Ferry Park
Untuk
memanggil Se Gi keluar, Do Hyun meminta Sek. Ahn untuk memukulnya. Karena
biasanya Se Gi akan muncul di saat Do Hyun merasa terluka atau marah. Tapi
kepribadian yang muncul bukan Se Gi melainkan Ferry Park.
Ferry Park pergi ke gudang, bersenandung membongkar kardus-kardus sembari mencari baju yang sesuai dengan seleranya. Sek. Ahn mengajak Ferry Park bicara, waktu mereka tak banyak lagi tapi Ferry malah sibuk memilih baju.
Ferry
tak menghiraukan keluhan Sek. Ahn, ia membuka satu kardus lagi dan akhirnya
menemukan baju miliknya. Ia tersenyum, ternyata temannya bernama Michael itu
memang setia. Sebelumnya ia sempat berpesan pada Michael untuk menyembunyikan
pakaiannya dan mengirimkannya ke Korea, ternyata dia benar-benar melakukannya.
*Jeolla
adalah nama sebuah provinsi di korsel yang berada di barat daya.
"Ferry
Park-ssi!", teriak Sek. Ahn kesal.
Ferry
tetap tak peduli memakai baju favoritnya, motif bunga-bunga ala pantai. Sek.
Ahn menegur bukan baju ini yang seharusnya di pakai Ferry tapi setelan jas. Ia
juga meminta Ferry harus cepat kembali ke kantor karena harus menghadiri rapat
dewan direksi. Sek. Ahn akan menuliskan pidato, jadi Ferry hanya tinggal
membacanya saja saat rapat nanti.
"Ah.
Kenapa aku harus melakukannya. Aku tidak tahu kapan aku akan muncul lagi. Sudah
lama aku tidak keluar. Kalau kau jadi aku, apa kau mau melakukannya?",
sahut Ferry.
Sek.
Ahn mengerti sangat mengerti, tapi jika Ferry mau mendengarkan permintaannya,
maka sebagai gantinya Sek. Ahn berjanji akan melakukan apapun yang Ferry
inginkan. Ferry tidak mau, yang ia inginkan hanya kebebasan. Benar-benar
bebas.
"Aku
akan membelikanmu kapal", rayu Sek. Ahn.
Ferry
terlihat tertarik. Sek. Ahn menambahkan akan menamai kapal itu dengan nama
Ferry, "Bukankah itu keinginanmu sejak dulu?. Kapal dengan tulisan Ferry
Park. Di depan rumah indah di mana kau bisa melihat birunya lautan. Dengan
kapal itu kau bisa memancing".
Mata
Ferry berbinar, "Baiklah!. Setuju", jawabnya tanpa berpikir dua
kali.
"Good
Choice", ucap Sek. Ahn senang.
Terdengar
dering ponsel. Ferry ingin menjawabnya dan melihat nama Oh Ri Jin di layar
ponsel. Sek. Ahn berusaha menghalangi agar Ferry tidak menjawab telpon, tapi
Ferry menghindar dan langsung menjawabnya.
Yang menelpon aalah pria gangster memperingatkan waktunya tinggal 1 jam lagi. Ferry tentu saja tidak tahu dan bertanya siapa ini. Pria gangster kesal karena Ferry pura-pura tidak mengenal suaranya. Ia meminta Ferry untuk membawa jaket kulitnya ke gudang tepat jam satu, kalau tidak...
Terdengar
suara teriakan tertahan Ri Jin yang sedang disekap. Suara berisik Ri Jin
membuat pria Gangster menoleh ke arahnya yang berusaha bicara dengan mulut ter.,
Tapi
tentu saja pria gangster tidak mengetahui maksud Ri Jin. Ia membentak menyuruh
Ri Jin jangan berisik. Pria gangster memperingatkan Ferry jika sampai menelpon
polisi... Pria gangster berhenti bicara karena Ri Jin kembali menganggu dengan
suaranya yang tidak jelas,
"Kenapa
kau memperlakukanku seperti ini?. Ah kenapa kau membuatnya semakin rumit?. Aku
harus bilang berapa kali, jaket itu tidak ada padanya tapi ada
padaku!".
Pria
gangster kesal. Ia mendekati Ri Jin bukan untuk membuka lakban di mulutnya
melainkan untuk menambahkan lakban ke mulut Ri Jin. Sehingga lakban yang
menempel di mulut Ri Jin menjadi tebal, sangat tebal.
