Pages - Menu

Saturday, September 07, 2013

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Epiosde 30 Part 2

Choon Hee menemui Chae Won dihalaman belakang, membawakan segelas susu. Ia tahu Chae Won tidak menyentuh makan malam. Chae Won mengucapkan terima kasih lalu meminum susunya. Choon Hee masih tidak bisa berpikir jernih karena tingkah laku ibu yang tidak sopan dan putrinya itu. Hal ini mengganggu pikirannya, bahkan tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti biasa. Ia ingin tahu sebenarnya apa yang terjadi. Choon Hee tidak memaksa, jika Chae Won tidak ingin mengatakannya.

"Apa Ibu dulu mendengar dari Ayahku bahwa aku pernah kehilangan ingatanku?", tanya Chae Won lebih dulu. Choon Hee mengiyakan.

"Saat aku kehilangan ingatanku di Namhae, aku bertemu Se Yoon dan dia menolongku. Ternyata mantan adik iparku mencintainya selama 3 tahun. Mantan Ibu mertuaku tidak mengetahuinya, jadi dia menjebak kami melakukan perselingkuhan. Kemudian ada banyak cerita setelahnya. Dia membantuku mencari pekerjaan di perusahaannya. Belakangan aku mengetahui kalau mantan adik iparku juga bekerja di sana".

(Hm..ini sedikit aneh. Chae Won dan Joo Ri pernah tinggal dalam satu atap, tapi Chae Won sama sekali tidak tahu nama perusahaan tempat Joo Ri bekerja. Seburuk itu kah hubungan mereka!). 

Choon Hee mengerti, itulah sebabnya mantan adik ipar meragukan hubungan Chae Won dengan Se Yoon. Ia tanya kenapa pertunangannya di batalkan. Chae Won menjawab tidak tahu. Choon Hee tersenyum, merasa mengetahui jawabannya, "Bagaimana pun, Ibu pikir dia mempunyai perasaan terhadapmu".

"Tidak. Tidak mungkin", sangkal Chae Won. Choon Hee berpikir itu mungkin dan merasa sangat yakin.

Terdengar suara Hyo Dong pulang. Chae Won minta Choon Hee merahasiakan apa yang terjadi hari ini dari ayahnya. Choon Hee mengerti, jadi ini adalah rahasia pertama di antara kita. Choon Hee dan Chae Won mengaitkan kelingking sebagai tanda perjanjian. Sekarang karena mereka telah saling berbagi rahasia, Choon Hee merasa semakin dekat dengan Chae Won.

Choon Hee masuk ke dalam. Chae Won bertanya-tanya, "Dia membatalkan pertunanganya karena aku?". Chae Won menggeleng, menepis pikiran, "Tidak, aku tidak mempercayai itu. Tidak". 

Hyo Dong pulang dalam keadaan mabuk. Choon Hee menutup hidung, mencium bau alkohol yang menyengat dari badan Hyo Dong. "Kenapa kau minum banyak sekal?". Dalam keadaan mabuk, Hyo Dong bertingkah seperti suami yang keras pada istrinya. Hyo Dong berkata ia bisa minum sebanyak yang ia inginkan, jangan mengomeliku pergi saja membuat air madu. Beraninya kau mengomeliku. 

Choon Hee heran, apa yang sudah merasuki Hyo Dong hingga berubah sikap seperti ini. Hyo Dong teriak, "Hush...". Choon Hee melonjak kaget, menutup kupingnya yang terasa tuli. Ki Moon dan Ki Choon bersama istri-istri mereka mendengarkan dari atas tangga. Mereka tertawa senang melihat Choon Hee dimarahi. 

Hyo Dong berkata keutamaan seorang istri harus menaati suaminya, tapi bagaimana bisa Choon Hee terus menentangnya. Choon Hee tanya kapan aku pernah menentangmu. Hyo Dong menjawab, ia telah berulang kali minta Choon Hee untuk tidak ikut dalam kompetisi, tapi Choon Hee terus mengabaikannya.

"Dengar, Tuan Min Hyo Dong", ucap Choon Hee.

"Dengar apa?. Bawakan saja air madu!", bentak Hyo Dong.

