Pages - Menu

Monday, January 19, 2015

Sinopsis Kill Me Heal Me Episode 2 Part 1

Se Gi kembali berdiri tegak meski kepalanya telah di hantam balok kayu. Pria gangster terkejut tak mengira Se Gi sekuat itu. Dengan beberapa kali pukulan dan tendangan, Se Gi berhasil mengalahkan pria gangster.

Ri Jin tampak ketakutan saat Se Gi menatap dan berjalan kearahnya. Dengan nada gementar Ri Jin tanya, "Kenapa kau bersikap begitu padaku?". Se Gi menjawab karena Ri Jin yang telah memanggilnya. 

"Aku?. Aku tidak memanggilmu". 

"Kau pelakunya. Dulu", ucap Se Gi mendekati Ri Jin 

Ri Jin berjalan mundur sementara Se Gi terus mendekatinya. Ri Jin tidak merasa mengenal Se Gi sebelumnya. Se Gi tidak mempermasalhkan hal itu, yang penting saat ini Ri Jin sudah mengenalnya. 

"Maaf. Aku sangat tidak suka pria yang sangat dingin, kejam dan juga kasar", tolak Ri Jin

"Tidak apa-apa. Karena aku menyukaimu", jawab Se Gi tanpa melepaskan pandangannya dari Ri Jin.

Ri Jin yang kebingungan bicara pada dirinya sendiri, "Kenapa dia terus mengatakan tidak apa-apa. Aku yang tidak mau!", gerutunya.

Karena semua pengganggu telah berhasil ia singkirkan maka sekarang Se Gi meminta Ri Jin bermain dengannya. Ri Jin bingung kenapa harus aku. Se Gi menjawab karena Ri Jin yang sudah memanggilnya. 

"Sudah aku bilang aku tidak memanggilmu. Bisa tidak kau tidak mendekatiku?. Jangan mendekat. Kumohon!", Ri Jin berteriak ketakutan setengah mati dan berjingkrak-jingkrak sendiri. 

Ternyata usahanya itu berhasil membuat Se Gi berhenti mendekatinya. Se Gi terdiam menatap Ri Jin. Ri Jin mengancungkan jari telunjuknya, "Jangan bergerak!". 

Seperti di hipnotis Se Gi mematuhi perkataan Ri Jin. Benar-benar tidak bergerak seperti yang Ri Jin perintahkan. Ri Jin senang, bagus terus seperti itu. Ia memutar telunjuknya menyuruh Se Gi untuk berbalik membelakanginya. Dan Se Gi kembali menurut, memutar badannya perlahan membelakangi Ri Jin. Hehehe.. *badboy satu ini ternyata bisa juga patuh. ^^

Ri Jin menyuruh Se Gi untuk tetap diam dalam posisi seperti itu dan menyebut Se Gi sebagai anak yang patuh. Ri Jin tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk melarikan diri menjauh perlahan lalu lari terbirit-birit .

Bukannya Se Gi tidak tahu kalau Ri Jin lari, ia hanya tersenyum mendengar teriakan heboh Ri Jin yang memanggil taksi. 

Ri Jin berhasil mendapatkan taksi, ia menyuruh supir untuk pergi secepat mungkin kerumah sakit Kanghan. Taksi mulai jalan, Ri Jin mengatur napasnya yang ngos-ngos'an.  Merasa lega telah lepas dari cowok aneh yang baru di jumpainya tadi. 

Taksi Ri Jin melaju dengan cepat. Di belakang, ada sebuah motor yang melaju dengan kekuatan penuh menyelip setiap kendaraan untuk mengejar taksi yang di tumpangi Ri Jin.

Supir taksi memberitahu kalau ada motor yang mengejar mereka. Ri Jin menoleh kebelakang dan terbelalak terjejut mengetahui siapa yang sedang mengejarnya.

"Dia memang gila!. Mau apa lagi dia sekarang?". 

Ri Jin menyembunyikan dirinya ketika melihat motor Se Gi tepat berada di samping taksi. Ia bergerak-gerak tak karuan saking takutnya. Tapi malah terlihat lucu...hahaha.. Ri Jin menoleh ke kaca dan bertatapan mata dengan Se Gi. Pria itu malah mengedipkan mata padanya membuat Ri Jin berteriak sekencang-kencangnya. LOL.