Ferry
Park kini mengerti apa maksud pria gangster yang menyuruhnya datang jam 1
dengan membawa jaket, tidak boleh datang terlambat dan tidak boleh menelpon
polisi. Pria gangster membenarkan. Dengan santainya, Ferry berkata kalau begitu
ia tidak perlu datang karena dirinya adalah orang yang sangat sibuk, "Jadi
jangan harap aku datang, mengerti?".
Ferry
ingin menutup telpon tapi pria gangster mengatakan satu hal yang belum sempat
Ferry dengar yakni jika Ferry tidak datang maka wanitamu akan mati. Ferry
langsung kesal karena pria gangster mengancamnya dengan seorang wanita,
"Kau dimana?. Akan ku bunuh kau?".
Sek.
Ahn mengingatkan Ferry yang sudah setuju akan menghadiri rapat dewan direksi.
Ferry kesal, ia hanya satu tapi kenapa banyak orang yang menyuruhnya ini dan
itu. Ferry tidak peduli pada permintaan Sek. Ahn, ia bertanya pada pria
gangster di mana alamatnya.
Sementara
itu rapat dewan direksi hampir di mulai. Ketua Seo berserta jajaran direksi
sudah berada diruang rapat. Ketua Seo melihat kursi Do Hyun yang kosong lalu
menatap jam yang menunjukan pukul 12.40.
Pria
gangster berkata pasti Ri Jin sudah tahu betapa mengerikannya Se Gi. Untuk itu
ia telah menyiapkan serangan. Pria gangster akan melakukan simulasi bersama
anak buahnya. Ia menyuruh Ri Jin melihatnya baik-baik, beginilah kira-kira yang
akan menimpa Se Gi, "Anggap saja saat ini aku adalah Se Gi".
Pria
gangster memberi aba-aba, para preman langsung keluar dan siap menyerang. Pria
gangster meloncat mundur saat salah satu anak buahnya terlihat seperti
benar-benar ingin memukul. Ia mengingatkan mereka untuk pelan-pelan, jangan
terburu-buru.
Mereka
mulai berlatih. Di tengah latihan itu tiba-tiba datang pria dengan sebuah motor
melaju di tengah-tengah arena. Ri Jin yang bingung hanya bisa menoleh ke kanan
dan kekiri melihat situasi di sekitarnya.
Beralih
ke rapat dewan direksi. Jam menunjukan pukul 12.57, tapi tidak terlihat
kedatangan Do Hyun sedikitpun. Tuan Cha Young Pyo tersenyum sinis melihat
ekspresi ketua Seo yang tampak tegang dan juga marah menanti kedatangan Do
Hyun.
Pria gangster terkejut melihat orang di depannya, saking terkejut hingga menjatuhkan tongkat pemukul di tangganya. Lebih tepatnya, dia terkejut bukan melihat siapa yang datang melainkan terkejut melihat benda yang di bawa orang itu.
Ferry
datang dengan membawa dua buah bom waktu hasil rakitannya sendiri, "Siapa
yang tadi menelponku?", tanyanya tersenyum ramah..hehe
Ketua
Seo menoleh melihat pintu terbuka. Bukan Do Hyun yang datang melainkan Sek. Ahn
yang meminta maaf sekaligus menyampaikan pesan dari Do Hyun. Sek. Ahn
memberikan secarik kertas berisi pesan yang di tulis Ferry kepada ketua Seo.
Sek. Ahn mengatakan sepertinya wakil direktur Do Hyun tidak bisa ikut rapat
dewan direksi karena ada urusan mendadak.
Sek.
Ahn menunduk menghindari delikan tajam ketua Seo. Entah apa isi pesan di kertas
itu, jelas sekali ketua Seo marah setelah membacanya. Tapi ketua Seo berusaha
menutupi kesalahan Do Hyun di depan dewan direksi. Ketua Seo menyampaikan Do
Hyun tidak bisa ikut rapat karena mengalami kecelakaan. Karena itu Do Hyun
harus pergi kerumah sakit terlebih dahulu.
Ketua
Seo memutuskan untuk memulai rapat dengan melewatkan pidato dari Do Hyun. Para
dewan direksi yang kaget dengan pengumuman ini sibuk kasak-kusuk dan saling
berbisik. Tuan Cha Young Pyo menatap curiga, tidak percaya dengan alasan
barusan.
Dengan
wajah cute Ferry menunjukan 2 buah bom di tangannya. Semua tegang melihat 2 buah
bom di tangan Ferry. Ferry kesal meminta orang yang menelponya tadi untuk
menunjukan diri. Ia
akan menghitung sampai 4, jika sampai hitungan ke empat orang itu tidak juga
keluar, maka ia akan menjatuhkan bom. Ferry bergerak seolah-olah ingin melempar
bom, komplotan pria gangster serentak mundur.
