Gu Shik menerangkan hasil investigasi. Berdasarkan hasil rekaman CCTV pada hari pembunuhan. Kwang Soo di pastikan berada di Taeyang Hotel, tapi dia pergi selama satu jam. Dalam waktu satu jam itu, mustahil jika Kwang Soo melakukan perjalanan pulang pergi dari Hotel Taeyang ke Hwanghae Bank untuk melakukan pembunuhan. Terutama jika lalu lintas macet, akan sangat tidak masuk akal.
Ji Hoo yakin itu hanyalah alibi palsu yang dibuat Kwang Soo. Gu Shik setuju hal itu, pertanyaannya sekarang, bagaimana cara mematahkan alibi palsu itu. Ji Hoo menoleh ke Cha Don, bertanya apa yang Cha Don temukan di laptop milik Kwang Soo.
Cha Don tidak menemukan sesuatu yang special di dalam laptop Kwang Soo. Hanya foto-foto biasa. tidak ada yang special. Gu Shik merasa tak akan pernah bisa mematahkan alibi palsu Kwang Soo. Cha Don berguman sepertinya ada sesuatu yang diketahui Se Kwang.
Cha Don teringat gerak bibir Se Kwang saat bicara dengan Kwang Soo di ruang interogasi. Ia mencoba mengingat, menuliskan beberapa suku kata yang terasa mirip. Cha Don menggaruk kepala, Gu Shik mencoba membantu menyebutkan suku kata lain, lalu tertawa.
"Astaga, kalian mengacaukannya", bentak Cha Don kesal
"Apa mungkin kau bisa menemukannya dengan membaca gerakan bibirnya?. Kenapa Jaksa Ji merahasiakannya dari kita jika dia tahu kebenaran soal alibinya?", ucap Gu Shi kemudian.
"berhasil jika Gong Jae In menelepon kita sekarang", balas Ji Hoo.
Ponsel Cha Don berdering, dari Jae In. Cha Don bertanya dimana Jae In sekarang, ia akan segera pergi menemui Jae In. Jae In mengajak Cha Don bertemu di cafe di pusat kota.
Jae In menutup telepon. Dokter bedah plastik mengatakan Jae In mengalam efek diet yo-yo. Sebelum melakukan perawatan wajah, Jae In ingin spa lebih dulu. Pijitan lembut petugas spa membuat pikiran Jae In tenang.
Jae In berimajinasi. Mengkhayal Cha Don menunggu dirinya dibawah guyuran hujan salju memegang karangan bunga. Dengan gigi bergemeletuk karena kedinginan, Cha Don mengaku bersalah, memohon agar Jae In bersedia kembali padanya. Cha Don juga bilang ia tak bisa hidup tanpa Jae In. Dan dalam imajinasinya, Jae In menyuruh Cha Don untuk mati saja. Dan meninggalkan Cha Don yang putus asa dan kedinginan di luar rumah.
Jae In masih tertawa membayangkan imajinasinya saat ia berada di cafe. Tawa Jae In terhenti saat melihat Cha Don masuk ke cafe. Cha Don celingak celinguk mencari sosok Jae In yang ia kenal berbadan gemuk. Ia sama sekali tak tahu, wanita yang ia cari duduk di depannya.
Cha Don merasa tidak asing, dengan wanita yang duduk di depannya, "Tunggu, bukankah kita pernah bertemu di suatu tempat sebelumnya?. Club, Ya. Kita bertemu di klub".
Cha Don lalu duduk di hadapan Jae In, " Wow, betapa kecilnya dunia ini. Kenapa kau di sini. Apa kau... sedang menunggu pacarmu?",
Jae In menggeleng, tersenyum. Cha Don memuji Jae In terlihat sangat cantik saat tersenyum, "Karena tidak mudah untuk bertemu denganmu lagi, maka aku akan menuliskan nomor teleponku".
"Bukankah kau ke sini untuk menemui pacarmu?", tanya Jae In balik.