Kanghan Hospital

Ri Jin sampai di rumah sakit hanya beda beberapa detik dengan Se Gi yang memarkir motornya di depan rumah sakit. Semula Ri Jin bersikap cuek meninggalkan Se Gi. Tapi ia berbalik dan menyuruh Se Gi berhenti di situ. Jangan berani mendekat. Tapi kali ini Se Gi tidak menurut seperti sebelumnya. 



Ri Jin ketakutan dan ingin lari, tapi Se Gi lebih dulu menarik mantel dan menahan tangannya, "Sekarang aku tidak mau bermain dengan mainan lagi. Karena aku sudah bermain denganmu. Sekarang giliranmu bermain denganku". 

Se Gi menarik tangan Ri Jin mengajaknya pergi. Ri Jin tidak mau, "Kau membuatku gila!. Kenapa kau memintaku bermain denganmu?. Apa yang akan kita lakukan?. Bermain lompat tali, atau gunting, batu, kertas?". 

Se Gi berkata mereka bisa memikirkannya nanti di perjalanan. Sekarang ia sangat sibuk dan mengajak Ri Jin untuk segera pergi dari tempat ini. Ri Jin protes, "Apa aku tidak sibuk?. Aku ini juga orang yang sangat sibuk". 

"Aku berbeda denganmu. Aku tidak tahu kapan aku akan muncul", Se Gi menarik tangan Ri Jin.

Ri Jin bicara sendiri, apa maskudnya?. apa mungkin pria ini adalah tahanan yang kabur, "Apa mungkin kau bebas bersyarat?", tanya Ri Jin. Se Gi memasangkan helm ke kepala Ri Jin dan menjawab tempatnya berasal lebih sulit kabur dibandingkan penjara dan banyak sekali halangannya. Ia menyuruh Ri Jin untuk naik ke atas motor. 

Ri Jin melepas helm. Ia minta Se Gi berhenti bermain-main sekarang, karena ia benar-benar harus pergi ke rumah sakit. Ri Jin mengembalikan helm ke Se Gi dan beranjak pergi. Tapi lagi-lagi Se Gi menahan tangannya dan memasang kembali helm ke kepala Ri Jin.

Ri Jin kehilangan kesabaran dan mendorong Se Gi, "Kenapa kau bersikeras?. Aku tidak menyukaimu!". 


Tapi saat Ri Jin melihat wajah Se Gi dengan seksama, hatinya menjadi luluh melihat darah yang mengalir di wajah dan kepala Se Gi. Luka itu pasti di dapat Se Gi saat berkelahi dengan para gangster tadi. Tatapan Se Gi yang melembut membuat Ri Jin tidak enak hati. Ri Jin menghela napas, mengambil helm dari tangan Se Gi lalu menaruhnya diatas motor. 

Kemudian mengajak Se Gi masuk ke dalam rumah sakit. Se Gi sempat menolak, "Aku sangat tidak menyukai rumah sakit". Tapi Ri Jin tidak peduli dan tetap menarik Se Gi masuk ke dalam.

Ri Jin membawa Se Gi keruang obat. Ri Jin berdiri membelakangi Se Gi sembari mempersiapkan obat. Ia menyuruh Se Gi untuk melepas pakaiannya, dengan maksud agar memudahkannya mengobati luka Se Gi. 
Tapi rupanya Se Gi berpikiran lain. Ia memadangi lekuk tubuh Ri Jin dari belakang. Saat Ri Jin berbalik, alangkah terkejutnya ia melihat Se Gi yang sudah menanggalkan seluruh pakaiannya. 

"Aaaaaahhhhh....", Ri Jin teriak histeris. 

Suara terikan itu membuat rekan kerja Ri Jin penasaran apa yang terjadi di dalam. Rupanya 4 orang ini sudah menguping sejak tadi. Salah satu dari mereka bertanya apa perlu kita masuk, "Mendengar teriakan Dokter Oh, sepertinya dia menyukainya". (maksudnya apa..hahaha). 

Mereka semakin kepo ketika mendengar terikan Ri Jin dari dalam, "Pakai celanamu!. Maksudku jangan di lepas semuanya!". 

