Cha Don masuk keruang jaksa Jo. Jaksa Jo kaget, "Apa kau gila, kenapa kau kesini?". Cha Don terlihat marah, "Apa masalahnya kalau seorang bawahan menemui atasannya?".
Jaksa Jo menyarankan Cha Don untuk mempersiapkan diri, dipastikan Ji Se Kwang akan menjadi salah satu anggota dari komisi disiplin. Jadi, seharusnya kau mempersiapkan pikiranmu...
Cha Don memotong ucapan jaksa Jo. Ia tak mau disalahkan. Jika sampai ia ditangkap, hidupnya akan berakhir. Cha Don menyebutkan nama satu persatu para politisi dan pejabat tinggi yang duduk di pemerintahan. Sebelumnya mereka juga jaksa yang ikut menikmati uangnya. Dimana dan berapa yang mereka ambil aku punya semua transaksinya.
Cha Don memberi peringatan dengan jelas. Jika sampai ia di penjara atau di berhentikan secara tidak hormat itu baginya sama saja dengan hukuman mati. Lagipula jika aku akan mati, perjalanan ke alam baka yang tidak adil ini, tidak mungkin kulalui sendirian.
Cha Don keluar. Jaksa Jo kebingungan, "Ah, ini membuatku gila".
Keesokan harinya. Cha Don datang ke kantor komisi disiplin dengan mengendarai mobil putih mewahnya. Kwon Hyuk datang bersama Se Kwang, "Jaksa Lee, mobil yang bagus", sindir Kwon Hyuk dengan tawa mengejek.
Se Kwang : Apa aku harus memberimu sebuah nasehat?. Saat rapat komite disiplin hari ini,
katakan saja 3 hal. "Ya, Kau benar. Maafkan aku. Tolong maafkan aku". Apapun yang kau lakukan, apa aku harus meringankan hukumanmu?
katakan saja 3 hal. "Ya, Kau benar. Maafkan aku. Tolong maafkan aku". Apapun yang kau lakukan, apa aku harus meringankan hukumanmu?
"Bukankah begitu?". ucap Se Kwang pada Kwon Hyuk. Keduanya tertawa mengejek. Lalu masuk.
Cha Don menghadapi sidang komisi di disiplin. Cha Don duduk dengan tenang, ada 5 jaksa senior di hadapan Cha Don termaksud Se Kwang. Ketua dewan memberi pertanyaan pertama, "Jaksa Lee Cha Don, Apa kau sudah membaca tuduhan tertulis ini?".
Ketua dewan menyebutkan tuduhan, "Hasutan menyuap, menerima suap, memanfaatkan posisimu demi keuntungan sendiri, apa kau mengakuinya?".
Cha Don menyangkal dan tidak mengakuinya.
Ketua dewan : Lalu apa maksudmu kesaksian yang tertulis ini, semuanya berdasarkan kebohongan?
Jaksa Park memperhatika wajah Cha Don,"Aku tidak melihat tanda-tanda penyesalan" dan jaksa Kim berkata "Korupsi tidak apa-apa, tapi ini terlalu korup".
(What!. Apa maksudnya korupsi tidak apa-apa...ck..ck...parah).
Cha Don tetap tenang, tidak terpengaruh sedikit pun.
Jaksa Jo berada di sebuah restoran, tak lama kemudian jaksa Kwon dan sekertaris Seo datang ke restoran yang sama, mereka menuju ruang VIP untuk bertemu dengan Oh Seo Gi, dewan perwakilan partai Republik. Jaksa Jo melihat mereka, tapi mereka tidak melihat jaksa Jo. Jaksa Kwon masuk, sementara sekertaris Seo menunggu diluar.
Jaksa Kwon sedikit berbasa-basi dengan meminta maaf, seharusya ia yang menelpon wakil Oh lebih dahulu. Wakil Oh mengerti betapa sibuknya jaksa Kwon saat ini. Jaksa Kwon tanya, semuanya baik-baik saja. Wakil Oh bicara sambi berbisik, kali ini dari komite rekomendasi, sepertinya mereka sedang mempertimbangkan promosimu.
Jaksa Kwon terkejut senang dan mengucapkan terima kasih. Wakil Oh mengajukan satu permintaan pada jaksa Kwon, "Kau kenal jaksa Lee Cha Don, bukan?".
