Episode
pertama di buka dengan adegan seorang pria yang menggunting berita di koran. Pria itu mengumpulkan semua artikel-artikel yang berhubungan dengan Seung Jin
Group. Termaksud berita kecelakaan misterius yang menewaskan Presdir Seung Jin
Group, Cha Gun Hoo dan menantunya, direktur Min Seo Yeon.
Untuk
mengisi kekosongan dalam perusahaan, Cha Joon Pyo yang merupakan anak tertua
presdir Cha di angkat menjadi presdir. Pengangkatan Cha Joon Pyo sebagai
presdir dirayakan secara besar-besaran. Malang, musibah kembali menimpa
keluarga Cha, terjadi kebakaran misterius di rumah besar itu. Beruntung, sang
pewaris selanjutnya bisa di selamatkan secara ajaib dari lokasi kebakaran.
Tapi,
bisakah sang pewaris hidup bahagia setelah melewati semua peristiwa yang
menimpa keluarganya?.
=
Musim Gugur 2004, Amerika =
Pewaris
itu tumbuh besar dan hebat dalam hal olahraga, dia adalah Cha Do Hyun anak dari
Cha Joon Pyo.
Cha
Do Hyun bersekolah di Amerika dan pemain football yang hebat.
Seorang temannya merasa dunia ini tidak adil. Do Hyun heran kenapa temannya
tiba-tiba bilang begitu. Teman Do Hyun menjelaskan saat pertama kali mereka
bertemu, ia mengira Do Hyun seorang kristen, Mormon atau Amish. Ia bahkan
bertaruh 100 dolar dan bilang kalau Do Hyun itu salah satu anggota
Mormon.
Do
Hyun tersenyum, "Apa aku terlihat punya gairah seks yang besar?".
"Bukan
itu maksudku. Kau itu pekerja keras, hemat dan jujur. Kau juga pintar bermain
football. Tidak bisa di percaya?".
Teman
Do Hyun bertanya karena merasa penasaran, "Apa hidup seperti ini sungguh
tidak membuatmu lelah?".
"Hidup
seperti ini?. Memang hidupku seperti apa?", tanya Do Hyun santai.
Sebenarnya hidup seperti apa yang Do Hyun jalani?. Rupanya Do Hyun adalah seseorang yang bersikap baik pada semua orang. Terlalu baik hingga membuat orang lain ingin selalu meminta bantuan padanya.
Banyak
tawaran club yang datang padanya, mulai dari club sosial untuk anak-anak di
afrika, Club pembela kaum seksual minoritas, Club menentang penambangan minyak
demi kehidupan beruang kutub utara, Club anti bunuh diri, Club pengawas
kegiatan LSM dan banyak lagi tawaran club-club lainnya.
Do
Hyun menerima semua tawaran dengan senyum dan berkata, "Terimakasih
tawarannya. Saya akan mempertimbangkannya.".
Teman Do Hyun heran, tidakkah Do Hyun sadar bagaimana dirinya terlalu bekerja keras dan baik hati. Bagi kaum minoritas dan kutu buku, Do Hyun itu terlihat seperti Mahatma Gandhi bagi mereka. Teman Do Hyun tampak tidak suka dengan Do Hyun itu. Do Hyun hanya menanggapinya dengan senyum.
Teman
Do Hyun menyuruh Abby untuk mengantarnya sendiri. Abby tidak bisa
karena sudah lama tidak menghubungi Jennifer karena sudah beberapa minggu Jennifer
tidak masuk sekolah. Abby memohon. Do Hyun tersenyum sama sekali tidak merasa
keberatan. Setelah mengucapkan terima kasih, Abby pergi.
Teman
Do Hyun kesal dan menilai Abby kasar, seharusnya Do Hyun jangan mau. Tapi Do
Hyun tidak merasa keberatan karena rumahnya searah dengan rumah Jennifer. Do
Hyun beranjak pergi, teman Do Hyun hanya bisa memukuli dadanya sendiri saking
kesalnya.
Begitu sampai di rumah Jennifer, Do Hyun langsung memencet bel, tapi ia malah mendengar suara teriakan dan makian yang berasal dari dalam rumah. Do Hyun memberanikan diri membuka pintu dan melihat Jennifer yang jatuh dari tangga karena di dorong seseorang.
Pria
yang sedang ngamuk itu menuntut agar Jennifer bicara dengan sopan santun. Do
Hyun menghampiri Jennifer dan menanyakan keadaannya. Tapi pria itu malah mendorongnya
menjauh. Dengan mata kepalanya sendiri, Do Hyun melihat pria itu memukuli
Jennifer. Do Hyun berusaha menghentikan, "Stop.. Stop".