Hyo Dong melangkah masuk ke dalam kamar. Choon Hee tertegun tidak percaya, lalu menyusul masuk ke kamar. Cara Hyo Dong marah lucu...

Kang Sook dan Do Hee ketawa cekikikan. Ki Choon tepuk tangan, "Bravo...Bravo. Hyo Dong akan bersikap keras". Ki Moon berpikir sama, Hyo Dong akan mengikuti nasehat mereka. Bagaimana pun kita harus menghentikan mereka mengikuti kompetisi. Kang Sook menyahut tentu saja, kita harus menghentikan mereka bagaimana pun caranya. 

Sampai malam Ki Ok tetap berada di rumah Kang Jin, hal yang ia lakukan sekarang adalah mengepel lantai. Kang Jin datang, membawa sepanci ramen sebagai menu makan malam. Kang Jin menyuruh Ki Ok mencicipi duluan, Ki Ok tidak mau, minta Kang Jin mencicipi lebuh dulu. Kang Jin bilang wanita lebih dulu, tapi Ki Ok bilang, yang lebih tua dahulu. 

Akhirnya mereka sepakat memakan ramen bersama-sama. Wajah keduanya berdekatan, membuat mereka canggung satu sama lain. Ki Ok buru-buru menjauhkan wajahnya, jantungnya berdegup kencang. Kang Jin tersenyum, "Ada apa dengan kita?". Ki Ok menggeleng tidak tahu.

Kang Jin menanyakan bagaimana dengan punggung Ki Ok. Ki Ok berkata tidak apa-apa, ia balik tanya bagaimana dengan punggung Kang Jin sendiri. "Bukankah kau menjatuhkan punggungmu?".

"Tidak sama sekali", jawab Kang Jin. "Tadi itu licin karena air sabun, tapi aku bisa meraihmu dengan satu tangan".
"Oh", jawab Ki Ok pendek.

Kang Jin melihat Ki Ok seperti tidak mempercayai perkataanya, ia minta Ki Ok berdiri, ingin mengulang kejadian di bak cucian siang tadi. Ki Ok bilang percaya, ia minta Kang Jin makan saja

"Kau mengatakan itu untuk menghiburku, kan. Di dalam hatimu, kau berpikir "Pria tua dan lemah itu sedang membual," iya kan?", tebak Kang Jin.

"Ku bilang tidak",

"Ayolah. Itu tertulis di wajahmu".


Ki Ok mulai kesal, "Kau sungguh menjengkelkan. Baiklah, Kalau begitu gendong aku".

Kang Jin dengan senang hati melakukannya, mengambil kuda-kuda, dan Hup..dalam satu kali angkat, Kang Jin berhasil menggedong Ki Ok. Tapi apa?, baru beberapa detik wajah Kang Jin memerah, menandakan kalau ia keberatan. Sebisa mungkin ia bertahan, menahan berat badan Ki Ok.

Ki Ok yang digendong pun takut jatuh. Kang Jin hanya bisa bertahan selama beberapa detik, setelah itu dengan pasti ia menjatuhkan badan Ki Ok kelantai. Saat itu jatuh itulah tanpa sengaja bibir mereka bersentuhan. 

Kang Jin kaget, beda dengan Ki Ok yang terlihat senang. Ki Ok menyentuh bibirnya. Senang tapi malu...Hahahaha...

Se Yoon merenung di kamar. Ia meraih ponselnya, menghubungi Joo Ri. Terdengar sahutan lemah dari Joo Ri. Se Yoon mengajak Joo Ri bertemu, kita harus bicara. 


Joo Ri dan Se Yoon bertemu di cafe biasa. Wajah Joo Ri terlihat pucat tanpa make-up, sama halnya dengan Se Yoon yang tanpa semangat. Hal pertama yang ditanyakan Se Yoon adalah, "Apa kau baik-baik saja sekarang?". 

"Bagaimana mungkin aku baik-baik saja?. Tidakkah kau tahu apa yang sudah kau lakukan padaku hari ini?".

Se Yoon : Maafkan aku. Aku mungkin merasa bersalah padamu selama sisa hidupku.
Joo Ri : Apa kau benar-benar tidak bisa memaafkan tuduhan palsuku terhadap Chae Won?
Se Yoon : Ini bukan karena itu
Joo Ri : Lalu apa ini karena Ibuku dan kakakku?. Tidak bisakah kau menerima itu?

