Pages - Menu

Friday, April 19, 2013

Sinopsis Incarnation Of Money Episode 7 Part 1


Intermezo : Saat menulis sinopsis ini, saya menemukan sinopsis incarnation of money tulisan saya di re-post ulang di blog lain. Bukan hanya tulisan saja tapi lengkap dengan pikunya. Sama plek seperti hasil foto copy, dan itu sudah sampai episode 4.

Untuk kali ini saya tidak akan menyebutkan nama dari blog yang meng-copy paste tulisan saya. Saya ingin pemilik blog tersebut segera menghapus postingannya saat membaca tulisan saya ini.

Jika dalam waktu tertentu postingan itu tidak segera di hapus. Maka saya tidak segan-segan untuk memajang nama dari blog tersebut sebagai blog copaser.
Tolong hargai hasil kerja orang lain, jika ingin share cukup berbagi link saja.
NO COPY PASTE!!!!!!......

Sinopsis Incarnation Of Money Episode 7 Part 1

Setelah membalut luka di tangan Gi Soon. Cha Don dan Gi Soon duduk berhadapan. Cha Don mulai menanyakan beberapa hal, terkait pembebasan bersyarat atas kasusnya. "berapa nomor regestri anda?", tanya Cha Don.
"54... 1125...2034... 112,", jawab Gi Soon pelan, menudukkan wajah.
Cha Don : Suami anda, Lee Joong Man. Apa anda membunuhnya?. Tolong jawablah dengan nyaman.

Gi Soon tetap menunduk, "ya, aku membunuhnya. Aku seorang pembunuh"
Cha Don sedikit terkejut dengan jawaban Gi Soon, "selama ini anda selalu menyangkal pembunuhan itu". 
"Saat itu, pikiranku sedang kacau. Kupikir itu satu-satunya cara aku keluar dari sini. Maafkan aku. Aku sudah menyesalinya dan memikirkannya baik-baik. Jadi tolong.....". 

Gi Soon mengangkat wajah, dalam pandangannya ia melihat Kang Seok muda duduk tersenyum dihadapannya, "Kang Seok....Kang Seok....", panggil Gi Soon dengan suara bergetar.
"Ny. Park Gi Soon. Ada apa?. Apa kepala anda tiba-tiba sakit?", tegur Cha Don
Gi Soon memegang kepalanya, "Jaksa... siapa namamu?". 
"nama saya Lee Cha Don". 

Cha Don bertanya apa yang akan Gi Soon lakukan setelah keluar dari penjara. Gi Soon menjawab dia akan mencari putranya yang sudah lama hilang, "Kang Seok-ku yang malang. Aku harus menemukannya. Tolong ijinkan aku keluar dari sini, Jaksa", pinta Gi Soon dengan wajah memelas.

Cha Don membuka berkas kasus Gi Soon, tertulis bahwa putra Gi Soon, Lee Kang Seok telah dinyatakan meninggal, " Bagaimana jika putramu tidak ada di sini?. Dia tidak pernah mengunjungimu sekalipun. Bisa saja dia pergi ke luar negeri atau dia mungkin saja meninggal".
"Tidak. Tidak mungkin dia meninggal. Apa kau juga berpikir kalau Kang Seok ku meninggal. Benar begitu?",  ucap Gi Soon. 

Gi Soon berdiri mencengkram kerah baju Cha Don, menatap tajam, menangis sambil berteriak, "Kang Seok ku belum meninggal. Diluar sana dia menunggu kedatangan ibunya. Apa yang kau tahu. Kang Seok ku tidak mati. Aku bilang dia tidak mati. Dia belum mati!!!!".

Sipir penjara datang menenangkan Gi Soon, "Ny. Park Gi Soon tenanglah". Cha Don diam terkejut dengan reaksi Gi Soon. 
"Satu-satunya kejahatan yang kulakukan adalah kenyataan aku tidak bisa menjadi ibu yang baik bagi putraku. Meskipun aku membayar kejahatanku, aku harus membayarnya kembali
pada Kang Seok ku". 

Sipir membawa Gi Soon keluar. Gi Soon masih berteriak, "Kalian semua sama saja. Aku akan membalas dendam. Orang-orang mengerikan yang menghancurkan keluargaku. Aku akan membunuh mereka semua. Semuanya. Kang Seok".