Pria
bule itu marah, "Siapa kau. Apa yang kau lakukan disini?", dan
memukul wajah Do Hyun dengan keras hingga membuat Do Hyun terlempar. Perlakuan
itu mengingatkan Do Hyun pada masa kecilnya.
Do Hyun kecil yang lemah dan
terpojok di ruangan tanpa bisa melakukan apa-apa saat seseorang mencoba
melukainya.
"Ada
apa ini?. Sebenarnya ada apa?", tanya Do Hyun dalam hati saat pria
bule itu menendang perutnya tanpa ampun.
Tiba-tiba saja, warna mata Do Hyun berubah menjadi biru tapi hanya sebentar dan kembali bewarna hitam seperti sebelumnya.
Pria
itu menarik Do Hyun bangun dan memukulnya lagi, "Jennifer, panggil polisi",
ucap Do Hyun terakhir kalinya sebelum jatuh ke lantai.
Terdengar
sirine polisi meraung-raung di jalan. Pria itu hendak memukul Jennifer lagi,
tapi tidak jadi karena polisi datang. Polisi datang atas keluhan para tetangga
yang merasa terganggu. Polisi wanita bertanya, "Apa ayahmu
memukulimu?".
Jennifer diam dan terlihat ketakutan, polisi itu kembali bertanya, "Ataukah dia (Do Hyun) memukulimu?". Ayah Jennifer menatap putrinya dengan pandangan mengancam. Pandangan Jennifer tertuju pada Do Hyun yang berusaha bangun.
Dengan
tangan bergetar, ia menunjuk Do Hyun dan berkata, "Dia menyerang kami
lebih dulu. Ayahku menemukanku. Dia memukulku".
"Jennifer",
ucap Do Hyun syok
Kedua
polisi itu membawa Do Hyun keluar. Do Hyun masih tidak bisa percaya kenapa
Jennifer berbohong, "Katakan yang sejujurnya, Jennifer. Kau takkan pernah
keluar dari neraka ini. Jennifer. Jennifer!". Jennifer menangis melihat Do
Hyun di seret pergi.
Malam hari. Do Hyun baru saja pulang ke apartemennya dengan langkah tertatih, saat telpon di apartemennya berdering. Mesin penjawab telpon menjawab panggilan itu yang ternyata dari Sekerteris Ahn Gook.
Sek. Ahn mendengar Do Hyun berada di kantor polisi, dan di nyatakan bersalah atas tindakan kekerasan. Sek.
Ahn ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sek. Ahn memberitahu untung saja nenek dan ibu Do Hyun belum mengetahui hal ini.
Saat
ini Sek. Ahn sedang dalam perjalanan bisnis di San Fransisco. Ia akan menunjungi
Do Hyun secara diam-diam dengan menggunakan jet pribadi. Sek. Ahn ingin
mendengar keseluruhan ceritanya dari Do Hyun sendiri.
Do
Hyun melepas baju dan melihat wajahnya yang penuh luka. Ia meraba perutnya yang
memar dan meringis kesakitan saat tangannya menyentuh bagian itu. Tiba-tiba
kepala Do Hyun mendongak keatas. Ia teringat pada perlakuan ayah Jennifer tadi
siang. Bola mata Do Hyun membesar dan berubah menjadi warna biru.
Do Hyun teriak kesakitan, ia terjatuh sementara tangannya berusaha mencari obat yang terletak di rak atas. Ia berhasil menggapainya, tapi botol itu jatuh. Tangan Do Hyun yang berpegang pada ujung rak menegang menahan sakit. Sedetik kemudian, pegangan itu mengendur, Do Hyun yang kesakitan kini mulai tampak tenang. Jari tangan kanannya yang memegang meja, bergerak perlahan mengetuk-ngetuk meja.
Perlahan Do Hyun berdiri menatap cermin. Walau hanya sesaat terlihat kilatan marah di mata birunya. Bibir Do Hyun mengulas senyum, senyum itu kemudian berubah menjadi tawa. Tawa menyeringai dengan pandangan tajam. Do Hyun yang sekarang terlihat berbeda dengan Do Hyun yang kita lihat beberapa menit yang lalu.
Yang terlihat kemudian Do Hyun berjalan menyusuri jalanan dengan dandanan ala rocker dan eyeliner tebal di matanya. Siapa sangka, jika malam itu Do Hyun datang kerumah Jennifer. Begitu pintu terbuka, Do Hyun langsung melayangkan tinjunya ke wajah ayah Jennifer. Kedatangannya tak lain untuk membalas perbuatan pria itu.
