Pages - Menu

Saturday, May 11, 2013

Sinopsis Incarnation Of Money Episode 9 Part 2

Cha Don masuk kantor, dan sedang sibuk bicara melalui telepon dengan seseorang. Dari percakapannya, serpertinya Cha Don banyak mengenal orang-orang penting. Gu Shik dan sekretaris Hong memberikan kode pada Cha Don untuk mengecilkan suaranya. Karena saat ini Jaksa Jo sedang menunggu di dalam ruangan Cha Don. Tapi Cha Don mengacuhkannya dan tetap saja bicara nyaring. 

"Jaksa Lee, temui aku sebentar", ucap jaksa Jo begitu keluar dari ruangan Cha Don.
Cha Don gelagapan, "Presdir Jo, oh bukan maksudku wakil kepala Jo".
Jaksa Jo : Berapa banyak "presdir" disekitarmu sampai kau bahkan memanggilku Presdir?. Ayo cepat masuk. 
Cha Don mendelik marah pada Gu Shik. Gu Shik bicara pelan, "Aku terus menghubungimu
sejak tadi".

Jaksa Jo menyampaikan keluhannya pada Cha Don, bagian pengawas kejaksaan menerima surat pengaduan, terkait isu tentang Cha Don yang menerima suap. Bahkan diluar sana orang-orang menjulukinya sebagai "Guru penarikan".

Cha Don bertanya siapa yang berani mengirim surat semacam itu.
Jaksa Jo balik bertanya, "Bagaimana aku tahu?. Kau yang seharusnya lebih tahu".
Cha Don : Jangan khawatir, tidak mungkin "ekorku bisa ditangkap".
Jaksa Jo : Hei, saat ekormu terlalu panjang, apa bisa kau menghindar?. Itulah sebabnya aku memberitahumu agar mengurus hal yang kecil saja.

Cha Don lalu mengungkit hal yang pernah ia berikan pada Jaksa Jo. Saat putri Jaksa Jo menikah, ia memberikan hadiah apartemen yang  berasal dari uang suap yang ia terima.
Jaksa Jo membentak Cha Don untuk berhenti bicara, "Aku memberitahumu agar hati-hati. Meskipun Kepala Bagian Pengawasan adalah adik kelasku, ada juga batasnya untuk menjagamu. Bagaimanapun juga, aku sudah memperingatkanmu. Jika terjadi sesuatu jangan menyalahkanku nanti.

Jaksa Jo keluar ruangan. Cha Don membanting buku dengan kesal, "Aish...siapa orang yang berani melaporkanku?". 
Gu Shik masuk, memberitahu Cha Don bahwa saat ini Ji Hoo ingin bertemu dengannya. 

Ji Hoo terlihat serius memeriksa daftar riwayat Cha Don.
Cha Don masuk keruangannya, dan bertanya, "Apa kau mencariku, jaksa Joen". 
Ji Hoo bertanya, "rumah yang kau tinggali sekarang, alamatnya di San 18, Galmae-dong, Kota Yongin, benar?
 Cha Don balik bertanya, "Apa kau sedang menyelidikiku saat ini?".
"Bukankah kau tahu seluruh bagian kita dicurigai karena dirimu?", jawab Ji Hoo.
Cha Don berkata meskipun begitu, tak seharusnya Ji Hoo bertindak hingga sejauh ini.

Ji Hoo membentak, "Aku tanya apa alamatnya benar?".
Cha Don : Ya. Benar. Aku tidak punya uang untuk membeli rumah di Seoul, jadi aku tinggal di San 18, tempat pembangunan daerah yang terbatas. Apa kau puas?.
Cha Don juga menyindir Ji Hoo yang telah memeriksa rekening pribadinya, "Aku sangat korup, jadi rekening bankku besarnya seperti mencapai 2,6 juta won. Karena kau sudah melihat cucian kotor orang lain, kau senang sekarang?".
Ji Hoo tidak percaya begitu saja, ia ingin melihat sendiri rumah Cha Don.

Cha Don mempersilahkan Ji Hoo masuk ke mobil tuanya. Ji Hoo kesulitan membuka pintu. Cha Don menendang pintu sebanyak 2 kali. Ji Hoo terkejut dengan tindakan Cha Don, dan ajaib pintu terbuka setelah ditendang.

Mereka sampai di sebuah kumuh di pinggiran kota. Ji Hoo masuk kerumah Cha Don yang sempit, dingin dan berantakan. Melihat sekeliling rumah, terkejut dan juga pritahin dengan kehidupan Cha Don yang jauh dari kemewahan.