Sementara itu di sidang komite di siplin, ketua dewan merasa tidak ada yang perlu di bicarakan lagi. Se Kwang mendesak ketua dewan itu memutuskan hukuman yang akan diterima Cha Don. Ketua dewan terdiam sejenak, Cha Don memejamkan mata menanti keputusan. Se Kwang menikmati kegelisahan Cha Don.
Ponsel ketua dewan berdering, dari wakil Oh. Ketua dewan bangkit dari duduknya, pergi menjauh. Ia terkejut mendengar permintaan dari wakil Oh. Ketua dewan mengerti tanpa bertanya panjang lebar. Usai menutup telelpon ketua dewan memanggil jaksa Park dan jaksa Kim untuk bicara. Sidang di tunda beberapa saat.
Cha Don membuka mata, bersinar seperti menemukan sebuah harapan.
Ketua dewan bersama jaksa Kim dan jaksa Park bicara dengan serius. Tak jauh dari mereka, Cha Don berdiri menghadap jendela, menatap keluar. Se Kwang mendekati Cha Don, "Minumlah secangkir kopi". Cha Don menjawab aku tidak selera.
Se Kwang tersenyum datar, "Kau itu bodoh. Aku yakin kau dengar yang kukatakan, kau seharusnya hanya menjawab dengan 3 hal itu".
Cha Don diam saja, tanpa respon. Se Kwang menerima panggilan telepon dari jaksa Kwon. Ia bilang saat ini sedang rapat komite disiplin.
Terdengar suara jaksa Kwon yang meminta Se Kwang untuk menutup kasus Cha Don. Se Kwang terkejut "APA?", lalu menoleh ke Cha Don. Ekspresi Cha Don benar-benar dingin, menatap lurus pemandangan di luar.
Se Kwang menjauh, "Apa, kau barusan bilang apa?". Cha Don melirik sekilas. Jaksa Kwon minta Se Kwang tidak memberikan suara untuk tuntutannya. Se Kwang tidak mengerti kenapa jaksa Kwon berkata seperti itu. Jaksa Kwon berkata Cha Don memiliki hubungan dengan para politisi. Konsekuensinya terlalu besar jika masalah ini di teruskan.
Se Kwang tidak bisa memenuhi permintaan jaksa Kwon. Ia berhasil memenjarakan orang besar seperti Jeong Hae Ryong, kenapa kali ini ia harus takut pada pria pengecut seperti Lee Cha Don. Jaksa Kwon membentak, "Lakukan saja. Bukankah kau pikir, saat aku meminta seperti ini, pasti ada alasan bagus?. Aku minta bantuanmu. Biarkan Lee Cha Don, lepas".
Jaksa Kwon menutup telepon, sambil melirik wakil Oh di dalam ruangan. Jaksa Kwon tidak mau melepaskan kesempatan berharga ini.
Se Kwang jelas kesal. Cha Don jalan menuju ruang sidang, langkahnya terhenti saat Se Kwang bicara, "Kurasa kau hanya melakukan pencurian kecil-kecilan, tapi kau itu ikan yang lebih besar daripada yang kupikirkan".
Cha Don membalas, "Menangkap ikan yang kecil, tapi membiarkan yang besar lepas, bukankah itu yang kita lakukan di sini?".
Cha Don pergi. Perkataannya barusan adalah sebuah sindiran untuk Se Kwang. Banyak jaksa yang korupsi lebih besar tapi perhatian Se Kwang hanya tertuju padanya.
Se Kwang menyeringai kesal, "Lee Cha Don. Seperti tikus kecil. Pria licik".
(Eh...Se Kwang sama sekali ga sadar sama kesalahannya sendiri, jika Lee Cha Don pria licik, maka dia pria picik).
Sidang disiplin kembali digelar. Sebelum mengambil keputusan ketua dewan bertanya ke pada anggota yang lain. Se Kwang tetap ingin menuntut Cha Don, begitu pula dengan jaksa Jeong. Jaksa Kim minta kasus ini untuk ditutup, karena bisa mempengaruhi moral jaksa.
Se Kwang kaget. Jaksa Park setuju dengan pendapat jaksa Kim. Karena suara pendapat seri, ketua dewan yang akan mengambil keputusan. Meski ada saksi, tapi tidak ada bukti uang tunai yang diterima Cha Don. Sulit untuk mempetimbangkan dia salah atau tidak.
