Pages - Menu

Saturday, August 24, 2013

Sinopsis Incarnation Of Money Episode 18 Part 1

Cha Don dan Se Kwang bertemu di depan lift. Cha Don mengenalkan Se Kwang pada Pria dari Jingogae. Tepat saat itu juga, Ny. Bok dan Pal Do berada di hotel yang sama, jalan menuju lift. Cha Don mendadak panik. Se Kwang menyeringai memperhatikan ekspresi Cha Don. Cha Don mendadak panik langsung menarik Pria dari Jingogae masuk ke dalam lift, "Kita ke tempat pertemuannya saja sekarang".

Se Kwang tak bergerak berdiri di depan pintu. "Apa kau tidak masuk?", tanya Cha Don. 
"Tunggu sebentar", tahan Se Kwang. Cha Don buru-buru menekan tombol penutup pintu lift, tepat saat Ny. Bok mendekat dan menyapa Se Kwang. "Omo. Siapa ini!. Kepala Ji Se Kwang". 
"Lama tak jumpa, Nyonya", balas Se Kwang. 

Ny. Bok tanya kenapa Se Kwang ada disini. Se Kwang menjawab ada janji dengan seseorang, "Apa mungkin anda...". Ucapan Se Kwang terpotong karena dering ponsel Ny. Bok.
"Maaf", ucap Ny. Bok menjawab panggilan telepon.

Panggilan telepon itu dari Cha Don yang memberitahu kalau dia saat ini bersama Pria dari Jingogae di hotel. Ny. Bok mengerti dan tidak banyak bertanya, lalu menutup telepon.

"Anda mengenal Pria dari Jingogae dengan sangat baik, bukan begitu?", tanya Se Kwang. 
"Tentu saja aku mengenalnya sangat baik", jawab Ny. Bok. 

"Aku ingin bertanya satu hal...", ucapan Se Kwang terpotong, karena Ny. Bok menyela dan bilang, "Kudengar dia ada rapat penting di sini hari ini".

Se Kwang : Di hotel ini?
Ny. Bok : Ya, ya. Dia biasanya tak akan keluar sama sekali, jadi ini agak membingungkan. Kudengar dia bertemu dengan orang yang sangat penting. Kenapa, ada apa dengannya?
"Tidak apa-apa. Sampai ketemu lagi", ucap Se Kwang tersenyum lalu masuk ke dalam lift. 

Pal Do yang bingung tanya ada apa, "Pria dari Jingogae di sini?". Ny. Bok berbisik kurasa Cha Don membawa orang yang palsu. Bodoh, setidaknya dia meneleponku lebih dulu. Kurasa aku mungkin terkena serangan jantung

Episode 18 

Cha Don dan suami Ny. Bok menunggu di dalam ruangan, suami Ny. Bok tidak yakin mampu melakukannya. Semasa muda ia memang mata keranjang tapi bukan penipu. Cha Don minta suami Ny. Bok pikirkan saja kalau dia Pria dari Jingogae yang asli.

Suami Ny. Bok meresapi ucapan Cha Don, dan ada benarnya juga. "Sekarang kalau aku memikirkannya, Hwa Sool itu yang palsu, dan aku yang asli. Aigoo, apa yang sudah...". 

(Ny. Bok sering menyamarkan identitasnya dengan memakai nama Pria dari Jingogae. Mulai sekarang saya akan memakai nama Mr. Jingogae untuk menyebut suami Ny. Bok)

Cha Don menutup mulut Mr. Jingogae begitu mendengar suara ketukan. Se Kwang masuk dan meminta maaf karena datang terlambat. Jika dilihat dari raut wajahnya, kecurigaan Se Kwang sudah hilang. Mr. Jingogae mewakilkan pada Cha Don memulai pembicaraan. 

Cha Don berkata sejauh ini orang yang bisa bertemu dengan Pria dari Jingogae adalah. Nyonya Bok, aku, dan sekarang kau, Kepala Ji. Se Kwang tersanjung, "Ini suatu kehormatana bagiku. Ngomong-ngomong, aku ingin tahu kenapa anda mencalonkan aku". 

Mr. Jingogae : Aku agak tak berpendidikan saat aku membuka mulutku. Apa kau bisa menerimanya?
Se Kwang : Anda bisa bicara seperti biasanya. 

Mr. Jingogae : Kudengar kau ini adalah pahlawan keadilan. Mungkin karena aku mendapatkan uang dengan cara kotor, tapi didalam hatiku masih ada tempat untuk keadilan. Apa politik itu?. Politik itu suatu seni yang tulus... um...