Gu Shik yang berada di samping Cha Don merasa ketakutan dengan teriakan Gi Soon. Ia bilang pada Cha Don untuk segera kembali ke Seoul, dan menolak pembebasan bersyarat Gi Soon.  Cha Don diam, terpaku melihat reaksi Gi Soon barusan.
"Jaksa Lee", panggil Gu Shik
"aku akan datang lagi minggu depan", jawab Cha Don.

Cha Don menandatangi berkas kasus Gi Soon dengan keterangan, "keputusan ditunda tertanda Lee Cha Don". 
"Bukan "Pembebasan Bersyarat Ditolak" tapi "Keputusan Ditunda"?", tanya Gu Shik tak mengerti dengan keputusan Cha Don. 

Cha Don dan Gu Shik dalam perjalanan kembali ke Seoul. Cha Don diam saja di sepanjang jalan. 
Gu Shik : Akan lebih mudah jika kau memutuskan "Pembebasan Bersyarat Ditolak". Apa kau sedang menangis sekarang?
Cha Don menghapus air matanya, "sial. Apa makan malam ini membuatku mual. Hatiku terasa sesak".

Cha Don meminta bantuan Gu Shik untuk mencari putra Gi Soon. Gu Shik bilang tak seharusnya mereka merasa kasihan pada Gi Soon. Terlebih khawatir pada hal sepele sekarang ini. Ia tak menyangka, Cha Don bersikap lemah seperti ini sebagai seorang jaksa. Cha Don berkata sewaktu kecil, ia juga kehilangan kedua orang tua.

Cha Don menatap jalanan dengan wajah sedih, berkata dalam hati, "Apa ibuku sedang mencariku seperti itu?. Atau mungkin aku sudah.....". 

Ponsel Gu Shik berdering. Ia mendapat kabar dari Ji Hoo,  tentang Kwang Soo sedang berkeliaran di luar sana. Cha Don merasa cemas dengan nasib Jae In yang saat ini mungkin berada dalam bahaya. Gu Shik meminta Ji Hoo untuk melacak ponsel Kwang Soo.

Jae In masuk ke salah satu club malam, berjalan dengan penuh percaya diri. Para lelaki memandang takjub. Jae In berteriak kegirangan menuju dance floor. Kwang Soo yang lebih dulu berada di club malam, tak lepas memperhatikan Jae In. 

Se Kwang berjalan mondar mandir di ruangannya. Kwon Hyuk masuk, memberi kabar tentang Kwang Soo belum berhasil mereka temukan. Se Kwang memerintahkan Kwon Hyuk untuk menghubungi petugas dan melacak keberadaannya. Lakukan pencarian di semua tempat yang mungkin Kwang Soo datangi, termaksud rumah teman-temannya.

Cha Don pergi ke club malam, menunjukkan brosur yang memuat wajah Jae In pada karyawan club. Karyawan bilang club tempatnya tidak menemukan gadis seperti yang ada di gambar. Mereka hanya menerima gadis-gadis cantik, "Kenapa dia berjalan-jalan disekitar sini dengan wajah seperti itu? Memalukan sekali". 
"Perhatikan baik-baik, bodoh", ucap Gu Shik kesal.
"Koordinat lokasi yang kita lacak, di sini, kan?", tanya Cha Don pada Gu Shik. 
"Ya", jawab Gu Shik yakin.
Cha Don memutuskan untuk masuk ke dalam, dan memeriksanya sendiri. 

Cha Don bertanya pada beberapa orang, tak satupun yang melihat wajah Jae In. Kwang Soo melihat Cha Don dan Gu Shik berada di club. Terdengar sorak sorai di tengah dance floor. Cha Don melihat wanita cantik menari dengan dikelilingi banyak pria disekitarnya. Ia tampak terpesona dengan wanita itu. 

Jae In melihat Cha Don menatap dirinya. Ia berbalik, tetap menari dengan wajah terkejut. Tapi itu hanya sesaat, Jae In sadar bahwa dirinya kini bukan Jae In yang bertubuh gendut. Jae In mendapat ide, ia menari semakin agresif. Cha Don tersenyum, menatap Jae In dengan penuh kekaguman. 