Se Yoon berkata itu bukanlah suatu masalah. Joo Ri ingin tahu lalu apa masalahnya. Se Yoon menatap Joo Ri sesaat, lalu berkata, "Aku tidak mempunyai perasaan terhadapmu". Joo Ri syok, di pelupuk matanya sudah mengenang air mata yang siap merembes keluar.

"Tak peduli seberapa banyak aku mencoba, aku tidak bisa mencintaimu. Tak satupun tentang dirimu  yang membangkitkan rasa keingintahuanku. Kau tetaplah teman dan rekan kerjaku, tapi kau tidak lebih dari itu". Seandainya aku menyadarinya lebih awal, kita tidak akan sampai sejauh ini. Aku benar-benar minta maaf karena aku meninggalkanmu dengan bekas luka yang tak terlupakan".

Joo Ri menangis, "Aku punya pertanyaan terakhir. Jawab aku dengan jujur. Hatimu yang tidak bisa kau bagi denganku apa itu disimpan untuk Chae Won?. Jawab aku sejujurnya".

Se Yoon : Aku akan mencari jawaban atas pertanyaan itu. Hatiku dipenuhi dengan Chae Won, perasaan yang kumiliki untuknya...Aku akan membutuhkan waktu dan mencari tahu. Maafkan aku, Joo Ri. Aku minta maaf.

Jawaban itu seperti cuka yang menyiram luka di hati Joo Ri. Setidaknya, kini Joo Ri harus sadar bahwa Se Yoon tidak pernah mencintainya. Lebih baik dia mundur, dari pada terluka lebih banyak. 

Joo Ri pulang, berjalan lemas. Di ruang tengah Young Ja tanya kau dari mana saja. Joo Ri diam langsung masuk ke kamar. Telengkup di kasur, menangis tersedu-sedu. Young Ja menyusul, ia tahu pasti Joo Ri baru bertemu dengan Se Yoon, "Apa yang dia katakan sehingga kau menangis?". Young Ja menarik Joo Ri duduk.

"Ini berakhir", isak Joo Ri. "Sudah berakhir sekarang! Berakhir...". Young Ja menghela napas berat, "Aigo". 

 Hong Ju membuka pintu untuk Chul Goo, melihat suaminya tidak mabuk ia tanya dari mana saja Chul Goo dari tadi. Chul Goo menjawab hanya berkendara keliling kesana kemari. Chul Goo lalu ingat, "Oh. Benar. Ulang tahunmu". Hong Ju menyindir sekarang kau mengingatnya. Chul Goo memukuli kepalanya beberapa kali, "Oh. Sial. Aku benar-benar lupa soal itu. Maaf".

Hong Ju tak masalah, karena kelahirannya memang tidak disambut baik. Dan, ia tidak perlu merayakannya. Hong Ju berbalik, menaiki tangga. Chul Goo menarik tangan Hong Ju, "Ini pukul 11.40. Kita masih punya waktu 20 menit. Ayo kita pergi keluar". Chul Goo menggandeng tangan Hong Ju keluar rumah.

Chul Goo mengajak Hong Ju pergi ke mini market. Hong Ju duduk menunggu diluar, sementara Chul Goo masuk ke dalam, memilih-milih small cake. Ia lalu menghiasi cake tersebut dengan lilin yang merangkai tulisan "Happy Brithday". Chul Goo memberikan kue itu ke Hong Ju sambil bersenandung lagu selamat ulang tahun. Chul Goo mengucapkan selamat ulang tahun dan menyuruh Hong Ju meniup lilin nya.

Hong Ju tersenyum mengejek, "jelek", komentarnya. Chul Goo tahu itu, tapi ia tidak bisa apa-apa. Ini satu-satunya tempat yang buka jam segini. Tiup lilin nya. Hong Ju tidak mau. Chul Goo memaksa, ayolah tiup saja. Hong Ju menurut dan meniup lilin meski dengan setengah hati. Chul Goo tepuk tangan dan mengucapkan selamat ulang tahun.