Dengan
ekpresi dingin, ia memukuli pria itu tanpa ampun. Do Hyun yang sekarang menjadi lebih kuat. Setelah puas memukuli wajah ayah Jennifer yang mengeluarkan darah, Do Hyun
menarik rambut pria itu, "Lihat aku. Jika kau masih berani
menyetuhnya, aku akan kembali dan mematahkan setiap
tulang-tulangmu".
Ayah
Jennifer mengangguk ketakutan. Do Hyun beranjak pergi. Jennifer melihat Do Hyun
dari lantai atas, "Terima kasih", ucapnya lirih. Do Hyun tersenyum.
Pagi
harinya, Do Hyun yang baru saja terbangun dari tidur tampak terkejut dengan
penampilannya sendiri. Terlebih lagi saat melihat bajunya dan tangannya yang
bernoda darah. Do Hyun Sama sekali tidak ingat kejadian semalam. Ia hanya ingat
saat dia merasa kesakitan dan berusaha mengambil obat.
Terdengar
ketukan di pintu. Do Hyun masih tertegun menatap dirinya di cermin ketika Sek.
Ahn masuk. Sama seperti Do Hyun, Sek. Ahn kaget melihat penampilan Do Hyun,
"Bagaimana bisa begini?".
"Sek.
Ahn, bantu aku".
"Aku
harus bagaimana?. Apa yang harus kulakukan?", ucap Do Hyun menatap dirinya
di cermin dengan wajah kebingungan.
"Saat pertama kalinya aku menyadari kenyataan bahwa ada monster yang tinggal dalam tubuhku. Namanya Shin Se Gi. Usianya sama denganku. Saat dia muncul, daerah disekelilingnya berubah menjadi daerah pertumpahan darah".
Bersamaan
dengan itu di perlihatkan saar Do Hyun melakukan kekerasan pada seseorang.
Memukul bahkan mencekik musuhnya. Saat sadar, Do Hyun tidak ingat apa-apa, syok
dan juga bingung.
=
Amerika, 2014 =
Do
Hyun tengah berkonsultasi dengan seorang dokter psikolog. Dokter bergidik ngeri
mendengar cerita Do Hyun tentang Shin Se Gi. Do Hyun minta dokter jangan cemas,
Se Gi hanya kejam saat dia marah. Dia tidak akan pernah melakukan kekerasan
terhadap wanita dan anak kecil.
Dokter
mengelap keringat dinginnya dan mempersilahkan Do Hyun untuk melanjutkan
ceritanya.
"Dia
muncul tanpa ijin dariku dan mencuri waktu serta tubuhku. Tapi sayangnya,
karena dia mencuri tubuh dan hatiku, aku sama sekali tidak ingat perbuatanku.
Jadi terkadang....".
Flashback.
Do
Hyun terbangun di tempat pembuatan tato. Se Gi membuat tato di tangan dengan
tulisan, "Mors Sola". Mars Sola dalam bahas latin berarti mati
sendirian. Do Hyun terkejut dan sontak loncat dari ranjang membuat si pembuat
tato marah.
"Aku
berada di tempat yang tidak ku kenali. Dan seseorang yang tidak kukenal malah
mengenaliku".
Di
hari lain Do Hyun mendapati dirinya duduk di sebuah cafe memakai earphone
ditelinga. Seorang wanita cantik menghampirinya dan memuji penampilan Do Hyun
tampak keran hari ini, tapi ia lebih suka Do Hyun berpenampilan seksi seperti
kemarin.
Do Hyun kebingungan karena tidak mengenali wanita yang duduk
di depannya, "Maaf. Anda siapa?", tanyanya sopan. Wanita itu marah
dan menyiram Do Hyun dengan segelas air.
"Terkadang,
karena sesuatu yang tidak kulakukan, aku harus berurusan dengan konsekuensinya".
Rupanya
wanita itu bukanlah wanita biasa. Mungkin dia anggota gengster atau putri
seorang mafia. Dia menyiksa Do Hyun, mengikat Do Hyun dengan posisi kepala
terbalik. Tiap kali ia menggerakan ibu jarinya, maka anak buahnya yang terdiri
dari pria-pria kuat langsung menarik tali yang mengikat Do Hyun. Kepala Do Hyun tercelup ke dalam bak berisi air dingin. Begitu terus menerus.
Flashback
end.
Dokter
psikolog yang mendengar kisah Do Hyun sampai sesak napas dibuatnya. Ia bertanya
apa Do Hyun mengerti apa arti dari semua kejadian yang menimpanya. Tentu saja
Do Hyun mengerti. 4 tahun lalu, oleh Dr. Scottfield, ia divonis menderita DID.