"Pacar. Tidak mungkin. Ingat penjahat kejam yang kutunjukkan padamu terakhir kali. Senjata berjalan itu. Aku sedang menemuinya sebagai bagian dari tugasku. Jangan salah paham. Ini nomor teleponku", ucap Cha Don mengedipkan mata. Lalu berdiri.
Jae In tentu saja kesal mendengar Cha Don mengatatainya "kejam dan brutal". Ia mengambil ponselnya, menelpon Cha Don.
"Kau dimana? Apa kau di sini?", tanya Cha Don
"Tepat di depanmu", jawab Jae In
"Di depanku", tanya Cha Don balik.
Jae In marah, "Apa? Penjahat kejam? Senjata berjalan?".
Cha Don terkejut, menjatuhkan ponselnya, "bagaimana ini bisa terjadi?. Kalau begitu... kali ini, ini kau Jae In...?", tanyanya tak percaya.
Jae In melepaskan jaketnya, mengibaskan rambut, melihatkan tubuh indahnya pada Cha Don "Ya. ini aku. Apa kau gila karena aku sangat cantik. Katakan saja kalau aku cantik. Maka mungkin aku akan memaafkan apa yang sudah kau lakukan", ucap Jae In dalam hati.
Cha Don memandang Jae In takjub, "Kapan operasi plastik di Korea maju seperti ini?. Astaga, kau benar-benar orang yang berbeda. Seluruh tubuh. Berapa biayanya? Berapa?".
Jae In merasa malu, "Aku tidak melakukan operasi plastik. Aku hanya menurunkan berat badanku".
Cha Don tentu saja tak percaya, "Omong kosong! Kau melakukannya pada matamu, hidungmu, mulutmu, semuanya, bahkan....".
"Pulpen atau tidak, aku tidak mau melakukannya. Lakukan saja sendiri", ucap Jae In mengambil jaket, berjalan keluar cafe.
"Tunggu, Nona Jae In", ucap Cha Don menahan Jae In untuk tidak pergi.
Tepat saat itu Ji Hoo masuk ke dalam cafe, memperkenalkan diri sebagai Jaksa tim khusus 1 pada Jae In.
Jae In ke Cha Don : kau disini dengannya?
Ji Hoo : Aku sudah mendengar apa yang terjadi pada kalian berdua. Aku akan minta maaf atas tindakannya sebagai kepala timnya.
Ji Hoo menundukkan kepala, meminta maaf pada Jae In, "Apa yang kau lakukan?. Bukankah seharusnya kau minta maaf?", ucap Ji Hoo pada Cha Don.
Cha Don mengikuti perintah Ji Hoo, menundukkan kepala memohon kepada Jae In untuk memaafkannya.
Pemintaan maaf Cha Don barusan, membuat hati Jae In luluh. Ia bersedia memberikan pulpen milik Kwang Tae pada Ji Hoo. Ji Hoo meminta Jae In untuk menjadi saksi pada persidangan. Jae In merasa keberatan , ia tak ingin terlibat dalam masalah rumit ini.
"Park Kwang Tae adalah bosmu, kan?. Apa kau tidak menyesal dengan kematian
rekan kerjamu?", tanya Ji Hoo.
rekan kerjamu?", tanya Ji Hoo.
Jae In memastikan bahwa dirinya tidak menyesal dengan kematian Kwang Tae, karena merasa di kucilkan saat bekerja di Hwanghae Bank.
Jae In pergi setelah merasa tak ada lagi yang perlu ia katakan. Ji Hoo menyuruh Cha Don untuk mengikutinya. Jeong Hae Ryong mungkin akan berusaha untuk menyakiti Jae In. Sampai sidang di gelar Cha Don bertugas melindungi Jae In.
"Suruh saja Kepala Bagian Yang Gu Shik, kenapa kau menyuruhku melakukannya?", ucap Cha Don menolak.
Ji Hoo membentak, "Apa kau tidak mau mengikutinya?".
Cha Don menyusul Jae In setelah mendengar bentakan Ji Hoo.