"Terima kasih. Sekarang sudah selesai?", Hong Ju berdiri hendak pergi. Chul Goo menahan, "Ayolah, ini ulang tahunmu. Aku harus memberimu hadiah". 

Chul Goo mengeluarkan sebuah pompa tangan dan balon. Setelah terisi udara, Chul Goo dengan cekatan membentuk balon itu menjadi bunga. Lalu memberikannya pada Hong Ju sebagai hadiah. "Ta-dah!. Bukankah ini keren!".

Hong Ju tersentuh, tapi ia bersikap jaim di depan Chul Goo. Hong Ju menerimanya dan berkata ini begitu kekanak-kanakan. Chul Goo bilang bunga balon itu wangi, jika Hong Ju tidak menyukainya, ia bisa memecahkannya. Chul Goo bergerak ingin mengambil balon itu. 

Hong Ju menjauhkan, "Tidak. Karena ini adalah hadiah darimu, aku akan menerimanya. Aku belum pernah menerima hadiah yang murah seperti ini sebelumnya". Chul Goo berkata belum pernah mempersiapkan hadiah ulang tahun secepat ini sebelumnya.

Hong Ju merasa lelah mengajak Chul Goo pulang. Chul Goo mengerti, ia minta izin apa boleh makan cake ini. Hong Ju tidak menjawab. Sibuk menciumi aroma bunga balon yang dihadiahkan Chul Goo padanya. Hong Ju bersikap jaim di depan Chul Goo, tapi di belakangnya, Hong Ju tersenyum senang dan terus menciumi bunga balon itu.

Chul Goo dan Hong Ju jalan kaki menuju rumah. Dalam perjalanan itu, Hong Ju mengucapkan terima kasih karena Chul Goo merayakan ulang tahunnya. Chul Goo menyindir, "Kau baru saja berkata kalau itu jelek". Hong Ju bilang, meskipun begitu ia harus tetap mengucapkan terima kasih. "Kau adalah pria pertama selain teman-temanku yang merayakan ulang tahunku".

Chul Goo terkejut, "Benarkah?. Kehidupanmu itu benar-benar....". Hong Ju memotong, "Dan ini adalah bunga balon pertama yang pernah kuterima. Bunga ini tidaklah buruk. Sangat orisinil".

"Terima kasih untuk pujiannya", sahut Chul Goo. Hong Ju ingat sesuatu, "Ngomong-ngomong, darimana saja kau?. Kau membuatku menunggu". Chul Goo menjawab ada beberapa urusan. Hong Ju ingin tahu urusan apa. "Itu semua bukan urusanmu", jawab Chul Goo ketus. 

Chul Goo jalan lebih dulu, Hong Ju diam di tempatnya. Memandangi punggunh Chul Goo dengan senyum. Senyum bahagia, bukan senyum sinis seperti biasanya.

Menjelang tidur, Se Yoon mengingat percakapannya dengan Chae Won di depan sungai Han. Dan kata-kata penyemangat yang diucapkan Chae Won. Se Yoon tersenyum. Pertunangannya gagal, tapi Se Yoon tampak bahagia. Karena ia menemukan jawaban atas perasaanya selama ini. 

Hal yang sama juga terjadi pada Chae Won. Meski ia berulang kali mencoba menutup mata dan mengubah posisi tidurnya, tetap saja matanya enggan untuk terlelap. Ada beban pikiran yang membuatnya terjaga sepanjang malam. 

Keesokan paginya. Do Hee dan Kang Sook kaget melihat Hyo Dong sudah ada di dapur, mencuci beras. Do Hee tanya apa yang dilakukan Hyo Dong lakukan. Hyo Dong menjawab bukankah hari ini giliran Choon Hee yang membuat sarapan. Choon Hee masih tertidur, jadi ia melakukan ini menggantikan tugas istrinya. 

Kang Sook bingung, "Bukankah kau mengumumkan bahwa kau akan menjinakkannya dalam tiga bulan?. Apa yang terjadi denganmu?". Hyo Dong berkata ia cukup tua untuk melakukan hal itu. Hyo Dong akan  baik-baiks saja, selama Choon Hee merasa bahagia dan nyaman. Hyo Dong kembali melanjutkan kegiatannya.