Dissociative Identity Disorder. Atau yang bias di sebut kepribadian
ganda.
"Jadi
berapa banyak orang yang hidup dalam dirimu, tuan Cha?".
Do
Hyun mencoba mengingat dan mengihitungnya satu persatu. Dari yang ia ingat,
mereka yang pernah muncul itu, " Se Gi yang kejam. Ferry Park yang pandai
merakit bom, Yo Sub yang selalu berusaha bunuh diri berkali-kali...."
Belum
selesai Se Gi menjelaskan, dokter yang merasa ketakutan buru-buru berdiri. Ia
meminta maaf dan merasa tidak bisa merawar Do Hyun. Do Hyun berusaha menahan dokter
agar jangan pergi. Bukankah sebelumnya dokter bilang pernah merawat orang yang
menderita kepribadian ganda.
Dengan
wajah memelas dokter mengaku kalau perkataan yang sebelumnya itu hanya bohong.
Dokter beranjak pergi dan langsung menghindar ketika Do Hyun ingin
memanggilnya. Dokter minta agar Do Hyun jangan mendekat, karena ia takut pada
Do Hyun. Do Hyun terdiam, tidak ada yang bisa ia lakukan.
"Aku
tidak tahu pasti berapa orang yang hidup dalam diriku. Aku tidak tahu apakah
akan ada kepribadian lainnya muncul di masa depan".
Do
Hyun mengendarai mobilnya. Sekilas menatap dirinya sendiri di cermin. Wajah Do
Hyun yang sendu.
Ketika
Do Hyun pulang sudah ada Sek. Ahn di dalam rumahnya. Ia tersenyum melihat Sek.
Ahn sedang bermain-main dengan mainan robotnya. Ia heran kenapa Sek. Ahn datang
tanpa memberitahunya. Sek. Ahn bilang ingin bertemu dengan Do Hyun, sekaligus
menyampaikan perintah Ketua Seo, nenek Do Hyun.
"Apa
yang nenek inginkan?".
"Ketua
Seo ingin anda pulang ke Korea dan menyelesaikan semua urusan disini".
Do
Hyun tidak langsung menjawab. Ia duduk dan tampak berpikir. Do Hyun bilang
tentunya Sek. tahu pengobatannya belum berakhir. Do Hyun khawatir bisakah
penyakit kepribadian gandannya ini di rahasiakan. Dan juga ragu akankah nenek
dan ibunya akan mengerti, jika ia memberitahukan hal ini pada mereka.
"Mereka
akan bilang aku ini mengerikan. Jadi, aku tidak akan pergi. Tidak dalam keadaan
mengerikan seperti aku yang sekarang".
Tapi apa yang Do Hyun inginkan berbeda dengan kenyataan yang terjadi sekarang. Saat terbangun ia mendapati dirinya berada di dalam pesawat. Tentu saja Do Hyun terkejut bukan main dan juga panik.
Do
Hyun menoleh ke sana kemari. Disebelahnya ada seorang yang tidur dan menutupi
wajahnya dengan koran. Koran yang memuat artikel novel "Kematian
Omega".
"Permisi,
kemana pesawat ini akan pergi?", tanya Do Hyun pada Oh Ri On, pria yang
duduk di sebelahnya
Belum
sempat Ri On menjawab terdengar suara pramugari yang mengumumkan kalau pesawat
mereka sebentar lagi akan mendarat di Bandar Incehon, Korea.
Ri
On tersenyum polos, "Kesanalah tujuan kita".
Do
Hyun ingin menggunakan ponsel tapi dilarang oleh pramugari yang kebetulan
lewat. Setelah pramugari pergi Ri On berkata kalau Do Hyun dilarang memakai
ponselnya sendiri, maka pakai saja ponsel miliknya. Bukankah ini kan kelas
satu. Ri On hendak mengambil ponselnya dan baru ingat pemakaian ponsel di dalam
pesawat di larang.
"Kalau
begitu kau juga tak bisa gunakan milikku. Aku sangat bodoh. Aku lucu sekali,
kan?", ucapnya tertawa seraya merapihkan poni yang menutupi
keninganya.
Do
Hyun hanya diam menanggapi candaan Ri On. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Ri
On memperhatikannya dengan wajah serius.
Begitu
mendarat, Do Hyun segera mengaktifkan ponselnya. Ia menemukan pesan video yang
sengaja di tinggalkan Se Gi.
"Bagaimana
rasanya bisa pulang ke negara asalmu setelah sebelas tahun, sobat?. Lihatlah,
lihat. Jangan menatapku dengan tatapan seperti itu. Seorang pria harus punya
ambisi. Bukankah kau ingin menjadi pemilik Seung Jin Group. Aku sudah mengirim
seluruh barang-barangmu. Saat kau sampai tolong simpan juga barang-barangku.
