Akhirnya Do Hyun sampai
dirumah, disana sudah ada Sek. Ahn yang menunggunya dengan cemas.
Belum sempat Sek. Ahn bertanya apa yang terjadi, Do Hyun sudah lebih
memberitahu kalau mulai sekarang ia akan berkerja di ID Entertaiment. Ia minta Sek. Ahn mengumpulkan data perusahaan, termaksud rencana tahun depan serta profil para karyawan dan artis yang terikat kontrak dengan perusahaan.
Sek. Ahn kaget dengan keputusan Do Hyun yang berubah tiba-tiba, apa Do Hyun benar-benar ingin melalukan hal ini dan menetap di Korea. Do Hyun berkata meski ia kembali ke Amerika, Se Gi pasti naik pesawat lagi dan membawanya kembali kesini. Karena Se Gi mempunyai tujuan.
"Hanya ada satu cara", Do Hyun menatap dirinya di depan cermin, "Aku tak akan kabur. Aku harus menghadapinya (Se Gi) secara langsung".
Dimulai dari saat itu, Do Hyun giat mempelajari seluk beluk perusahaan. Sek. Ahn menjelaskan apa yang tidak di ketahui Do Hyun. Do Hyun mempunyai tujuan jangka pendek yakni mengadakan pertemuan dewan direksi dalam waktu 3 bulan. Do Hyun yakin sampai saat itu tiba, ia akan baik-baik saja.
Untuk mendukung tujuannya itu, Do Hyun menggunakan gadget teknologi terbaru yang bisa merekam semua kegiatannya. Saat tidur Do Hyun mengunci dirinya di dalam rumah.
Bangun pagi pukul 6.30. Ia merekam setiap kegiatannya dengan smartwatches (jam pintar). Setiap kali bangun pagi Do Hyun akan memeriksa CCTV dan memastikan kamera itu terus mengawasinya. Kamera canggih itu secara otomatis akan bergerak kemana Do Hyun berada.
Olahraga pukul 07.00. Do Hyun membiasakan diri berolahraga untuk menghilangkan rasa stres dan juga takut. Karena di saat-saat itulah kepribadian ganda sering menyerang dan mengambil alih tubuhnya. Do Hyun sebisa mungkin mengontrol emosi dan kondisinya agar hal itu tidak terjadi.
Karena Se Gi sudah berani menyerang Dr. Seok, kemungkinan akan lebih berbahaya jika Dr. Seok terus merawatnya. Oleh karena itu Do Hyun membutuhkan dokter jiwa pribadi yang bisa menggantikan posisi Dr. Seok. Tapi dokter jiwa itu harus orang yang bisa di percaya menjaga rahasianya ini hingga mati.
"Aku akan merahasiakannya sampai mati, jadi ceritakanlah", ucap Ri Jin pada Hook See, "Bagaimana caranya kau kabur dari rumah sakit?", tanya Ri Jin ingin tahu.
Hook See tidur di ranjang menutupi wajahnya dengan selimut. Ri Jin menghela napas jika dan berkata jika Hoo See terus menolak pengobatan dan tidak mau minum obat. Maka Hook See akan keluar lebih lama dari rumah sakit ini, apa itu yang Hook See inginkan.
Dengan masih tetap menutup wajahnya, Hook See berkata rumahnya dan rumah sakit ini adalah penjara baginya. Karena dirumah ataupun dirumah sakit selalu ada dokter yang mengawasinya.
"Semua dokter di rumahku gila karena mereka tak bisa membuatku jadi dokter dan dokter di rumah sakit jadi gila karena mereka ingin menjadikanku pasien mereka. Dokter, tidak adakah yang ingin kau katakan?. Kau tidak mungkin tahu perasaanku?. Aku hanya ingin hidup dengan berdansa. Apa itu sesuatu yang dikatakan gila?".
Ri Jin bersikap layaknya teman. Jika Hook See mau melalukan perawatan dan minum obat dengan teratur, ia janji akan pergi berdansa bersama Hook See.
Hook See tak percaya, "Benarkah?".
"Benar"
"Kapan?", tanya Hook See lagi
"Bagaimana kalau saat aku libur?", tawar Ri Jin.
Tiba-tiba Hook See langsung duduk tegak, bicara dengan cepat sembari menari meliuk-liukan badannya, "Kalau begitu kita bisa pergi sekarang, kau libur hari ini".
Ri Jin memekik kaget dan menunjuk mata Hook See. Dengan penuh semangat Hook See berkata banyak orang yang menyebutnya mirip dengan Siberian Husky (anjing ras berukuran sedang dan berbulu tebal). Karena itu ia mengubah dandanan matanya. Hook See menambahkan warna matanya ini disebut Twilight Burgundy, warna yang menjadi trend di club saat ini.
Ri Jin melotot terkejut, "Kau yakin?".
"Tentu saja. Dandanan ini mirip dengan makeup-nya Baekhyun EXO. Masa kau tidak tahu?".
Ri Jin tersenyum garing. Hook See bisa menebak pastilah Ri Jin tidak tahu tren di club saat ini, tapi ia memuji Ri Jin berbakat dalam hal menyewa seorang pria. Ri Jin kaget, siapa yang menyewa?. Aku?.
"Jangan menyangkal Dr. Oh. Kabar itu sudah menyebar di rumah sakit. Mereka bilang saat kau mencari seorang pasien, kau bertemu seorang pria di club. Tapi kau di campakkan 2 jam kemudian", Hook See tertawa mengejek "2 jam".
Ri Jin keluar dari ruang rawat Hook See dengan kesal. Masih terniang di telinganya perkataan Hook See barusan. Para perawat yang berpapasan dengan Ri Jin menyapanya dengan sopan, tapi di belakang mereka menertawakan Ri Jin sebagai wanita yang di campakkan.
Begitu pula dengan teman sesama dokter. Mereka ini adalah para dokter yang menguping saat Ri Jin bersama Se Gi di ruang obat. Dr. Kang In Gu yang paling semangat membahas hal ini. Ia tak menyangka Ri Jin ternyata berbakat mencari seorang pria dan langsung di campakkan 2 jam kemudian.
Dr. Shin So Joo menilai Ri Jin galak seperti seorang jendral. Sejak awal dia memang sudah gagal. Saat seorang pria mencoba melepaskan celanannya, Ri Jin malah berteriak dan menyuruh pria itu untuk memakai kembali pakaiannya. Tapi siapa yang tahu di dalam hatinya mengatakan hal yang berbeda.
"Menyedihkan. Menurut kalian, mungkinkah dia pernah pacaran sebelumnya?".