Ferry
mulai menghitung... "1....2...3...".
Pria
gangster bergerak memberanikan diri mengambil tongkat pemukul, berharap anak
buahnya akan mengikuti. Tapi tepat pada hitungan ke empat, semua anak buahnya
malah lari menjauh meninggalkan dia sendiri.. hahaha.
Ferry
tertawa, "Sepertinya kalian takut....", ia lalu bertanya pada pria
gangster apa bom di tangannya ini terlihat seperti bom mainan.
Pria
gangster mengajak Ferry bicara. Ferry mengeryitkan kening mendengar pria
gangster memanggilnya dengan nama Shin Se Gi. Pria gangster membujuk Ferry
untuk meletakkan bom itu.
Tapi
Ferry justru menggertak, "Jangan bergerak!. Jangan ada yang berani
bergerak. Bom ini bukan main-main. Kalau kau tidak tahu, jangan berani-berani
menantangku. Bukan hanya demi aku, tapi juga demi kalian. Aku ini ahli pembuat
bom".
Ri
Jin yang semula tenang kembali ribut memberikan kode pada Ferry, karena di
belakang Ferry ada pria yang berjalan perlahan mendekatinya dengan membawa
tongkat pemukul.
Tapi
Ferry yang tidak mengetahui itu terus saja mengoceh. Ia ingin bersantai
menikmati birunya lautan. Menikmatinya sambil tertidur, tapi mereka malah
mengacaukan dengan menyuruhnya datang kesini. Hal itu sama saja dengan mencabut
bulu hidungnya ketika ia sedang tertidur..hahaha.
"Seharusnya,
kalian tidak menjalani hidup seperti itu. Jika kalian ingin jaket kulit itu,
kalian harus membayarnya dan membelinya dengan harga yang pantas. Mengapa malah
mempertaruhkan seluruh hidup kalian?. Kalian seharusnya tidak begitu!".
Ferry menoleh pada Ri Jin yang heboh sendiri, "Wanita itu?. Apa yang kau lakukan?".
Anak
buah pria gangster sudah berada tepat di belakang Ferry dan siap memukul. Pria
gangster memberikan kode pada anak buahnya untuk segera memukul Ferry. Tapi
anak buah pria gangster ragu, pada akhirnya ia menurut dan berteriak sebelum
memukul Ferry.
Teriakan
itu membuat Ferry waspada dan berhasil menghindar dari pukulan. Tapi hal
itu malah membuat salah 2 bom di tangan Ferry jatuh menggelinding ke arah para
gangster. Para gangster mundur ketakutan kocar kacir mencari tempat berlindung
dari ledakan bom.
Salah
satu bom tersebut langsung aktif dan penghitung waktu mundur berjalan. Ri
Jin yang tangan dan kakinya di ikat tidak bisa pergi kemana-mana, ia hanya bisa
menatap kedua bom itu dengan wajah ngeri. Ferry melongo terkejut.
Orang-orang
yang semula bersembunyi memberanikan diri mengintip melihat apa yang terjadi.
Mereka juga heran dan juga binggung. Ferry yang tak kalah heran maju merayap
mendekati bom.
"Astaga!.
Kenapa bomnya tidak meledak. Apa karena aku menggunakan timer rice cooker
sehingga jadi begini?. Ah.. aku bisa gila?". LOL..
Para gangster yang tadi bersembunyi mulai menampakan diri mereka. Mereka marah karena merasa di permainkan dan tanpa di komando mereka langsung menendang dan menginjak-injak Ferry tanpa ampun. Ri Jin yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menjerit-jerit ngeri dengan suara tertahan.
Ferry
minta mereka untuk berhenti kalau begini ia bisa mati. Tanpa mereka semua
sadari, ada sebuah chip di lantai berkedip-kedip mengirimkan sinyal.
Rupanya
chip tersebut mengirimkan gelombang sinyal pada Sek. Ahn yang dalam perjalanan
menuju ke tempat Ferry berada. Ia kosentrasi menyentir sambil sesekali melihat
layar monitor yang menjadi penunjuk jalan.
Flashback.
Untuk
berjaga-jaga, Do Hyun memberikan chip tersebut pada Sek. Ahn. Ia berpesan agar
Sek. Ahn memasangkan alat itu pada tubuhnya, saat kepribadian lain mengambil
alih kesadarannya. Perangkat kecil ini akan memberi tahu Sek. Ahn bagaimana
kondisinya saat itu. Sebisa mungkin mereka harus mencegah masalah menjadi
besar, karena jika polisi sampai turun tangan, bukan hanya dirinya tapi Seung
Jin Group juga akan mengalami kesulitan. Yang juga merupakan akhir yang mereka
berdua.