Cha Don menyiapkan makan malam yang sederhana, mie ramen dengan kimchi sebagai lauknya. Ji Hoo bertanya kenapa Cha Don tinggal di tempat seperti ini, dia bisa saja mendapat pinjaman dari bank dan tinggal di tempat yang lebih baik. Cha Don berkata, ia hanyalah anak yatim piatu, gaji yang ia terima digunakan untuk menyumbang panti asuhan, dan sisanya ia habiskan untuk proses penyelidakan kasus atau mentraktir rekan kerjanya.

"Kau juga menyumbang untuk panti asuhan?", tanya Ji Hoo
"Ya, sedikit. Pikirkan saja, jika aku mendengar aku ini jaksa korup saat aku hidup seperti ini, bagaimana bisa aku tidak marah?".
Ji Hoo meminta maaf, ia tak tahu jika Cha Don hidup prihatin seperti ini.

Cha Don tidak peduli dengan pendapat orang lain, tapi ia tidak tahan jika Ji Hoo mulai mencurigainya, "Karena kau adalah tipe wanita ideal bagiku, Sunbae".
Ji Hoo tersenyum, "Kau punya banya sekali "tipe wanita ideal". Jaksa Seo dari Bagian Keuangan, Jaksa Park dari b agian Kejahatan Luar Negeri, dan dari penyelidikan khusus...
Cha Don memutus perkataan Ji Hoo. Ia memang menyukai wanita tinggi dan langsing. Tapi Ji Hoo berada di urutan pertama dalam kriteria wanita idealnya.

Ji Hoo kesal, "Lalu apa? Apa aku harus berterima kasih karena mendapat urutan pertama dalam daftarmu? Kurang ajar sekali, kau pikir siapa sasaranmu?".
Ji Hoo berdiri, jalan keluar.

Cha Don mengantar Ji Hoo sampai depan rumah. Ji Hoo memanggil taksi untuk mengantarnya pulang. Cha Don menghela napas lega begitu melihat taksi Ji Hoo menjauh dari rumahnya, "Hampir saja aku tertangkap".

Cha Don kembali masuk kerumah kumuhnya, tapi lihat dibalik lemari buku yang berantakan itu, ada gudang rahasia. Dilengkapi dengan kode khusus. Bertumpuk-tumpuk uang tersimpan rapi di dalamnya. Walau masih ada beberapa rak kosong.
"Astaga, kapan aku bisa mengisi rak-rak yang kosong ini?. Jika bukan karena Jaksa Jeon,
di tempat judi itu, aku bisa mendapatkan uang dalam jumlah besar".

Di halaman belakang, terparkir mobil mewah dalam kondisi masih baru dan kinclong. Cha Don tampak bahagia mengendarai mobil kebanggaannya, menuju apartemen mewah miliknya.

Tak hanya mewah, apartemen Cha Don benar-benar besar dan luas. Berbanding terbalik dengan rumah kumuhnya. Cha Don menari berputar-putar mengikuti alunan musik. Berbagai jenis cerutu mahal menjadi salah satu koleksi. Ia lalu Merebahkan tubuhnya ke atas sofa empuk, "Hanya 10 milyar won tunai. Setelah aku bisa mendapatkan 10 milyar won itu, aku bisa mengucapkan selamat tinggal pada Ny. Bok dan putrinya yang mengerikan itu. Ngomong-ngomong, kenapa aku sangat menggilai uang? Apa ibu dan ayahku menyukai uang, sepertiku?".

Pengacara Hwang berada di kedai makan. Dari televisi yang ada di kedai, ia menonton tayangan berita stasiun SBC. Wartawan Go mengabarkan berita terkini. Sebuah peristiwa luar biasa baru saja terjadi di lokasi longsor di Yangpyeong. Ditemukan tumpukan uang di bawah galian tanah. Para pekerja yang menemukan uang tersebut berkelahi satu sama lain dan menumbulkan korban jiwa. Lee Cha Don menjadi jaksa yang menangani kasus ini. 

(Penemuan tumpukan uang di dalam galian tanah di Yangpyoeng menjadi scene pembuka di episode 1). 

Pengacara Hwang ingat pernah mendiskusikan hal ini dengan Se Kwang. Flashback ke masa lalu, saat ia berasama Se Kwang memeriksa seluruh aset dan harta milik Lee Joong Man. Mereka tak bisa menyentuh properti Lee Joong Man yang berada di lokasi Yangpyeong, karena hak kepemilikannya diatas namakan Lee Kang Seok. Mereka lalu sepakat untuk membiarkannya saja, karena mereka berpikir itu hanyalah properti biasa yang tidak menguntungkan. 