"Seharusnya kita merawat. Dia mungkin mengalami trauma setelah kejadian ini?. Dia membantah fakta bahwa dia telah dicampakkan.", timpal Dr. Shin.
Mereka terus saja mengoceh tanpa tahu ada Ri Jin disana, mendengarkan semua perkataan yang menjelekan dirinya.
Dr. Shin tiba-tiba merasa kan hawa dingin, apa jendela di luar terbuka. Terdengar seruan Ri Jin, "Aku tidak menyewanya?". Ketiga dokter itu kaget melihat Ri Jin datang menghampiri mereka. Setau mereka Ri Jin libur hari ini tapi kenapa ada di rumah sakit.
Ri Jin membela diri kalau ia tidak di campakan seorang pria, "Dia lah yang mengikutiku karena dia menyukaiku dan dia pergi lebih dulu karena dia sibuk. Dan saat dia ingin main-main aku tidak pernah mau pergi dengannya. Jadi aku tidak pernah menyewanya!", teriak Ri Jin kesal.
Seorang dokter wanita datang dengan membawa jaket kulit yang di pakai Se Gi sebelumnya, "Dr. Oh. baju ini yang di pakai oleh pria yang kau sewa, kan?. Petugas laundry memintaku untuk memberikannya padamu".
"Aku tidak menyewanya", teriak Ri Jin kesal setengah mati, lalu pergi dengan membawa jaket kulit.
Begitu Ri Jin pergi, ke-3 dokter penggosip itu langsung tertawa terbahak-bahak. Kekesalan Ri Jin justru membuat mereka senang.
Ri Jin memang membawa jaket kulit itu, tapi bukan untuk di simpan melainkan untuk di buang tempat sampah. Setelah membuangnya Ri Jin bergegas pergi, tapi ia kembali lagi untuk mengecek merk jaket itu. Pikiran Ri Jin berubah saat melihat jaket itu merupakan salah satu koleksi merk terkenal dari Italy. Ri Jin mengambil ponselnya. Menghubungi Shin Se Gi.
Ponsel Do Hyun berdering saat dia sedang bermeditasi. Do Hyun mendengarkan pepatah bijak dari mp3 yang ia putar. Do Hyun tidak menjawab panggilan Ri Jin karena tidak mendengarnya.
Panggilan telpon Ri Jin tersambung ke kotak suara. Karena telpon Se Gi tidak dijawab membuat Ri Ji berpikir kalau Se Gi sengaja menghindar, "Aku sudah dicampakkan. Ya. memang seperti itu", dengan kesal Ri Jin membuang jaket kulit itu ke tempat sampah.
Sek. Ahn kaget dengan keputusan Do Hyun yang berubah tiba-tiba, apa Do Hyun benar-benar ingin melalukan hal ini dan menetap di Korea. Do Hyun berkata meski ia kembali ke Amerika, Se Gi pasti naik pesawat lagi dan membawanya kembali kesini. Karena Se Gi mempunyai tujuan.
"Hanya ada satu cara", Do Hyun menatap dirinya di depan cermin, "Aku tak akan kabur. Aku harus menghadapinya (Se Gi) secara langsung".
Dimulai dari saat itu, Do Hyun giat mempelajari seluk beluk perusahaan. Sek. Ahn menjelaskan apa yang tidak di ketahui Do Hyun. Do Hyun mempunyai tujuan jangka pendek yakni mengadakan pertemuan dewan direksi dalam waktu 3 bulan. Do Hyun yakin sampai saat itu tiba, ia akan baik-baik saja.
Untuk mendukung tujuannya itu, Do Hyun menggunakan gadget teknologi terbaru yang bisa merekam semua kegiatannya. Saat tidur Do Hyun mengunci dirinya di dalam rumah.
Bangun pagi pukul 6.30. Ia merekam setiap kegiatannya dengan smartwatches (jam pintar). Setiap kali bangun pagi Do Hyun akan memeriksa CCTV dan memastikan kamera itu terus mengawasinya. Kamera canggih itu secara otomatis akan bergerak kemana Do Hyun berada.
Olahraga pukul 07.00. Do Hyun membiasakan diri berolahraga untuk menghilangkan rasa stres dan juga takut. Karena di saat-saat itulah kepribadian ganda sering menyerang dan mengambil alih tubuhnya. Do Hyun sebisa mungkin mengontrol emosi dan kondisinya agar hal itu tidak terjadi.
Hook See tidur di ranjang menutupi wajahnya dengan selimut. Ri Jin menghela napas jika dan berkata jika Hoo See terus menolak pengobatan dan tidak mau minum obat. Maka Hook See akan keluar lebih lama dari rumah sakit ini, apa itu yang Hook See inginkan.
Dengan masih tetap menutup wajahnya, Hook See berkata rumahnya dan rumah sakit ini adalah penjara baginya. Karena dirumah ataupun dirumah sakit selalu ada dokter yang mengawasinya.
"Semua dokter di rumahku gila karena mereka tak bisa membuatku jadi dokter dan dokter di rumah sakit jadi gila karena mereka ingin menjadikanku pasien mereka. Dokter, tidak adakah yang ingin kau katakan?. Kau tidak mungkin tahu perasaanku?. Aku hanya ingin hidup dengan berdansa. Apa itu sesuatu yang dikatakan gila?".
Ri Jin bersikap layaknya teman. Jika Hook See mau melalukan perawatan dan minum obat dengan teratur, ia janji akan pergi berdansa bersama Hook See.
Hook See tak percaya, "Benarkah?".
"Benar"
"Kapan?", tanya Hook See lagi
"Bagaimana kalau saat aku libur?", tawar Ri Jin.
Tiba-tiba Hook See langsung duduk tegak, bicara dengan cepat sembari menari meliuk-liukan badannya, "Kalau begitu kita bisa pergi sekarang, kau libur hari ini".
Ri Jin memekik kaget dan menunjuk mata Hook See. Dengan penuh semangat Hook See berkata banyak orang yang menyebutnya mirip dengan Siberian Husky (anjing ras berukuran sedang dan berbulu tebal). Karena itu ia mengubah dandanan matanya. Hook See menambahkan warna matanya ini disebut Twilight Burgundy, warna yang menjadi trend di club saat ini.
Ri Jin melotot terkejut, "Kau yakin?".
"Tentu saja. Dandanan ini mirip dengan makeup-nya Baekhyun EXO. Masa kau tidak tahu?".