"Pemerintahan, pak", ucap Cha Don membetulkan. 
"Ya, pemerintahan", sambung Mr. Jingogae. "Tapi saat aku melihat para politisi saat ini, hanya membuatku marah. Itulah sebabnya aku mencalonkanmu. Jadi kau bisa membawa keadilan di dunia politik.
"Apa ucapanku ini benar?", tanya Mr. Jingogae ke Cha Don. 
"Sempurna, pak", jawab Cha Don. 

Se Kwang : Perkataan anda sangat memuji sampai membuatku malu.
Mr. Jingogae : Kau harus berterima kasih padanya. Jika Pengacara Lee keberatan, aku tak akan mencalonkanmu.
Se Kwang : Tunggu dan lihat saja. Aku tak akan mengecewakan anda, Pak.

Mulai sekarang Mr. Jingogae menunjuk Cha Don sebagai wakilnya. Jadi ia berharap Se Kwang dan Cha Don harus akur seperti saudara. Mr. Jingogae mengajak Cha Don pergi. Se Kwang membungkuk menghormat. Wajahnya senang, harapannya masuk ke dunia politik bisa menjadi nyata. 

Mr. Jingogae tanya jadi ibu Jae In juga ada disini. Cha Don membenarkan, dia hampir saja memergoki kita. Mr. Jingogae mengajak Cha Don cepat lari. Cha Don heran apa anda benar-benar takut dengan Nyonya Bok. Mr. Jingogae menjawab kecuali kau ingin melihatku mati, jangan sekalipun kau bicara soal aku. 

Selang beberapa menit kemudian. Ny. Bok keluar dari tempat pertemuannya dengan jaksa Kwon. Jaksa Kwon berterima kasih atas pencalonan dirinya. Di lihat dari kemampuan, Ny. Bok merasa jaksa Kwon lah kandidat yang terbaik. Jaksa Kwon penasaran dan tanya siapa kandidat yang akan dicalonkan Pria dari Jingogae. Ny. Bok mengaku tidak tahu, dia belum mengatakannya. 

Jaksa Kwon tidak khawatir dengan mantan walikota Jeong Hae Ryong, tapi jujur ia merasa sangat penasaran dengan Pria dari Jingogae. Ny. Bok tanya apa rasa percaya diri jaksa Kwon hilang hanya karena hal itu. Jaksa Kwon tertawa, "Bodoh sekali jika ingin berperang tanpa mengetahui siapa lawannya".

Se Kwang yang hendak keluar, mengintip dari pintu. Tampaknya Se Kwang mempunyai rencana lain untuk menghadapi jaksa Kwon. 

Ji Hoo berada di fitnes centre, mencoba berbagai macam alat olahraga. Se Kwang mengintai dari jauh. Seperti serigala mengintai domba. Se Kwang ingat pertemuannya dengan Prof. Jeon Hoon yang ternyata ayah Ji Hoo. Salah satu dari 4 anggota komite Perkumpulan Sastra Chungrok, dan yang penting jaksa Kwon tidak mengetahui hal itu.

Ji Hoo dan Se Kwang berpapasan, "Kepala. Kenapa kau di sini?", tanya Ji Hoo bersikap ramah seperti biasa. 
"Kurasa kalau berolahraga di sinilah tempatnya", jawab Se Kwang jutek.

Se Kwang jalan diatas treadmill. Ji Hoo mendekat, "Kepala. Kau marah denganku, kan?"
"Tidak", jawab Se Kwang ketus. 

Ji Hoo : Katakan saja. Jadi aku bisa mengoreksi kesalahanku. Apa ini karena aku merahasiakan identitas ayahku?. 

Se Kwang menekan tombol stop, terang-terang'an menunjukkan wajah tidak suka, "Itu bukanlah hal yang seharusnya membuatku marah", ucapnya langsung pergi.

Dikantor pun seperti itu. Se Kwang berlagak cuek dan acuh tak acuh tiap kali Ji Hoo menyapanya. Ji Hoo bingung, "Sebenarnya dia kenapa?. Kurasa dia benar-benar marah padaku".

Se Kwang memang sengaja bersikap acuh hingga Ji Hoo merasa bersalah. Trik murahan dan kuno. 

Jaksa Jo mengajak para jaksa senior minum. Disana juga ada jaksa Jo, Hyuk, Se Kwang dan Ji Hoo. Di hadapan publik pun Se Kwang dengan terang-terang'an bersikap dingin tanpa bicara sedikitpun pada Ji Hoo. Saat Ji Hoo ingin menuangkan minuman, Se Kwang malah menuangkan minuman ke Hyuk.

