Chae
Won berdiri di depan pintu gerbang rumah mie. Memandang mie yang terjemur di
luar dengan pandangan sedih, "Aku pulang. Chae Won pulang
kerumah....kakek, nenek...ayah".
Didalam,
keluarga Uhm berkumpul. Nenek mendengar panggilan suara Chae Won dari luar. Hyo
Dong keluar, membuka pintu. Ia bertanya apa yang membawa putrinya datang
kemari. Hyo Dong melihat koper Chae Won, dan langsung mengerti apa yang telah
terjadi. Terdengar suara nenek yang menyuruh mereka berdua untuk masuk.
Keluarga
Uhm menyambut kedatangan Chae Won dengan hangat. Mempersilahkan Chae Won duduk.
Nenek bertanya apa Chae Won datang bersama Chul Goo.
"Kelihatannya
tidak begitu, untuk apa koper itu, Chae Won?", tanya Ki Ok.
Chae
Won menunduk, bicara dengan pelan "saat ini, aku sudah
bercerai".
Semua
terkejut mendengar perkataan Chae Won, "apa bercerai?".
Nenek
ke Hyo Dong : Apa kau sudah mengetahuinya?
Hyo
Dong : Aku tahu bahwa pernikahan mereka tidak berjalan dengan mulus,
sehingga, diperkirakan bahwa pernikahan mereka tidak dapat bertahan. Tapi, aku
baru sekarang mendengar bahwa dia bercerai.
Do
Hee lalu bertanya seberapa banyak tunjangan perceraian yang Chae Won terima. Ki
Moon menegur Do Hee atas perkataannya. Tapi Do Hee berkata tunjangan perceraian
adalah masalah yang penting. Kang Sook membenarkan, pria terkadang
mengalokasikan aset mereka dengan bermacam cara agar terhindar dari pengadilan.
Sehingga, wanita tidak mendapatkan banyak saat mereka diceraikan.
"Diamlah,
kalian menggangguku", bentak nenek pada ke dua menantunya.
Nenek
ke Chae Won : Bagaimana bisa kau membuat keputusan tanpa berdiskusi
terlebih dahulu?.
Do
Hee : Kau jangan bercerai hanya karena kemarahan dan sakit hati sesaat. Kau
harus melihat seluruh aspek dan tuntutan, barulah kau bercerai.
"Menurut
pengalamanku, perceraian bukanlah obat yang mujarab", ucap Kang Sook
keceplosan.
"Pengalaman?",tanya
Do Hee, Ki Moon dan Ki Ok secara bersamaan.
Ki
Choon melotot pada Kang Sook. Kang Sook tersadar, ia beralasan itu adalah
pengalaman yang dia dengar dari salah satu temannya...
Ki
Moon bertanya bagaimana bisa Chae Won memutuskan masalah penting seperti itu
seorang diri.
Nenek
: Apa kita ini semua boneka, belum termasuk Ayahmu?. Bagaimana bisa kau
membuat keputusan penting itu sendirian. Apa kau anak yatim piatu tanpa
keluarga.
"Hentikan
ini. Chae Won pasti tahu yang terbaik baginya. Jangan ikut campur!", ucap
kakek yang langsung membuat semuanya terdiam.
Kakek
ke Chae Won : Beristirahatlah, kau pasti lelah.
Chae
Won mengangkat wajahnya, matanya berkaca-kaca.
Hyo
Dong mengajak Chae Won bicara berdua di halaman belakang. Bertanya apa yang
sebenarnya terjadi. Chae Won meminta maaf, jika ia mengatakan sebelumnya pasti
akan membuat ayahnya bersedih.
"Apa
alasannya. Apa karena ayah?. Karena kebakaran di gudang".
Chae
Won menggeleng, "Tidak! Bukan begitu. Ayah sudah tahu. Sebelum kecelakaan,
aku sudah menyelesaikan semua surat-surat perceraian. Ada usaha untuk
memulainya kembali,
tapi cukup sulit untuk mengubah hati seseorang. Maafkan aku. Aku mencoba melakukan yang terbaik berusaha keras untuk menyelamatkannya, tapi aku tidak berhasil. Ayah, maafkan aku.
tapi cukup sulit untuk mengubah hati seseorang. Maafkan aku. Aku mencoba melakukan yang terbaik berusaha keras untuk menyelamatkannya, tapi aku tidak berhasil. Ayah, maafkan aku.