Se Gi bertanya dengan wajah polos, "Kau menyuruhku melepas pakaianku. Apa aku harus memakainya lagi?". 

Pertanyaan itu malah membuat Ri Jin teriak tak karuan. (Nah loh, emang tadi yang nyuruh lepas baju siapa. LOL.

Setelah Ri Jin mengenakan kembali pakaiannya barulah Ri Jin mau mengobati Se Gi. Ri Jin terlihat gugup dan salah tingkah karena Se Gi terus menatapnya tak berkedip. Ri Jin mengoleskan obat di kening Se Gi yang terluka. Ia menyuruh Se Gi menundukan pandangannya. 
Se Gi menurut. Setelah mengoleskan obat, Ri Jin menutup luka Se Gi dengan plester. Selesai sudah. Se Gi melihat nama yang terukir di saku jas dokter yang di kenakan Ri Jin. Saat itulah Se Gi menyadari Ri Jin ternyata dokter jiwa. 

"Kau ini dokter jiwa?. Buruk sekali. Kita berdua mungkin bernasib buruk". 

"Astaga!. Kau baru tahu sekarang?', timpal Ri Jin. 

Tanpa permisi Se Gi mengambil ponsel Ri Jin yang berada didalam saku jas gadis itu. Ri Jin heran apa lagi sekarang. Ri Jin hendak mengambil ponselnya, tapi Se Gi menghindar dengan berputar mengelilingi meja. Dengan menggunakan ponsel Ri Jin, Se Gi menghubungi ponselnya sendiri sehingga nomor ponsel Ri Jin tertera di layar ponselnya.

Kemudian Se Gi mengetik namanya sendiri, menambah kontak ke ponsel Ri Jin lalu menunjukannya pada gadis itu, "Lihat ini namaku, Shin Se Gi. Ingatlah sampai kau mati".

Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, dengan suka rela Se Gi mengembalikan ponsel Ri Jin. Ri Jin langsung mengambilnya. Sikap Se Gi barusan berhasil membuat Ri Jin merinding ngeri. 

"Maaf, Shin Se Gi. Sudah kubilang berulang kali kalau kau ini bukan tipeku!". 
Se Gi menarik Ri Jin lebih mendekat, "Ingatlah. Orang yang berwajah sama denganku tapi namanya berbeda, orang itu palsu. Hanya ada satu Shin Se Gi yang memiliki wajah seperti ini. Hanya ada satu, jadi kau harus ingat tatapan mataku". 

Ri Jin diam terpaku. Se Gi menatap Ri Jin lekat, sangat dalam. (Ah.. gila, tatapannya Se Gi jleb banget). 

Ri Jin tersadar dan menarik tangannya, "Aku sudah selesai, jadi kau boleh pergi. Sampai jumpa!". Ri Jin jalan pergi. Se Gi tersenyum samar, ada sorot sedih di matanya. 

Ri Jin berjalan cepat melewati koridor rumah sakit. Ia tahu kalau Se Gi mengikutinya di belakang. Meski Se Gi berjalan dengan santai tetap saja Ri Jin merasa panik. Ri Jin melihat dokter Park. Ia menggunakan kesempatan ini untuk menghindar dari Se Gi dengan memanggil Dr. Park dan menghampirinya seniornya itu.

Ri Jin bertanya apa ada yang bisa ia bantu, apa perlu ia menggantikan tugas jaga Dr. Park malam ini. Dr. Park memarahi Ri Jin yang suka bertindak seenaknya sendiri. Pergi begitu saja setelah berhasil menangkap Sook Hee dan baru datang sekarang. Tuk..tuk.. Dr. Park menjitak kepala Ri Jin dua kali. Mulai sekarang Dr. Park melarang Ri Jin keluar dari rumah sakit selama jam kerja. 

Tiba-tiba Se Gi mencekik leher Dr. Park dan memojokannya ke tembok, "Kau mau mati!", gertaknya. Tampaknya Se Gi marah karena Dr. Park bersikap kasar pada wanita yang ia sukai.  

"Boleh aku mengajaknya keluar?", tanya Se Gi

Wajah Dr. Park memerah karena tercekik, "Silahkan. Silahkan mengajaknya keluar".