Keputusan akhir, ketua dewan minta Cha Don mengundurkan diri sebagai jaksa. Jaksa Kim dan jaksa Park setuju dengan keputusan itu. Begitu kata sepakat di dapat, Cha Don menatap tajam Se Kwang. Begitu pula dengan Se Kwang, menatap Cha Don dengan menahan marah.
Cha Don keluar dari ruang sidang. Se Kwang sudah menunggu di luar, "Kurasa kau akan membuka firma hukum pengacara". Cha Don menghentikan langkahnya. Tetap membelakangi Se Kwang.
Se Kwang menghadap jendela. Ia cerita saat kecil ayahnya adalah supir yang kaya raya. Ayahku menggantikan pria kaya itu dihukum penjara, karena mengemudi dalam keadaan mabuk. Lalu dia sakit-sakitan. Sedangkan pria kaya itu lebih kaya karena bisnisnya berkembang, ayahku, dilantai penjara yang dingin, mengkerut seperti tongkat dan mati. Dengan uang yang diberikan pria kaya itu padaku untuk sekolah, aku belajar seperti orang gila. Karena aku ingin membalas dendam dengan menjadi jaksa.
Se Kwang berbalik menghadap punggung Cha Don, "Menurutmu bagaimana akhirnya?". Cha Don memutar tubuhnya menghadap Se Kwang. Mata keduanya bertemu, saling melihat dengan sorot mata permusuhan.
Se Kwang : Pria kaya jahat itu akhirnya mati. Tragis sekali. Aku percaya bahwa itu adalah keadilan. Pria jahat akhirnya dihukum. Bagi pria sepertimu menjadi pengacara?. Pasti bukan untuk keadilan. Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya. Karena itu melawan keadilan.
Rahang Se Kwang bergemeretak menahan marah. Berkacak pinggang, seolah memamerkan kehebatannya. Cha Don menanggapinya dengan dingin dan memalingkan wajahnya.
Cha Don : Apa aku juga harus memberitahumu sesuatu soal kehidupanku saat masih kecil?. Ada anjing di lingkungan sekitar. Anjing itu memilihku dan hanya ganas padaku. Suatu hari saat aku lewat, tali anjingnya longgar. Aku sangat takut, aku berlari dengan segenap kekuatanku, hingga berlari ke arah jalan buntu disisi jalan.
Didepanku tembok, dibelakangku anjing ganas itu. Lalu tiba-tiba aku merasakan kesedihan yang mendalam Kenapa harus aku?. Sudah cukup menyedihkan kalau aku tidak punya orang tua maupun saudara, kenapa anjing ini masih memilih untuk menggigitku?
Menurutmu apa yang terjadi selanjutnya?. Aku menggigit anjing sialan itu. Karena aku terlalu menyedihkan dan merasa tidak adil.
Se Kwang : Jadi. Apa kau ingin mengigitku?
Cha Don : Bagiku, itu semacam keadilan. Aku tidak akan membiarkan hal tidak adil terjadi padaku. Meskipun aku tidak cukup kuat, aku akan berkelahi dengan anjing yang ada didepanku, sampai mati.
Cha Don pergi. Se Kwang tak lepas menatap punggung Cha Don. Wajahnya seperti srigala ingin menerkam domba.
(Cha Don mengibaratkan Se Kwang seperti anjing liar...hahahaha...tak salah memang. Anjing liar memang sering gila).
Ny. Bok menyuruh Pal Do untuk membawa Jae In keluar dan bekerja. Pal Do menurut. Jae In keluar dari kamar, dengan jelas ia katakan tidak mau bekerja pada ibunya sendiri. Ny. Bok bilang telah membayar hutang Jae In di bank. Jae In kaget.
Ny. Bok : Mulai sekarang, aku ini pemberi kreditmu. Apa maumu sekarang?. Apa kau mau ibu mengambil kembali uang pokoknya dan menutup restoranmu, atau kau ingin belajar berbisnis dengan Pal Do?
Jae In protes, apa ibunya sungguh akan melakukan hal ini pada putrinya sendiri. Ny. Bok bilang ia tidak butuh putri pembangkang. Baginya tanaman yang sedang ia rawat ini jauh lebih bagus. Tidak ada cara bagus atau buruk untuk menghasilkan uang. Bagaimanapun cara yang kau inginkan, dapatkan saja uangnya.