Ri Jin tersenyum garing. Hook See bisa menebak pastilah Ri Jin tidak tahu tren di club saat ini, tapi ia memuji Ri Jin berbakat dalam hal menyewa seorang pria. Ri Jin kaget, siapa yang menyewa?. Aku?.
"Jangan menyangkal Dr. Oh. Kabar itu sudah menyebar di rumah sakit. Mereka bilang saat kau mencari seorang pasien, kau bertemu seorang pria di club. Tapi kau di campakkan 2 jam kemudian", Hook See tertawa mengejek "2 jam".
Ri Jin keluar dari ruang rawat Hook See dengan kesal. Masih terniang di telinganya perkataan Hook See barusan. Para perawat yang berpapasan dengan Ri Jin menyapanya dengan sopan, tapi di belakang mereka menertawakan Ri Jin sebagai wanita yang di campakkan.
Begitu pula dengan teman sesama dokter. Mereka ini adalah para dokter yang menguping saat Ri Jin bersama Se Gi di ruang obat. Dr. Kang In Gu yang paling semangat membahas hal ini. Ia tak menyangka Ri Jin ternyata berbakat mencari seorang pria dan langsung di campakkan 2 jam kemudian.
Dr. Shin So Joo menilai Ri Jin galak seperti seorang jendral. Sejak awal dia memang sudah gagal. Saat seorang pria mencoba melepaskan celanannya, Ri Jin malah berteriak dan menyuruh pria itu untuk memakai kembali pakaiannya. Tapi siapa yang tahu di dalam hatinya mengatakan hal yang berbeda.
"Menyedihkan. Menurut kalian, mungkinkah dia pernah pacaran sebelumnya?".
"Seharusnya kita merawat. Dia mungkin mengalami trauma setelah kejadian ini?. Dia membantah fakta bahwa dia telah dicampakkan.", timpal Dr. Shin.
Mereka terus saja mengoceh tanpa tahu ada Ri Jin disana, mendengarkan semua perkataan yang menjelekan dirinya.
Dr. Shin tiba-tiba merasa kan hawa dingin, apa jendela di luar terbuka. Terdengar seruan Ri Jin, "Aku tidak menyewanya?". Ketiga dokter itu kaget melihat Ri Jin datang menghampiri mereka. Setau mereka Ri Jin libur hari ini tapi kenapa ada di rumah sakit.
Ri Jin membela diri kalau ia tidak di campakan seorang pria, "Dia lah yang mengikutiku karena dia menyukaiku dan dia pergi lebih dulu karena dia sibuk. Dan saat dia ingin main-main aku tidak pernah mau pergi dengannya. Jadi aku tidak pernah menyewanya!", teriak Ri Jin kesal.
Seorang dokter wanita datang dengan membawa jaket kulit yang di pakai Se Gi sebelumnya, "Dr. Oh. baju ini yang di pakai oleh pria yang kau sewa, kan?. Petugas laundry memintaku untuk memberikannya padamu".
"Aku tidak menyewanya", teriak Ri Jin kesal setengah mati, lalu pergi dengan membawa jaket kulit.
Begitu Ri Jin pergi, ke-3 dokter penggosip itu langsung tertawa terbahak-bahak. Kekesalan Ri Jin justru membuat mereka senang.
Ri Jin memang membawa jaket kulit itu, tapi bukan untuk di simpan melainkan untuk di buang tempat sampah. Setelah membuangnya Ri Jin bergegas pergi, tapi ia kembali lagi untuk mengecek merk jaket itu. Pikiran Ri Jin berubah saat melihat jaket itu merupakan salah satu koleksi merk terkenal dari Italy. Ri Jin mengambil ponselnya. Menghubungi Shin Se Gi.
Ponsel Do Hyun berdering saat dia sedang bermeditasi. Do Hyun mendengarkan pepatah bijak dari mp3 yang ia putar. Do Hyun tidak menjawab panggilan Ri Jin karena tidak mendengarnya.
Panggilan telpon Ri Jin tersambung ke kotak suara. Karena telpon Se Gi tidak dijawab membuat Ri Ji berpikir kalau Se Gi sengaja menghindar, "Aku sudah dicampakkan. Ya. memang seperti itu", dengan kesal Ri Jin membuang jaket kulit itu ke tempat sampah.
Kekesalan masih menyelimuti hati Ri Jin ketika dia sampai di depan rumah. Ia melihat tas yang berisi jaket kulit Se Gi. Ternyata Ri Jin tidak tega membuang jaket semahal itu..hahaha
Ri Jin berkata pada dirinya sendiri kalau ia tidak merasa simpati atau menyimpan harapan pada Se Gi. Dengan wajah lucu Ri Jin berkata alasan ia tidak membuang jaket itu karena jaket itu adalah jaket kulit asli buatan Italy.
Ri Jin mengambil tas berisi jaket dan bersiap keluar. Ia memekik terkejut melihat wajah ayahnya yang tiba-tiba menempel di kaca mobil..wkwkw..
"Ini ayahmu" sapa Oh Dae Oh, ayah Ri Jin.
Ayah Oh membuka pintu mobil dan bertanya apa jaket kulit itu hadiah untuknya. Belum sempat Ri Jin menjawab ayah Oh kabur dengan membawa tas berisi jaket. Ri Jin mengejar ayahnya sembari berteriak, "Itu bukan untuk ayah!".
Tapi Ayah Oh yang tidak peduli pada teriakan Ri Jin, ia memakai jaket itu dan berpose layaknya cewek centil, "Bagaimana, ayah keren bukan?".
"Apanya yang keren. Itu kelihatan murahan!. Cepat lepaskan jaketnya!", sahut Ri Jin.
Ayah Oh memuji Ri Jin yang telah tumbuh besar dan bisa membelikan ayahnya hadiah. Meski model jaket ini terlihat kuno tapi ia sangat menyukainya. Ayah Oh menunjuk bercak noda darah yang menempel di jaket, "Lihat ini, bukankah warnanya kelihatan seperti darah sungguhan?. Mereka bahkan membuatnya sedetail ini. Wah, kulit itali mempunyai kualitas yang sangat bagus".
Ri Jin tertawa terpaksa dan berkata ukuran jaket itu terlalu kecil untuk di pakai ayahnya. Ayah Oh tidak mau melepaskan jaket, karena menurutnya ukuran jaket ini sangat pas di tubuhnya.
Ji Soon Young, ibu Ri Jin keluah rumah seraya bertanya pada suaminya apa kayu bakarnya sudah siap. Senyumnya mengembang begitu mengetahui Ri Jin datang.