Setelah mendapatkan ijin barulah Se Gi melepaskan cengkaramnnya. Ri Jin kaget karena Dr. Park malah mengijinkannya keluar dengan Se Gi, padahal tadi ia bermaksud ingind menghindar. Dr. Park meminta Ri Jin untuk segera bersiap-siap. Pakai baju yang bagus dan berdandanlah yang cantik. Tidak hanya itu saja Dr. Pak bahkan memperbolehkan Ri Jin tidak masuk kerja hari ini. 

Ri Jin ingin protes, tapi Dr. Park lebih dulu menarik tangannya, menuntun gadis itu pergi keruang loker untuk berganti pakaian. 

Se Gi mengambil ponsel dari saku celananya. Ia tersenyum ketika menambahkan nama Ri Jin ke dalam kontak. Sedetik kemudian ponsel Se Gi berdering, dari Sek. Ahn Gook. Ri Jin menjawab panggilan itu dan mengubah gaya bicaranya seperti Do Hyun.  

Sek. Ahn memberitahu telah berhasil menemukan Dr. Seok Ho Pil (Dr. Scottfield). Wajah Se Gi berubah serius, "Benarkah?. Dirumah sakit mana dia?". Sek. Ahn memberitahu di Dr. Seok saat ini bertugas di rumah sakit Kanghan.

Se Gi mendongak ke atas dan tersenyum melihat papan rumah sakit Kanghan berada di atas kepalanya. Itu berarti ia tak perlu mencari, karena sudah berada di tempat yang tepat.


Di ruangannya, Dr. Seok sedang menonton interview Do Hyun yang menyadari ada monster yang hidup di dalam tubuhnya bernama Shin Se Gi, dia sangat kejam dan berkepribadian liar. Terdengar pintu di ketuk, Dr. Seok mempersilahkan orang itu untuk masuk. Muncul lah wajah Do Hyun dengan senyum manisnya. 

Dr. Seok terkejut melihat wajah Do Hyun. Mereka saling berjabat tangan. Dr. Seok sangat senang bertemu lagi dengan Do Hyun, mereka sudah lama tidak bertemu. Begitu menerima telpon dari Sek. Ahn, dr. Seok sudah mengunggu kedatangan Do Hyun. 

"Kau benar-benar senang bertemu denganku?", tanya Do Hyun.

Dr. Seok tertawa, "Tentu saja?. Kapan kau pulang?". 

"Kau berusaha membunuhku dengan cara yang lain", 

Dr. Seok kaget karena tiba-tiba mimik wajah Do Hyun berubah dingin. Terlebih lagi saat Do Hyun mengetuk-ngetuk punggung tangannya. Sadarlah Dr. Seok bahwa yang ada di depannya ini bukanlah Do Hyun melainkan si kejam Se Gi.  

"Apa sekarang kau masih senang melihatku?", tanya Se Gi tajam

Sementara itu Sek. Ahn berada dalam perjalanan menuju rumah. Ia merasa tidak tenang saat teringat pada pesan Do Hyun yang menyuruhnya pulang duluan, sedangkan ia akan pergi kerumah sakit menemui dokter. Seperti mendapatkan firasat yang tidak baik, Sek. Ahn memutuskan memutar balik arah menuju rumah sakit Kanghan. 

Ruangan Dr. Seok tampak berantakan sudah pasti Se Gi memukuli dokter itu bahkan dengan sengaja menginjak kaca mata Dr. Seok. Kemudian Se Gi duduk di meja dan mengambil pisau kecil di dekatnya. Ia berkata pisau ini pastilah sangat tajam. Kalau pisau ini ia berikan pada Yo Sub sebagai hadiah, pastilah Yo Sub akan menyukainya, "Anda pasti juga mengenal Yo Sub, kan?". 
Dr. Seok mencoba mengingat dan ingat Yo Sub yang di bicarakan Se Gi adalah remaja berusia 17 tahun yang juga hidup di dalam tubuh Do Hyun. Dia sangat terobsesi dengan bunuh diri. Se Gi akan memberikan pisau itu sebagai hadiah pada Yo Sub agar Yo Sub tetap diam selamanya. Tapi sebelumnya ia akan memakai pisau ini terlebih dahulu. Se Gi berdiri seraya mengantongi pisau kecil itu. 