Hyo
Dong berkata Chae Won tak perlu meminta maaf, karena tidak ada yang perlu
dimaafkan, "Lebih baik bagiku untuk hidup bersama dengan putriku".
Chae
Won menangis, memeluk Hyo Dong, "ayah".
Hyo
Dong mengelus punggung Chae Won, meski ia menangis tapi tak ingin menampakkan
di hapadan putrinya, "Bagus kau kembali pada Ayah. Selalu saja, saat aku
melihatmu disana. Ayah gelisah dan khawatir tentang keadaanmu. Mulai hari ini
dan seterusnya. Ayah bisa tidur tanpa khawatir.
Chul
Goo pulang dalam keadaan mabuk. Young Ja menuntunnya masuk ke kamar,
"Kenapa kau mabuk seperti itu. Aku bisa melihatmu melewati hari semacam
ini.."
"Chae
Won ku", ucap Chul Goo
"Dia
ada di rumahnya, kenapa dia harus ada disini", ucap Young Ja sewot.
"Ah,
benar. Benar. Kami bercerai hari ini. Tapi Ibu, kau berbicara.
Sejak kapan kau mulai bicara?".
Young
Ja membuat alasan, ia berkata setelah melihat Chae Won keluar dari pintu
gerbang, seketika ia bisa bicara lagi. Seperti balon yang meledak. Menuduh
mantan menantunya itu yang menyebabkan penyakitnya hingga membuatnya mengalami
stress berat,
Chul
Goo sama sekali tak curiga, memberi selamat pada Young Ja karena telah bisa
bicara kembali.
"Aku
merasa sakit karena aku tidak bisa berkomunikasi dengan putraku sendiri. Aku
sangat senang, bisa berkomunikasi dengan putrraku, Chul Goo. Meski aku harus
mati sekarang", ucap Young Ja memasang wajah sedih.
Young
Ja mengerti jika saat ini Chul Goo merasa depresi dan kesepian. Bagaimana pun
ia telah hidup bersama Chae Won selama 3 tahun. Tapi dunia ini sangat luas dan
ada begitu banyak wanita. Dia berjanji akan memberikan Chul Goo wanita yang 10
kali, 100 kali, bahkan 1000 kali lebih cantik dan baik hati di bandingkan
dengan Chae Won. Tunggu dan lihatlah saja. Dan menjamin 100% kelak putranya itu
akan berterima kasih padanya karena telah membuatnya bercerai dengan Chae
Won.
Chul
Goo merasa lelah, ia meminta Young Ja untuk meninggalkannya sendiri.
"Ooh,
Ibu mengerti. Ibu mengerti. Tidurlah yang nyenyak", ucap Young Ja dengan
rona wajah bahagia.
Chul
Goo melihat kesekeliling kamarnya yang terasa hampa. Duduk di depan meja rias
yang sering di gunakan Chae Won. Tak ada lagi perlengkapan kosmetik di atas
meja. Meja menjadi kosong dan lenggang. Chul Goo membuka laci, disana
tertinggal jepit rambut milik Chae Won. Jepit rambut yang mengingatkannya
saat pertama kali bertemu dengan Chae Won.
Flashback
3 tahun lalu.
Chul
Goo masuk ke dalam lift. Pintu lift hampir tertutup. Seorang wanita menahan
pintu lift menggunakan tasnya. Pintu lift terbuka. Kita lihat Chae Won dengan
senyum cerianya. Pandangan pertama, telah mampu membuat Chul Goo terpana.
Keduanya
lalu menekan nomor tombol lantai yang sama. Chul Goo terlihat jaim.
"Kau
disini pasti untuk wawancara kerja?", tanya Chae Won pada Chul Goo.
"Ah,
ya", jawab Chul Goo.
Dengan
nada bicara ceria Chae Won berkata begitu sulit mendapatkan pekerjaan akhir-akhir
ini. Hari ini adalah wawancaranya yang ke-20 kali, "bagaimana
denganmu?", tanyanya.
"ini
yang pertama kalinya?", jawab Chul Goo
Chae
Won terkejut, "benarkah?. Ini wawancara pertamamu?. Wow... kau pasti
gugup. Aku dulu benar-benar gugup saat pertama kali wawancara meski sekarang
aku mempunyai sedikit pengalaman. Kau tidak gugup?".
"Ya...sedikit
gugup karena ini yang pertama", jawab Chul Goo lagi.
Chae
Won memberikan cheongsimhwan (pil penenang) pada Chul Goo.