"Ri Jin-ah". Seru ibu Ji girang
"Ibu", sahut Ri Jin tak kalah girang berlari ke pelukan ibunya.
Ibu dan anak itu berpelukan berputar-putar layaknya Teletubbies.. ^^. Ibu Ji bertanya kapan Ri Jin datang. Ri Ji menjawab baru saja, "Aku sangat merindukan ibu". Ibu Ji berkata ayah Oh menangkap seekor babi. Menu makan malam ini barbeque daging babi. Ri Jin meloncat girang, tingkahnya seperti anak kecil.
Ibu Ji kembali bertanya apa ayah Oh sudah menyiapkan kayu bakarnya. Tapi yang di tanya malah asyik dengan jaket barunya. Ibu Ji kesal dan bertanya dengan suara nyaring, "Yobo!. Kau sudah memotong kayunya?".
Ayah Oh janji akan memotong kayunya sebentar lagi dan menyuruh Ri Jin beserta istrinya masuk ke dalam rumah. Mereka menurut, tapi baru selangkah mereka berbalik, ayah Oh memanggil istrinya.
"Yobo, tanganku tidak bisa di angkat", ucap ayah Oh memegang kampak yang biasa ia gunakan untuk memotong kayu.
Serentak ibu Ji dan Ri Jin menjawab, "Baju itu kekecilan", teriak mereka jutek lalu masuk ke dalam.
Di dalam rumah Ri Jin beserta ibunya mempersiapkan bahan-bahan barbeque. Ri Jin menilai ayahnya masih sama seperti dulu. Ibu Ji berkata ayah Oh sudah lebih membaik. Dia banyak di sukai orang dan suka membantu orang lain. Mungkin ayah Oh akan terus bersikap seperti itu, bertingkah seperti anak kecil sepanjang sisa hidupnya sampai dia mati.
Ri Jin menyahut justru itulah daya tarik terbesar yang di miliki ayahnya, "Kalau semua orang di dunia ini seperti ayah, rumah sakit mungkin takkan mungkin mendirikan bagian kejiwaan".
"Wanita yang merawat orang seperti Ayahmu akan memastikan kalau bagian kejiwaan takkan berakhir, jadi jangan khawatir", timpal ibu Ji.
Ri Jin tersenyum. Suasana rumah yang tenang membuat Ri Jin bertanya kemana Ri On, apa kakaknya itu tidak ada di rumah. Ibu Ji tidak tahu apa yang di lakukan Ri On saat ini, mungkin putranya itu sedang menulis novel baru semalaman.
"Ibu tidak tahu dia tidur atau tidak. Bisakah kau menghentikan kakakmu menulis Novel Misterius?. Dia hanya membicarakan kematian. Dia yang menulis novelnya sendiri dan tidak bisa tidur pada malam hari karena bermimpi buruk".
"Benarkah?", tanya Ri Jin terkejut.
Ibu Ji memperagakan Ri On yang seperti kesurupan. Terlihat lucu, ibu Ji tertawa begitu pula dengan Ri Jin.
Ri Jin masuk ke kamar Ri On, sepertinya Ri On sedang pergi karena kamar itu kosong. Ri Jin melihat kamar kakaknya yang penuh dengan tumpukan buku di mana-mana. Di lantai, di meja ataupun di rak buku, jika orang tidak tahu pastilah menganggap Ri On seorang kutu buku.
"Pria yang kesepian", komentar Ri Jin.
Ri Jin melangkah pergi, tapi langkahnya terhenti. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya yaitu lemari coklat yang berada tepat di tengah rak buku. Ri On merasa penasaran ingin membuka pintu lemari itu. Pelan-pelan tangannya bergerak menggeser pintu lemari. Ia melihat sebuah gambar, belum sempat ia melihat gambar itu secara utuh, tiba-tiba ada sebuah tangan menyentuh pundaknya yang membuat Ri Jin teriak terkejut.
Ri On tertawa dan cepat-cepat menutup pintu lemari. Rupanya tadi dia pergi mandi. Ri Jin mengeluh hampir saja jantungnya copot karena ulah Ri Jin.
"Apa kau pencuri?", tuduh Ri, "Siapa yang menyuruhmu?. Apakah Penerbit Eiru Media?. Atau Jerry Bruckheimer, si brengsek itu?
"Ibu yang menyuruhku datang, agar oppa turun makan", jawab Ri Jin kesal lalu pergi.
Ri On sempat melonggok keluar untuk memastikan Ri Jin benar-benar pergi. Setelah itu ia membuka pintu lemari yang membuat Ri Jin penasaran. Dibalik lemari itu ternyata tertempel foto Do Hyun. Ri On menutup pintu lemari dan menghela napas lega. Lega karena Ri Jin tidak sempat melihat apa yang ia sembunyikan.
Kini Ri Jin dan Ri On sudah berada di depan meja makan. Ibu Ji mengomentari lingkaran dibawah mata Ri On yang hitam seperti panda. Lalu bertanya berapa banyak orang yang sudah di bunuh Ri On kemarin (karakter di dalam buku karangannya).
"2 orang", jawab Ri On.
"Ibu Ji mengeluh, ia hanya mempunyai dua anak, tapi kedua anaknya itu hanya bisa melakukan hal-hal yang membuat hati orang tuanya khawatir. Ri Jin membuat ibu Ji khawatir kalau Ri Jin akan di lukai pasiennya yang mengalami gangguan mental. Dan ia juga mengkhawatirkan Ri On yang mungkin pikirannya bisa kacau karena ulahnya sendiri.
Ayah Oh membuka pintu mobil dan bertanya apa jaket kulit itu hadiah untuknya. Belum sempat Ri Jin menjawab ayah Oh kabur dengan membawa tas berisi jaket. Ri Jin mengejar ayahnya sembari berteriak, "Itu bukan untuk ayah!".
Tapi Ayah Oh yang tidak peduli pada teriakan Ri Jin, ia memakai jaket itu dan berpose layaknya cewek centil, "Bagaimana, ayah keren bukan?".
"Apanya yang keren. Itu kelihatan murahan!. Cepat lepaskan jaketnya!", sahut Ri Jin.
Ri Jin tertawa terpaksa dan berkata ukuran jaket itu terlalu kecil untuk di pakai ayahnya. Ayah Oh tidak mau melepaskan jaket, karena menurutnya ukuran jaket ini sangat pas di tubuhnya.
Ji Soon Young, ibu Ri Jin keluah rumah seraya bertanya pada suaminya apa kayu bakarnya sudah siap. Senyumnya mengembang begitu mengetahui Ri Jin datang.