Dr. Seok bertanya apa yang Se Gi inginkan. Se Gi menghampiri Dr. Seok, "Beritahu Do Hyun, suruh dia menghentikan pengobatannya. Juga jangan berani menyingkirkan kami, mencampuri urusan kami ataupun menghalangi jalan kami". 

"Kalau Tuan Cha tidak mau menghentikan pengobatannya, apa yang akan kau lakukan?", tanya Dr. Seok

Se Gi mengelus dagu Dr. Seok, "Kalau begitu kau yang harus bertindak", lalu dengan kasar ia mendorong Dr. Seok, "Buat Cha Do Hyun tertidur agar dia tidak bisa bangun lagi selamanya". 

Dr. Seok tidak mau, tidak mungkin ia melakukannya, "Tuan Cha adalah pemilik tubuhmu. Kalian terbentuk karena mekanisme pembelaan di dalam dirinya". 

Se Gi menjadi marah dan mencekik leher Dr. Seok, "Hentikan jebakanmu!. Aku tetaplah aku. Bukan Cha Do Hyun tapi Shin Se Gi. Kalau kau berusaha menyingkirkanku atau membuat pria ini (Do Hyun) mengingat masa lalunya. Maka Yo Sub yang akan menggunakan hadiah ku ini (pisau). Kau mengerti maksudku?. Kalau kami mati, Cha Do Hyun juga harus mati dan menghilang bersama kami".

Se Gi mencekik Dr. Seok dengan sangat kuat. Dr. Seok hampir kehabisan napas. Tiba-tiba pandangan Se Gi menjadi kabur dan dia terlihat seperti kesakitan. Cengkramannya mengendur dan ia menjadi lemas seketika. Perlahan tato merah dileher Se Gi memudar dan hilang dengan sendirinya. Pandangan tajam Se Gi berubah menjadi redup.

Do Hyun yang kini telah kembali ke tubuhnya syok melihat tangannya yang berada di leher Dr. Seok. Tidak ingat dan tidak tahu apa yang baru saja ia lalukan pada dokter itu. Do Hyun panik melihat dokter Seok yang tampak kesakitan. Ia mendudukan Dr. Seok dan bertanya apa yang sudah terjadi. 

"Se Gi.. Se Gi datang lalu pergi", jawabnya terbatuk-batuk. 

Do Hyun memandang tangannya yang gemetaran. Tangannya ini hampir saja membunuh orang. Do Hyun terduduk lemas. Syok. 

Setelah situasi tenang, Dr. Seok menjamu Do Hyun dengan minum teh. Do Hyun yang merasa tidak enak hati bertanya apa Dr. Seok baik-baik saja?.  Dr. Seok menyakinkan dirinya baik-baik saja. Dr. Seok menyentuh lehernya dan bilang kalau lehernya ini lebih tebal dibandingkan kebanyakan orang,  "Nama panggilanku adalah si katak. Katak berleher tebal".

Hahaha.. Dr. Seok ngelawak. 

Lelucon itu berhasil membuat Do Hyun tersenyum. Wajah Dr. Seok berubah serius saat ida mengutarakan kekhawatirannya tentang Se Gi yang semakin kuat. Dr. Seok bingung bagaimana menjelaskannya, tapi ia merasa kalau Se Gi ingin menjadi pemilik seutuhnya atas tubuh Do Hyun. 

"Maksudnya dia ingin menyingkirkan aku?", tanya Do Hyun. 

"Dia memintaku untuk membuatmu tidur agar kau tidak bisa bangun selamanya. Aku yakin dia punya tujuan. Tujuan itu membuatnya lebih kuat. Ah, Tapi dia mengatakan sesuatu yang sangat penting. Se Gi bilang, dia sudah menemukan cinta pertamanya". 

"Apa mungkin dia juga bisa jatuh cinta?", tanya Do Hyun ragu.