Sikap dingin Se Kwang memang mempengaruhi Ji Hoo. Ji Hoo makin merasa bersalah dan minum banyak. Jaksa Jo heran, "Apa yang sedang merasukimu?. Kau bisa mabuk hari ini". Ji Hoo berkata ia akan menjadi teman minum jaksa Jo. Se Kwang membuang wajah lalu keluar ruangan. 

Ji Hoo yang sudah mabuk keluar ruangan. Se Kwang sengaja menunggu diluar, ia tanya kenapa kau minum sembarangan. 


"Kepala Ji Se Kwang. Kau sombong sekali. Sangat tinggi dan hebat. Demi siapa aku minum
sebanyak ini?. Ini semua karenamu!", ucap Ji Hoo lalu jatuh ke pelukan Se Kwang, tak sadarkan diri.

Ya...langkah pertama Se Kwang berhasil....

Langkah selanjutnya Se Kwang membawa Ji Hoo ke apartemennya. Ia membaringkannya ke tempat tidur. Se Kwang menggeledah tas Ji Hoo, mencari sesuatu tapi tak menemukan apa-apa hanya ada selembar foto Ji Hoo dengan Prof. Jeon. Se Kwang menuangkan minuman ke gelas, meminumnya dan memandangi Ji Hoo yang tertidur. Pasti ada sesuatu yang dia rencanakan.

Keesokan harinya, Ji Hoo terbangun dan kaget mendapati dirinya berada di tempat asing. Seingatnya ia mabuk semalam. Ji Hoo menoleh ke meja di sisi tempat tidur, disana ada beberapa foto Se Kwang di dalam bingkai berjejer rapih. Ji Hoo menutup wajahnya malu, menyadari kalau sekarang ia berada di rumah lelaki yang ia sukai, "Aku gila. Betapa bodohnya aku karena minum banyak sekali...Bagaimana ini?".

Ji Hoo keluar kamar. Ada Se Kwang tidur di sofa. Ji Hoo berdiri memandangi Se Kwang tidur, jelas ia memang menyukainya. Ji Hoo berbalik pergi, Se Kwang meraih pergelangan tangan Ji Hoo, menariknya hingga Ji Hoo jatuh ke atas badannya.

Se Kwang memandangi wajah Ji Hoo lama. Se Kwang melembutkan suaranya, "Ini perintahku sebagai atasanmu, jangan pernah minum seperti yang kau lakukan tadi malam."
"Maafkan aku", ucap Ji Hoo. 
"Kita cari sarapan", ucap Se Kwang bangkit dari sofa. 

Ji Hoo terpaku di tempatnya, mengatur debar jantungnya.

Saat sarapan pun Ji Hoo sering curi pandang ke Se Kwang. Ia masih tak mengerti kenapa Se Kwang cuek beberapa hari ini. Perasaan bersalah membuatnya tak selera makan, "Jika kau marah denganku karena sesuatu hal, tolong beritahu aku".

Se Kwang : Aku tidak marah denganmu. Aku marah dengan diriku sendiri.
Ji Hoo : Apa?
Se Kwang : Aku punya ambisi yang besar. Ayahmu adalah orang yang bisa mewujudkan ambisiku itu. Karena itu, aku marah pada diriku sendiri karena tertarik padamu.

Se Kwang pergi lebih dulu. Ji Hoo diam terkejut mendengar pengakuan Se Kwang. Apakah Ji Hoo rela dimamfaatkan demi cinta?.... mengikuti jejak Bi Ryung.

Cha Don menulis di papan kaca, mengatur rencana. Gu Shik berkata akhirnya, jaksa Kwon Ji Se Kwang akan tahu kalau mereka rival hari ini. Cha Don minta Gu Shik dan sekertaris Hong pergi lebih dulu ke hotel, banyak hal yang harus disiapkan. Gu Shik dan sekertaris Hong bergegas pergi.

Jaksa Kwon datang ke hotel bersama Ny. Bok. Jaksa Kwon tanya apa anda sudah tahu siapa
yang dicalonkan oleh Pria dari Jingogae?. Ny. Bok menjawab sudah, tapi sulit diterima akal sehatku. Kenapa dia mencalonkan orang baru seperti itu?. Jaksa Kwon tanya siapa orangnya. 

Tak lama kemudian Cha Don datang bersama Se Kwang. Jaksa Kwon heran apa yang Se Kwang lakukan disini. 

Untuk pertama kalinya, kedua jaksa ini saling berhadapan sebagai rival.

Se Kwang : Nyonya Bok yang mencalonkanmu, jaksa agung?
Jaksa Kwon : Lalu......kau...
Cha Don : Pria dari Jingogae yang sudah mencalonkan Kepala Ji Se Kwang.