Flashback
end.
Sek.
Ahn kaget mendengar percakapakan para gangster yang telah mengetahui keberadaan
chip tersebut. Mereka marah dan mengira pasti Ferry sudah menghubungi polisi
dengan alat yang mereka kira GPS penyadap. Tiba-tiba suara para gangster
mengilang, gelombang sinyal yang dikirimkan juga tidak tampak lagi di layar. Pastilah
mereka sudah merusak chip tersebut.
Hilangya
sinyal itu membuat Sek. Ahn jadi kesal dan memacu mobilnya semakin cepat.
Kini
Sek. Ahn tiba di gudang Taesan, tapi gudang itu sudah sepi. Para gangster sudah
berpindah ke tempat yang tidak di ketahui Sek. Ahn.
Pria
gangster mendudukan Ferry yang lemas tidak sadarkan diri. Mereka berpindah ke
tempat yang lebih sempit dan gelap. Pria gangster kesal Se Gi yang ia temui
sekarang berbeda dengan sebelumnya. Dia menggunakan dialek yang berbeda dan
melakukan pertunjukan besar. Tapi ternyata bom yang dibawa itu hanyalah
mainan.
Ri Jin menatap Ferry, menangkap keanehan pria di depannya.
"Apa
mungkin dia sudah meminum semua obatnya?", celetuk teman pria gangster,
"Terakhir kali bertemu tatapannya berbeda. Kurasa dia ini orang lain!.
Pasti dia makan semua narkoba yang ada di dalam jaket dan pasti dia menghubungi
polisi karena narkobanya sudah habis".
"Apa?.
Ada narkoba dalam jaket itu?", batin Ri Jin membayangkan nasib
ayahnya.
"Kita
kabur saja dari tempat ini, dan bilang saja pada bos kalau kita sudah menjual
jaketnya. Lalu kita minta uang lagi untuk membeli narkoba yang baru".
Pria
gangster tidak mau, "Apa kau gila. Bos akan membunuh kita kalau dia sampai
tahu".
Ri
Jin berkata dalam hati memangnya berapa harga jaket itu. Seakan menjawab
pertanyaan Ri Jin, pria gangster berkata jaket itu tidak bisa di beli dengan
uang. Kalau mereka mau membelinya mereka harus ke itali dulu dan menemui ahli
kulit Salvatore Bocchetti. Tapi ahli kulit Salvatore Boccehetti sudah meninggal
setahun yang lalu karena serangan jantung.
Teman
pria gangster menyalahkan pria gangster karena menyebabkan keributan ini. Pria
gangster mencuri jaket itu diam-diam tanpa sepengetahuan bos mereka. Pria
gangster tak peduli, pokoknya jaket narkobanya harus di temukan sebelum bos
mengetahuinya.
Teman pria gangster frustasi,
"Lalu di mana jaket itu?".
Ri Jin
ingin menjawab tapi keadaan mulutnya yang terlakban tidak memungkinkannya untuk
bicara. Sedetik kemudian ponsel Ri Jin menerima sms. Pria gangster yang
memegang ponsel Ri Jin menunjukan sms itu pada Ri Jin dan bertanya dengan
marah, "Siapa brengsek ini?".
Ri
Jin terkejut melihat pesan berupa foto yang di kirimkan Ri On. Ri On mengambil
jaket kulit narkoba dari ayah Oh dan memakainya lalu mengirimkan foto
selfie-nya ke Ri Jin, sekedar pamer kalau sekarang ia sedang memakai jaket
itu.
"Jawab!.
Jawab aku!. Kenapa kau tidak menjawab aku?. Kenapa?", teriak pria gangster
frustasi. Lah gimana mau jawab kalau mulutnya Ri Jin di lakban begitu.
Teman
pria gangster mendorong pria gangster menjauh dan melepas lakban di mulut Ri
Jin.
"Dia itu kakakku.. Dia itu kakakku. Sudah kubilang berapa kali orang itu tidak mempunyai jaketnya. Jaketnya ada padaku. Ada padaku!', semprot Ri Jin tak terkendali, "Kalau kau membebaskanku aku akan mengembalikan jaketnya, jadi jangan membuat masalah ini semakin rumit!. Kalau kau bertanya padaku tadi, kalau kau tidak membekap mulutku, maka semuanya bisa cepat di selesaikan. Kenapa kau malah membuatnya semakin rumit. Bagiku....".