Chul
Goo mengucapkan terima kasih, tak menyangkan Chae Won akan mempersiapkan hal
semacam itu.
"itu
harus", ucap Chae Won dengan wajah ceria.
Chul
Goo membuka bungkus, dan ingin memakannya.
Chae
Won menahan, " Oh..!! Tunggu . Oh! Aku tadi baik-baik saja, tapi .
Oh... tiba-tiba, jantungku berdebar-debar. Kita berbagi
setengah-setengah.
Chul
Goo tidak mau, "Karena ini wawancara pertamaku. Aku menginginkan semuanya
untukku.
Chae
Won : Itu tadinya punyaku"
Chul
Goo tak peduli, langsung melahap semuanya, "Aku berjanji. Aku akan
membalasnya".
Pintu
lit terbuka, Chul Goo keluar lebih dulu. Chae Won masih berusaha memenangkan
debaran jantungnya, "oh ya ampun. Orang aneh".
Chae
Won masuk keruang interview, bersama para pelamar lain. Ia terkejut
melihat pria yang ia temui di lift kini duduk dibangku deretan pewawancara.
Chul
Goo tersenyum, melambaikan tangan pada Chae Won "Hari ini pengalamanku
yang pertama sebagai pewawancara. Aku merasa tenang berkat pilmu. Terima kasih.
"kau
bicara apa?", tanya Young Ja yang duduk di sebelahnya.
"Ah,
ya! Tidak ada apa-apa, Presdir", jawab Chul Goo. Tersenyum menatap
Chae Won.
Chul
Goo memegang jepit rambut Chae Won, memanggil namanya berkali-kali. Duduk
bersandar di tepi ranjang, menangis tanpa bersuara. Chul Goo tersenyum saat
pertama kali bertemu dengan Chae Won, tapi kini Chul Goo menangisi kepergian
wanita yang masih ia cintai itu.
Berbeda
dengan Young Ja yang sangat amat bahagia, karena berhasil memisahkan Chae Won
dengan Chul Goo. Ia Melepaskan raga gembiranya dengan berendam di bath tub,
meminum wine, menyanyikan lagu kebebasan.
Young
Ja tertawa, "Bertarung dengannya yang terlihat seperti karet elastis yang
tahan lama.
Kau,
Young Ja, sudah begitu banyak menderita. Mulai sekarang, cari wanita yang
sesuai dengan level kita, harus elegan, derajat yang tinggi. Mari kita hidup
tanpa ada perkelahian. Cheers.
Ki
Ok berbagi kamar dengan Chae Won. Chae Won meminta maaf, karena kehadiran
dirinya membuat Ki Ok harus rela berbagi kamar dengannya diruangan yang sekecil
ini.
"Tidak
sama sekali. Apa kau orang asing?", kata Ki Ok.
"terima
kasih", ucap Chae Won.
Ki
Ok berkata, jika ia berhasil mendapat warisan 10 milyar dari kakek. Ia berjanji
akan membelikan Chae Won aparteman seluas 1200 meter persegi, "Ayo bekerja
keras setahun ini".
Chae
Won tersenyum. Ki Ok memuji keponakannya itu yang terlihat lebih cantik jika
tersenyum seperti sekarang ini.
Ki
Ok meraih tangan Chae Won, "Yang kuat. Fighting. Istirahatlah, aku mau
mandi. Kita harus bergiliran untuk mandi karena ada begitu banyak anggota keluarga".
Chae
Won melihat boneka kucing yang tergantung di kopernya. Tersenyum, teringat
perkataan Se Yoon tadi siang, " Saat kau di luar negeri, dan ada
sesuatu yang mengganggumu. Jangan menderita sendirian. Biarkan dia mengambil
semua kecemasanmu, dan tersenyumlah".
Se
Yoon dan Chae Won kembali ke perusahaan, setelah meninjau pabrik. Di tengah
perjalanan mobil Se Yoon mogok.
Joo
Ri : Prediksi bahwa ini akan jadi tahun terdingin, ternyata itu bukan gurauan.
Joo Ri bersin. Se Yoon bergerak melepas jaket.
Joo Ri bersin. Se Yoon bergerak melepas jaket.
"tunggu", ucap Joo Ri, lalu bersandar pada bahu Se Yoon.
Se
Yoon tetap bergerak melepas jaket, memberikannya pada Joo Ri, "aku baik-baik saja, jika bersandar seperti tadi", ucap Joo Ri.