Jaksa Kwon tampak marah, "Tepat dibawah hidungku, ya?". Se Kwang berkata ia tak bermaksud seperti itu, "tapi kurasa aku akan bersaing dengan anda, jaksa agung".

Jaksa Kwon dan Se Kwang bertatapan tajam, percikan api mulut menyulut di mata mereka.

Cha Don dan Ny. Bok tersenyum tipis melihat keduanya yang mulai berselisih. 

Pal Do datang mengantar Ny. Bok, Jaksa Kwon dan Se Kwang ke ruangan yang telah disediakan. Cha Don tetap di tempatnya, menghubungi Gu Shik, "Kami dalam perjalanan. Apa kau sudah siap?".

"Baru saja selesai. Aku tinggal memeriksa sesuatu", jawab Gu Shik setelah memasang kamera pengintai di ruang para kandidat. Ia lalu pindah ke kamar sebelah. Gu Shik minta sekertaris Hong menyalakan televisi. Tampak gambar ruangan para kandidat di dalam televisi. "Bagus. Semuanya sudah diatur", jawabnya kemudian. 

Acara Perkumpulan Sastra Chungrok diselenggarakan di Ballroom hotel. Jae In mewakili Ny. Bok menerima para tamu. Ji Hoo datang bersama Prof. Jeon. Mereka saling sapa, Ji Hoo tanya apa Jae In anggota Perkumpulan Sastra Chungro. Jae In mengiyakan, "Ibuku presdirnya. Bagaimana denganmu, Jaksa Jeon?".
"Ini ayahku. Salah satu anggota..."
Jae In memotong, "Omo, jadi anda Profesor Jeon Hoon?. Halo".

Prof. Jeon sudah banyak mendengar tentang Jae In dari Ny. Bok. Ia mengucapkan selamat atas pengangkatan Jae In sebagai Presdir Hwanghae Bank. Prof. Jeon melihat sekeliling, "Ah, ngomong-ngomong, aku tidak melihat Presdir Bok".
"Kudengar kalau para anggota komite sedang rapat di kamar tamu", jawab Jae In. 

Prof Jeon terkejut, "Ah, benarkah?. Aku tidak mendapat pesannya".







Jaksa Jo kaget mengetahui kalau rivalnya adalah jaksa Kwon dan Se Kwang. Tak lama kemudian Ny. Bok masuk bersama kandidat yang lain. Para kandidat saling menyapa. Jaksa Kwon menyapa Hae Ryong. Hae Ryong menyindir, "Jaksa Kwon, aku sudah banyak mendengar soal kinerjamu". Jaksa Kwon terdiam...

Hae Ryong lalu menyapa Se Kwang, "Kepala Ji Se Kwang, lama tak jumpa".
Se Kwang membalas, "Kudengar anda baru saja kembali dari Inggris". 

Hae Ryong menyindir, "Hidup penuh kejutan. Siapa sangka, kita akan bertemu lagi seperti ini?". 

Ucapan Hae Ryong barusan mengingatkan Se Kwang pada perkataan Hae Ryong 5 tahun lalu. Hae Ryong bersumpah selama ia hidup akan menghancurkan Se Kwang.

(Hahaha...jaksa Kwon dan Se Kwang mati kutu sekarang).

Hae Ryong tertawa, "Yang sudah berlalu biarlah berlalu, kan?. Kita buat kompetisi yang adil
diantara kalian bertiga. Aku akan menjadi juri yang adil".
"Terima kasih", ucap Se Kwang membungkuk.

Jaksa Jo tanya bagaimana dengan Pria dari Jingogae. Cha Don mengaku sebagai wakilnya, "Dia akan membicarakan semuanya melalui aku".

Se Kwang tanya siapa calon dari Prof. Jeon. Ny. Bok berkata Prof. Jeon memutuskan untuk abstain, "Itu lebih baik untuk kalian bertiga". Jaksa Jo lega saingannya hanya 2.

Tanpa di duga Prof. Jeon masuk, "Aigoo, ternyata kalian di sini". 
Hae Ryong : Profesor Jeon, kupikir kau di Jepang. Kapan kau kembali?
Prof. Jeon : Ya, aku segera kembali karena acara ini. Tapi, bukankah hari ini...

Ny. Bok buru-buru mengajak Prof. Jeon bicara di tempat lain. Hae Ryong juga ikut menarik Prof. Jeon pergi. Prof. Jeon bingung. Ny. Bok bilang Pal Do yang akan menjelaskannya. Lalu pergi. Cha Don mengikuti mereka, "Aku juga pergi dulu. Semoga berhasil".

Se Kwang kecewa tidak bisa bicara lebih banyak pada Prof. Jeon. Wajah jaksa Jo menegang, hanya jaksa Jo yang bersikap santai. 

