanya tak masuk akal. Bagaimana mungkin Kwang Soo melakukan perjalanan bolak-balik, dari Taeyang Hotel ke Hwanghae Bank dalam waktu satu jam.

Jae In berkata mungkin saja mobilnya punya sayap, seperti mobil batman yang bisa berubah. Semacam sayap yang keluar dari sisi sebelah kanan dan kiri.
"Apa mobil jelek ini tampak seperti mobil yang kau maksud?", tanya Cha Don kesal. 
Cha Don kemudian berpikir, "tunggu..sayap!". Ia lalu melihat foto Kwang Soo memakai baju marinir, dengan latar belakang helikopter.

Cha Don lalu ingat gerak bibir Se Kwang, sewaktu meng-interogasi Kwang Soo. Kata yang diucapkan, Alibi, ilegal, kesalahan, dibebaskan pembunuhan, perjanjian, dan.... 
Cha Don merasa sedikit bingung. Kwang Soo bahkan merusak wajah dan sidik jari korban, jika dia memang tak ingin tertangkap. Kenapa dia tidak membakar tubuh korban, malah meninggalkannya dalam bagasi mobil.
"Apa kau mendengar hal aneh di hari saat kecelakaan itu terjadi?", tanya Cha Don pada Jae In. 

Jae In memandangi mangkuk Jajangmyun yang telah kosong, "Kenapa?. Kenapa semuanya sudah habis?", tanyanya dengan wajah sedih. 
"Ikut aku. Ada tempat yang harus kita kunjungi", ucap Cha Don.
Jae In tak beranjak dari tempat duduknya, "Apa isi seluruh mangkuk ini sudah masuk dalam mulutku. Semuanya?".
"Sedang apa kau ini? Cepatlah", ucap Cha Don menarik tangan Jae In.

Cha Don mengajak Jae In mencari gedung yang tinggi,  "Pikirkan baik-baik. Apa kau tidak mendengar sesuatu hari itu?", tanya Cha Don.
"Sudah kubilang aku tidak mendengar apapun", jawab Jae In.
kepala Cha Don mendongak ke atas, mencari bangunan yang paling tinggi diantara lainya, "Di sebelah sana", ucap Cha Don, berlari menuju gedung yang ia maksud. 

Jae In berusaha mati-mati'an untuk mengejar Cha Don. Bukanlah hal mudah baginya berlari dengan menggunakan high heels. Karena semua lift digunakan, maka Cha Don memilih untuk naik tangga darurat. Kaki Jae In berasa hampir copot mengikuti Cha Don.

Cha Don berada di atap gedung. Atap gedung itu biasa digunakan untuk pendaratan dan lepas landas helikopter  (elevated heliport).

Cha Don Tersenyum melihat foto Kwang Soo di tangannya. Lalu tertawa terbahak-bahak, "Helikopter. Pasti helikopter". 
"Aku telah mematahkan alibi Kwang Soo", teriak Cha Don sekuat tenaga.
"Jadi pembunuhnya mengendarai helikopter", tanya Jae In dengan napas naik turun.
Cha Don terus berteriak kegirangan, "Helikopter. Dia memakai helikopter. Aku memecahkan alibi Lee Kwang Soo. Lee Cha Don, hebat. Hahahahaha".

Cha Don yang kegirangan langsung memeluk Jae In, mengangkatnya tinggi, sambil berputar-putar.

Setelah merasa puas Cha Don melepaskan pelukannya. Jae In menutup mata, berpikir Cha Don akan menciumnya. 
"Oh, tidak. Aku akan terlambat", ucap Cha Don melihat jam di pergelangan tangannya.
Cha Don berlari kembali ke gedung pengadilan.
Jae In masih terpaku, "Tapi beraninya dia memelukku", ucap Jae In tersipu malu, merasakan debaran kuat di dadanya. 
"Lee Cha Don, kita pergi bersama", ucapnya kemudian menyusul Cha Don. 

Ji Hoo pergi ke National Forensic Service. Petugas forensik wanita menyerahkan salinan hasil test. Ia juga bilang bahwa Mr. Min telah mengundurkan diri dari pekerjaannya. Mr. Min bilang akan pergi ke luar negeri setelah mengurus semuanya. 

"Siapa yang melakukan tes sidik jari pada pulpennya?", tanya Ji Hoo.
"Aku yakin Mr. Min", jawab petugas forensik wanita. 
"Bagaimana dengan  tes DNA?", tanya Ji Hoo lagi
"Aku yang melakukannya. Apa ada yang salah?", tanya petugas forensik wanita. 

Ji Hoo menemukan suatu kemungkinan, ia lalu meminta bantuan pada forensik wanita. Bantuan apa kah itu????....


Lanjut ke Sinopsis Incarnatio Of Money Episode 8 Part 2


9 comments:

  1. Aaaa. . . Penasaran bgt. . .
    Eonnie postingan IOM slnjut.a xlo bza cpt y. . .

    ReplyDelete
  2. Kerenn mba nuri..ditunggu part 2'y..
    Semangatt mba ^^9

    ReplyDelete
  3. teingkyuuu mba nuriii ditunggu part 2 nya....

    ReplyDelete
  4. S̤̥̈̊є̲̣̥є̲̣̣̣̥♍ªªªηgªª†̥ mb nuri ditunggu kelanjutannya

    ReplyDelete
  5. Selalu nunggu kelanjutannyaaa ;)

    ReplyDelete
  6. emmm kok nggak ada gambarnya yaa

    ReplyDelete
  7. Sepertinya keadaan akan berbalik, aku yakin Se Kwang akan kalah telak oleh Jaksa Ji Hoo dan Cha Don:|

    Btw sibuk mengungkap kasus terus, kapan Jae In dan Cha Don deketnya?
    Ditambah Cha Don sifatnya agak pemilih gitu, apa nantinya akan seperti 200Pounds beauty, ya kisah romancenya..,
    Interesting-.^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha, Lee Cha Don jaim tuch, karena pernah ngecewain Jae In...

      Delete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)