"ambillah ini
kau bisa kedinginan", kata Se Yoon.
"apa
aku begitu mengganggu. Tak apa, aku tidak akan bersandar padamu. Ambillah. Kau bisa kedinginan", kata Joo Ri merajuk, mengembalikan kembali jaket
Se Yoon.
Se Yoon : Tak apa! Tak perlu keberatan dan ambillah
Joo Ri : aku yang keberatan
Se
Yoon merasa tak enak hati, perlahan tangannya meraih bahu Joo Ri. Membiarkan Joo Ri
bersandar di bahunya.
Joo
Ri tersenyum kesenangan " Terima kasih. Aku tidak pernah tahu kalau kau
begitu hangat. Begitu hangat. Kuharap tukang servis nya datang terlambat.
Haruskah aku menelpon mereka agar tidak datang?"
"berhenti
bercanda", ucap Se Yoon
"aku
tidak bercanda", ucap Joo Ri, menatap Se Yoon dengan penuh perasaan.
Se
Yoon merasa canggung, berpaling menghindari kontak mata dengan Joo Ri.
(Dasar Joo Ri, cari kesempatan)
Hyo
Dong minum-minum di Opera Cafe karena sedih dengan perceraian Chae Won. Choon
Hee merasa sedih mendengarnya.
Hyo
Dong : Putriku kehilangan ibunya saat dia masih kecil. Dia tumbuh tanpa adanya kasih
sayang seorang ibu. Aku benar-benar berharap bahwa dia akan mendapatkan ibu
mertua yang hangat, untuk mengantikan kasih sayang yang hilang dari seorang
ibu. Bagaimana bisa dia mendapat ibu mertua yang paling buruk. Chae Won begitu
menyedihkan. Apa yang harus kulakukan?".
Choon
Hee : Tapi dia memiliki seorang Ayah seperti dirimu, Oppa. Kau penuh
perhatian dan bisa dipercaya dan akan melakukan semuanya demi putrimu. Tetaplah
tegar demi dia dan jangan khawatir.
Hyo
Dong merasa buruk menjadi seorang ayah yang tidak punya kekayaan, tidak
berpendidikan. Seorang ayah yang tidak berharga baginya dan tidak bisa
melakukan apa-apa. Ayah yang tidak berguna untuk bagi Chae Won. Hyo Dong
tertidur setelah mengatakannya.
Choon
Hee keberatan memapah Hyo Dong keluar dari tempatnya.
Kang
Jin muncul, "Oh ya ampun. Jadi kalian berdua menunjukkan hubungan kalian
dan saling bersentuhan di depan umum sekarang".
"Di
matamu, apa ini terlihat seperti prilaku orang sedang berkasih-kasih?. Aku
sedang membantu orang yang mabuk", ucap Choon Hee menjelaskan.
Kang
Jin melihat nenek berjalan pelan menuju opera cafe, "Ibu mertuanya akan
pingsan jika melihat ini".
Choon
Hee : Bagaimana bisa ibu mertuanya yang ada di rumah bisa melihat ini?
"Dia
sedang berjalan ke arah sini", ucap Kang Jin menunjuk nenek.
Choon
Hee tak percaya,"Kau mencoba menipu Hyo Dong yang polos dengan kebohongan
begitu. Kau pikir aku akan tertipu?".
"aku
tidak bohong, ini kenyataan", ucap Kang Jin lagi.
"Tolong
diamlah", kata Choon Hee kesal.
Kang
Jin berteriak, "ibu".
Terdengar
suara nenek, " Siapa di sana?. Apa kau oppa rumah atap?".
Choon
Hee panik mendengar suara nenek. "lihatlah, aku tidak berbohong",
kata Kang Jin. Choon Hee meminta Kang Jin untuk membantunya kali ini. Sebagai
imbalannya ia akan memberi 10 kaleng bir. Kang Jin merasa itu terlalu sedikit,
ia lalu meminta 20 kaleng bir. Choon Hee kesal, tapi dia tak punya waktu untuk
berdebat. Mengikuti permintaan Kang Jin, bersembunyi di tangga.
Nenek
merasa heran, bagaimana bisa menantunya bersama dengan Kang Jin saat ini, dalam
keadaan mabuk, "Dia tidak minum di tempat wanita itu, iya kan?. Banyak
yang terjadi di rumahku aku tidak melihatnya dan kemudian aku mencarinya.