 Cha Don masuk keruangan lain, bergabung dengan Gu Shik dan sekertaris Hong. Ia memantau percakapan para kandidat ini melalui televisi yang telah terhubung ke kamera pengintai.

Pal Do menjelaskan aturan menjadi kandidat, "Sekarang, para kandidat akan melalui masa pengawasan. Proses pemeriksaannya akan sama seperti sidang putusan, dan para kandidat akan menyusun dan menyampaikan informasi pemeriksaan kandidat lainnya. Sidangnya akan diadakan di hotel ini 2 minggu lagi".

Se Kwang tanya setelah pemeriksaan, bagaimana cara finalisnya terpilih. Pal Do menjawab Anggota komite yang akan membuat keputusan akhirnya. Jaksa Jo tanya bagaimana jika hasilnya seri. Pal Do menjelaskan pemeriksaannya akan berlanjut sampai tersisa 1 kandidat. Jaksa Kwon menilai itu keputusan yang bijak. Dengan cara itu, organisasi ini bisa tetap bersatu.

Pal Do tanya apa ada pertanyaan lainya. Ke-3 kandidat diam. Pal Do mohon diri, "Kalau begitu, kudoakan semoga kalian bertiga beruntung".

Jaksa Jo heran kenapa mereka harus saling mengawasi, bukankah kita bukan orang asing. Se Kwang berpendapat anggota komite ingin memastikan keadilan dari para calonnya. Jaksa Kwon berkata ini tak akan mudah. Jika kau terpilih, ini demi karirmu sendiri. Jaksa Jo pamit pergi lebih dulu.
Tinggallah jaksa Kwon dan Se Kwang berdua. Jaksa Kwon mengajak Se Kwang bicara sebentar. Ada banyak hal yang ingin ia bicarakan.

Jaksa Kwon berkata kita mempunyai musuh yang sama yakni Lee Kang Seok, "Saat kita punya musuh yang sama, betapa bodohnya kita kalau saling bermusuhan. Apa kau tidak setuju?". Se Kwang setuju, tapi ia marah dan menuduh jaksa Kwon menjual rencana mereka pada musuh.
"Menjual rencana kita?. Omong kosong macam apa ini?", ucap jaksa Kwon marah.

Cha Don cs tetap menyaksikan melalui layar tv. Dan Cha Don sangat menikmati perselisihan 2 jaksa serakah itu.

Se Kwang : Kau pikir aku tak tahu kalau kau bekerja sama dengan Lee Kang Seok?
"Ji Se Kwang", bentak jaksa Kwon.
Se Kwang : Aku tak pernah mengira hubungan kita akan berakhir seperti ini. Bukan orang lain yang kau khianati.
Jaksa Kwon : Kau... harus menjaga sikapmu. Sejak kematian Lee Joong Man...
 
Se Kwang memberi kode pada jaksa Kwon untuk menghentikan ucapannya. Mata Se Kwang yang jeli mengetahui ada kamera kecil terpasang di atas lampu meja. Se Kwang mendekat, memeriksa dan memastikan kalau itu adalah kamera pengintai.

Gu Shik panik, "Dia tahu kameranya!".

"Ini kamera", ucap Se Kwang memberitahu jaksa Kwon. Jaksa Kwon mendekat. Wajah keduanya tampak jelas di layar.

Sekertaris Hong ikut panik, "Oh, bagaimana ini?. Apa aku harus mematikannya?". 

"Tunggu", tahan Cha Don.  

Se Kwang tertawa sinis menatap kamera pengintai, "Proses pemeriksaan ini sepertinya sedikit berarti. Baiklah. Jika anggota komite sudah sejauh ini memeriksa kita, tentu, kita akan menerimanya".
Jaksa Kwon ikut bicara, dengan nada marah, "Aku tak tahu kalau proses pemeriksaannya sudah dimulai. Kau cukup teliti. 2 minggu lagi, kita akan bertemu lagi di sini".

Se Kwang dan jaksa Kwon keluar ruangan.

Sekertaris Hong menarik napas lega, "Astaga, aku sangat takut kita akan tertangkap". Gu Shik berkata sayang sekali, mereka hampir mengakui perbuatan mereka sendiri. Cha Don berdiri, "Aku pergi dulu". Gu Shik mengikuti. 

Perseteruan jaksa Kwon dan Se Kwang berlanjut di padang rumput. Jaksa Kwon marah tak menyangka Se Kwang menuduhnya seperti itu. Se Kwang juga tak menyangka kalau jaksa Kwon mengkhianatinya.