Jae In tidak punya pilihan lain, mau tak mau ia harus mengikuti perkataan Ny. Bok.
Pal Do mengajak Jae In ke pasar. Jae In tidak mengerti kenapa kemari, apa ini latihan menjadi orang sukses dengan mengumpulkan uang dari tempat seperti ini. Pal Do berkata hal sulit di dunia ini adalah meminjam dan menagih hutang.
Jae In teriak saat seorang ahjuma tanpa sengaja menyiramnya dengan air dingin. Pal Do menyuruh ahjuma itu untuk berhati-hati. Pal Do menunduk melihat celana Jae In yang basah. Melihat wajah ahjuma yang sangar membuat nyali Jae In ciut, ia tanya pada Pal DO apa tidak bisa meminta uangnya lewat telepon saja, saat ini tidak ada seorangpun yang menagih utang secara langsung.
Pal Do bilang Ny. Bok sudah melakukannya sendirian di tempat ini selama 30 tahun, dan berdebat dengan orang di pasar. Jae In kesal, "Berikan buku tagihannya". Pal Do tanya kenapa. Jae In berkata jika aku menagih hutang yang tertulis dalam buku ini, maka aku melewati ujiannya, kan?. Ia menyuruh Pal Do untuk pulang.
Pal Do berkata ini tugas yang sangat sulit. Jae In sibuk membolak-balik halaman buku catatan. Pal Do akan pulang, tapi ia berpesan pada Jae In tidak boleh bersikap lembut pada mereka. Dan juga periksa catatannya baik-baik, semoga beruntung. Pal Do pergi.
Jae In : Tunggu dan lihat saja. Aku akan mengejutkan ibu.
Jae In pergi ke kios pertama, ahjuma pemilik kios marah, menunjukkan buku penghasilannya, "Penjualan bulananku hanya segitu. Bagaimana aku bisa membayar bunganya tepat waktu?".
"Jadi, bunganya lebih besar dari pinjaman pokoknya", ucap Jae In.
Ahjuma berkata itu lah sebabnya aku sangat marah.
Jae In minta ahjuma untuk membayar saja bunga bulanannya, maka ia akan melupakan pinjaman pokoknya. Ahjuma terkejut, "Sungguh, kau benar-benar akan melakukannya?". Jae In : Percaya padaku. Aku akan menuliskan notanya.
Ahjuma benar-benar senang, mengucapkan terima kasih berkali-kali. Jae In tersenyum, "Tapi kau harus bekerja keras". Ahjuma berkata tentu saja "Tapi kenapa kau tidak mirip dengan ibumu?".
Jae In minta ahjuma untuk memanggil semua peminjam kesini, ia akan membebaskan hutang-hutan mereka.
Dan antrian panjang para pengutang terlihat. Tidak seperti biasanya, mereka dengan suka rela membayar bunga bulanan. Tak itu saja, banyak diantara mereka memberikan Jae In makanan sebagai ucapan terima kasih.
Pal Do tidak pulang seperti perkataannya, ia berada di depan kios, memantau pekerjaan Jae In dan melaporkannya pada Ny. Bok. Sejak 20 tahun bekerja, baru pertama kali ini ia melihat orang-orang berbaris untuk membayar hutannya.
Ny. Bok hampir tidak percaya. Pal Do menyakinkan hal itu benar-benar terjadi. Ny. Bok senang dan merasa bangga pada Jae In. Tunggu dan lihat saja, saat Cha Don dan Jae In menikah. Mereka akan menjadi pasangan penghasil uang terbaik di Korea.
Pekerjaan Jae In sudah selesai. Jae In pergi di iringi senyum bahagia para pengutang. Pal Do langsung menutup telepon.
"Paman, apa yang kau lakukan di sini?", sapa Jae In.
Jae In memberikan Pal Do catatan hutan dan uang pembayaran bunga, dan juga makanan yang ia terima.
Pal Do bengong, dan memuji Jae In hebat. Ia juga bertanya apa rahasianya. Jae In tidak menjawab pertanyaan Pal Do. "Tugasku sudah selesai, jadi sekarang apa aku bisa melakukan pekerjaanku sendiri?".