Kang Sook dan Do Hee kasak kusuk di ruang tengah. Do Hee sudah menduga Hyo Dong akan berubah secepat ini. Kang Sook heran bagaimana mungkin Hyo Dong mengibarkan bendera merah putih dalam sehari. "Kurasa Choon Hee adalah penipu sejati".

Ki Moon kembali setelah mengambil koran, Ki Choon turun dari lantai 2. Do Hee mencibir perkataan 2 lelaki itu hanya omong besar, "Bicara kalian...ck...ck..ck..".
"Ada apa dengan "Ck..ck..ck..." sejak pagi hari?", tanya Ki Moon. 
"Pergilah saja ke dapur dan lihatlah sendiri", jawab Do Hee kesal.

Adik dan kakak ini masuk ke dapur, dan mendapati Hyo Dong duduk manis membersihkan toge. Ki Choon heran, kenapa kau melakukan ini?. Hyo Dong menjawab sama seperti yang ia katakan pada Kang Sook dan Do Hee.

"Aku tidur nyenyak", ucap Choon Hee berdiri di depan pintu, merenggangkan badan seperti orang yang baru bangun tidur. "Selamat pagi, semuanya!", sapa Choon Hee dengan senyum manis. Do Hee dan Kang Sook melotot tidak suka.

"Aku menyiapkan beras untuk dimasak dan membersihkan taoge", jelas Hyo Dong. 

"Oh, terima kasih". Sebagai imbalan Choon Hee memberikan kecupan di pipi kiri Hyo Dong. Hyo Dong minta tambah yang pipi kanan juga. Dan Choon Hee pun dengan senang hati memberikan kecupan. Keduanya tertawa bahagia. 

Kang Sook dan Do Hee melengos tidak suka, "Menjijikan sekali", komentar Kang Sook. Ki Moon protes ke Hyo Dong, "Itu tidak benar. Kau akan menjadi seperti Ki Moon". Hyo Dong tidak peduli, yang penting ia merasa bahagia bersama Choon Hee.

Chae Won lari mengejar lift yang hampir tertutup, ia menekan tombol pembuka pintu, dan pintu lift pun terbuka. Chae Won tertegun melihat siapa yang ada di dalam lift. Se Yoon bersama manager pemasaran dan beberapa karyawann launya. Chae Won sedikit canggung, menundukkan kepala memberi salam.

"Selamat pagi", sapa Se Yoon tersenyum. "Ya", jawab Chae Won dengan wajah canggungnya. Chae Won masuk ke lift, berdiri membelakangi Se Yoon. 

Se Yoon tersenyum kecil. Tampaknya ia bahagia bisa melihat wajah Chae Won di pagi hari begini. 

Sesampainya di ruangan, manager pemasaran memberitahu nona Kim Joo Ri baru saja menelpon, dia mengajukan cuti selama seminggu. Se Yoon mengerti. Manager pemasaran mengkhawatirkan Se Yoon, "Apa anda baik-baik saja?". "Ya", jawab Se Yoon singkat.

Joo Ri ingat ucapan Se Yoon bahwa hatinya di penuhi dengan Chae Won dan akan mencari tahu pertanyaan atas perasaanya. Secara jelas Se Yoon menunjukkan ketertarikannya pada Chae Won, dan hal itu membuat Joo Ri marah. Tiba-tiba Joo Ri teriak histeris, senyaring-nyaringnya. Melempar bantal dan memukul-mukulkanya ke kasur.

Young Ja yang mendengarnya langsung lari ke kamar, "Joo Ri, ada apa?. Tenanglah, tenanglah", tanya Young Ja panik. Young Ja memeluk Joo Ri, "Tenanglah sayang". 

Emosi Joo Ri memburu seperti banteng mengamuk, "Aku tidak bisa berakhir dengannya seperti ini. Tidak bisa!".

"Lalu apa yang bisa kau perbuat?. Berhentilah jadi orang yang keras kepala", bujuk Young Ja.

"Bagaimana aku kalah terhadapnya sehingga aku harus kehilangan Se Yoon?".

"Kau tidak kalah terhadapnya. Se Yoon adalah orang yang bodoh".