Jaksa Kwon teriak, "Jaga ucapanmu, Ji Se Gwang!. Beraninya kau menuduhku sebagai pengkhianat!". 
Se Kwang : Lee Kang Seok tahu semua rencanaku, dan selalu selangkah didepanku. Apa itu mungkin?.

Jaksa Kwon : Apa itu alasanmu menuduhku bekerja sama dengan Lee Kang Seok?
Se Kwang : Hancurnya Eun Bi Ryung, tidak akan terjadi jika Lee Kang Seok sendirian.
Jaksa Kwon : Eun Bi Ryung?. Dia dipenjara karena membunuh Hwang Jung Shik. 

Se Kwang : Darah pada syal itu, sekretaris Seo yang menggantinya, kan?
Jaksa Kwon : Aku sudah muak dengan masalah ini.
Se Kwang : Orang yang sangat dibenci Lee Kang Seok adalah aku. Karena aku membunuh Lee Joong Man. Selain itu, ada orang lain yang berpikir kalau aku ini batu sandungan.

Wajah Se Kwang semakin bengis, "Kau....Musuhmu dan Lee Kang Seok adalah aku, Ji Se Kwang. Apa sudah jelas?. 
Jaksa Kwon : Kau gila. Kau benar-benar gila. 
Se Kwang : Jika aku salah, buktikan padaku di sini sekarang juga. Hubungi Ny. Bok Hwa Sool dan beritahu dia kau mundur dari pencalonan ini. Maka aku bisa mempercayaimu.

Bibir Jaksa Kwon menyungging senyum, "Jadi, itu yang kau kejar. Itulah alasanmu menuduhku sebagai pengkhianat?. Jaksa Kwon lalu tertawa keras.
Se Kwang : Tutup mulutmu. Aku berusaha menahan untuk tak memukul wajahmu". 

Jaksa Kwon memukul wajah Se Kwang lebih dulu. Se Kwang membalas. Keduanya saling menyerang, berguling-guling di padang rumput.

Cha Don dan Gu Shik berada di mobil, menyaksikan perkelahian 2 jaksa yang saling berselisih. Gu Shik ngerti, beda dengan Cha Don yang memandanginya dengan tatapan dingin. Inilah yang ia harapkan. Melihat mereka berkelahi dan saling menghancurkan.

Se Kwang lebih unggul, berdiri diatas badan jaksa Kwon. Se Kwang berhenti memukul, meski begitu jaksa Kwon masih menantang, "Kenapa, apa kau ingin membunuhku seperti kau membunuh Lee Joong Man?. Jika kau tak membunuhku sekarang, kau pasti akan menyesal seumur hidupmu". 

Se Kwang bergerak ingin memukul, tapi di tahan, "Orang yang akan menyesalinya itu Lee Kang Seok dan kau, bukannya aku!". 
Se Kwang lalu mengarahkan tinjunya ke tanah, tepat di samping kepala jaksa Kwon. Se Kwang pergi.

Jaksa Kwon teriak murka, "Ji Se Kwang. Jangan melupakan apa yang sudah terjadi hari ini. Jangan pernah melupakannya!".
Jaksa Kwon tertawa keras seperti kesetanan, "HaHaHaHaHa". 

Cha Don dan Gu Shik dalam perjalanan pulang. Gu Shik merasa ngeri, "Apa keserakahan bisa membuat orang seperti itu?. Whoa, mengerikan. Mereka seperti setan dalam rupa manusia". Cha Don mengaku juga seperti itu, "Saat aku melakukan segala cara kotor untuk mendapatkan uang. Aku juga tak jauh berbeda dengan mereka".

Tapi Gu Shik menilai sekarang Cha Don sudah berubah. Ponsel Cha Don berdering, Ny. Bok memintanya datang kerumah sekarang juga.

"Menurutmu mereka akan hancur dengan jebakan ini?", tanya Ny. Bok. Cha Don menjawab semuanya sudah berjalan cukup lancar sejauh ini. Pal Do tanya apa mereka akan menunjukkan kesalahan satu sama lain. Cha Don berkata mereka akan saling menyerang satu sama lain, seperti binatang buas.

Pal Do sudah menyelidiki mereka berdua seperti perintah Ny. Bok. Tapi baik jaksa Kwon dan Se Kwang tidak menunjukkan sisi cacat. Cha Don yakin, jika tanpa catat mereka berdua pasti memalsukannya. Ny. Bok penasaran dari mana Cha Don menemukan Pria dari Jingogae palsunya.

"Apa?", ucap Cha Don gelagapan. 
"Kenapa kau terkejut?. Apa dia bisa dipercaya?", tanya Ny. Bok khawatir. 
"Jangan khawatir", jawab Cha Don terbata. "Oh, ngomong-ngomong, Jae In tidak dirumah?", tanyanya mengalihkan pembicaraan. 
"Dia berkencan dengan jaksa Kwon Hyuk", jawab Ny. Bok.