Do Hyun berjalan di koridor sembar mengingat penjelaskan Dr. Seok yang mengatakan mungkin saja bagi Se Gi untuk jatuh cinta. Tapi untuk orang yang keras seperti Se Gi, dia bisa melakukan kekerasan dan terobsesi pada orang yang dia anggap itu adalah cinta. Jika dia tidak bisa mendapatkan hati orang tersebut akibatnya bisa berubah menjadi kekerasan. Jika memang benar begitu, orang lain akan berada dalam bahaya. 

Do Hyun diam berpikir. Pikiran Do Hyun melayang saat di club paradise ketika dirinya melihat Chae Yeon yang tampak mesra dengan Ki Joon. Do Hyun mengira kalau wanita yang di sukai Se Gi adalah Chae Yeon.

Ri Jin menunggu Se Gi di lobby. Ia sudah berdandan cantik, bahkan ia memakai pita di rambutnya. Banyak perawat dan rekan kerja yang lewat di depan Ri Jin dan mengenalinya. Ri Jin jadi malu, ia berpura-pura sedang menelpon ibunya agar teman-temannya itu tidak menyapanya.

Setelah orang-orang itu pergi barulah Ri Jin berhenti berakting. Ri Jin menggerutu sendiri, "Ah, keterlaluan. Kenapa dia belum datang juga?. Aku malu dengan orang-orang yang ku kenal". 

Tepat saat itu Ri Jin melihat Do Hyun yang berlari kencang kearahnya sembari menelpon seseorang. Ri Jin mengira yang mengira Do Hyun adalah Se Gi berdehem pelan dan melambaikan tangannya, "Permisi". 

Tapi Do Hyun hanya melintasinya begitu saja tanpa menoleh sedikit pun. Ri Jin syok dan tidak percaya di abaikan seperti itu. Di abaikan oleh pria yang baru saja mengajaknya kencan.

"Hei", panggil Ri Jin dan kali ini berhasil membuat Do Hyun menoleh. Ri Jin menghampiri Do Hyun dan dengan gaya sedikit genit ia menyentuh rambutnya. Berharap Do Hyun akan memuji penampilannya. Tapi Do Hyun diam saja dan justru heran dengan sikap Ri Jin. Dengan hati-hati Do Hyun bertanya, "Maaf. Aku tahu ini kasar. Tapi kau ini siapa?". 

Ri Jin mendelik kesal dan mengikuti perkataan Do Hyun, "Aku tahu ini kasar, tapi kau ini siapa?. Kalau kau tahu ucapanmu itu kasar, kenapa masih bertanya?". Tentu saja Ri Jin tidak tahu kalau pria di hadapannya kini bukan si kasar Se Gi tapi Do Hyun.

Do Hyun bingung dan ingat ucapan Hook See yang bilang kalau Ri Jin adalah wanita yang berbahaya yang mempunyai khayalan tingkat tinggi. Do Hyun mengira Ri Jin adalah pasien yang mengalami gangguan mental. Ia menghela napas dan merasa bersyukur Ri Jin bisa kembali ke rumah sakit dengan selamat

"Syukurlah. Kuatkan dirimu. Tapi aku harus pergi sekarang. Maaf". 

"Tunggu", Ri Jin menahan tangan Do Hyun lalu melepaskannya. Ia tertegun sejenak lalu bertanya, "Hanya begini?".

Do Hyun bingung memangnya ada apa lagi?. Ri Jin tidak ingin mengatakannya, Tapi saat di club kaulah yang mulai mengikutiku dan bilang kalau kau menyukaiku!". 

Do Hyun ingat kejadian di club ketika, saat ia mencegah Ri JIn menangkap Hook See. Posisi Do Hyun saat itu memeluk Ri Jin. Do Hyun mengira kalau Ri Jin menyukainya karena hal itu. 

"Oh ya, pantas saja kau salah paham", ucap Do Hyun

"Salah paham?", ujar Ri Jin tak percaya. 

"Maafkan aku. Pada orang yang sudah terluka aku malah membuatmu tambah sakit".

Ri Jin minta penjelasan memangnya siapa yang sakit. Do Hyun mengerti tinggal di rumah sakit memang sulit, tapi ia berharap Ri Jin sanggup mengatasinya. Bertahanlah. Do Hyu meminta maaf, karena sekarang ia harus benar-benar pergi, "Maafkan aku. Maafkan aku", Do Hyun membungkuk berkalik-kali dengan sopan. 