Benar dugaan Ji Hoo, seorang mata-mata suruhan Hae Ryong, duduk di pojok cafe mendengarkan percakapan mereka sejak tadi.
Chung Rok Literary Society memberikan dana ke rumah tahanan. Mantan walikota Hae Ryong memberikan nada secara simbolis pada kepala penjara. Dalam acara itu terlihat juga wartawan Go sebagai pembawa acara, pengacara Hwang sebagai pendamping Hae Ryong. Ny. Bok dan juga juga Pal Do. Acara penyerahan dana ini dihadiri oleh seluruh tahanan, kecuali Gi Soon.
Bi Ryung melirik kesal mendengar wartawan Go memanggilnya dengan nama Bi Ryung. Wartawan Go lalu mengoreksi ucapannya, memanggil Bi Ryung dengan nama Angelina.
Bi Ryung berjalan menuju podium di iringi dengan tepukan. Ny. Bok melihat Bi Ryung dengan wajah tak bersahabat. Jelas sekali, Ny. Bok merasa tidak suka dengan keterlibatan Bi Ryung di organisasi miliknya.
Bi Ryung berjalan menuju podium di iringi dengan tepukan. Ny. Bok melihat Bi Ryung dengan wajah tak bersahabat. Jelas sekali, Ny. Bok merasa tidak suka dengan keterlibatan Bi Ryung di organisasi miliknya.
Bi Ryung sedikit berbasa-basi sebelum membacakan puisi, "Suatu kehormatan besar bagiku karena diundang ke acara berarti seperti ini. Meskipun ini memalukan, aku akan membacakan puisiku sendiri. Judul Air mata perpisahan, Oleh Angelina Silver (Eun = silver).
"Hei, bukankah itu lirik dari sebuah lagu?", tanya Ny. Bok pada Pal Do
"Tidak mungkin. Siapa yang menyalin lirik lagu di tempat seperti ini?", jawab Pal Do.
Ny. Bok merasa curiga, ia lalu mendendangkan lirik dari sebuah lagu dengan suara pelan. Lirik lagu yang dinyanyikan Ny. Bok, sama persis dengan puisi yang Bi Ryung bacakan.
Tak hanya Ny. Bok yang mengetahuinya. Para tahanan yang semula diam, mulai berkasak-kusuk karena mengetahui Bi Ryung hanya mencontek.
Ny. Bok : Memalukan sekali, menyalin kata-kata dari sebuah lagu.
Bi Ryung masih membaca puisi saat sipir penjara membawa Gi Soon masuk ke aula. Gi Soon terlihat tenang, tapi emosinya kembali naik saat melihat Bi Ryung berdiri di depan podium. Wartawan Go tersenyum tertahan melihat kebodohan Bi Ryung. Senyumnya menghilang saat melihat Gi Soon menatap Bi Ryung dengan penuh amarah.
Gi Soon berlari naik ke atas panggung. Semua orang yang berada di atas panggung terkejut melihat kehadiran Gi Soon. Terlebih Bi Ryung, bola matanya seperti akan keluar melihat Gi Soon berdiri di hadapannya.
Gi Soon berteriak dengan penuh kemarahan, " Eun Bi Ryeong. Semoga Tuhan menghukummu dengan petir".
Gi Soon menyerang Bi Ryung, menjambak rambutnya tanpa ampun., "Kau pembunuh suamiku. Kau membunuhnya. Cari putraku. Cari Kang Seok-ku dan kembalikan padaku.
Bi Ryung berteriak kesakitan, beruntung baginya karena sipir penjara segera mengamankan Gi Soon. Gi Soon memberontak, ia terus berteriak meminta Bi Ryung untuk mengembalikan Kang Soek. Sipir penjara membawa Gi Soon kembali ke sel. Bi Ryung gemetaran, sudah sepantasnya ia merasa ketakutan.
Jae In memilih tinggal di hotel, Cha Don mengikutinya sesuai dengan perintah Ji Hoo. Jae In kesal karena di ikutin Cha Don, ia menegaskan sekali lagi bahwa ia tak bersedia menjadi saksi. Cha Don memberitahu Jae In bahwa saat ini banyak orang yang mengincar dirinya. Jae In tak percaya, menuduh Cha Don berusaha untuk menipunya lagi.