Kang
Jin bilang secara kebetulan, ia bertemu dengan Hyo Dong di bar lain. Tak tahu
kenapa Hyo Dong mabuk seperti ini meski dia tidak minum banyak.
Nenek
merasa lega, "Bisakah kau membawa menantuku pulang?. Aku mengalami malam
yang melelahkan. Kakiku tidak kuat".
"tentu
saja ibu. ayo pergi", sahut Kang Jin.
Choon
Hee menarik napas lega setelah mereka pergi, hampir saja ia terlibat masalah
dengan nenek.
Chae
Won berdiri di luar, menanti kepulangan Hyo Dong. Ia begitu panik melihat
ayahnya pulang dalam keadaan mabuk. Nenek meminta Chae Won untuk membawa Hyo
Dong masuk ke rumah. Nenek menangis, melihat punggung Chae Won dan Hyo Dong.
Kang Jin bertanya apa ada masalah karena wajah nenek terlihat pucat.
Nenek
bicara dengan berlinangan air mata, "Cucuku kehilangan ibunya saat masih
kecil, dan hidup dengan prihatin. Tapi dia bercerai. Putri pertamaku pastilah
menangis di surga. Hanya memikirkan hal itu saja membuatku ingin menangis.
Kang
Jin menghapus air mata nenek menggunakan sapu tangan miliknya, "Ibu,
tenanglah. Jangan menangis".
Do
Hee keluar rumah, shock melihat ibu mertuanya bersama pria lain, "Siapa
orang itu?".
Kang
Jin memeluk nenek, "Ibu, kau harus kuat. Di saat seperti ini kau harus
ekstra sadar", ucap Kang Jin menenangkan.
Do
Hee meloncat terkejut, dengan ekspresi yang lucu "Aigo, benar-benar. Dari
mana germo itu datang?, Ibu..mertua".
Chae
Won membaringkan ayahnya di kamar. Memperhatikan wajah ayahnya yang tertidur,
Chae Won terisak, "Maafkan aku, Ayah. Aku benar-benar minta maaf karena
sudah mengecewakan ayah".
Chul
Goo menatap langit-langit dengan pandangan kosong. Young Ja masuk membawa air
madu, mulai mengomel, "Aigoo. Apa kau satu-satunya orang yang bercerai?.
Berdiam diri saja. Kenapa kau masih berbaring disini?. Kau tidak pergi ke
kantor?".
Chul
Goo merasa bosan, tidak ada mood untuk pergi ke kantor.
Young
Ja berteriak, "Anak ini. Apa kau pikir kantor itu tempat bermain-main.
Pergi ke kantor sesuai dengan mood?".
Chul Goo mengacak rambutnya, "ah, akutidak tahu". Kembali berbaring di kasur.
Young Ja memukul Chul Goo, " Aigo! Aigo. Bahkan jika aku mendapat labu dari ladang. Itu tidak akan menyusahkan seperti dirimu sekarang. Lihat bagaimana kau selalu membuatku kesal. Apa kau ingin Ibumu pingsan dan tidak bisa bicara lagi?. Kau mau melihatku menggigit lidahku dan mati disini?".
Dengan berat hati, Chul Goo bangun.
Hyo Dong mengajak Chae Won pergi ke makam ibu Chae Won, "ibu. aku disini. sudah lama aku tak datang, maafkan aku".
Chae Won menuangkan kopi kesukaan ibunya. Hyo Dong bicara, "Karena hari ini dingin,
Kopinya manis dan enak. Chae Won kembali ke rumah kemarin malam. Jadi kupikir aku harus memberitahumu, jadi kami datang kemari pagi-pagi".
Kopinya manis dan enak. Chae Won kembali ke rumah kemarin malam. Jadi kupikir aku harus memberitahumu, jadi kami datang kemari pagi-pagi".
Chae Won menangis, "Maafkan aku tidak bisa menunjukkan padamu kalau aku hidup bahagia".
Hyo Dong : Apa yang harus dimaafkan. Meskipun kau mengalami hal yang tidak beruntung,
kau tidak perlu minta maaf. Ibumu akan mengerti dari surga. Tentu saja dia pastilah akan mengerti. Kau menangis di depan Ibumu untuk terakhir kalinya, mengerti?. Kau tidak boleh menangis lagi setelah ini. Kau hanya boleh menangis hari ini.
kau tidak perlu minta maaf. Ibumu akan mengerti dari surga. Tentu saja dia pastilah akan mengerti. Kau menangis di depan Ibumu untuk terakhir kalinya, mengerti?. Kau tidak boleh menangis lagi setelah ini. Kau hanya boleh menangis hari ini.