Ri Jin mematung di tempatnya, dengan mata melotot menatap kepergian Do Hyun. Seakan tak percaya Do Hyun baru saja mencampakannya, "Apa aku baru saja di tolak?. Drama menyedihkan macam apa ini!". 

LOL.. kasian Ri Jin..

Do Hyun lari keluar rumah sakit dengan tergesa-gesa. Do Hyun ingin menyetop taksi, tepat di saat itu Sek. Ahn datang melihat. Do Hyun bertanya kenapa Sek. Ahn kesini. Sek. Ahn juga heran melihat wajah Do Hyun yang terluka, ia bertanya ada apa?. Do Hyun memberitahu kalau Se Gi mengancam dokter Seok.

Do Hyun janji akan menceritakan selengkapnya nanti. Saat ini ia ingin meminjam mobil Sek. Ahn. Do Hyun mengambil kunci mobil tanpa menunggu jawaban dari Sek. Ahn. Do Hyun masuk ke dalam mobil. Sek. Ahn memutari mobil sepertinya dia ingin ikut juga, tapi Do Hyun yang terburu-buru langsung menancap gas meninggalkan Sek. Ahn. 

Ri Jin masuk ke loker mengganti bajunya dengan jas dokter. Perasannya saat ini sedang tidak baik. Ri Jin ingat saat Se Gi menyatakan cinta padanya. Ri Jin mencoba menyingkirkan bayangan itu. Ia mengambil peralatan sikat gigi dan mulai menggosok giginya. Mungkin dengan cara ini bisa menghilangkan sedikit kekesalan yang ia rasakan.

Ri Jin menggosok giginya dengan kasar, berkumur-kumur lalu terdiam sebentar. Kekesalannya bertambah saat perkataan Do Hyun yang mengatakan kalau semua yang terjadi hanya salah paham. Ri Jin tertawa kesal dan kembali menggosok giginya dengan kasar. 

Do Hyun dalam perjalanan menunju ke rumah Chae Yeon. Ia cemas karena telponya tidak diangkat Chae Yeon. Setelah beberapa kali panggilan, akhirnya Chae Yeon mengangkat telponnya. 

Beberapa menit kemudian Do Hyun sudah berada di depan rumah Chae Yeon. Chae Yeon kaget melihat kening Do Hyun yang terbalut perban. Chae Yeon menebak Do Hyun pasti habis berkelahi. Ia tak mengira murid patuh seperti Do Hyun yang hanya menggunakan tangannya untuk memegang pensil, ternyata juga tahu bagaimana caranya memukul orang. 

Tangan Chae Yeon bergerak ingin menyentuh luka di kening Do Hyun. Namun Do Hyun menahan tangan Chae Yeon sebelum tangan Chae Yeon menyentuh lukanya. Do Hyun berkata ada yang ingin ia katakan. Chae Yeon bertanya apa itu masalah penting. 

Do Hyun mengangguk dan berharap Chae Yeon mau mempertimbangkan permintaannya ini. Chae Yeon tersenyum, katakan saja. 
"Mulai sekarang kalau aku muncul di depanmu dengan perkataan dan perbuatan aneh, tolong abaikan saja aku". 

"Apa?", tanya Chae Yeon tak mengerti

Do Hyun melanjutkan, "Kalau aku memperlakukanmu dengan kasar atau mengunjungimu tengah malam, atau menyuruhmu keluar atau tindakanku sudah kelewatan, sesungguhnya itu bukan aku. 

"Jika ada seseorang yang berwajah sama denganku tapi namanya berbeda atau melakukan sesuatu yang tidak bisa aku lakukan, maka orang itu bukanlah aku. Cepat lari sejauh mungkin. Kalau aku tidak mau melepaskanmu, pukul saja. Pukul saja sampai aku pingsan". 

Chae Yeon tertawa geli mengira Do Hyun sedang mabuk hingga bicara ngelantur. Tepat saat itu ia terdengar suara panggilan dari dalam. Do Hyun kaget mendengar suara Ki Joon yang bertanya pada Chae Yeon tentang wine mana yang ingin dia minum. Sepertinya Ki Joon sengaja melakukan itu agar Do Hyun tahu bersama siapa Chae Yeon saat ini.