Cha Don mengetuk pintu, "Nona Jae In. Buka pintunya. Tugasku adalah melindungimu. Aku pasti punya hubungan buruk di kehidupanku sebelumnya", ucap Cha Don kesal.
Bukan Cha Don namanya jika menyerah, ia tetap mengetuk pintu memanggil nama Jae In.
Mata-mata Hae Ryong berjalan di koridor kamar melewati Cha Don. Menyamar menjadi petugas engineering.
Setelah penyerangan yang ia alami di rumah tahanan. Bi Ryung mencoba menenangkan dirinya dengan minum soju tanpa henti. Hae Ryong meminta Bi Ryung berhenti, karena hal itu tak baik bagi kesehatannya. Bi Ryung tak peduli, ia hanya ingin minum saat ini.
Ny. Bok menatap Bi Ryung curiga, "Tapi dari semua orang yang dipilih anjing gila itu, kenapa Angelina yang digigit?
Ny. Bok menggeleng, "Aku tak bermaksud begitu". Aku bilang dia seperti musuhnya, Pak Hae Ryong?.
Hae Ryong berkata Ny. Bok tak bermaksud begitu. Ia menyuruh Bi Ryung untuk menutup mulut dan meneruskan minumnya.
Ponsel Ny. Bok berdering, dari Jae In. Ny. Bok bertanya kenapa Jae In belum pulang. Jae In balik bertanya, "Apa saat ini ibu sedang mengkhawatirkanku?".
Ny. Bok berkata jika Jae In masih bertubuh gemuk seperti dulu, maka ia tidak perlu merasa khawatir. Jae In bilang malam ini tidak akan pulang ke rumah, ia juga minta pada ibunya untuk merahasiakan stastusnya sebagai putri Ny. Bok. Ny. Bok mengerti, menutup telepon.
Pengacara Hwang mendapatkan laporan dari mata-mata, bahwa saat ini jaksa Ji Hoo sedang mengikuti Jae In. Tak itu saja, bahkan Jaksa Ji Hoo juga akan menghadirkan Jae In sebagai saksi. Hae Ryong meminta pengacara Hwang untuk segera mengurus hal ini.
Hae Ryong langsung menutup telepon. Lalu mengajak Ny. Bok untuk bersulang.
Ji Hoo menyerahkan pulpen Kwang Tae pada petugas foreksi. Untuk memeriksa DNA pada darah tersangka yang ada di ujung pulpen. Petugas forensik bertanya kapan Ji Hoo membutuhkan hasilnya. Ji Hoo menjawab secepatnya.
"Ya, tolong urus semuanya", ucap Se Kwang memutus pembicaraan.
Semenit kemudian, Se Kwang menerima panggilan masuk dari Bi Ryung. Bi Ryung minta Se Kwang menemuinya saat ini ada hal penting yang ingin ia sampaikan. Se Kwang menolak, tak ada urusan yang perlu ia bicarakan. Ia juga minta Bi Ryung untuk tidak mengganggunya lagi.
Seorang pria mencoba merayu Bi Ryung, "Apa kau sendirian?. Aku sudah melihatmu dari tadi dan tampaknya kau sendirian".
"Menyingkirlah, sialan", teriak Bi Ryung, yang langsung membuat pria itu menyingkir.
Bi Ryung gelisah, melihat daftar kontak di ponsel. Ia butuh seseorang untuk diajak bicara.
Jaksa Kwon datang ke bar saat Bi Ryung setengah mabuk. Bi Ryung bercerita bahwa tadi siang ia bertemu dengan Park Gi Soon di penjara, " Wanita itu datang mengejarku, memanggilku pembunuh".
Jaksa Kwon berkata saat Gi Soon masuk penjara dia sehat, tapi sekarang dia setengah gila. Karena itu tak ada yang perlu Bi Ryung khawatirkan.