Selesai menari, Jae In mengibaskan rambut saat melewati Cha Don. Pandangan mata Cha Don mengikuti kemana Jae In pergi.
"Apa? Apa Gong Jae In muncul?. Aish, apa ini saatnya air liurmu menetes untuk gadis lain?", protes Gu Shik.
"Siapa yang meneteskan air liur?. Cepat! Ke sebelah sana dan cari dia", ucap Cha Don. Sementara ia sendiri mendekati wanita yang membuatnya terpesona.

"Permisi, apa kau pernah melihat wanita ini sebelumnya", tanya Cha Don menunjukkan brosur wajah Jae In.
Jae In terkejut melihat gambar dirinya yang masih gemuk, tanpa sadar tangannya meremas brosur,  "siapa wanita ini?", tanyanya.
"Dia adalah seorang penjahat yang kejam. Bisa disebut juga senjata berjalan. Ah, tidak usah takut. Sebenarnya aku ini adalah seorang jaksa", jelas Cha Don.

Cha Don mendekatkan wajahnya, "liat baik-baik, apakah kau pernah melihat wanita ini sebelumnya?".
Jae In tertawa, "oh..dia seorang kriminal..tunggu, sepertinya aku pernah melihat wajahnya. Ah, benar! Dia lurus ke sebelah....", ucap Jae In menunjuk arah yang di maksud, padahal sebenarnya ia sengaja melayangkan tinjunya ke wajah Cha Don.
Cha Don terjatuh menerima tinju yang tiba-tiba mendarat di wajahnya.
Jae In tersenyum, "Omo, omo, omo! Omo! Kau tidak apa-apa?", tanya Jae In berpura-pura khawatir.
"Ya, aku baik-baik saja. Aku baik saja-saja", ucap Cha Don menggelengkan kepalanya yang terasa pusing. 
Jae In menunjuk hidung Cha Don yang berdarah. Cha Don berkata ia baik-baik saja, dan lebih mengkhawatirkan tangan Jae In yang mungkin terluka karena terlalu keras memukulnya. Cha Don merobek sedikit kertas brosur untuk menyumpal hidungnya yang terus mengeluarkan darah. Dengan wajah kocaknya Cha Don berkata ia merasa semakin berat badanya bertambah akhir-ahkir ini, " jadi kurasa aku juga akan mendonorkan darahku. Dan kau membantuku mengeluarkannya.

Cha Don kembali bertanya dimana Jae In pernah melihat wanita yang ada di brosur. Jae In menjawab bahwa ia tak pernah bertemu dengan wanita itu seumur hidupnya.
Cha Don tertawa, "Ah... jadi kau tidak pernah melihatnya. Oh, kurasa itu bisa saja terjadi". Ia lalu memegang dan mengelus tangan Jae In, "Tapi tanganmu sungguh tidak apa-apa?. Aku sangat terkejut, kupikir kau mungkin terluka.
Wow, kenapa tanganmu seperti bayi malaikat. Omo. Sangat lembut. Salon mana yang kau kunjungi?".
Ji Hoo tiba di club, ia melihat Cha Don yang sedang sibuk merayu wanita. 
"kau disini jaksa", sapa Gu Shik pada Ji Hoo. 

Ji Hoo bertanya apa yang dilakukan Cha Don ditempat ini dengan hidungnya yang berdarah. Gu Shik menjawab seperti yang mereka lihat, Cha Don jatuh cinta pada gadis itu dan berusaha membuat gadis itu terkesan.

Ji Hoo menghembuskan napas kesal berjalan mendekati Cha Don. Memperhatikan penampilan Jae In. Cha Don tampak terkejut melihat Ji Hoo. 
"keluar", ucap Ji Hoo pada Cha Don
"aku sedang dalam proses penyelidikan", jawab Cha Don dengan mimik polosnya.

"keluar kataku", ucap Ji Hoo menjewer telinga Cha Don, menariknya keluar club. 
Cha Don meringis kesakitan, ia berpesan pada Jae In untuk menghubunginya jika melihat wajah wanita yang ada dibrosur, sambil menyebut nomor ponselnya.
Jae In kesal, "Ada apa dengan wanita itu?. Membuatku terkesan buruk tanpa alasan jelas. 