Joo Ri kembali teriak histeris, "Aku tidak boleh berakhir dengannya. Tidak boleh!". Joo Ri mengamuk, memukul-mukul kasur, seperti orang yang sudah kehilangan kesadaran. Lalu menangis tersedu-sedu.

Young Ja memeluk Joo Ri, hatinya juga ikut hancur melihat Joo Ri seperti ini, "Oh, Joo Ri. Joo Ri...Tenanglah. Kau tidak kalah dengan siapa pun". Hanya kata-kata itulah yang bisa ia ucapkan sebagai penghibur.

Setelah Joo Ri tenang, Young Ja turun ke bawah, "Ini seperti neraka dunia. Hidup di neraka", keluhnya. Di ruang tengah ia berpapasan dengan Hong Ju. Pagi ini mood Hong Ju dalam keadaan baik, tidak seperti biasanya ia menawarkan diri membuatkan minum untuk ibu mertuanya.

Young Ja : Tidak terima kasih. Aku tidak nafsu makan. Kelihatannya kau sedang dalam mood yang bagus.
Hong Ju : Begitukah?. 
Young Ja : Ya. Apa kau punya berita bagus?

Hong Ju menggeleng, "Tidak. Apa ibu tidak pergi kerja?". Young Ja berkata Joo Ri terbaring sakit di tempat tidur, bagaimana bisa ia pergi bekerja. (Orang sakit kok bisa ngamuk ya!).

Hong Ju bilang jangan terlalu khawatir, Joo Ri bisa menikah dengan pria yang lebih baik. Hong Ju tersenyum tulus, lalu naik ke kamar. Bukannya senang, Young Ja malah bingung dengan sikap baik menantunya. Bahkan memberikan kata-kata penghibur.

Apa yang membuat mood Hong Ju baik hari ini, tak lain karena perhatian Chul Goo padanya semalam. Hong Ju mengambil bunga balon yang ia letakkan di meja, lalu bicara pada Coco, "Coco, kau tahu apa ini?. Ayahmu membuatkan ini untukku. Tidakkah ini cantik?". Hong Ju tersenyum bahagia. Hanya perhatian kecil, tapi itu sudah cukup menyentuh hati Hong Ju.

Chul Goo masih ragu, apa benar Chae Won tidak ada hubungan dengan Se Yoon. Bagaimana jika Chae Won berbohong dan menemui pria itu. "Tidak...Tidak...Percaya padanya. Jika Chae Won bilang tidak, maka itu tidak". Chul Goo berdoa, meminta tuhan meyakinkan hatinya. (Tidak ada gunanya Chul Goo, ingat istri di rumah). 

Se Yoon datang ke ruangan Chae Won, disana dia bertemu dengan 3 koki ahjuma yang bersiap-siap hendak pulang. Se Yoon tanya di mana ahli gizi Min. Salah satu dari mereka berkata Chae Won pasti sedang berada di gudang.

Setelah Se Yoon, ke-3 koki ini mulai bergosip. "Apa kau tahu kalau dia membatalkan pertunangannya?", tanya koki 2, yang berdiri di tengah.

"Benarkah?", tanya yang lain,

"Kabarnya sudah tersebar", ucap koki 2 lagi. 

"Aku tahu", sahut koki 3, koki yang memakai topi. "Terjadi pemukulan dan Nona Kim Joo Ri menangis dengan keras. Kacau sekali".

"Oh. Ya ampun!, seru koki 1. "Bukankah itu karena Nona Min Chae Won?. Kurasa ada sesuatu yang terjadi di antara dia dan Direktur Lee', ucap Koki 2. Koki 3 berkata tidak mungkin. Koki 2 yakin. "Mereka mencurigakan.".

Di gudang, Chae Won jinjit untuk mengambil kotak kardus yang ada di deretan rak paling atas. Tinggi badan Chae Won tidak cukup meraih benda itu. Kardus besar itu oleng ke bawah, Chae Won spontan teriak dan menutup mata.

Beruntung Se Yoon datang disaat yang tepat, dengan sigap ia berhasil menahan kardus itu agar tidak meluncur ke bawah.

Chae Won menoleh melihat siapa orang yang menahan kardus. Mereka berpandangan sesaat dalam jarak dekat. 