"Apa kau tahu kalau Park Gi Soon akan keluar karena pembebasan bersyarat?. Kurasa kau tidak tahu", ucap Bi Ryung.
Jaksa Kwon berkata itu tidak mungkin. Bi Ryung mengetahuinya dari kepala penjara, jaksa yang bertugas menunda tinjauan pembebasan bersyaratnya. Jaksa Kwon akan mencari tahu dari Se Kwang. Ia lalu bertanya apa hubungan Bi Ryung dengan Hae Ryong, "Kelihatannya ini bukan sebuah perselingkuhan. Hubungan bisnismu tampak sangat intim".
Bi Ryung diam, tak menjawab pertanyaan jaksa Kwon.
Gu Shik datang, "Seharusnya kau mengawasinya sendirian. Kenapa kau menyuruhku ke sini?".
"Apa aku tidak boleh ke kamar mandi atau makan?", tanya Cha Don
Gu Shik duduk disamping Cha Don, "Kudengar Gong Jae In berubah menjadi sangat cantik", tanya Gu Shik penasaran
Cha Don : Cantik apanya. Dia merubah semuanya.
Gu Shik : Hal itu tidak penting, selama dia terlihat cantik sekarang.
Gu Shik : Hal itu tidak penting, selama dia terlihat cantik sekarang.
Cha Don : Saat aku tinggal di panti asuhan dulu, aku menyukai roti yang dijual didepan gedung. Tapi suatu hari, saat aku melihat mereka membuat adonannya, aku melihat pemiliknya meludahi seluruh telapak tangannya. Sejak saat itu, tidak peduli betapa lezatnya
roti kukus mereka, aku tidak memakannya. Karena itu sangat menjijikkan.
Gu Shik : Apa dimatamu, Gong Jae In tak pernah terlihat cantik?
Cha Don : Apa aku gila?. Kalau dia terlihat cantik di depan mataku
Jae In menempelkan kupingnya di pintu, menguping pembicaraan mereka, "apa dia ingin mati. Beraninya dia membandingkanku dengan roti kukus".
Jae In melompat ke atas tempat tidur, membayangkan saat Kang Seok muda menyebutnya "si gendut jelek".
Jae In berteriak, "Sangat menjengkelkan. Aku kesal sampai mati. Bagaimana bisa aku membalaskan dendamku padanya?".
Cha Don mendapat ide, ia meminta Gu Shik untuk memakai masker dan berpura-pura menjadi penculik. Saat itulah ia muncul sebagai kesatria. Yang perlu Gu Shik lakukan hanyalah melarikan diri. Jae In yang ketakutan pasti akan meminta pertolongan pada Cha Don. Gu Shik tampak setuju, "itu strategi yang bagus".
Room service datang membawakan 2 gelas juice. Gu Shik mengira, Jae In yang memesannya untuk mereka. Dalam satu kali tegukan, Gu Shik meminum habis juice miliknya. Cha Don merasa curiga dan waspada, ia sama sekali tidak meminum juice. Cha Don mengajak Gu Shik bicara di tempat lain.
Mata-mata kiriman Hae Ryong mengintip dari balik dinding. Sebelumnya dia telah menaburkan obat pencuci perut kedalam juice yang diantar room service.
Cha Don membawa Gu Shik masuk ke pantry hotel. Gu Shik bertanya bagaimana dengan kuncinya. Cha Don menunjukkan kunci cadangan yang dia dapat dari petugas cleaning service.
"sekarang kita latihan dulu", ajak Cha Don.
Setelah melatih gerakan pukulan mereka, Gu Shik merasa haus. Meminum habis juice milik Cha Don.
Jaksa Kwon bertemu dengan Se Kwang. Ia memberitahu Se Kwang tentang kasus pembebasan bersyarat Gi Soon yang ditangguhkan. Se Kwang tak menyangka Ji Hoo akan melakukannya. Jaksa Kwon berkata, bukan Ji Hoo melakukannya tapi jaksa magang Lee Cha Don. Dia meminta catatan persidangan, dan bahkan meminta salah satu detektif untuk mencari Kang Seok.