Jae In keluar club di ikuti para lelaki yang ingin mengajaknya berkencan. Ia sudah seperti artis papan atas yang dikelilingi para wartawan. Jae In masuk kedalam taksi yang berhenti didepannya, "Astaga. Menjadi cantik itu sangat melelahkan. Ke Hotel Golden"
"ya", jawab supir taksi yang tak lain adalah Kwang Soo. 
Cha Don berkacak pinggang, "Bagaimana caramu menangani penyelidikan ini?", ucapnya dengan suara nyaring.
Ji Hoo : apa kau marah padaku sekarang?. Siapa yang bermain-main selama penyelidikan ini?.
Cha Don : Kau yakin dengan koordinat lokasinya. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi di Korea dengan teknologinya yang tinggi?.

Ji Hoo balas berteriak, "Dengar Pak Jaksa. Ketua timnya aku. Beraninya sekali kau mengajariku, sebagai jaksa magang rendahan. 
Cha Don : tidak ada yang bisa berhasil tanpa aku. 
Ji Hoo : Apa?
Gu Shik menegur Cha Don untuk tenang. Cha Don merasa semakin kesal, "Dimana sebenarnya wanita ini, Gong Jae In?".

Ponsel Jae In berdering, tertera nama Cha Don dilayar ponsel. Jae In tak menghiraukan panggilan Cha Don. Ia bertanya pada supir taksi kenapa memilih jalan ini untuk menuju Golden Hotel. Supir taksi yang tak lain Kwang Soo menjawab, pada malam hari seperti ini perjalanan melalui pinggiran kota akan lebih cepat. 

Ponsel Jae In menerima pesan suara. Jae In mendengar suara Cha Don yang memintanya untuk berhati-hati. Karena saat ini pembunuh Kwang Tae sedang berkeliaran mengincar Jae In, karena menyimpan pulpen yang bisa digunakan sebagai bukit. Cha Don juga mengirimkan foto wajah Kwang Soo. Jae In tak percaya, mengira Cha Don hanya bicara omong kosong.

Kwang Soo memperhatikan Jae In dari kaca, "Seseorang mengganggumu?". 
"ya, dia orang aneh", jawab Jae In tersenyum. 
Kwang Soo tersenyum sinis, sedikit menoleh kebelakang. Senyum Jae In hilang saat melihat wajah supir taksi sama dengan foto yang dikirim Cha Don. Jae In melirik supir taksi sekali lagi, dan memastikan wajah supir taksi sama dengan yang dimaksud foto yang dikirim Cha Don.

Jae In berusaha tenang untuk menutupi rasa takutnya, "kurasa aku tahu jalan yang lebih cepat. Kenapa kita tidak lewat sana saja?", ucap Jae In dengan suara bergetar.
Jae In melihat ke depan, ada mobil polisi yang parkir di pinggir jalan, "Hentikan mobilnya di depan mobil polisi itu". 

Kwang Soo diam, semakin menambah laju mobil.
Jae In berteriak memukul kepala Kwang Soo menggunakan tas tangannya, "HEIIII...Kau pembunuh, kan? Hentikan mobilnya! Hentikan mobilnya".
Kwang Soo kewalahan mendapat serangan mendadak. Mobil kehilangan kendali, berbelok ke kanan dan ke kiri. Jae In mendorong wajah Kwang Soo ke jendela. Mengambil alih kendali. Dengan sengaja menabrak mobil polisi yang terpakir di tepi sisi kanan jalan.

2 polisi keluar mobil, memegangi kepala mereka yang sakit karena benturan keras.
"Apa kau pengemudi mabuk?", tanya polisi membuka pintu taksi.
Kwang Soo pingsan. Jae In masih sadar, darah keluar dari kedua hidungnya.
"Orang ini adalah pembunuh. Cepat tangkap dia", ucap Jae In dengan tenaga tersisa.
Ji Hoo melihat Cha Don yang terlihat serius bekerja. Ia minta Cha Don untuk membuatkannya kopi. Cha Don tampak keberatan. Ji Hoo mengingatkan posisi Cha Don sebagai jaksa magang. Ji Hoo tak ingin kopi buatan mesin, ia minta Cha Don untuk membuatnya sendiri. Cha Don kesal, tapi ia tetap mengikuti perintah Ji Hoo. 