Jae In pergi sambil mengulum senyum.
(Jae In tidak peduli cara yang ia lakukan benar atau salah, yang terpenting tugasnya selesai. Ny. Bok pasti marah besar jika mengetahui yang sebenarnya).
(Jae In tidak peduli cara yang ia lakukan benar atau salah, yang terpenting tugasnya selesai. Ny. Bok pasti marah besar jika mengetahui yang sebenarnya).
Jae In jalan-jalan ke mall. Ada restoran pizza yang baru buka, "Oh, aku lapar, kelihatannya itu sangat lezat".
Jae In ingin menahannya, tapi ia benar-benar tergoda untuk mencicipinya. Anggap saja ini hadiahnya karena sudah bekerja keras.
Jae In mendapatkan pizzanya dan mencari tempat duduk. Ia melihat Se Kwang jalan masuk ke cafe sendiran, dengan ramah Jae In menyapanya, "Jaksa Ji. Kau suka pizza disini?. Ini kebetulan sekali".
Se Kwang bersikap cuek, memesan pizza sayur. Jae In bilang pizza ayam disini lebih enak.
Se Kwang mengacuhkan Jae In, pergi ke meja. Jae In merasa malu karena Se Kwang mengabaikannya, tapi ia tidak patah semangat. Ikut duduk semeja bersama Se Kwang, bahkan ia menggeser letak posisi laptop Se Kwang dengan tray makanannya.
Jae In memulai percakapan, "Terakhir kali, aku meneleponmu karena aku sudah menerima uang ganti ruginya, tapi kau tidak menjawab teleponku".
Se Kwang diam saja, dan sibuk dengan laptop di depannya.
Jae In : Maaf, apa kau sedang mengabaikanku?".
Se Kwang terlihat terganggu dengan kehadiran Jae In. Ditambah lagi dengan suasana hatinya yang sedang tidak baik. Ia merasa tidak kenal dekat dengan Jae In. Jae In menilai Se Kwang terlalu kaku, "Kau mungkin terlalu kaku. Mungkin hidupmu sulit?. Kenapa kau selalu tampak seperti itu?".
Se Kwang menoleh dan terlihat marah. Jae In tersenyum, "Dengan penampilan dan pekerjaanmu seharusnya kau tidak kesulitan. Bagaimana kau bisa jadi seperti ini?. Saat hidup sulit kau akan merasa lebih baik dengan makan makanan yang enak. Ah, datanglah ke restoranku, aku akan mentraktirmu. Jadi, terima kasih atas uang ganti ruginya".
(Wah...jenis pizza baru nich, pake wafer cone, seperti ice cream).
Jae In pergi. Se Kwang kehilangan kata-kata tanpa sempat membalas ucapan Jae In. Se Kwang tertegun, "Apa-apaan ini, apa dia mengasihaniku?".
(Wibawa Se Kwang rontok di depan Jae In...hihihihi....).
Cha Don secara resmi mengundurkan diri sebagai jaksa. Membuka firma hukum dan beralih profesi sebagai pengacara. Sekertaris Hong dan Gu Shik dengan setia menemani kemana Cha Don pergi.
Cha Don pindah ke kantor kecil. Tempat yang bahkan tidak layak di sebut sebagai kantor, sempit dan bau apek. Cha Don tanya pada Gu Shik, "Apa kau yakin ini kantor pengacara?". Gu Shik beralasan tidak banyak tempat yang bisa di sewa bulanan saat ini. Cha Don tidak terima, "Hei, Kepala Bagian Yang, kau pikir akan ada orang yang datang kesini? Kita bukan detektif swasta".
Gu Shik tidak bisa berbuat banyak, kita tidak punya uang cukup. Cha Don minta Gu Shik menjual tanah atas nama kakak ipar Gu Shik. Gu Shik menolak, "Kau mau aku diusir dari rumah?. Aku sudah sangat takut kalau istriku mungkin tahu bahwa aku dipecat".
Cha Don tahu sekertaris Hong memiliki simpanan, ia ingin meminjamnya. Sekertaris Hong tidak bisa memberikannya, karena ibunya yang menyimpan tabungannya.
Cha Don marah, "Apa kalian benar-benar akan melakukan hal ini padaku?. Apa kalian lupa siapa yang membebaskan kalian dari hukuman penjara?".