Undang-undang pembatasan kasus Gi Soon belum berakhir. Semuanya akan menjadi kacau, jika Gi Soon bebas. Se Kwang berkata ia akan pergi sendiri menemui Gi Soon. Jaksa Kwon menyetujui hal itu. Tak peduli bagaimana sibuknya, Se Kwang lah orang yang harus mengurusnya.
Gu Shik berdiri di depan pintu kamar Jae In. Merasa sedikit gugup, tiba-tiba perutnya terasa mulas. Gu Shik berjalan terbirit-birit menuju toilet. Mata-mata Hae Ryong berjalan berpapasan dengan Gu Shik, sambil mendorong trolley laundry. Ia lalu berhenti di depan kamar Jae In, dan dengan mudahnya berhasil membuka pintu kamar Jae In yang terkunci.
Mata-mata Hae Ryong berjalan mengendap, membungkam mulut Jae In.
Jae In membuka mata, berteriak. Tapi teriakannya itu hanya sia-sia.
Jae In membuka mata, berteriak. Tapi teriakannya itu hanya sia-sia.
Mata-mata Hae Ryong menggendong Jae In keluar kamar dalam keadaan terikat.
Cha Don mengintip dari balik dinding, ia mengira penculik yang juga berbadan gemuk itu adalah Gu Shik. "Dia melakukan lebih baik dari yang kukira", ucapnya tersenyum.
Cha Don berdiri di tengah koridor bak pahlawan, bermain mata pada penculik, "Lebih baik kau melepaskannya. Jika kau tidak mau menghirup bau dupa di pemakamanmu. Lepaskan Nona Jae In dan cepat pergi sekarang juga.
Penculik memasukkan Jae In kedalam trolley laundry. Wajah Jae In ketakutan. Penculik mendekati Cha Don. Cha Don melepaskan jaketnya, "Kelihatannya kau ingin menghabiskan
liburan terakhirmu di dalam peti mati paulownia?".
Penculik mendaratkan tinju ke wajah Cha Don. Jae In berteriak melihat Cha Don dipukul.
Cha Don memegangi hidungnya yang sakit, "Kurasa kau banyak berlatih tinju.".
Cha Don kesakitan, tapi ia berusaha untuk terlihat kuat di depan Jae In, "Astaga, kau memukul hidungku lagi. Jika kau seperti ini, aku tidak punya pilihan. Kau telah menghinaku"
Penculik mengarah tinjunya, tapi kali ini Cha Don berhasil menangkap. Memeluk tubuh penculik sambil berbisik, "Kenapa kau lakukan ini?. Ini berbeda dengan rencana kita". Penculik menendang kaki Cha Don.
"Jika kau terus begini, aku juga akan berkelahi sungguhan".
Gu Shik kembali setelah dari toilet, memakai topeng persis seperti penculik. Gu Shik lalu membuka topengnya. Cha Don terkejut melihat Gu Shik berdiri di belakang penculik. Penculik mengeluarkan pistol, membuat Cha Don semakin terkejut, "Letakkan itu. Aku kesulitan melawan senjata listrik itu. Perlahan... turunkan senjata itu".
Gu Shik menyerang dari belakang, penculik berbalik menodongkan pistolnya ke badan Gu Shik. Gu Shik pingsan karena ketakutan (hahahaha). Cha Don beraksi, menendang tangan penculik. Pistol jatuh ke lantai, secepat kilat Cha Don mengambil pistol, menodongkannya ke arah penculik.
Penculik berlari, Cha Don mengejar. Jae In meronta minta di lepaskan. Cha Don tak menghiraukan tetap berlari mengejar penculik. Sementar Gu Shik pingsan tak bergerak bersandar pada dinding.
Ji Hoo menerima telepon dari Cha Don tentang usaha penculikan yang terjadi pada Jae In. Sayangnya ia tak bisa mengejar, bahkan melihat wajahnya pun tak sempat. Ji Hoo menyuruh Cha Don pindah ke tempat yang lebih aman di daerah Seochodong, ia juga bertanya mengenai kondisi Jae In.