Se Yoon kemudian membetulkan letak kardus seperti semula. Badan Se Yoon menempel ke badan Chae Won.

"Kau tidak apa-apa?", tanya Se Yoon setelah membetulkan letak kardus.
"Ya", jawab Chae Won gugup. 

Se Yoon melihat ke atas rak, "Tadi nyaris saja".  "Terima kasih", ucap Chae Won menunduk. Suasana menjadi canggung, keduanya terdiam sesaat. Kemudian mereka melontarkan pertanyaan di waktu yang bersamaan. Chae Won tertawa kecil, mempersilahkan Se Yoon bertanya lebih dulu.

Terdengar bunyi keroncongan perut Se Yoon, nyaring dan sangat jelas. Chae Won geli. Se Yoon mengaku belum makan dari hari sabtu kemarin. Chae Won tanya kenapa.

"Aku menyebabkan masalah serius, dan aku tidak bisa meminta makanan pada Ibuku", jelas Se Yoon. "Apa kau bisa menyiapkan makanan untukku?".

Chae Won tersenyum, mengangguk. 

Chae Won dan Se Yoon pergi ke kantin. Chae Won menyajikan makan untuk Se Yoon, dan bilang kalau supnya agak sedikit asin. "Aku tidak yakin apa cocok dengan sele..., Chae Won mendadak menghentikan ucapannya.

"Tak apa-apa. Aku hanya butuh untuk mengisi perutku", sahut Se Yoon.

"Maaf aku lupa soal itu".

Se Yoon minta tambahan nasi lagi. Chae Won kaget, Apa!". 

"Sudah kubilang. Aku belum makan sejak Sabtu kemarin", ucap Se Yoon tanpa malu. Chae Won tersenyum geli. "Baiklah. Tunggu sebentar". Chae Won berdiri, hendak mengambil tambahan nasi. 

"Kau mendengar tentang apa yang terjadi pada hari Sabtu kemarin, kan?", tanya Se Yoon membuat Chae Won duduk lagi di tempatnya. Se Yoon yakin pasti rumornya sudah menyebar di kantor sekarang ini. Chae Won berkata Joo Ri dan ibunya datang kerumahnya pada hari itu. Se Yoon meminta maaf. 

"Bolehkah aku bertanya kenapa kau melakukan itu?", tanya Chae Won ingin tahu. Se Yoon tidak menjawab, diam menunduk. 

Joo Ri datang ke perusahaan, melewati kantin dan melihat kebersamaan mereka. Joo Ri melotot marah, "Betapa akrabnya. Bagaimana bisa dia melakukan itu secepat ini?".

Chae Won dan Se Yoon keluar dari perusahaan bersama. Se Yoon mengucapkan terima kasih atas makan malamnya.  "Sama-sama. Sampai jumpa", ucap Chae Won lalu berbalik pergi. 

"Kau mau pergi kemana?", tanya Se Yoon.

"Aku akan pulang", jawab Chae Won. 

Se Yoon menahan Chae Won pulang, "Kau tidak boleh pulang sekarang. Aku belum selesai denganmu". Chae Won menyarankan untuk bicara besok saja, sudah malam lebih baik mereka pulang.

Se Yoon menahan lengan Chae Won, "Tidak. Aku harus mengatakannya hari ini"

"Aku sudah memikirkan tentang bagaimana cara untuk mengatakannya dengan beberapa skenario. Kurasa lebih baik aku mengatakan padamu bagaimana perasaanku, dengan cara yang alami. Ayo kita pergi ke tempat yang tenang. Masuklah ke mobilku". 

Chae Won tertegun. Se Yoon menggandeng tangan Chae Won, menuntunnya masuk ke dalam mobil. 

Dari jauh Joo Ri mengintai dari dalam mobilnya. Mereka jelas berpegangan tangan. Se Yoon bahkan membuka-kan pintu untuk Chae Won. Perlakuan yang tidak pernah ia terima ketika bersama Se Yoon. Joo Ri mendelik marah, "Aku tidak akan membiarkannya. Aku tidak bisa memaafkannya!". 

Se Yoon menerima panggilan telepon dari tuan Kim. Ada sesuatu mendesak yang tuan Kim minta. Se Yoon pamit pada Chae Won pergi ke dalam sebentar untuk mengambil sesuatu yang diminta tuan Kim. Tinggal lah Chae Won sendirian di dalam mobil.