Gu Shik berkata itulah sebabnya mereka mengikuti Cha Don kesini, karena rasa setia kawan. Cha Don frustasi, "Aku bekerja sangat keras untuk mendapatkan uang itu, tapi aku tidak menyimpannya sedikitpun dan aku bangkrut. Bodohnya".
Cha Don menatap Gu Shik dan sekertaris Hong, marah. 2 orang ini menjadi takut dan serba salah.
Malamnya Cha Don yang merasa sangat frustasi dan tertekan memilih minum soju sendirian. Cha Don sudah mabuk, lalu mengambil handphonenya berniat menelpon Ji Hoo. Tapi ia urungkan. Cha Don kembali menuangkan soju ke gelasnya.
Sebelum tidur, Jae In melakukan gerakan senam ringan di atas tempat tidur, berharap lemak-lemak yang ada dibadannya rontok. Ponsel Jae In menerima panggilan masuk, dari Cha Don. Cha Don memanggil Jae In dengan panggilan, "Jae In-ku".
Jae In langsung bangun dan kegirangan mendengar Cha Don memanggilnya dengan sebutan "Jae In-ku". Jae In tanya, "Apa kau mabuk". Cha Don memanggil nama Jae In sebanyak 3 kali. Ia minta Jae In datang menemuinya. Jae In tidak mau datang karena larut malam. Cha Don bersikeras akan tetap menunggu sampai Jae In datang.
"Terserah kau saja, aku mau tidur", ucap Jae In menutup telepon.
Jae In berdiri di depan cermin, dan melepas masker timunnya. Bicara pada boneka kelinci, "Hei, Ling Ling, apa aku gila?. Mendengarkan Lee Cha Don yang mabuk. Aku bukan istrinya, jadi dia tidak bisa memerintahku untuk datang dan pergi".
Tanpa sadar Jae In memoles bibirnya dengan lipstik, "Omo, apa aku gila. Memakai lipstik sebelum tidur".
Jae In datang menemui Cha Don, dan melihat pria yang dicintainya itu bersenandung sendirian dengan mata terpejam. Jae In duduk di depan Cha Don, "Aigoo, aigoo, aigoo. Apa kau minum semua alkohol ini?".
Cha Don membuka mata, "Kau datang...kau datang".
Cha Don berdiri dan teriak nyaring, "Jae In datang. Jae In di sini. Aku bilang dia datang".
Jae In bingung sekaligus heran melihat sikap Cha Don, Kenapa kau seperti ini, sangat memalukan. Apa yang membuatmu bahagia?".
Cha Don bilang ia punya berita besar yang membuatnya sangat bahagia. Jae In ingin tahu berita apa. Cha Don tidak yakin apa harus memberitahu Jae In. Jae In minta Cha Don untuk mengatakanya saja, sebenarnya apa yang membuatmu sangat bahagia.
Cha Don : Mulai sekarang, kita tidak perlu pura-pura pacaran lagi. Aku bukan lagi seorang jaksa. Jadi, aku dihapus sebagai kandidat untuk calon menantu ibumu. Mengerti?".
Cha Don tertawa, "Kau bahagia kalau kau tidak melihatku lagi? Benar begitu?. Karena kebahagiaan itu, apa hormon endorfinmu meningkat?".
Jae In tertegun dan menghampus air matanya, menangis melihat Cha Don sedang kacau saat ini. Cha Don melihat air mata Jae In, "Apa kau menangis".
Jae In minum segelas soju, "Ini pertama kalinya aku menangis karena bahagia".
Cha Don : Jujur, aku agak sedih. Aku...menyukaimu.....
Cha Don diam dengan kepala menuduk.
Jae In : Sejujurnya aku juga sangat menyukaimu.
Jae In : Sejujurnya aku juga sangat menyukaimu.
Cha Don melanjutkan ucapannya, "Jika kau punya adik perempuan, aku harap itu kau. Maka aku bisa menindasmu setiap hari".
Kepala Cha Don jatuh ke meja, tidur. Jae In yang semula terharu mendadak kesal, "Hei, bangun. Jika kau tidak bangun, aku akan meninggalkanmu di sini.