Gaya ini (gaya berpakaian Do Hyun)....sangat buruk".
Do
Hyun langsung lari setelah menerima pesan itu.
Sebuah mobil melaju dengan kencang memasuki halaman parkir. Dengan keahliannya si pengendara bisa memakirkan mobilnya dengan sangat cepat. Pengendara mobil itu adalah gadis bernama Oh Ri Jin, yang merupakan saudara kembar Oh Ri On.
Baru saja Ri Jin hendak menarik napas dalam ketika mendengar ponselnya berdering. Ri Jin menjawabnya dan teriak marah, "Aku bukan penulis Omega. Sudah kubilang aku ini bukan penulis Omega atau Oscar. Jadi tolong jangan menelponku lagi".
Ri
Jin melempar ponselnya dan mengacak rambutnya, tampak sekali kalau ia merasa
frustasi, "Mati kau hari ini!", ucapnya penuh emosi lalu keluar
dari mobil dan berlari.
Do
Hyun menelpon seseorang. Ia ingin memesan tiket penerbangan kembali ke New
York. Tidak masalah tiket kelas bisnis atau kelas 1, yang penting yang paling
cepat berangkat.
Tapi
niatnya untuk kembali ke New York haru ia urungkan, karena beberapa anak buah
suruhan Ketua Seo datang menjemputnya. Dengan santun keempat pria itu memberi salam
pada Do Hyun. Do Hyun membalas dengan kaku.
Salah
satu dari mereka mengatakan Ketua Seo telah menyiapkan mobil untuk Do Hyun dan
tugas mereka disini untuk mengawal Do Hyun ke mobil. Do Hyun hanya bisa
mengangguk pasrah.
"Hei!",
teriak Ri Jin dengan suara menggelegar
Ri
Jin menunjuk ke arah Do Hyun dan berjalan cepat kearahnya. Do Hyun menoleh ke kanan dan ke kiri tapi gadis itu jelas-jelas menunjuk dirinya. Ia terpaku
melihat Ri Jin yang terlihat marah padanya, padahal sama sekali ia tidak mengenalnya.
Do Hyun teringat pada wanita gangster yang pernah menyiksanya, hanya karena ia tidak merasa mengenali wanita itu. Do Hyun bergidik ngeri, tidak
ingin kejadian menakutkan itu terulang lagi.
Kini
Ri Jin sudah berdiri tepat di hadapan Do Hyun, "Keluarlah saat aku masih
bicara baik-baik".
"Aku
sudah keluar disini, jadi berapa jauh lagi aku harus keluar?", balas Do
Hyun.
Tapi
bukan Do Hyun sasaran Ri Jin, melainkan Ri On yang bersembunyi di belakang
punggung Do Hyun. Do Hyun saja dibuat kaget melihat Ri On yang bersembunyi di belakangnya. Hahaha..
Ri Jin menjewer telinga Ri On dan menariknya keluar dari
persembunyian, "Kemari, brengsek!. Cepat kemari".
Ri
On meringis kesakitan dan menjadikan Do Hyun sebagai tameng untuk
melindunginya. Ri Jin marah banyak hal tidak baik yang ia alami karena ulah
saudara kembarnya itu. Ponselnya terus menerima panggilan dari para wartawan
dan ia tidak bisa bekerja dengan tenang di rumah sakit, "Kemari
kau!".
Ri
On meminta pertolongan pada Do Hyun, "Selamatkan aku. Kumohon bantu
aku"
"Menyingkirlah
kalau kau tidak tahu", semprot Ri Jin
Do
Hyun bergerak menghindar, tapi Ri On terus mengikutinya dan protes kenapa Do
Hyun mengikuti perkataan saudaranya itu, padahal ia adalah orang yang
membutuhkan pertolongan.
Ri
Jin tak menyerah untuk mendapatkan Ri On. Do Hyun berhasil melepaskan diri.
Dengan kedua tangannya, Ri Jin menjewer telinga Ri On tanpa ampun. Ri On
mengajak Ri Jin bicara baik-baik, kekerasaan itu tidak baik.
Ri
Jin marah, sampai kapan Ri On terus memakai namanya untuk hidup. Ri Jin
mengancam akan mengungkapkan jati diri Ri On disini,
"Semuanya",
teriak Ri Jin nyaring, "Orang ini adalah penulis tanpa nama. Omega, Oh Ri
On...".