Gi Shuk masuk ruangan dengan setengah berlari. Membawa kabar bahwa Lee Kwang Soo yang saat ini telah berhasil di tangkap. Pihak kepolisan baru saja menghubungi kantor kejaksaan. Dia ditangkap setelah mengalami kecelakaan. Dan orang yang melaporkannya adalah Gong Jae In. 

Ny. Bok dan Pal Do pergi ke rumah sakit, setelah mendapat kabar Jae In yang mengalami kecelakaan. Ny. Bok cemas, takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada putrinya. Tahun ini sudah ke-3 kalinya Jae In mengalami kecelakaan.
"Nyonya. Di sana", ucap Pal Do menunjukkan pasein berbadan gemuk, dengan perban membalut seluruh badannya. 
Ny. Bok menangis, mengira pasein itu adalah Jae In, "Ini Jae In, kan? Omo. Omo. Apa yang terjadi?". 
Pasien mengoyangkan tangannya dengan lemah, isyarat bahwa dirinya bukan Jae In.
Ny. Bok tetap menangis. Perawat berkata saat ini Ny. Bok tidak bisa pada pasien. 
Pal Do mengamati tubuh pasein, "Jae In! Seluruh tubuhmu kacau sekali. Kepala dan dagunya, semuanya juga kacau"
"Jae In. Kau kabur dari rumah, karena itu kau mengalami hal ini", ucap Ny. Bok diantara isak tangisnya.
Jae In yang asli berada di toilet. Ia tampak kesal karena tabrakan tadi, "Apa kau tahu betapa mahalnya wajahku ini?. Bagaimana jika hidungku tidak mancung lagi?". Jae In memandangi wajahnya di depan cermin, "Wow!! Sungguh cantik sekali", pujinya pada diri sendiri. 

Jae In keluar dari toilet, melihat Ny. Bok yang menangisi pasien yang dikira dirinya. Jae In cepat-cepat bersembunyi. Ia mendengar ucapan Ny. Bok yang mengerti perasaan Jae In dan memaafkan semua perbuatan putrinya yang kabur membawa lari uang. Jae In tersenyum mendengarkan ucapan ibunya.

Perawat minta Ny. Bok untuk memberi jalan. Pasein harus segera dibawa keruang pemeriksaan.
Pal Do ikut menangis, "Jae In kau harus kuat, bertahanlah!.

Ny. Bok terus menangis, berjongkok di lantai, "Putriku yang malang. Aku tidak tahu kalau hal ini akan terjadi. Seharusnya aku membiarkan dia memakan apa saja yang dia mau".
Jae In keluar dari persembunyiannya dengan wajah tersenyum, menepuk pundak Ny. Bok, "ibu". 

Ny. Bok menoleh, "Kau pasti salah orang.
Pal Do menunjuk Jae In, "Nona. Kau wanita cantik yang kulihat di mal". 
"ini aku ibu", panggil Jae In lagi.
Ny. Bok : Ibu. Meskipun hubunganku dengan pria itu rumit, aku tidak punya putri sepertimu.
Jae In : Apa ibu lupa suara anak ibu? Ini aku, Jae In. Putrimu, Bok Jae In. Tidak peduli betapa cantiknya aku, seharusnya ibu masih bisa mengenaliku". 
Pal Do dan Ny. Bok menatap Jae In bingung. 
Ny. Bok memandangi Jae In dengan lebih dekat, "Ini dia. Omo. Omo. Benar. Ini dia. Gadis ini Jae In".
"hei..apa kau operasi plastik", ucap Pal Do dengan suara nyaring. 
Jae In menyuruh Pal Do untuk diam, "memalukan sekali". 

Jae In bilang ia mendengar ucapan ibunya yang akan memaafkan kesalahannya.
Ny. Bok memukul dada Jae In, "Oh, gadis ini! Gadis jahat ini". 
Jae In berteriak, menutupi dadanya, "Ahh! Ibu! Silikonku nanti pecah". 
Ny. Bok semakin memukul Jae In. Jae In bersembunyi dibelakang tubuh Pal Do, berlari menghindar. 