Jae In kembali menghapus air matanya, mana mungkin ia tega meninggalkan Cha Don dalam kondisi seperti ini. Dengan susah payah Jae In memapah Cha Don, Jae In marah-marah karena Cha Don berat dan banyak bergerak. Jae In membawa Cha Don ke kantor barunya yang juga sekarang merangkap sebagai rumah bagi Cha Don.
Jae In membaringkan Cha Don di sofa, "Astaga, berat sekali". Sebelum pergi, Jae In memandangi wajah Cha Don dari dekat. Sama seperti saat ia memandangi wajah Cha Don ketika kecil di rumah sakit.
Jae In tersenyum, "Si tampan bodoh. Aku tidak akan menyerah. Aku pasti akan membuatmu menyukaiku suatu hari nanti. Tapi untuk saat ini, aku tidak akan meneleponmu, maupun menemuimu, meskipun kau memohon untuk bertemu denganku. Karena. Aku juga punya harga diri, itulah alasannya.
Jae In mendekat seperti ingin mencium Cha Don. Tapi ia hanya memencet bibir dan hidung Cha Don, "Mimpikan aku, tampan bodoh".
Jae In keluar dan mematikan lampu. Cha Don terlelap dalam damai, untuk sejenak melupakan beban hidup dan rasa frustasinya.
Pagi hari. Gu Shik masuk kantor dan melihat Cha Don yang tidur dalam posisi aneh, "Oh astaga... dia benar-benar seperti gelandangan".
Cha Don bangun dan merasakan kepalanya yang sakit, ia bahkan tidak ingat bagaimana cara pulang tadi malam. Gu Shik menyuruh Cha Don untuk minum air dan mendengarkan perkataannya.
Gu Shik telah berpikir keras semalam, dan menemukan cara untuk kembali. Cha Don tanya bagaimana caranya.
Gu Shik : Sebelumnya, ada banyak uang yang muncul di lokasi longsor, ingat?. Uang itu milik pria bernama Lee Kang Seok. Uang itu belum diklaim.
Cha Don : Benar begitu?. Kenapa dia tidak mengklaimnya?. Mungkin Park Gi Soon belum tahu soal ini.
Cha Don : Benar begitu?. Kenapa dia tidak mengklaimnya?. Mungkin Park Gi Soon belum tahu soal ini.
Gu Shik berkata jika tidak ada satu orangpun yang mengklaim selama satu tahun, secara keseluruhan uang itu akan menjadi milik negara. Mata Cha Don berbinar, ide brilian melintas di benaknya, "Menjadi kuasa hukum Park Gi Soon dan mengembalikan uang itu padanya?".
Wartawan Go dan Bi Ryung dalam perjalanan. Wartawan Jung membicarakan mengenai tumpukan uang yang ditemukan di lokasi longsor, jumlah uangnya lebih dari 10 milyar. Bi Ryun tidak yakin Park Gi Soon mempunyai uang sebanyak itu. Wartawan Go bilang lebih tepatnya uang itu adalah milik Lee Kang Sook, putra Lee Cha Don.
Bi Ryung berpikir, "Bukankah Lee Kang Sook sudah mati". Wartawan Go bilang dalam dokumen Kang Sook di nyatakan hilang. Jika jaksa Kwon dan Se Kwang membantu, maka uang itu bisa menjadi milik mereka.
Bi Ryung membentak, "Sadarlah. Se Gwang selalu bilang kita harus berhati-hati, jadi apa yang kau harapkan?.
Wartawan Go berfilosofi, "Kau tidak akan membuat saus karena kau khawatir soal belatungnya?. Yang artinya. "jangan melakukan apapun karena kesalahanmu tidak akan membuahkan hasil".
Wartawan Go terus mendesak, ini masalah 10 milyar. Bi Ryung mulai tergoda dan menyayangkan jika uang 10 milyar itu hilang begitu saja. Tampaknya ia setuju dengan ide wartawan Go yang akan membujuk Se Kwang untuk mengklaim uang tersebut. Bagaimana caranya, pasti si licik Se Kwang punya banyak akal.
Cha Don tergiur dengan komisi yang ditawarkan jika berhasil menemukan Lee Kang Sook. Komisi 20% dari 10 milyar itu paling tidak 2 milyar won. Gu Shik berkata kali ini klien pertama Cha Don adalah Park Gi Soon. Cha Don memegang tangan Gu Shik dengan penuh harap, "Kepala bagian Yang".