Chae Won mengangguk, "ya, ayah".
Hyo Dong berkata dalam hati, "Istriku, maafkan aku ku tidak bisa membuat putri kita hidup bahagia dan aku tidak bisa menjaga hatiku untukmu sampai akhir. Banyak hal yang harus aku mintai maaf darimu. Maafkan aku. Maafkan aku".
Setelah pulang dari makam, Chae Won menemui kakek di pabrik mie, "Apa kau tidur nyenyak, Kakek?".
Kakek tersenyum, "ya. Semalam adalah malam pertama setelah kau kembali ke rumah. Apa kau bermimpi indah?".
Chae Won berkata, ia baru pulang dari makam ibunya bersama Hyo Dong. Ia juga meminta maaf karena telah mengecewakan kakek dengan perceraiannya.
"Aku bukanlah orang tua yang kolot. Di masyarakat saat ini, bukanlah dosa besar jika bercerai dan yang lebih penting. Jika kau sudah membuat keputusan ini pastilah ada alasannya. Kupikir begitu", ucap kakek bijaksana.
"Aku bukanlah orang tua yang kolot. Di masyarakat saat ini, bukanlah dosa besar jika bercerai dan yang lebih penting. Jika kau sudah membuat keputusan ini pastilah ada alasannya. Kupikir begitu", ucap kakek bijaksana.
Chae Won menunduk sedih.
Kang Sook muncul di depan pintu. Kakek berharap Chae Won bersedia mewarisi pabrik mie. Karena sejak kecil kakek telah memperhatikan Chae Won, dan lagi....
"ayah...."panggil Kang Sook berteriak, memutus ucapan kakek...
Kakek dan Chae Won menoleh dengan wajah bingung. Dengan suara pelan, Kang Sook mengajak kakek dan Chae Won untuk sarapan.
"baiklah", sahut kakek kesal.
Nenek bersama Do Hee dan Ki Ok menyiapakan sarapan. Do Hee memandang nenek dengan tatapan curiga, teringat kejadian semalam. Berprasangka ibu mertuanya ini memiliki pria idaman lain. Nenek merasa aneh dengan sikap Do Hee, "Ada apa? Apa yang membuatmu ingin mengatakan sesuatu lalu tidak jadi?. Jika kau ingin mengatakan sesuatu,
katakan saja. Apa?
katakan saja. Apa?
Do Hee menggeleng, "oh..tidak ada, tidak ada".
Kang Sook masuk kerumah dengan terburu-buru. Berdiri di depan pintu dapur, mengajak Do Hee dan Ki Ok bicara di halaman belakang. Do Hee bertanya ada masalah apa.
Kang Sook : Ada masalah besar. Kita ada masalah, kurasa Ayah ingin menyerahkan pabrik mie ini kepada Chae Won. Aku baru saja mendengar percakapan mereka dan Ayah bertanya pada Chae Won apa ia mau mewarisi pabrik mie ini.
Do Hee menggeleng, "ayah tidak boleh melakukan ini".
Ki Ok membenarkan, "Tentu saja. Jika dia melakukannya sebelum kompetisi, ini curang".
Lanjut Ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 14 Part 2
Wahh keren tingkat bdaii
ReplyDeletesmoga bsok pagi bgun bobok nemuain part 2 nya :-D
trims sinopnya
mantap, thx m'nuri atas requestnya....jaga kesehatan juga
ReplyDeletewaaah, udah kluar sinopnya mkasih unni, seru seru .. Semangat terus.. Fighting !!
ReplyDeletewaaah, udah kluar sinopnya mkasih unni, seru seru .. Semangat terus.. Fighting !!
ReplyDeletewah,,udah keluar lagi sinopnya...di blog dunia mei udah ampir eps 20 lebih yah mb ? cuman ga ada gbrnya....skrg nih sy tiap hr buka blog mb Nuri...nungguin.,,,siapa tau ada sinop baru...oh yah mb, ditg sinop the virus yah...btw, tyengkyu dah bekerja keras buat sinop2 ini....fighting...
ReplyDeletesan
wahh makasih sinopsisnya moga2 cepet lanjuttt ya
ReplyDeleteWah.......seruuuu...dituggu kelanjutannya ya
ReplyDeleteCeritanya makin bikin penasaran dan sinopsisnya kerennnn.....
ReplyDeleteSiip
ReplyDelete