"Ri Jin-ah". Seru ibu Ji girang
"Ibu", sahut Ri Jin tak kalah girang berlari ke pelukan ibunya.
Ibu dan anak itu berpelukan berputar-putar layaknya Teletubbies.. ^^. Ibu Ji bertanya kapan Ri Jin datang. Ri Ji menjawab baru saja, "Aku sangat merindukan ibu". Ibu Ji berkata ayah Oh menangkap seekor babi. Menu makan malam ini barbeque daging babi. Ri Jin meloncat girang, tingkahnya seperti anak kecil.
Ibu Ji kembali bertanya apa ayah Oh sudah menyiapkan kayu bakarnya. Tapi yang di tanya malah asyik dengan jaket barunya. Ibu Ji kesal dan bertanya dengan suara nyaring, "Yobo!. Kau sudah memotong kayunya?".
Ayah Oh janji akan memotong kayunya sebentar lagi dan menyuruh Ri Jin beserta istrinya masuk ke dalam rumah. Mereka menurut, tapi baru selangkah mereka berbalik, ayah Oh memanggil istrinya.
"Yobo, tanganku tidak bisa di angkat", ucap ayah Oh memegang kampak yang biasa ia gunakan untuk memotong kayu.
Serentak ibu Ji dan Ri Jin menjawab, "Baju itu kekecilan", teriak mereka jutek lalu masuk ke dalam.
Di dalam rumah Ri Jin beserta ibunya mempersiapkan bahan-bahan barbeque. Ri Jin menilai ayahnya masih sama seperti dulu. Ibu Ji berkata ayah Oh sudah lebih membaik. Dia banyak di sukai orang dan suka membantu orang lain. Mungkin ayah Oh akan terus bersikap seperti itu, bertingkah seperti anak kecil sepanjang sisa hidupnya sampai dia mati.
Ri Jin menyahut justru itulah daya tarik terbesar yang di miliki ayahnya, "Kalau semua orang di dunia ini seperti ayah, rumah sakit mungkin takkan mungkin mendirikan bagian kejiwaan".
"Wanita yang merawat orang seperti Ayahmu akan memastikan kalau bagian kejiwaan takkan berakhir, jadi jangan khawatir", timpal ibu Ji.
Ri Jin tersenyum. Suasana rumah yang tenang membuat Ri Jin bertanya kemana Ri On, apa kakaknya itu tidak ada di rumah. Ibu Ji tidak tahu apa yang di lakukan Ri On saat ini, mungkin putranya itu sedang menulis novel baru semalaman.
"Ibu tidak tahu dia tidur atau tidak. Bisakah kau menghentikan kakakmu menulis Novel Misterius?. Dia hanya membicarakan kematian. Dia yang menulis novelnya sendiri dan tidak bisa tidur pada malam hari karena bermimpi buruk".
"Benarkah?", tanya Ri Jin terkejut.
Ibu Ji memperagakan Ri On yang seperti kesurupan. Terlihat lucu, ibu Ji tertawa begitu pula dengan Ri Jin.
Ri Jin masuk ke kamar Ri On, sepertinya Ri On sedang pergi karena kamar itu kosong. Ri Jin melihat kamar kakaknya yang penuh dengan tumpukan buku di mana-mana. Di lantai, di meja ataupun di rak buku, jika orang tidak tahu pastilah menganggap Ri On seorang kutu buku.
"Pria yang kesepian", komentar Ri Jin.
Ri Jin melangkah pergi, tapi langkahnya terhenti. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya yaitu lemari coklat yang berada tepat di tengah rak buku. Ri On merasa penasaran ingin membuka pintu lemari itu. Pelan-pelan tangannya bergerak menggeser pintu lemari. Ia melihat sebuah gambar, belum sempat ia melihat gambar itu secara utuh, tiba-tiba ada sebuah tangan menyentuh pundaknya yang membuat Ri Jin teriak terkejut.
Ri On tertawa dan cepat-cepat menutup pintu lemari. Rupanya tadi dia pergi mandi. Ri Jin mengeluh hampir saja jantungnya copot karena ulah Ri Jin.
"Apa kau pencuri?", tuduh Ri, "Siapa yang menyuruhmu?. Apakah Penerbit Eiru Media?. Atau Jerry Bruckheimer, si brengsek itu?
"Ibu yang menyuruhku datang, agar oppa turun makan", jawab Ri Jin kesal lalu pergi.
Ri On sempat melonggok keluar untuk memastikan Ri Jin benar-benar pergi. Setelah itu ia membuka pintu lemari yang membuat Ri Jin penasaran. Dibalik lemari itu ternyata tertempel foto Do Hyun. Ri On menutup pintu lemari dan menghela napas lega. Lega karena Ri Jin tidak sempat melihat apa yang ia sembunyikan.
Kini Ri Jin dan Ri On sudah berada di depan meja makan. Ibu Ji mengomentari lingkaran dibawah mata Ri On yang hitam seperti panda. Lalu bertanya berapa banyak orang yang sudah di bunuh Ri On kemarin (karakter di dalam buku karangannya).
"2 orang", jawab Ri On.
"Ibu Ji mengeluh, ia hanya mempunyai dua anak, tapi kedua anaknya itu hanya bisa melakukan hal-hal yang membuat hati orang tuanya khawatir. Ri Jin membuat ibu Ji khawatir kalau Ri Jin akan di lukai pasiennya yang mengalami gangguan mental. Dan ia juga mengkhawatirkan Ri On yang mungkin pikirannya bisa kacau karena ulahnya sendiri.
"Ri Jin karena kau libur, periksa kakakmu itu".
"Keluarga kita sudah sempurna. Untuk apa Ibu butuh dokter jiwa?. Kesehatan Pikiran bermula dan berakhir pada Kebahagiaan keluarga".
Ri On memuji ucapan Ri Jin itu mirip dengan slogan iklan. Ia tertawa sembari bertepuk tangan, tawa yang di paksakan. Lalu menyenggol Ri Jin menyuruh adiknya itu untuk ikut tertawa. Ri Jin ikut tertawa mengikuti gerakan Ri On. Ibu Ji tersenyum lalu tertawa dengan hebohnya. (ibu anak sama-sama soplak..hehe).
Ayah Oh masuk dan mengajak mereka untuk keluar membantunya. Ia sudah selesai memotong kayu tapi apinya belum menyala dan di luar dingin sekali. Ri On takjub melihat jaket kulit yang dipakai ayahnya, ia bertanya dari mana ayah Oh mendapatkan jaket itu.