Cha Don berada dirumah sakit, untuk mengecek kondisi Jae In. Di depan lift Cha Don melihat perawat membawa pasein yang tadi disangka Jae In oleh Ny. Bok. Dan hal yang sama juga terjadi pada Cha Don, ia mengira pasien tersebut adalah Jae In. 
"Nona Gong Jae In. Kenapa kau seperti ini?. Kenapa kau seperti ini?. Itulah sebabnya kau harus mempercayaiku. Apa kau tahu berapa kali aku meneleponmu?". 
Dengan lemah, pasien itu menggoyangkan tangannya, pertanda bahwa ia bukan Jae In seperti dugaan Cha Don. 

Pintu Lift terbuka. Ny. Bok, Pal Do dan Jae In keluar dari lift. Mereka melihat Cha Don yang memanggil nama Jae In pada pasien itu. "Nona Jae In?. Jangan tidur. Jangan tidur. Dimana pulpennya? Pulpen?. Pulpen yang kau pakai saat di kantor polisi dulu?. Itu bukti yang menentukan dalam kasus pembunuhan Park Gwang Tae". 
Pasien yang tadi tenang, tiba-tiba menggamuk mendengar Cha Don terus mengoceh tanpa henti. Ia menarik kerah baju Cha Don, menggoyangkan tubuh
Cha Don. Para perawat berusaha menenangkan pasein.
Jae In menarik Ny. Bok pergi dari sana, "Astaga.Orang itu gigih sekali."
"hei, kenapa Cha Don mencarimu?", tanya Ny. Bok.
"Cha Don. Ibu kenal Cha Don?", tanya Jae In balik.
"Hei, kau jatuh cinta padanya saat kau masih kecil. Kau tidak ingat. Pria yang hampir menjadi kakakmu", jelas Pal Do.
Jae In ingat saat Kang Seok muda yang menyebut Jae In si gendut jelek.

"tampan bodoh?. Lee Cha Don itu si tampan bodoh?", tanya Cha Don dengan wajah terkejut.
Ny. Bok membenarkan, ia kembali bertanya kenapa Cha Don mencari Jae In. Jae In tak menjawab, "Tidak mungkin. Bagaimana bisa hal ini terjadi?". 

Ji Hoo bersama timnya membawa Kwang Soo ke kantor kejaksaan untuk proses interogasi. Mereka berpapasan dengan Se Kwang.

Se Kwang minta pada Ji Hoo untuk melimpahkan kasus ini pada timnya.
Ji Hoo tersenyum, "Kenapa. Kau tidak percaya pada kemampuan kami?". 
Se Kwang berkata ini bukan soal kepercayaan. Karena kasus ini berhubungan dengan Jeong Hae Ryong, jadi lebih baik jika Ji Hoo melimpahkan kasus ini pada dirinya. 
Ji Hoo menangkap ucapan Se Kwang ini sama saja dengan meremehkan kemampuan timnya. Ji Hoo bilang ia tak ingin lagi membungkuk di depan Se Kwang. Ia akan menunjukkan pada seniornya ini, bahwa dirinya juga mampu mencapai keberhasilan dengan tangannya sendiri. 
Usai mengucapkan itu, Ji Hoo memberi hormat lalu pergi meninggalkan Se Kwang dengan wajahkesal. Gu Shik membawa Kwang Soo pergi. Tapi Kwang Soo minta izin untuk ke kamar mandi sebentar. Se Kwang menoleh mendengar ucapan Kwang Soo. 

Gu Shik dan detektif berjaga di depan pintu kamar mandi. Se Kwang menyusul masuk ke kamar mandi. Ia menyuruh Gu Shik untuk menunggu diluar. Gu Shik berkata jaksa Ji Hoo menyuruh mereka untuk tidak jauh-jauh dari sisi Kwang Soo.
"tetaplah disini", ucap Se Kwang. Tiba-tiba memukul wajah Kwang Soo.

Kwang Soo terjatuh menerima pukulan mendadak dari Se Kwang.
"BANGUN", ucap Se Kwang dengan wajah buasnya.
Gu Shik dan 2 detektif terkejut, mereka menyingkir keluar begitu melihat kemarahan Se Kwang.  
Se Kwang mendorong Kwang Soo ke dinding. Pukulan tadi memang sengaja ia lakukan untuk membuat Gu Shik keluar. Setelah itu ia bicara pada Kwang Soo, "dengarkan aku baik-baik kali ini....". 