Joo Ri menggunakan kesempatan ini. Ia keluar dari mobilnya, secara mengagetkan membuka pintu mobil, menyuruh Chae Won keluar. Chae Won terkejut. 

"Apa kau tidak mendengarku?. Keluar!', teriak Joo Ri. "Kita harus bicara, keluar saja", Joo Ri menarik paksa Chae Won. 

Chae Won menepis tangan Joo Ri, "Kita bicara besok. Ini sudah  larut".

"Sekarang kau berani, eh?. Baiklah", Joo Ri menutup pintu dengan kasar.

Chae Won mengira Joo Ri sudah pergi, tapi rupanya Joo Ri jalan memutar lewat belakang. Masuk ke dalam mobil Se Yoon dan duduk di belakang kemudi. Joo Ri menekan tombol pengunci pintu. "Apa yang kau lakukan?", tanya Chae Won. 

"Kau pikir aku akan melepaskan Se Yoon padamu?", Joo Ri melotot tajam.

"Ada apa denganmu?". 

"Bahkan jika aku tidak bisa mendapatkannya, aku tidak akan membiarkan kau untuk memilikinya!". 

Se Yoon jalan keluar dari perusahaan membawa amplop, jalan menuju mobil. Joo Ri menghidupkan mesin mobil, lalu menjalankan mobil Se Yoon. 

Se Yoon panik, lari mengejar, "Chae Won...Chae Won...."

Chae Won takut jika Joo Ri berbuat nekad, "Ada apa denganmu?. Hentikan mobilnya".

"Tutup saja mulutmu!", teriak Joo Ri. Kaki kanannya menginjak pedal gas kuat-kuat. Mobil melaju kencang di atas jalan raya.

Chae Won panik, sementara Joo Ri tampak yakin dengan langkah yang ia ambil. Apakah Joo Ri ingin menculik Chae Won, atau berniat bunuh diri bersama Chae Won????....


END

Komentar : 
Kelakuan Joo Ri, gak ada bedanya sama Chul Goo. Gelap mata jika sudah cemburu. Kakak beradik ini memiliki perasaan cinta yang kuat pada orang yang mereka cintai, tapi sayangnya perasaan itu tidak berada pada tempatnya.

Chul Goo tetap kukuh ingin rujuk pada Chae Won, meski sekarang dia sendiri sudah menikah. Tak jauh beda dengan Joo Ri yang mengusahakan segala cara untuk menjadikan Se Yoon miliknya. Ah...gak ngerti dengan tipe orang semacam ini. Bukankah ada istilah kalau "Cinta tidak harus memiliki". Seharusnya mereka belajar, untuk bisa melepas orang yang mereka cintai, bukan-nya memaksakan kehendak.

Apa yang ingin dikatakan Se  Yoon, ya?. Mungkinkah Se Yoon telah memantapkan hatinya dan ingin menyatakan perasaan cintanya pada Chae Won. Uh, tapi kenapa ada devil Joo Ri datang menganggu. Kesel...


9 comments:

  1. Mba Nuri makasi buat sinopsis part 2 nya semnagat ya mba nuri . Aku tiap hari mampir ke blog mba nuri loh :)

    ReplyDelete
  2. Kalo udah terobsesi jadi buta... dibudakin nafsu serakah..

    ReplyDelete
  3. Kalo udah terobsesi jadi buta... dibudakin nafsu serakah..

    ReplyDelete
  4. terima kasih mbak atas sinopsisnya. Ditunggu episode selanjutnya..
    Semangat.. Fighting... :)

    ReplyDelete
  5. Makasih sinopsisnya ditunggu episode 31nya, Joo ri penginnya bunuh diri bareng2 :((((((

    ReplyDelete
  6. terima kasih sinopsisnya mba nuri...

    ReplyDelete
  7. Trimakasih mba nuri ditunggu episode 31 lebih seru lagi, feelingnya see yeon ni yg jadi korban

    ReplyDelete
  8. Makasi unni waiting for next episode caiyooo

    ReplyDelete
  9. Ni drakor udah lama selesai tayangnya

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)