"Dia baru saja tidur. Kurasa dia ketakutan", jawab Cha Don.
Cha Don mengakhiri pembicaraanya dengan Ji Hoo.
Cha Don memberitahu Gu Shik mereka besok akan pindah ke Seochodong. Gu Shik mengingatkan Cha Don, besok waktunya peninjauan pembebasan bersyarat Park Gi Soon. Cha Don hampir lupa jika saja Gu Shik tidak mengingatkan.
"Pergilah. Aku akan menjaga Gong Jae In", ucap Gu Shik.
Cha Don bertanya bagaimana dengan keberadaan Kang Seok. Gu Shik menjawab belum di , temukan. Meski ia telah meminta bantuan pada seluruh kenalannya di kantor polisi. Jejak Kang Seok sama sekali tak terlacak.
Sipir penjara membawa Gi Soon menemui pengunjung. Orang itu adalah Se Kwang. Wajah Gi Soon terlihat sungguh menderita. Se Kwang memasang topengnya di depan Gi Soon, berpura-pura menyesal karena tak sempat mengunjungi Gi Soon selama ini.
Gi Soon berkata ia bertemu Bi Ryung kemarin, mungkin wanita itu mengetahui keberadaan Kang Sook.
Se Kwang memasang wajah sedih, "Sebelum ke sini, aku bertemu dengan Eun Bi Ryeong. Dia juga tidak tahu dimana Kang Seok".
Gi Soon menangis mendengar ucapan Se Kwang.
Kembali ke dalam ruangan, Gi Soon merasa tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Ia merasa dirinya menjadi gila. Se Kwang minta Gi Soon untuk menahan dirinya hingga keputusan pembebasan bsersyarat keluar. Hanya itu satu-satunya cara yang bisa mengeluarkan Gi Soon dari penjara.
"Bagaimana jika... Kang Seok tidak hidup di dunia ini lagi?. Maka tidak ada gunanya lagi aku hidup", ucap Gi Soon dengan air mata mengenang.
Pintu terbuka. Gi Soon menoleh, dalam pandangannya ia melihat Kang Seok muda masuk keruangan, tersenyum padanya.
"Kang Seok", panggil Gi Soon menangis.
Gi Soon berdiri, memeluk Cha Don, "Kang Seok. Anak ku Kang Seok. Kang Seok".
Gi Soon tampak merasa aman dalam pelukan Cha Don.
Se Kwang tampak binggung. Menyipitkan matanya, melihat dengan seksama pria yang dipanggil Kang Seok oleh Gi Soon. Mata Se Kwang melebar melihat Cha Don berdiri di hadapannya. Cha Don menoleh, memandang Se Kwang.
END
Awal permusuhan Se Kwang Vs Cha Don-.^
ReplyDeletelanjutttt trusssss
ReplyDeleteDitunggu kelanjutannyaa.. Hwaitiingggg
ReplyDeleteAyo mbak, ku tunggu lanjutannya dan juga sinop lainnya.
ReplyDeleteGomawo mbak..!!!!
Salam kenal
~Lina~
semanagt mbak... lanjutin
ReplyDeleteSemakin seru aja nih critana.....ditunggu lanjtnnya
ReplyDeletesalam jumpa mba nuri.....makasih atas sinopsisnya....oh ya mba boleh tanya, gimana cara mendownload film atw drama....beberapa x saya nonton di dramacrazy n berniat mendownloadnya....
ReplyDeleteDi komputer pasang software Internet download manager g?. Kalo ada IDM, pasti bisa download film dari situs manapun, terutama dramacrazy, gooddrama, youtobe, dll.
Deletesemangattt
ReplyDeletesemakin penasaran sama jalan ceritanya..
ReplyDeleteayo mb ttp semangat bwt lnjutin sinopsisnya ,,
tiap minggunya slalu kutunggu,makasih ea mb,,,