"Aku sedang minum wine dengan Ki Joon oppa. Kau mau melanjutkan ceritamu di dalam?", tanya Chae Yeon. 

"Oh, tidak usah. Ceritaku sudah selesai. Aku pulang dulu", jawab Do Hyun berusaha menahan rasa kecewanya. 

Do Hyun berjalan pergi lalu berbalik memanggil Chae Yeon. Do Hyun mengucapkan terima kasih Chae Yeon menghubunginya di hari natal lalu. Berkata Chae Yeon terasa lebih menyenangkan dan ia merasa senang. Do Hyun memaksakan senyumnya lalu berjalan menuju mobil. 

Do Hyun terdiam sejenak sebelum masuk ke dalam mobil. Matanya yang tampak berkaca-kaca sudah cukup melukisakan perasaanya saat ini. Kecewa dan sedih. Sementara Chae Yeon yang melihat kepergian Do Hyun hanya tersenyum lalu masuk ke dalam rumahnya. 

Didalam Ki Joon menuangkan wine sembari memuji Chae Yeon wanita yang pemberani. Setelah Chae Yeon membuatnya memakai baju mandi, Chae Yeon masih berani mengundang Do Hyun masuk ke rumah. Chae Yeon membalas memangnya siapa yang baru saja berteriak dan membongkar tempat persembunyiannya. 

Ki Joon berkata kalau teriakannya tadi itu sejenis raungan, seperti pertempuran laki-laki dalam memperebutkan wilayah. Chae Yeon mengerti maksud Ki Joon dan bertanya apa sekarang ini dirinya sudah menjadi milik (wilayah) Ki Joon. 

Ki Joon tersenyum samar dan bertanya apa Chae Yeon menikmatinya. Menikmati kenyataan kalau ia tengah di perebutkan oleh 2 orang pria. Chae Yeon cinta sejati seorang pria adalah impian setiap wanita. Jika di umpamakan seperti benda mewah dan bermakna, mengisi ruang kosong yang tidak ternilai harganya.

Dengan kata lain, Chae Yeon menikmati hubungannya dengan Ki Joon, tapi disatu sisi ia juga ingin mendapatkan cinta sejati Do Hyun. 

"Apa Do Hyun tahu kalau kau ini serigala?", tanya Ki Joon menyindir

Dengan bangganya Chae Yeon menjawab, "Kalau Do Hyun tahu, dia pasti akan lebih tertarik. Itu adalah konsep yang lebih seksi di bandingkan dengan konsep teman semasa kecil". 

Chae Yeon mengajak Ki Joon bersulang. Ki Joon hanya bisa geleng-geleng kepala dengan sifat asli Chae Yeon.

Dalam perjalanan pulang Do Hyun teringat pada perkataan Dr. Seok tentang Se Gi yang menjadi semakin kuat karena dia mempunyai sebuah tujuan. Permintaan Se Gi yang menyuruh Dr. Seok untuk membuat ia tidur selamanya, membuat Do Hyun berpikir kalau Se Gi ingin mengambil alih tubuhnya. Jika hal itu terjadi bukan tidak mungkin jika Se Gi akan menyakiti orang-orang di sekitarnya. Hari ini saja, dia hampir membunuh Dr. Seok.

Do Hyun takut dan menangis membayangkan kemungkian buruk itu. Do Hyun menghentikan mobil dan memukul stir. Do Hyun bicara pada dirinya sendiri di depan cermin. 

"Dengar Shin Se Gi. Kalau kau menyentuh orang-orang yang ku sayang, kau akan mati. Paham?. Lebih baik aku yang menyingkirkanmu. Kalau aku mati, kau juta akan mati. Kalau kau kuat, aku akan semakin kuat!. Kau dengar aku Shin Se Gi. Kau dengar aku brengsek?. Dasar brengsek!". 

Do Hyun teriak marah dan menangis. Menarik napas dalam mencoba menenangkan dirinya. Kasian Do Hyun, dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri jika Se Gi atau kepribadian lain mengambil alih tubuhnya. 

No comments:

Post a Comment

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)