Ri Jin, Ri On dan ibu Ji sudah mulai memanggang barbeque mereka di halaman rumah. Ayah Oh berada di dalam rumah menyiapkan 4 gelas bir. Ia tersenyum melihat keluarganya yang tampak kompak.
Kemudian ayah Oh keluar dengan membawa 4 gelas bir dan mereka langsung bersulang. Sungguh keluarga yang harmonis. ^^
Usai makan malam Ri Jin duduk di beranda, melihat pemandangan malam sembari menikmati secangkir kopi hangat. Ri On datang menyusul dan mengomentari Ri Jin yang duduk sendirian disini. Setelah selesai makan seharusnya Ri Jin langsung tidur kenapa malah minum kopi larut malam begini.
Ri Jin tanya apa Ri On akan bergadang lagi?. Ri On membenarkan, "Aku harus tidur setelah
aku membunuh setidaknya dua orang lagi".
"Kudengar oppa tidak bisa tidur karena mimpi buruk. Tidakkah oppa terlalu mendalaminya?".
Ri On berkomentar Ri Jin sedang memulai konseling (konsultasi). Ri Jin tersenyum, ia tidak tahu bagaimana pendapat seorang penulis, tapi setidaknya Ri On bisa membedakan antara kenyataan dan imajinasi, "Kalau oppa terlalu mendalaminya, dalam dunia yang oppa ciptakan sendiri, oppa bisa terluka".
"Aigo...aigo..aigo... jangan khawatir. Oppamu ini sudah mengetahuinya dengan baik", ucap Ri On mengelus kepala Ri Jin, "Menurutmu kenapa aku memutuskan menjadi penulis misterius dengan nama pena Omega?".
Ri Jin menyahut setahunya hal itu tidaklah penting. Ri On merangkul pundak Ri Jin, "Dengar baik-baik, dokter. Sebagai Omega, aku ini penulis yang menulis novel misteri dan hidup seperti seorang playboy, tapi sebagai Oh Ri On,...".
Ri On menunjuk ke langit, "Disana...seperti bintang yang terang disana. Jiwaku bebas. Dan sebagai Oh Hwi....".
"Sejak kapan kau ada tiga?. Oh Hwi, siapa dia?", potong Ri Jin sadar ucapan Ri On mulai ngelantur.
Ri On terkadang memakai Oh Hwi itu untuk menggoda para wanita. Karena nama Oh Ri On terdengar biasa, jadi ia lebih senang mendengar para wanitanya memanggilnya dengan nama "Oh Hwi".
Ri Jin pura-pura tersenyum dan berkata konseling selesai setelah mengetahui kepribadian Ri On terbagi-bagi. Ri On menahan Ri Jin yang ingin pergi. Ri On mengaku bisa hidup aman dan nyaman dengan mendefinisikan dirinya menjadi orang lain. Sama seperti Jekyll dan Hyde.
*Jekyll dan Hyde = nama tokoh dalam sebuah novel yang menceritakan 2 kepribadian berbeda yang hidup dalam satu tubuh yang sama.
Ri Jin tertegun, kalimat terakhir Ri On membuat pikiran Ri Jin melayang pada Se Gi dan Do Hyun. Satu orang dengan wajah sama tapi memiliki sifat yang bertolak belakang. Ri On sampai harus menggoyangkan tangannya di depan Ri Jin agar adiknya itu sadar, "Apa yang kau pikirkan?".
"Tidak ada", jawab Ri Jin.
Lalu Ri Jin bertanya jika Ri On mendefisinikan dirinya menjadi orang lain apakah hal itu menyenangkan?. Bukan soal menyenangkan atau tidak, Ri On berpikir itu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkanya dari dunia kejam, bisa di bilang semacam strategi hati. Semacam itulah.
Ri Jin mendengarnya dengan wajah serius. Ri On heran melihat wajah Ri Jin yang terlihat serius, "Apa?", tanyanya.
"Apa?", tanya Ri Jin balik
"Apa?. Apa?. Apa?", balas Ri On tak mau kalah
"Apa?. Apa?. Apa?. Apa?", sahut Ri Jin lebih tidak mau kalah lagi.. hahaha
Menjelang tidur Ri Jin kembali ingat pada Se Gi yang meminta Ri Jin untuk mengingat nama dan tatapan matanya. Ri Jin juga ingat pada sikap sopan Do Hyun yang meminta maaf dan berkata semua ini hanya salah paham.
"Dia berbeda. Sinar matanya.... ", ucap Ri Jin menyadari sesuatu.
Pagi hari. Sek. Ahn datang ke rumah Do Hyun ketika pemilik rumah selesai berolahraga. Sek. Ahn melihat Do Hyun dari kepala hingga ujung kaki dan bertanya apa semalam terjadi sesuatu?. Do Hyun menjawab beberapa hari ini ia tenang, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Menurut rekaman jam canggihnya, ia tidak pernah kehilangan kesadaran ataupun waktu. Hal-hal terpenting akan di mulai dari sekarang.
Sek. Ahn bertanya kalau begitu apa Do Hyun tetap ingin mengadakan pertemuan dewan direksi sesuai dengan rencana?. Do Hyun terdiam lalu mengangguk dengan yakin.
Bersama ketua Seo, Do Hyun datang ke perusahaan untuk menghadiri pertemuan dewan direksi. Di depan lift mereka bertemu dengan Ki Joon berserta ayahnya. Cha Young Pyo, ayah Ki Joon melihat ketua Seo dan menyapanya, "Ketua".
Do Hyun tersenyum dan menyapa pamannya. Ia minta maaf seharusnya setelah pulang ke Amerika menyempatkan diri menemui pamannya, tapi mereka malah bertemu di tempat ini. Tuan Cha tidak mempermasalahkan hal itu. Dengan nada sindiran tuan Cha bertanya pada ketua Seo, apa tidak terlalu kejam bagi Do Hyun mulai bekerja saat ini.
Ketua Seo menjawab demi perusahaan dan dirinya sendiri, lebih baik Do Hyun mulai bekerja secepat mungkin. Meski ID Entertainment terbilang usaha baru di Seung Jin Group, menurut tuan Cha posisi wakil direktur terlalu berat bagi Do Hyun yang seorang pemula.
Ki Joon terlihat mengangguk membenarkan perkataan ayahnya dan melirik ke arah Do Hyun. Ketua Seo menjawab Do Hyun bisa belajar banyak dari Ki Joon, "Karena dia terbebani dengan jabatan yang penting, Do Hyun akan menjadi orang yang bertanggung jawab", ucap ketua Seo dengan nada di tekan.