Cha Don mendekat, "Manager Yang".
Gu Shik tersenyum senang. Cha Don tanya dimana Park Gi Soon sekarang. Gu Shik jawab kalau begitu kita harus mencarinya.
Cha Don ingat perkataan kepala panti. Dia bilang kesehatan Park Gi Soon tidak bagus. Langkah pertama mereka harus mencari di rumah sakit dan sanotarium.
Rumah sakit jiwa. Rumah sakit ini benar-benar mengerikan, lebih mengerikan dari penjara. Di depan pintu gerbang, petugas keamanan berjaga dengan didampingi anjing herder. Bayangkan jika ada pasien yang melarikan diri, pasti anjing-anjing itu tidak segan-segan untuk menggigit.
Rumah sakit jiwa ini memiliki ruangan khusus bawah tanah. Sebagian besar pasien yang berada disini orang-orang normal dan tidak memiliki gangguan mental sama sekali. Mereka diperlakukan secara tidak manusiawi, dan sengaja di buat gila. Disinilah Gi Soon berada, atas permintaan khusus dari Se Kwang tentunya.
Go Myung Han, diektur rumah sakit jiwa memiliki agenda rutin mengunjungi para pasein ruang bawah tanah. Para pasein di wajibkan keluar dan berdiri di depan sel mereka. Myung Han berkeliling memeriksa kondisi pasein.
Gi Soon batuk-batuk. Kondisinya benar-benar memperhatinkan. Go Myung Han mendengar suara batuk Gi Soon dan mendekatinya, " Ny. Park Gi Soon, batukmu bertambah parah".
Gi Soon meludahi wajah Go Myung Han. Para perawat yang mendampinginya terkejut.
Myung Han menahan perawat yang ingin melakukan sesuatu pada Gi Soon. Myung Han mengambils sapu tangan dan mengelap wajahnya dengan pandangan marah.
Gi Soon : Beritahu Ji Se Gwang kalau aku tidak akan pernah mati sebelum melihat orang jahat seperti kalian mendapatkan hukuman dari tuhan.
Myung Han : Tentu saja tidak, kau tidak harus mati, Ny. Park Gi Soon. Karena jika kau mati dompetku akan jadi lebih ringan.
Myung Han tertawa, Gi Soon menahan marah. Myung Han bilang pada perawat untuk merawat Gi Soon dengan baik. Batuknya bisa menjadi berbahaya jika berkembang menjadi pneumonia. (Radang paru-paru).
2 perawat pria membawa keluar seorang pasein dari ruang penyiksaan. Pasien wanita itu lemas, dengan kepala terkulai kebawah. Tak sadarkan diri. Usianya hampir sama dengan Gi Soon. Myung Han sama sekali tidak merasa iba, "Oh, apa dia salah satu pasien ICU?".
Perawat membenarkan dan mengangkat wajah pasein. Gi Soon tampak takut dan mundur selangkah, pastinya ia juga pernah mengalami hal serupa.
Myung Han melihat pasein lebih dekat dan menjentikkan jarinya 5 kali. Pasien membuka mata dan masih lemas. Myung Han berkata kondisinya sudah membaik, dan menyuruh perawat untuk membawanya kembali ke dalam sel.
Semua pasein yang berdiri disana tampak ketakutan. Mereka juga pernah mengalami hal yang sama dengan pasein wanita itu. Myung Han berbalik menatap Gi Soon. Gi Soon tampak ketakutan. Myung Han menyeringai dengan suara tawa yang mengerikan. Lalu pergi, di ikuti perawat lainya.
Gi Soon menangis ketakutan. Kasihan Gi Soon, kehidupannya sungguh malang. Kesalahan apa yang ia lakukan hingga terus menderita selama 15 tahun ini.
Lanjut ke Sinopsis Incarnation Of Money Episode 11 Part 2
ok dan si dokter sedeng itu pun muncul asoy... hehehe....
ReplyDeleteYup, bener banget yang sedeng itu justru dokter dan para perawatnya...
Deleteasyiiik... Sinop IOMnya dilanjutkan lagi.,, ^^
ReplyDeleteini dia yg ditunggu2.. gomawo sinopnya mbak nuri ^^
ReplyDelete