Ucapan Se Kwang terputus, beralih ke scene saat Ji Hoo menginterogasi Kwang Soo. Ji Hoo terlihat mulai kesal, ia bertanya sekali lagi kenapa Kwang Soo mencari Jae In, "Karena dia punya pulpennya. Kau akan melukai lalu menyingkirkan dia. Benar begitu?". 
"aku punya alibi", jawab Kwang Soo tenang.
Ji Hoo emosi, " dengar, Lee Gwan Soo. Jaksa juga manusia. Jika kau terus begini, aku tidak segan-segan memenjarakanmu dengan hukuman yang berat". 
Kwang Soo tak getar dengan ancaman Ji Hoo. Ia tetap tidak akan membuka mulut hingga pengacaranya datang. 
Gu Shik dan Cha Don melihat dari ruang sebelah.
"Aish, pria ini selalu berpegang teguh pada alibinya. Kali ini, semua yang kita butuhkan
ada pada Gong Jae In", guman Gu Shik.
Cha Don diam tak berkomentar, ia tampak serius memperhatikan ekspresi wajah Kwang Soo.

Dirumahnya, Jae In duduk sambil memegang pulpen Kwang Tae yang sudah terbungkus plastik, "Si tampan bodoh itu Lee Cha Don". 
Jae In mengambil ponsel, berniat menghubungi Cha Don. Tapi tak jadi saat ia melihat wajahnya yang terlihat agak gemuk di cermin, "Kenapa dengan wajahku. Apa efek yo-yo sudah dimulai. Tidak. Setelah apa yang kulalui untuk menurunkan berat badanku".
Jae In menyalakan musik, menggerakkan badan untuk membakar lemak dalam tubuhnya. Bergerak tak beraturan, sesuka hati dan melupakan niatnya untuk menghubungi Cha Don. Ponsel Jae In berdering, tertera nama Cha Don. Jae In tentu saja tidak mendengarnya, karena suara musik yang nyaring mengalahkan dering ponsel Jae In.

Kediaman Jeong Hae Ryong.

Pengacara Hwang datang. Memberitahu Hae Ryong bahwa saat ini Kwang Soo telah memintanya menjadi pengacara Kwang Soo. Hae Ryong bertanya siapa jaksa yang bertugas pada kasus ini, Se Kwang atau Jeon Ji Hoo. Pengacara Hwang menjawab jaksa Ji Hoo. Dan akan lebih baik jika Kwang Soo menyalahkan dirinya sendiri atas pembunuhan itu tanpa membawa nama Hae Ryong. 
Hae Ryong tak percaya jika Kwang Soo akan membuka rahasia, dan menyebut namanya dalam kasus pembunuhan ini. Hae Ryong merasa Ji Hoo bukanlah masalah besar, tapi berbeda dengan Se Kwang yang tak akan melepaskan daging yang sudah ada dalam mulutnya. Dia pasti akan berusaha menelannya bagaimanapun caranya.

Hae Ryong mengambil toples kecil yang berisi pil. Ia minta pada pengacara Hwang untuk memberikannya pada Kwang Soo, "Entah dia menelannya atau tidak, pastikan dengan matamu sendiri. Mengerti?".
Pengacara Hwang menerimanya dengan tangan bergetar, menyangka pil itu adalah pil yang mengandung racun.
Kwang Soo dibawa keruangan lain untuk menemui Pengacara Hwang. Kwang Soo bertanya bagaimana dengan keadaan ketua (Hae Ryong). Ia merasa berdosa, karena tak seharusnya ia menunjukkan wajahnya di negara ini. Pengacara Hwang berkata bahwa Hae Ryong sangat mengkhawatirkan Kwang Soo, untuk itu ia minta Kwang Soo untuk tenang. Tak ada yang perlu Kwang Soo khawatirkan disini. 

Pengacara Hwang memberikan titipan pil dari Hae Ryong. Kwang Soo bertanya apa isinya. Dengan wajah sedih, pengacara Hwang berkata Hae Ryong yang telah mengirimnnya, "ketua berkata bahwa kau telah berhutang hidup padanya. Hutang adalah sesuatu yang harus dilunasi. Inilah saatnya kau untuk melunasi hutangmu selama hidup dengannya". 
Pengacara Hwang menumpahkan air ke gelas, "Jika kau meminumnya sekarang, efeknya akan muncul setelah 10 jam. Ketua tidak akan pernah dicurigai".