Lift terbuka. Ketua Seo masuk di ikuti Do Hyun. Sek. Ahn menahan pintu untuk tuan Cha, tapi tuan Cha mempersilahkan mereka untuk naik lebih dulu, ia berserta Ki Joon akan naik lift berikutnya.
"Baiklah", ucap ketua Seo dingin.
Tuan Cha tersenyum dan mengangguk. Dari ucapan, tatapan dan cara mereka bicara jelas sekali terlihat kalau hubungan ibu dan anak ini tidak baik.
Pintu lift terutup, ketua Seo mengingatkan Do Hyun jangan percaya dan terjebak pada senyuman tuan Cha.
"Kepribadian yang baik, perhatian, dan rendah hati. Senyum itu palsu dan itulah strateginya. Kalau seseorang mempunyai ambisi jahat, dia akan menyembunyikan jati dirinya".
Ny. Yoon Jae Kyoung , ibu Ki Joon bermain golf. Ia mendapat pujian dari teman-temannya karena berhasil melakukan pukulan bagus. Teman Ny. Baek bertanya apa strategi yang di gunakan Ny. Baek sehingga bermain bagus.
Ny. Shin yang baru saja turun dari Golf Car terlihat bicara di telpon. Wajah Ny. Yoon berubah masam begitu mengetahui Ny. Shin datang. Entah sengaja atau tidak Ny. Shin bicara di telpon dengan nada nyaring. Ia membahas Do Hyun yang baru pulang dari Amerika dan menjabat sebagai Wakil Direktur ID Entertaiment.
Ny. Yoon menjadi jenggah dan mengajak teman-temannya masuk. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar Ny. Shin menyebut Do Hyun adalah pewaris tunggal Seung Jin Group. Meski begitu anaknya itu harus tetap memulai dari bawah agar orang lain bisa melihat kemampuannya.
Dengan kesal Ny. Yoon beranjak masuk ke Golf Car. Saat itulah Ny. Shin melihat dan memanggil Ny. Yoon dengan sebutan kakak ipar. Ny. Shin mendekati mobil seraya memanggil Ny. Yoon. Tapi Ny. Yoon pura-pura tidak mendengar panggilan itu.
Ny. Shin jelas kesal, sikap macam apa itu. Keterlaluan.
Di dalam ruangan Ny. Yoon menelpon seseorang dan mengadukan hal yang baru saja di alaminya. Baru saja keluar rumah tapi ia harus menanggung malu karena masalah yang di sebabkan orang rendahan yang tidak tahu malu.
"Orang itu pasti aku, kakak ipar. Aku benar, kan?", sahut Ny. Shin sudah berdiri di depan Ny. Yoon.
Buru-buru Ny. Yoon memutus telponnya dan beranjak dari situ. Tapi Ny. Shin menahannya dan menyuruhnya untuk kembali duduk, "Kita bicara dulu, kakak ipar".
Ny. Yoon kesal, ia merendahkan nada bicaranya agar tidak ada yang mendengar, "Bisakah kau berhenti memanggilku kakak ipar?".
"Aku memanggil kakak iparku dengan panggilan kakak ipar. Apa perlu aku memanggil dengan namamu saja?".
Ny. Yoon tidak merasa menjadi kakak ipar Ny. Shin, karena nama Ny. Shin tidak ada di dalam daftar anggota keluarga Seung Jin. Ny. Shin berkata kartu keluarga itu hanyalah selembar kertas, "Hanya karena selembar kertas itu, apa ada seseorang yang tidak mengenal kalau aku adalah istrinya Cha Joon Pyo?".
"Jangan mimpi. Tidak ada orang dalam Seung Jin menganggapmu sebagai keluarga", balas Ny. Yoon judes.
Ny. Shin menahan kesal. Saat Ny. Yoon berdiri, Ny. Shin langsung menarik rambutnya. Hei! Kenapa aku tidak boleh bermimpi?. Suamiku masih hidup, dan putraku Cha Do Hyun adalah satu-satunya pewaris Seung Jin. Memangnya kenapa?".
"Kita bicara setelah kau melepaskanya", ucap Ny. Yoon memerintah.
Ny. Shin semakin kesal. Hari ini ia akan membuat Ny. Yoon merasa sangat malu. Tak hanya menjambak, Ny. Shin bahkan mendorong Ny. Yoon hingga terjatuh.
Do Hyun menyentuh papan nama di atas meja kerjanya. "Wakil Direktur, Cha Do Hyun". Ki Joon masuk dan bertanya apa Do Hyun menyukai kantor barunya. Do Hyun tersenyum, "Anda sudah datang, direktur".
Ki Joon merasa panggilan direktur menciptakan jarak yang terdengar seperti deklarasi perang antara mereka berdua. Do Hyun tak mengerti apa maksudnya perang?. Ki Joon minta Do Hyun untuk berhenti bersikap seolah-olah tidak tahu, "Pertempuran diantara Pewaris Seung Jin Group dimulai. Orang-orang yang mengamati kita dari luar sangat tertarik".
Do Hyun merasa ucapan Ki Joon terlalu berlebihan. Ia bahkan belum memperkenalakan dirinya secara resmi di hadapan dewan direksi, tapi kenapa Ki Joon sudah membicarakan soal pertempuran darah.
Ki Joon pamit pergi, lalu ia teringat sesuatu dan berbalik, "Kemarin aku melihatmu meninggalkan bar. Kau benar-benar berubah menjadi orang lain".
Do Hyun terkejut. Menggenggam tangan berusaha menguasai rasa gugupnya. Do Hyun beralasan temannya dari luar negeri mendadak menelpon mengajaknya berpesta. Ki Joon beranggapan selama di Amerika pastilah Do Hyun sering berpesta, apa Do Hyun juga memakai narkoba.
"Apa?"
Ki Joon bergerak maju, "Hati-hati. Ini Korea. Banyak orang yang sedang mengawasi", ucapnya tersenyum sinis lalu pergi.
Ri Jin berada di parkiran rumah sakit ketika menerima telpon dari Ibunya. Ibu Ji mengkhawatirkan Ri Jin yang mungkin banyak mengalami masa-masa sulit. Ri Jin menangkan ibunya dan berkata kalau ia adalah gadis yang kuat. Tapi tetap saja hal itu membuat ibu Ji khawatir. Ibu JI menyuruh Ri Jin untuk memilih salah satu pria baik di rumah sakit dan nikahi dia, tapi pria itu harus seorang dokter bukan pasien. Ri Jin tak menjawab, dengan alasan ingin memarkir mobil ia menutup telpon dari ibunya dan janji akan menelpon lain kali.