Ri Jin langsung terdiam begitu pria gangster menodongkan pisau ke arahnya. Dengan nada lebih pelan Ri Jin minta pria gangster melepaskannya sekarang dan akan kembali dengan membawa jaket itu. Pria gangster tentu saja tidak mau, "Bagaimana mungkin aku bisa mempercayaimu?. Kami sendiri yang akan mencarinya. Cepat cari tahu dimana lokasi kakakmu berada!".
Teman gangster menelpon Ri On dan menyuruh Ri Jin untuk bertanya dimana kakaknya itu berada. Di bawah ancaman Ri Jin berusaha bicara dengan nada sesantai mungkin, "Halo, Ri On-ah. Sekarang kau dimana?".
"Apa maksudmu dimana?. Aku ada di Ssang Li. Hei bukankah aku sudah bilang padamu, kalau aku ada pesta dengan senior kenalanku!", jawab Ri On sembari sibuk menyiapkan makanan untuk pesta.
Ri Jin lemas, "Pesta". Lalu dia ingat sesuatu dan kembali bersemangat, tentu saat ia ia ingat pesta itu.
Ri On menambahkan Ri Jin juga kenal kok dengan para senior kenalannya ini. Yaitu orang-orang yang sudah banyak membantunya saat menulis novel. Ri Jin semakin bersemangat dan membahas bab ke -3 dari novel Ri On, "Apa kau tahu menurutku, pada bab 3 dari novelmu sangat berkesan?".
Semula Ri On bingung kenapa tiba-tiba Ri Jin membahas tentang novelnya, apa Ri Jin berniat menguji sejauh mana ingatannya. Pertanyaan Ri Jin yang tiba-tiba itu membuatnya takut saja, "Apa terjadi sesuatu?. Apa mungkin kau.......?".
Ri On berhenti bicara. Pria gangster dan temannya merasa gugup. Ri Jin harap-harap cemas menanti perkataan Ri Jin selanjutnya, berharap Ri On dapat mengerti maksud yang ingin ia sampaikan.
"Apa karena kau tidak mau membayar hutangmu padaku 200$ kemarin?", sambung Ri On membuat Ri Jin lemas, "Wow, kau tidak bisa begitu!. Bahkan orang tua dan anaknya harus punya hubungan yang jelas masalah uang. Aku benar-benar sangat kecewa padamu sekarang!'",
Pria gangster menunjukan kertas dan menyuruh Ri Jin membacanya, "Tanya sampai kapan dia ada disana?".
Ri Jin mengikuti perintah pira gangster. Ri On menjawab, "Sampai kapan?. Sampai kapan? Sepanjang malam, bodoh. Sepanjang malam. Sampai matahari terbit. Kenapa?. Karena malam kami lebih indah daripada harimu".
Klik. Sambungan telpon terputus, "Ah, astaga. Telponnya di tutup", komentar Ri On lalu memasukan ponselnya ke dalam saku celana.
Kemudian Ri On mengambil makanan yang sudah ia siapkan dan membawanya ke rekan-rekan seniornya yang sudah menunggu.
Setelah mengetahui lokasi Ri On. Pria gangster dan temannya keluar dari ruang penyekapan. Ia menugaskan satu orang untuk tetap berjaga di sini, mengawasi Ri Jin dan juga Ferry. Sisanya ikut dengannya mengambli jaket narkoba.
Teman pria gangster yang bertugas menjaga ruang penyekapan, mengambil gembok dan mengunci pintunya dari luar.
Ri Jin bergerak-gerak berusaha melepaskan diri dari ikatan. Berbagai usaha ia kerahkan tapi ikatan itu tidak bisa terlepas juga. Ferry yang tadi sempat pingsan mulai sadar dan batuk-batuk. Ri Jin menoleh, "Kau tidak apa-apa?. Hei!. Kau sudah sadar?". Ferry tak menjawab.
Ri Jin merasakan keganjilan pada Ferry. Pikirannya melayang membayangkan pertemuannya dengan Se Gi, dimana Se Gi menyatakan cintanya dengan tatapan tajam menusuk jantung. Ri Jin juga ingat tatapan lembut dan sikap sopan Do Hyun yang meminta maaf karena tidak mengenalinya. Dan terakhir, Ri Jin ingat gaya bicara Ferry yang menggunakan dialek Jeolla.
"Semuanya berbeda.Tatapan matanya, suara, dan kepribadiannya", batin Ri Jin.
Ferry mulai bergerak-gerak tak teratur sembari mengerang kesakitan. Kepalanya mengadah keatas, bola matanya terbelalak membesar. Ri Jin terdiam terpaku menatap keganjilan yang terjadi di depannya tanpa berkedip.