Ri
On membekap mulut Ri Jin saat Ri Jin ingin melanjutkan ucapanya. Ri On teriak
dan berakting sedih, "Omona..omona. Bagaimana ini. Maafkan aku. Adik saya
ini punya masalah... di sini", Ri On menunjuk kepala Ri Jin.
"Dongseng-ah,
oppa akan membawamu kerumah sakit. Ayo", Ri On tetap membekap mulut Ri Jin
sembari menyeretnya pergi meski Ri Jin terus meronta.
Do
Hyun terpaku di tempatnya melihat kelakuan ajib kakak adik itu. Do Hyun terus
melihat hingga mereka menghilang.
Ri On mengendarai mobil sambil bernyanyi dan menggunakan botol softdrink kosong sebagai microphone. Ia menyodorkan botol itu pada Ri Jin, mengajak adiknya bernyanyi. Ri Jin mengambil botol bukan untuk bernyanyi melainkan untuk memukuli Ri On. Ia masih sangat kesal, "Mati saja kau!. Apa kau punya kepribadian ganda?".
"Hey,
bahkan jika kau bilang begitu... Bisakah aku menulis dalam sebuah rumah dengan
dua orang gila?".
Ri
Jin bertanya sampai kapan Ri On akan menjadi penulis dan memamfaatkan keluarga
(nama Ri Jin) sebagai penggantinya. Ri On menjawab menjadi penulis misterius
adalah jati dirinya. Berkat Ri Jin, ia menjadi terkenal dan kaya. Bahkan bisa
liburan dan berpergian dengan naik pesawat kelas satu. Hal ini memungkinkannya
untuk menjadi seorang kakak yang keren. Untuk kepuasan saja.
Tetap
saja Ri Jin menuntut agar Ji On mempunyai nama pena, "Apa itu Omega?. Ada
begitu banyak nama yang bisa kau gunakan?".
Ri
On sangat menyukai nama Omega-3 yang terdengar sangat transparan dan jelas. Ri
Jin kesal, "Hei!". Ri On menegur Ri Jin, "Kenapa kau memanggil
'Hei' pada oppa?. Sangat tidak sopan!".
Ri
Jin mencibir memangnya kita lahir dari keluarga kerjaan yang selalu harus
menggunakan bahasa sopan. Ri On menjawab dengan santai, masalahya akan semakin
besar kita lahir dari keluarga kerajaan. Anak kembar adalah pertanda buruk bagi
keluarga kerajaan selama dinasti Joseon.
"Kalau
kita lahir di keluarga kerajaan hanya salah satu dari kita yang tinggal di
kerjaan dan satunya lagi akan di asingkan. Kita bisa tumbuh besar terpisah
sebagai tuan muda dan gadis biasa. Maksudku, perlakukan oppamu ini dengan
baik".
Ri
Jin heran kenapa pembiacaraan mereka malah melenceng kemana-mana. Apa semua
cerita hanya bermula, berpusat dan berakhir di sekitar Ri On saja?. Ri Jin
memukul oppanya. Ri On tersenyum, kenapa? tidak bisakah Ri Jin menjadi gadis
biasa. Ri On menatap wajahnya di cermin dan memuji dirinya sendiri. Dilihat
dari penampilan dan budi pekerti, ia sangat cocok menjadi tuan muda.
"Kau
bilang akan terjadi peristiwa besar bila kita lahir di keluarga
kerjaan".
"Mungkin
saja aku ini orang kaya".
Ri
Jin yang kesal memukuli Ri On, "Pergi! Pergi! Ke rumahmu! Ayo
pergi!". Ri On berusaha menghidar dan mengingatkan kalau ia sedang
menyetir.
Ri Jin sedang melamun sembari
menyandarkan kepalanya ke jendela ketika mobil berhenti. Ri Jin kaget saat Ri
On tiba-tiba membuka pintu. Ri On menyuruh adiknya itu untuk turun, mereka
sudah tiba di rumah sakit.
Ri Jin keluar dan memasang wajah
kesal pada kakak kembarnya itu. Ri On memegang pundak Ri Jin, "Meskipun
kehidupan rumah sakit ini melelahkan, ku harap kau mampu bertahan. Jangan lupa
kita selalu bersama dalam hati kita".
"Lupakan soal kebersamaan kita
dan jangan membuat para wartawan meneleponku!", Ri Jin masih marah pada Ri
On.
Ri On tertawa, "Jangan
menatapku seperti itu!. Apa psikiater bisa memperbaiki sifatmu yang pendendam
itu". Ri On mencoba bersikap manis dengan membelai rambut Ri Jin,
"Oppa menyesal. Maaf".
Ri Jin menepis tangan Ri On. Ri On
berkata merasa lega melihat Ri Jin sehat. Ri Jin menyuruh Ri On pergi.