Cha Don kaget, "Apa?. Kenapa dia masih belum pulang juga padahal sudah selarut ini?".
Ny. Bok : Hei, apa kau ini suaminya?. Kenapa kau mengatur dia?. 
Pal Do tersenyum, jelas sekali kalau Cha Don cemburu. 

Cha Don beralasan sangat berbahaya berada di luar di saat jam segini. Ny. Bok menyuruh Cha Don mengkhawatirkan dirinya sendiri dan pulanglah. Cha Don tanya berapa lama lagi Ny. Bok akan membiarkan Jae In terus salah paham padanya seperti ini. Ny. Bok tak menjawab, menyuruh Cha Don pulang, "Bukankah kau yang bilang kalau jam segini ini berbahaya?. Jadi pulang saja dengan hati-hati".

Cha Don berguman lirih, "Lebih baik kalau dia itu gendut".
"Apa?", tanya Ny. Bok kaget. 
Cha Don berdiri dengan wajah kesal, "Sampai jumpa", pamitnya.

Ny. Bok dan Pal Do tertawa. "Hei, dia cemburu 100%, kan?", ucap Ny. Bok. Pal Do menjawab lebih tepatnya 99,99%.
Ny. Bok : Tunggu saja, cepat atau lambat dia akan melamar Jae In menjadi istrinya.

Cha Don terus melihat jam tangan sembil ngomel-ngomel sendiri, "Tolol sekali. Lihat jam berapa ini. Jika kau pulang tengah malam begini, kita cerai....bukan,...putus hubungan".

Cha Don celingkukan melihat ke kanan dan ke kiri, terdengar suara mesin mobil mendekat. Mata Cha Don melebar memperhatikan dengan seksama. Hahaha....mukanya lucu. Mobil semakin mendekat, Cha Don masuk ke dalam sembunyi di balik tembok.

Hyuk mengantar Jae In pulang. Hyuk merasa sangat senang malam ini. Jae In menyahut, aku juga. Selamat malam, ucap Jae In berbalik melangkah masuk ke halaman.
"tunggu", tahan Hyuk. 
Jae In berbalik, "Ada apa?". 

Cha Don penasaran, mengintip dengan setengah wajah..hahaha 

Hyuk jalan perlahan, dengan cepat menarik Jae In mendekat ke arahnya, membuat jarak wajah mereka menjadi dekat. Jae In kaget, "Apa, ada apa?".

 "Kurasa ini saat yang tepat", ucap Hyuk semakin mendekatkan wajahnya ke Jae In.
Buru-buru Jae In menutup bibirnya, "Tunggu, tunggu, tunggu sebentar, tunggu sebentar. Um, yah, kurasa kita belum terlalu saling mengenal". 

Jae In tak sengaja melihat mobil putih terparkir di depan rumah, "Ah  Itukan mobil Cha Don", ucap Jae In dalam hati, lalu melihat sekeliling mencari keberadaan pemilik mobil.

"Jae In ssi", ucap Hyuk penuh harap...hahaha udah mupeng nich orang. 
Jae In diam sebentar, "Baiklah. Aku mengijinkannya", ucap Jae In keras melihat sekeliling berharap Cha Don datang saat itu juga. 

Dan Cha Don pun mengintip dengan gaya seperti ini...wkwkwkw...

Jae In menutup mata, Hyuk perlahan mendekat. Tiba-tiba saja Cha Don muncul ditengah-tengah dengan mata melotot. Sukses membuat Hyuk mundur terkejut, dan Jae In teriak kaget....hehehehe..

Mata Cha Don terus melototi Hyuk. Hyuk kesal, "Ada apa denganmu?".

Cha Don dengan wajah gokilnya, "Apa yang kau lakukan?. Astaga, apa yang sedang merasuki kalian berdua?. Bukankah kalian lihat semua kamera CCTV itu?. Apa kalian ingin ditangkap atas tuduhan perbuatan yang tak pantas ditempat umum?".

Jae In : Kenapa kau selalu mengganggu kami?

Cha Don : Hei, Bok Jae In, apa kau tak ingat saat kau membuatku terpojok dan menggosokkan bibirmu pada bibirku?. Apa bibirmu itu bibimbap (nasi campur)?. Mencampurkannya dengan orang lain?. Hahaha

Hyuk menatap heran. Jae In syok, "Apa? Bibimbap?". 

"Lihat betapa tololnya ini. Sudah jam berapa ini?", ucap Cha Don menarik Jae In masuk ke dalam mobilnya. Jae In bingung dan minta pertolongan Hyuk.