Pria yang bertugas menjaga ruang penyekapan, baru saja kembali dari kamar kecil. Di salah satu drum yang ada di sana, dia melihat 2 buah bom rakitan milik Ferry. Ia mengambil salah satunya, dan tersenyum tak percaya mengira bom itu hanya mainan.
Pria itu pergi dan dengan cueknya menjatuhkan bom itu ke lantai, yang menyebabkan waktu penghitung mundur pada bom menjadi aktif. Penghitung mundur menunjukan waktu tersisa 29 menit 59 detik.
Ferry yang kesakitan kini tampak tenang dan membuka mata. Sinar matanya yang berubah menunjukan kalau Do Hyun telah kembali ke tubuhnya. Do Hyun yang telah sadar sepenuhnya melihat tangan serta kakiknya yang terikat.
"Kenapa ini bisa terjadi?. Bukan Se Gi yang keluar, lalu siapa?. Apa mungkin Ferry Park?", tanyanya dalam hati.
Do Hyun menoleh dan melihat Ri Jin yang menatapnya tak berkedip, "Oh Ri Jin-ssi?", panggil Do Hyun, "Kau tidak apa-apa. Kau tidak terluka, kan?. Ah, bagaimana dengan jaketnya?. Memangnya ada apa dengan jaketnya?".
Ri Jin tak menjawab dan terus menatap Do Hyun. Do Hyun bisa merasakan tatapan heran Ri Jin padanya. Do Hyun beralasan saat marah atau mabuk, ia sering kehilangan kesadaran dan lupa apa yang terjadi.
Ri Jin yang sejak tadi tertegun, tersadar dan menghela napas. Seperti yang Do Hyun lihat ia baik-baik saja, jangan khawatir. Dan soal jaket, para gangster itu masih mencarinya.
Para gangster yang di katakan Ri Jin sedang menuju ke tempat Ri On berada. Mereka melaju diatas motor besar mereka, seperti raja jalanan.
Sementara itu Ri On tengah berpesta bersama para senior kenalannya. Mereka tampak menikmati kebersamaan ini, saling bersulang, bergurau dan menyantap hidangan yang tersedia. Tanpa tahu ada bahaya yang mengancam mereka.
Do Hyun terkejut setelah mendengar cerita dari Ri Jin, "Kenapa kau malah memberitahukan keberadaan kakakmu begitu saja?. Seharusnya kau peringatkan dia dulu".
"Tidak apa-apa. Di sana ada pesta", jawab Ri Jin mencoba melepaskan ikatannya.
"Sekarang aku tidak sedang bercanda. Keluargamu mungkin berada dalam bahaya".
"Tidak apa-apa. Hari ini ada pesta", jawab Ri Jin lagi terkesan tak peduli.
"Apa kau sudah gila?", seru Do Hyun marah. Kemarahan Do Hyun reda mengingat perkataan Hook See yang bilang kalau Ri Jin adalah pasien yang berbahaya dan mempunyai daya khayal tingkat tinggi.
Do Hyun jadi menyesal dan meminta maaf. Ri Jin heran maaf untuk apa?. Do Hyun menjawab bagi orang yang sakit seperti Ri Jin. Belum selesai Do Hyun bicara, Ri Jin langsung menyela, "Kenapa kau terus mengatakan kalau aku ini sakit?", sahutnya kesal, "Nanti saja minta maafnya dan pikirkan caranya kita keluar dari sini! Aku harus segera ke rumah sakit!".
Dengan mudahnya Do Hyun bisa melepas tali yang menjerat tubuhnya. Ri Jin menatap heran, "Kenapa kau bisa melepas ikatannya dengan mudah?. Apa kau mempelajari trik kabur atau semacamnya?".
Sambil melepaskan ikatan Ri Jin, Do Hyun menjawab kalau ia sudah terbiasa melakukannya dan belajar selama bertahun-tahun.
Ri Jin bisa merasakan perbedaan dalam sikap Do Hyun. Ia menatap Do Hyun yang melepas ikatan di kakinya. Ri Jin menatap Ri Jin dalam dan bertanya, "Ingat?".
"Soal apa?".
"7 Januari 2015, tepat jam 10 malam. Waktu aku jatuh cinta padamu", ucap Ri Jin mengulagi perkataan Se Gi.
Do Hyun yang merasa tak pernah mengucapkan hal itu menjadi bingung. Bukan saatnya bagi Ri Jin mengatakan hal itu disini.
"Kau yang mengatakannya padaku. Kau tidak ingat?".
Ikatan Ri Jin telah lepas sepenuhnya. Ri Jin duduk berjongkong mendekati Do Hyun, "Kau bilang kalau orang yang berwajah sama denganmu itu palsu. Aku ingat wajah Shin Se Gi.