Perhatian Ri Jin kemudian tertuju pada mobil ambulance yang baru saja melintas di depannya dan berhenti di depan pintu rumah sakit. Terdengar terikan dari seorang pria yang baru saja di keluarkan dari ambulance. Pria itu minta agar supir ambulance membawanya kembali ke tempat asalnya. Teriakan pria itu semakin nyaring saat petugas tanpa sengaja menjatuhkannya.
"Hei..sakit..!. Hei, kau pikir
ini roller coaster. Sudah kubilang lepaskan aku!", teriaknya marah..(tapi
kenapa saya justru tertawa melihat adegan ini).
Ri Jin yang tampak mengenali pria
itu tersenyum senang dan bergegas menghampirinya, "Omo Ahjushi. Kita
bertemu lagi", sapanya riang. Tapi sayangnya pasien tidak suka melihat Ri
Jin, "Kau lagi?. Kenapa kau lagi?".
Ahjushi itu terus berteriak ketika
petugas membawanya masuk ke dalam. Ri Oh yang masih berdiri di tempatnya,
menatap melongo.
Ri Jin bertanya siapa yang telah
membuat ahjushi stres lagi, ia akan memarahi orang itu.
"Memang salahkku jika aku
tampan".
"Tentu saja siapa yang menyuruh
anda menjadi tampan?", balas Ri Jin.
Para perawat mengambil alih ahjushi
itu. Ri Jin mengatakan pasien yang mereka tangani ini mengalami ketergantungan
alkohol. Dia bisa marah dan memberontak, jadi bius dia lebih dulu.
"Apa?. Memompa isi pertuku?.
Jangan melakukannya. Hei!. Aku ini sangat berkuasa di Korea. Kau tidak takut!.
Hei! ", ahjuhsi itu terus berteriak ketika perawat membawanya ke ruang
penanganan.
Ri Jin diam berdiri di tempatnya, melihat ahjushi dengan khawatir. Ia lalu membuka mantelnya, dibalik mantel itu ternyata dia sudah mengenakan jas dokter. Dibagian atas saku tertulis, "Dokter Jiwa, Oh Ji Rin". Ri Jin menghela napas dan menyusul keruang penanganan. '
Di ruang UGD, ahjushi itu mengamuk
dengan menyodorkan tiang infus dan mengancam orang-orang yang ingin
mendekatinya. Semua perawat mundur takut. Ri Jin datang dan berusaha untuk
tetap tenang dengan mengajak ahushi bicara layaknya teman. Ia minta agar
ahjushi mengembalikan tiang infus itu.
Ahjuhsi marah, "Kenapa kau
terus ikut campur. Aku masih tidak bisa membedakan apakah kau ini dokter atau
pasein. Aku tidak akan melepaskanmu, kalau kau mendekat aku akan...",
ahjushi menyodor-nyodorkan tiang itu ke arah Ri Jin yang ingin mendekat.
Ri Jin mencoba membujuk,
"Baiklah.. baiklah. Kita urus soal perutmu nanti. Jadi tolong letakan dulu
benda itu dan mari kita bicara. Jika anda mendengarkan saya, saya akan
membelikan anda arak, oke?. Aku tahu tempat yang menjual arak beras
terenak".
"Sambil minum arak, ceritakan
apa yang sudah membuat anda seperti ini. Aku akan mendengarkan semuanya. Saatu
sembuh kau pernah bilang, kalau kau ingin berhenti minum arak dan melakukan
rehabilitasi. Setidaknya minumlah bersamaku untuk yang terakhhir kalinya dan lepaskan
semua kemarahan di hatimu, oke?".
Tangan Ri Jin bergerak hendak
mengambil tiang infus, tapi ahjushi justru ngamuk. Ia melempar benda itu
naik ke atas ranjang dan hendak menyerang Ri Jin. Dengan kakinya, Ri Jin
menendang tempat tidur itu dan memutar-mutarnya. Ahjushi menyerang, Ri Jin
dengan sigap menyambut ahjushi dan membantingnya dengan jurus yudo.
Kemudian Ri Jin meminta perawat
untuk mengambil Ativan (obat penenang untuk rasa cemas dan tegang. Di bantu 2
orang perawat, Ri Jin menyuntikan obat penenang itu. 2 perawat lain datang, Ri
Jin mengintruksikan mereka untuk membawa ahjushi ke ruang perawatan. Ri Jin
tetap berjanji akan membelikan ahjushi arak beras. Ahjushi yang mulai tenang
menyahut, "Ya. Saya mau".
Ri Jin menjadi tenang, ia mulai
bekerja dan merawat pasien lainnya. Diam-diam Ri On menyaksikan kejadian tadi.