Hyuk marah, "Apa kau mau mati?". 
Cha Don : Aku ini pengacara Hwanghae Bank. Aku ada urusan penting dengan Presdir.
Hyuk : Bicarakan saja besok.
Cha Don : Kau benar-benar tak bisa melakukannya, Jaksa. Wanita ini jelas-jelas keberatan...

Kepala Jae In nongol dari jendela mobil, "Kapan aku keberatan?".
Cha Don mendorong masuk kepala Jae In, "Diam saja didalam".

Hyuk menarik tangan Cha Don, "Hei...Lee Cha Don". Cha Don menepiskan tangan Hyuk, memberi peringatan, "Jika aku melihatmu sekali lagi, aku akan melupakan kalau kau itu seniorku dan aku akan membunuhmu".

Jae In tersenyum senang...direbutin 2 cowok cakep siapa yang ga senang..wkwkwk

Cha Don berbalik membuka pintu mobil. Hyuk mendekat, "Brengsek". Secepat kilat Cha Don medorong wajah Hyuk menjauh....Hyuk limbung beberapa saat. Cha Don masuk ke mobil, membawa mobilnya menjauh. 

Cha Don membawa Jae In ke restoran. Cha Don hanya diam dan terus minum. Jae In protes, "Hei, Lee Cha Don, apa kau menculikku kesini jadi aku bisa melihatmu mabuk?. Aku tak tertarik menjadi teman minummu".

Jae In berdiri, Cha Don menarik tangan Jae In kembali duduk. Jae In heran, "Kau ini kenapa?".

"Bok Jae In, dengarkan aku baik-baik. Aku tak akan pernah mengkhianati ibumu".

"Apa?".

"Dari awal, aku ingin mengembalikan Hwanghae Bank pada...", ucapan Cha Don terpotong. 

Jae In tanya ada apa dengan Hwanghae Bank. Cha Don menghela napas berat, "Lupakan saja. Apa bisa aku memberitahumu sekarang?".

Jae In : Jika aku menghitung sudah berapa kali kau menipuku, semua jari tangan dan kakiku ini tak akan cukup. Aku tak tahu kebohongan macam apa yang kau lakukan padaku kali ini...
Cha Don : Jangan menemui Kwon Hyuk lagi. Jangan menemui putra Kwon Jae Kyu lagi.
Jae In : Kurasa ini tak ada hubungannya denganmu. Kau tak peduli dengan siapa aku berkencan.

Jae In beranjak pergi.  "Bagaimana jika aku peduli?", tanya Cha Don menghentikan langkah Jae In.
"Aku tak suka dengan Kwon Hyuk yang brengsek itu", ucap Cha Don lagi. 
Jae In tersentuh, tapi ia pura-pura cuek, "Apa aku harus memikirkan perasaanmu? Omong kosong macam apa ini".

Jae In pergi. Kali ini Cha Don membiarkan, memandangi kepergian Jae In.

Apa Jae In benar-benar pergi?. Tidak, berdiri di luar restoran menghubungi Pal Do. Jae In minta Pal Do berkata jujur, "Cha Don bilang dia tidak mengkhianati ibu. Apa itu benar?". Pal Do kaget, Cha Don bilang begitu?. Jae In minta pamanya itu menjawab dengan jujur, benar atau tidak.

Jae In kaget, ternyata memang benar Cha Don tidak mengkhianati ibunya. Jae In tanya kenapa. Pal Do menjawab Ny. Bok yang melakukannya. Jae In mengerti dan menutup telepon. 

Dari jendela luar, Jae In memperhatikan Cha Don minum, tampak sedih dan kesepian. Jae In bertanya-tanya, "Apa dia benar-benar menyukaiku?". Jae In tertawa senang seolah tidak percaya. " Lee Cha Don, tak ada gunanya bagimu untuk menyukaiku sekarang. Aku tak akan menyerah dengan mudah. Setelah semua yang sudah kau lakukan padaku, aku akan membuatmu menderita".

Jae In tertawa lagi, hatinya senang mengetahui Cha Don memiliki perasaan padanya. Cinta bertepuk sebelah tangannya kini terbalas. Tapi sebelum itu ia akan membuat Cha Don cemburu lebih banyak...


Lanjut ke Sinopsis Incarnation Of Money Episode 18 Part 2


2 comments:

  1. Ayeeee, makin hari makin seru, lanjut eonnie :)
    Makasiih

    ReplyDelete
  2. Tlg lanjut ya mbak..udah gak sabar ne..n thanx bwt sinop nya..
    Jae in keren..
    By:wiga

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)