Pada Do Hyun, Ri Jin mengulangi perkataan Se Gi waktu itu. Ia ingat bagaimana wajah Se Gi yang memintanya untuk tidak melupakan tatapan matanya. Se Gi juga bilang kalau dia hanya satu, jadi Ri Jin jangan melupakan sinar matanya.
Ri Jin menatap Do Hyun dengan seksama lalu bertanya, "Namamu?. Siapa?. Katakan siapa namamu?".
Do Hyun balas menatap Ri Jin, bukannya menjawab ia memegang kedua lengan Ri Jin dengan kuat, "Oh Ri Jin, dengar. Kau ingin pergi dari sini, kan?".
Terdengar suara teriakan histeris dari dalam. Gangster penjaga yang tertidur sontak meloncat bangun mendengar teriakan histeris Ri Jin. Cepat-cepat ia membuka pintu dan mendapati Ri Jin yang terkapar di ruang penyekapan.
Ternyata itu hanya jebakan, tiba-tiba Do Hyun yang bersembunyi menampakan diri. Gangster penjaga menyerang, Do Hyun berhasil menghindar sekaligus melumpuhkan pria itu.
Ri Jin yang pura-pura pingsan membuka mata dan mereka langsung keluar dari ruang penyekapan. Ri Jin menagih janji Do Hyun yang akan memberitahu namanya jika mereka berhasil keluar dengan selamat dari ruang penyekapan. Do Hyun tak menjawab, ia malah mengatakan tak bisa mengantar Ri Jin kerumah sakit. Karena ia juga harus segera pergi ke suatu tempat.
Do Hyun melihat keadaan di luar, tapi begitu berbalik ia kaget melihat Ri Jin yang di todong pisau oleh gangster yang tadi pingsan. Pria itu menyuruh Ri Jin dan Do Hyun untuk kembali ke ruang penyekapan.
Ri Jin menampakan wajah takut. Do Hyun meminta gangster penjaga untuk melepaskan Ri JIn, "Wanita itu...sakit jiwa".
"Siapa?. Aku?", tanya Ri Jin syok.
Gangster penjaga menghitung sampai 3, jika mereka tidak mau masuk juga maka ia akan benar-benar melukai Ri Jin. Do Hyun berusaha membujuk gangster, jangan memaksa seorang pasien jiwa karena bisa semakin berbahaya.
Ri Jin tak percaya Do Hyun masih menanggapnya sakit jiwa. Dari pengamatannya justru Do Hyun yang lebih berbahaya, "Aku sehat, jadi jangan cemas. Tarik napas!".
Pria gangster mulai menghitung mundur..1..2..3.. Ri Jin teriak ketakutan dan tepat pada hitungan ke tiga mereka mendengar bunyi dari bom milik Ferry.
"Perhitungan waktu mundur di mulai", bunyi peringatan yang berasal dari bom milik Ferry.
Tapi gertakan itu tidak berguna, gangster penjaga tidak percaya. Ia mengira Do Hyun hanya mempermainkannya saja, mengancam dengan menggunakan bom mainan. Tapi Do Hyun tidak main-main, kali ini ia tidak bisa menghentikan bomnya.
"Kalau bom ini benar-benar meledak apa yang akan kau lakukan?. Tentu saja, kesempatanya 50-50. Semuanya terserah padamu. Apapun pilihanmu, tepat setelah 5 detik, akan kulemparkan bom ini tepat didepanmu".
Gangster penjaga terlihat takut dan juga bimbang. Pada akhirnya ia mendorong Ri Jin ke arah Do Hyun lalu kabur. Dorongan itu membuat Ri Jin terhuyung ke depan. Do Hyun menangkap tubuh Ri Jin dan mereka menabrak truk-truk kosong di belakang mereka.
Bom di tangan Do Hyun terlepas dan mengelinding kelantai. Do Hyun melihat bom itu, waktu tersisa tinggal 10 detik.
Penghitung waktu mundur terus berjalan.. 9...8...7....6...5.
Do Hyun bergegas membawa Ri Jin meninggalkan tempat itu. Bom meledak tepat pada saat mereka meninggalkan ruangan. Ri Jin pingsan tak sadarkan diri.
Beralih ke pesta Ri On. Para gangster datang dan mengepung Ri On dan teman-temannya yang sedang berpesta. Tapi anehnya teman-teman Ri On sama sekali tidak terlihat takut, tetap santai menikmati makanan yang terhidang di atas meja.
Pria gangster bertanya, "Oh Ji On dimana?".