Ri On tersenyum, "Kau keren, adikku".
Ri On sempat terdiam menatap salah
satu buku yang ia keluarkan dari dalam tas. Buku yang berisi kliping mengenai
keluarga Seung Jin Group, termaksud tragedi yang menimpa keluarga itu. Ada juga
foto Do Hyun di dalamnya.
Dalam perjalanan menuju rumahnya, Do
Hyun tampak tidak tenang. Perlahan mobil memasuki kediaman keluarga Cha yang
sangat-sangat besar. Do Hyun semakin gugup dan berusaha menenangkan dirinya
sebelum masuk ke dalam rumah.
Dengan dikawa bodyguard, Do Hyun
masuk ke dalam rumah yang langsung disambut oleh para pelayan yang berjejer
rapi di ruang depan. Sek. Ahn juga ada disana dan memberi salam hormat pada Do
Hyun, "Anda sudah sampai?". Do Hyun menghela napas.
Lalu terdengar suara wanita,
"Ibu mertua". Do Hyun menoleh ke sumber suara.
Suara itu adalah suara ibu Do Hyun,
Ny. Shin. Ia kesal karena Ketua Seo, nenek Do Hyun tidak menghiraukan
panggilannya. Ketua Seo malah asyik menikmati teh yang baru saja di
seduhnya.
"Ibu!', panggil Ny. Shin lebih nyaring. Tetap saja Ketua Seo cuek dengan panggilan menantunya itu,
"Kali ini dia ada dimana?. Dimana ibu menyembunyikan dia. Sudah 22 tahun sejak pertama kali ibu menyembunyikannya. Dia itu bukan bidak kuda di papan catur, ibu pikir tubuhnya akan lebih sehat jika ibu menyembunyikan dan memindahkannya seperti itu?
Ketua Seo membaca koran seakan tidak mendengar protes Ny. Shin. Ny. Shin bertanya sebenarnya ada apa dengan mertuanya itu, "Ini bukan pertama atau kedua kalinya. Ibu selalu memindahkan dia saat aku mencarinya kemana-mana. Saat aku berhasil menemukan tempat dimana dia di rawat. Ibu selalu mencari cara dan memindahkannya lagi. Kenapa ibu terus membuat usahaku sia-sia?".
Ketua Seo yang semula diam kini bereaksi, ia melirik tajam dan menegur darimana Ny. Shin belajar bicara tidak sopan begitu, "Kau tidak bisa bicara yang lain selain ucapan kasarmu itu, hah?".
Ny. Shin membenarkan, memang benar ia jahat dan kasar, jadi katakan saja. Meskipun orang lain tidak tahu setidaknya ia berhak tahu dimana keberadaan dia (keberadaan orang yang menjadi topik pembicaraan mereka).
"Memangnya kau siapa?. Apa hakmu sampai sebangga itu?. Apa kau punya seorang penerus atau seorang anak. Apa yang membuatnya semakin percaya diri?", tanya ketua Seo tajam.
"Aku.. aku.. kenapa aku tidak punya anak?. Do Hyun, anaknya Joo Pyo, cucu ibu. Satu-satunya penerus Seung Jin. Dari lahir dari rahimku!", sahut Ny. Shin setengah berteriak.
Ketua Seo marah, melempar koran kelantai dengan kasar, "Apa sebenarnya maumu?. Sudah berapa kali ku katakan padamu, kalau dia bukanlah anakmu!. Apa kau menyesali keputusanmu setelah putus hubungan dengannya?.
Ketua Seo berdiri dengan marah. Ia terkejut melihat Do Hyun yang tiba-tiba berdiri di depannya, dan tentu saja mendengar perdebatan mereka. Tapi anehnya, wajah ketua Seo sama sekali tidak berubah lembut saat menatap wajah cucu yang telah lama tidak di jumpainya itu.
Do Hyun memberi salam hormat pada neneknya. Ny. Shin berbalik, "Do Hyun, anakku", sambutnya senang. Ny. Shin menghampiri Do Hyun dan bertanya kapan Do Hyun sampai. Do Hyun tersenyum, Ny. Shin menyentuh wajah Do Hyun, "Lihatlah wajahmu!. Ah, kau pasti sangat sedih!".
Do Hyun melayangkan pandangannya pada ketua Seo, berharap neneknya akan menyapanya. Tapi justru yang ia terima hanya tatapan dingin tanpa ekpresi. Ketua Seo yang berlalu dari hadapannya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Lanjut ke Sinopsis Kill Me Heal Me Episode 1 Part 2
No comments:
Post a Comment
Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)