Kwang Soo terdiam, ia tampak terluka dan kecewa dengan kenyataan ini. Kwang Soo membulatkan tekadnya, meminum pil sesuai dengan permintaan Hae Ryong. Pengacara Hwang terkejut melihat Kwang Soo yang meminum tanpa protes sedikit pun, wajahnya tampak sedih. Ia memastikan sendiri, Kwang Soo menelan pil itu. 
"Untuk ketua, sampaikan rasa penyesalanku atas ketidaksetiaanku. Tolong sampaikan pesanku", ucap Kwang Soo.
Pengacara Hwang tersenyum, "Jangan khawatir. Kau tidak akan mati karena vitamin itu. Kesetiaanmu yang tulus ketua akan senang menerimanya. Selama alibimu tidak rusak, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh jaksa penuntut". 
Kwang Soo mengangkat wajah, terkejut dengan ucapan Pengacara Hwang, "bagaimana jika alibi ku rusak?
Pengacara Hwang : Alasan pembunuhan Park Gwang Tae karena uang. Ada banyak uang yang disimpan dalam Hwanghae Bank.

Begitu Pengacara Hwang pergi, Kwang Soo mengeluarkan pil tadi yang ternyata sengaja tidak ia telan. Mungkin sebelumnya ia tahu, bahwa Hae Ryong akan melakukan hal ini. 

Pengacara Hwang melihat Se Kwang dan Kwon Hyuk berdiri tak jauh darinya. Se Kwang memuji Pengacara Hwang yang seabagai pria sibuk, menjadi pengacara untuk Hae Ryong dan Kwang Soo. Dengah angkuh Se Kwang minta pengacara Hwang untuk menyerahkan Hae Ryong. Pengacara Hwang menyindir Se Kwang yang selalu percaya diri dari dulu hingga sekarang. 

Se Kwang berkata dari dulu hingga sekarang, tidak ada yang tidak bisa ia capai jika dia menginginkannya. Pengacara Hwang tertawa, ia tahu hal itu dengan baik. Itulah hal yang selalu Se Kwang lakukan untuk mencapai tujuannya. Tapi kali ini semunya tidak akan berjalan sesuai dengan keinginan Se Kwang
"benarkah", tanya Se Kwang menantang
Pengacara Hwang pergi dengan tawa mengejek. Se Kwang menahan kesal. Kwon Hyuk bertanya rencana apa yang akan Se Kwang lakukan selanjutnya. Se Kwang tak menjawab, tapi sorot matanya ini menandakan ia punya rencana licik untuk memuluskan kasusnya.


Lanjut ke Sinopsis Incarnation Of Money Episode 7 Part 

8 comments:

  1. pantesan tadi mau masuk susah...saya udah feeling da pasti ada yg copas.....ternyata betul yah...sama kayak kasus di blognya mb Anis....itu juga ada yg copas....btw...semangat yah mb....tengkyu dah buat sinop dr film yg keren2.....yg di blog lain ga ada......

    san

    ReplyDelete
  2. terima kasih mba nuri,, dah mau lanjutin sinopnya..
    Nga sabar nunggu aksinya Lee Cha Don di episode berikutnya..^^

    ReplyDelete
  3. Yah, copaster berulah lagi.
    Mungkin mereka belum pernah merasakan susahnya merecap serta mengcapture gambar yang butuh usaha dan waktu.

    Ini merupakan drama yang paling aku tunggu kelanjutannya, sambil mengikuti drama A Thausan Hundred Years Inheritance dan Nine Times Travels.

    Saya minta izin mendaftar link dari drama ini..,
    Daftar Link Sinopsis Incartion of Money

    Thanks!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begitulan copaser, maunya enak aja
      tanpa minta izin, pasti saya izinkan jika tujuannya hanya ingin berbagi link..
      so...saat link di klik, maka akan menuju ke blog penulis asli
      yang di haramkan disini adalah copy paste.....

      Delete
  4. S̤̥̈̊є̲̣̥є̲̣̣̣̥♍ªªªηgªª†̥ mb nuri ditunggu epsd selanjutnya...

    ReplyDelete
  5. Semangat mbak nuri buat sinopsisnya!! Jangan patah semangat ya mbak!!!figthting!

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)