Tidak ada yang peduli. Pria gangster kesal di cuekin, ia memperingatakan lebih baik orang yang bernama Oh Ri On segera keluar.
"Jaket ini yang kau cari?", tanya Ri On muncul di belakang gangster dengan membawa jaket kulit yang pria gangster cari.
Pria gangster mengacungkan jari telunjutknya, "Kembalikan. Kalau kau tidak mau melihat darah".
Ri On tersenyum, "Kenapa aku harus memberikan jaket ini padamu?. Aku harus mengambil isinya dulu agar kau bisa bawa dengan tenang".
Ri On merobek bagian dalam jaket milik pria gangster, tampaklah butiran ekstasi yang terselip di dalamnya. Butiran-butiran barang haram itu langsung berjatuhan.
Serempak teman-teman Ri On berdiri dari tempat mereka. Siapa yang menyangka jika senior kenalan Ri On ternyata polisi yang sedang menyamar. Pria gangster terkejut saat satu persatu dari mereka menunjukan identitasnya. Mulai dari penyidik Narkoba Kepolisian Myeongdong. Tim Penyidik Umum. Polisi bagian Lalu Lintas dan tim Penyidik Orang Hilang berkumpul disana.
Pria gangster tidak bisa berkutik lagi karena barang bukti ada di depan mata. Saat itu gerombolan pria gangster di ringkus polisi. Sebelum pergi, Ri On menahan lengan pria gangster, penuh kemarahan dia bertanya, "Dimana adikku?. Dimana adikku sekarang?".
Kembali ke ruang penyekapan. Do Hyun mengkhawatirkan Ri Jin yang tidak sadarkan diri. Ia mencoba membangunkan Ri Jin, tapi tidak bisa. Kembali terdengar ledakan. Do Hyun mendekap tubuh Ri Jin melindunginya agar tidak terkena percikan api.
Do Hyun menggedong Ri Jin ke tempat yang lebih aman. Ledakan kembali terjadi, kali ini apinya membumbung lebih tinggi. Sebuah kayu jatuh menimpa punggung Do Hyun. Do Hyun terhuyung, tapi ia mencoba tetap bertahan.
Do Hyun kembali berjalan, tapi ledakan kembali terjadi. Dari arah depan dan di belakang, api mulai mengepung mereka. Do Hyun memilih berlindung di belakang drum kosong.
Perlahan Ri Jin membuka mata dan melihat wajah Do Hyun, "Selamatkan aku. Selamatkan aku", pintanya lirih.
Do Hyun melihat sekeliling dan melihat sebuah motor terparkir tak jauh dari tempatnya. Ri Jin mulai menggigau, "Aku bersalah. Aku tidak tahu. Maafkan aku". Lalu kembali tak sadarkan diri.
Do Hyun mengumpulkan kekuatan membawa Ri Jin naik ke atas motor. Dengan tali yang ia dapat, Do Hyun mengikat badan Ri Jin ke perutnya agar lebih mudah membonceng Ri Jin. Ledakan hebat terjadi di mana-mana. Dengan kecepatan penuh, Do Hyun mengendarai motor meninggalkan gudang yang kini telah terbakar sepenuhnya.
Motor Do Hyun melaju di atas jalan raya. Ri Jin dan Do Hyun mereka berhasil selamat dari ledakan hebat. Do Hyun sempat menoleh ke belakang, mengkhawatirkan kondisi Ri Jin yang belum sadarkan diri. Tangan Ri Jin yang semula lemas mulai bergerak , Do Hyun merasakan tangan Ri Jin bergerak perlahan memeluk perutnya.
Dengan mata terpejam Ri Jin bertanya, "Kau. Siapa namamu?".
Do Hyun bisa mendengarkan pertanyaan Ri Jin. Tapi dia diam saja tak menjawab. Ri Jin mengeratkan pegangannya pada Do Hyun, "Jangan pergi. Tetaplah seperti ini".
Do Hyun membawa Ri Jin kerumah sakit dan menunggui Ri Jin yang kini terbaring di ranjang. Setengah sadar Ri Jin membuka matanya yang terasa berat, samar-samar ia melihat wajah Do Hyun yang menatapnya khawatir.
Do Hyun merasa sangat menyesal dan bersalah, "Maafkan aku. Membuatmu berada dalam bahaya. Maafkan aku tak bisa menceritakan mengapa kau bisa berada dalam situasi ini. Soal semuanya, aku minta maaf karena kau harus bertemu denganku. Aku harap kesialan lainnya karena bertemu denganku tidak akan terjadi. Aku benar-benar minta maaf".
Sinopsis Kill Me Heal Me Episode 3 Part 2
No comments:
Post a Comment
Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)