Ri Jin keluar dari mobil, ponselnya berdenting menerima MMS dari ayahnya, "Putriku, terima kasih hadiahnya. Memang kekecilan, tapi aku akan menyimpannya dengan baik!.
Ri Jin tersenyum melihat wajah bahagia ayahnya yang berpose memakai jaket kulit buatan itali. Ri Jin menoleh saat ada yang memanggil namanya. Ri Jin terkejut melihat orang itu.
Do Hyun sedang mempelajari dokumen ketika ponselnya berdering. Tertera disebuah nama dilayar ponsel "Oh Ri Jin". Meski Do Hyun tidak merasa mengenalnya, tapi ia tetap menjawab panggilan tersebut.
"Halo?".
"Apa ini Shin Se Gi", sahut sipenelpon.
"Siapa ini?", tanya Do Hyun terkejut.
Orang yang menelpon adalah pria gangster yang merasa di permalukan oleh Se Gi di Paradise Club tempo hari. Ia bertanya dimana jaket kulit itu?, "Dimana jaketku sekarang?".
Do Hyun tentu saja tak mengerti jaket apa yang di maksud pria gangster. Pria gangster marah, "Cukup!. Jangan menyentuh sedikitpun jaketku yang kau bawa lari, dan berikan padaku seperti sedia kala. Jika tidak, wanitamu akan mati di tanganku".
"Wanitaku?".
Pria gangster menyebut Do Hyun pengecut karena berpura-pura tidak tahu apapun. Bukankah Do Hyun mengenal pemilik ponsel ini, Oh Ri Jin dari rumah sakit Kanghan. Pria gangster itu berbalik. Di belakangnya bisa kita melihat Ri Jin yang sedang di sekap dengan tangan terikat dan mulut terplester lakban.
"Dengar baik-baik. Bawa jaketnya ke Gudang Taesang jam 1. Wanita ini akan mati kalau
kau tidak membawa jaketnya, atau kau datang terlambat. Kalau kau melapor pada polisi dan membawa teman untuk membantumu, maka dia akan mati". Klik, pria gangster menutup telpon.
Do Hyun bingung dan bersikap tidak peduli. Ia ingin melanjutkan pekerjaannya. Tapi saat melihat jam di pergelangan tangannya, pikiran Do Hyun mendadak berubah. Do Hyun berdiri dan mengambil mantelnya bergegas pergi.
Do Hyun membongkar semua pakaiannya mencari jaket kulit yang di maksud pria gangster. Sek. Ahn bingung apa yang di lakukan Do Hyun saat ini, sebentar lagi pertemuan dewan direksi akan segera di mulai. Ia meminta Do Hyun untuk segera kembali ke perusahaan.
"Anda harus menghadiri rapat apapun yang terjadi. Aku akan mengurus pria itu setelah melaporakannya pada polisi".
"Aku harus menemukannya", ucap Do Hyun tak menghiraukan ucapan Sek. Ahn sibuk mengaduk-aduk kantong pakaiannya, "Selain aku, hidup wanita ini dalam bahaya".
Sek. Ahn berkata malasah ini di sebabkan oleh Se Gi. Sekalipun Do Hyun tetap ingin pergi kesana, toh tidak akan menyelesaikan masalah karena Do Hyun tidak tahu apa yang terjadi.
Do Hyun bersikeras, "Ini ada hubungannya dengan nyawa seseorang. Setidaknya, aku harus pergi, meski dengan tangan kosong...".
Do Hyun terdiam sejenak, terlintas sebuah ide di benaknya, "Sek. Ahn, pukul aku".
Sek. Ahn tak mengerti apa maksudnya. Do Hyun berkata ia harus memanggil Se Gi keluar karena itu ia menyuruh Sek. Ahn untuk memukulnya. Orang yang bisa menyelesaikan masalah ini hanya Se Gi karena hanya Se Gi yang tahu apa yang terjadi malam itu dan dimana jaket itu berada.
Sek. Ahn kaget, bagaimana mungkin ia berani memukul Do Hyun yang merupakan atasannya. Lagipula tidak ada jaminan Se Gi akan keluar begitu ia memukul Do Hyun. Do Hyun menjelaskan Se Gi sangat peka ketika ia merasa marah dan terluka. Hanya itu satu-satunya cara untuk memanggil Se Gi, "Jadi pukul aku".
Sek. Ahn tidak mau. Do Hyun berkata ini perintah darinya sebagai atasan Sek. Ahn, "Aku yang bertanggung jawab atas semuanya, "Jadi bantulah aku, Sekretaris Ahn. Cepat! Tidak ada ada banyak waktu".
Sek. Ahn akhirnya bersedia. Do Hyun mempersiapkan diri. Sebelum memukul Sek. Ahn meminta maaf lalu menampar pipi Do Hyun tanpa tenaga. Do Hyun merasa pukulan itu terlalu lemah, sekali lagi yang lebih keras.
Kali ini Sek. Ahn meninju pundak Do Hyun. Tapi pukulan itu masih tergolong lemah, ia meminta Sek. Ahn memukulnya yang lebih keras lagi. Sek. Ahn menghela napas, melepas kaca matanya. Ia mengerahkan seluruh tenaganya menonjok perut Do Hyun, pukulannya kali ini berhasil membuat Do Hyun jatuh terduduk.
Sek. Ahn cemas melihat Do Hyun yang tampak kesakitan. Kepala Do Hyun mendongak keatas dan tangannya mengepal menahan sakit. Sek. Ahn bertanya ada baik-baik saja?.
Do Hyun yang semula kesakitan kini terlihat tenang. Warna bola matanya berubah menjadi kuning pertanda kepribadian Do Hyun telah berubah.
Sek. Ahn melihatnya dengan seksama, "Shin Se Gi?", tanyanya hati-hati.
Sebelah alis mata Do Hyun terangkat, "Apa kau barusan memukulku?. Kurang ajar sekali", tanyanya tersenyum dengan mimik wajah dan logat berbeda.
Sek. Ahn bengong. Do Hyun berdiri seraya merapihkan rambutnya. Dengan nada bicara seperti pria tua, Do Hyun kembali bertanya, "Kau yang baru saja memukulku?".
"Ferry Park?", tanya Sek. Ahn syok.
"Benar. Aku ini Ferry Park", ucapnya tersenyum lebar.
Omo perkiraan Do Hyun salah. Bukan kepribadian Se Gi yang muncul melainkan Ferry Park, yang pandai merakit bom.
END
No comments:
Post a Comment
Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)