Pengacara Hwang pergi ke panti asuhan One Heart untuk menanyakan masa lalu Cha Don. Kepala panti berkata sekitar 15 atau 16 tahun yang lalu, Cha Don datang sendiri ke panti asuhan, "Dia mengalami kecelakaan mobil, tapi, dia sangat cerdas".
Pengacara Hwang bertanya, apa mungkin Cha Don memiliki foto masa kecil. Kepala panti menjawab tentu saja ada, ia lalu mengambil salah satu foto yang tergantung di dinding. Lalu memberikannya pada pengacara Hwang. 

Pengacara Hwang terkejut melihat foto Kang Seok muda bersama kepala panti. Rasa penasarannya terjawab sudah, tidak salah lagi jaksa Lee Cha Don tak lain adalah Lee Kang Seok.
"Apa dia orang yang kau cari?", tanya kepala panti
"Ah, yah, kurasa aku salah orang", jawab pengacara Hwang berbohong. 
Pengacara Hwang tersenyum sinis menatap foto Kang Seok. Di dalam benaknya pasti telah merencanakan sesuatu untuk mengambil keuntungan dalam situasi ini. 

Cha Don dan Gu Shik berada di lokasi Yangpyoeng. Memandang tumpukan uang yang tak terhitung jumlahnya. Cha Don merasakan sesuatu hal yang mencurigakan. Ibu dan anak pemilik uang ini menghilang tanpa ada kabar. Tak lama kemudian ponsel Cha Don berdering, dari seseorang yang tidak ia kenal.

Cha Don keluar dari tenda. Pengacara Hwang mengamati Cha Don dari dalam mobilnya. Orang yang menelpon Cha Don saat ini tak lain adalah Pengacara Hwang. Pengacara Hwang berkata bahwa ia mengetahui masa lalu dan nama Cha Don sebenarnya. Nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Jika Cha Don ingin mengetahui siapa dirinya, maka ia menyuruh Cha Don datang ke Hotel Han Gang, Kamar 1205, tengah malam. Disana ia akan memberi tahu siapa nama Cha Don sebenarnya. 

 Gu Shik dan Cha Don kembali ke kantor. Gu Shik merasa sangat aneh, kelihatannya uang itu berjumlah lebih dari 10 milyar won. Jika pemiliknya tidak muncul dalam setahun,
akan menjadi uang itu akan menjadi harta negara. Cha Don tidak menyimak ucapan Gu Shik, sibuk dengan pikirannya sendiri. Jika orang yang menelponnya tadi mengetahui nama aslinya, maka pasti dia juga mengenal orang tuanya dengan baik.

Cha Don berguman, "Seharusnya aku tidak terlalu banyak berharap, jika harus kecewa pada akhirnya".
"Kecewa kenapa", tanya Gu Shik tak mengerti
Cha Don menggeleng, "Bukan apa-apa. Ngomong-ngomong, nama ibu dan anak dari pemili uang itu. Park Gi Soon dan Lee Kang Seok, bukankah nama itu tidak asing?".
"Entahlah", jawab Gu Shik.

Cha Don mengingat kejadian lima tahun lalu, saat ia meninjau pemebasan bersayarat Gi Soon. Tak jarang Gi Soon sering menyebut nama anaknya dengan panggilan Lee Kang Seok.
Mata Cha Don berkilat, "pembebasan bersyarat di kantor tahanan khusus orang gila, 5 tahun lalu".

Gu Shik : Ah, benar. Memang, ingatanmu benar-benar menakjubkan.
Cha Don : Suaminya orang terkaya dengan semua bangunannya di Myeongdong. Pasti ini dana rahasianya.
Gu Shik : Kau bahkan memberinya kesempatan untuk tinggal di panti asuhan, tapi dia menghilang tanpa mengucapkan selamat tinggal Manusia seharusnya tidak boleh begitu. Apa aku harus mencarinya? Siapa tahu, dia memberi kita hadiah besar.
Cha Don :Karena beritanya sudah ada di TV, dia akan segera muncul.

Ponsel Cha Don berdering, tertera nama Cha Don dilayar ponsel. Cha Don menjawabnya dengan nada kesal, "Ada apa lagi?". Terdengar suara Ny. Bok yang memanggilnya dengan panggilan, "menantuku tersayang". Ia mengundang Cha Don untuk makan malam bersama.

Cha Don mengeluh pada Jae In, Apa aku harus kesini seminggu sekali dan makam malam?
"Katakan saja dengan ibuku, jangan denganku. Aku juga tidak nyaman jika makam malam denganmu", sahut Jae In.

Cha Don menutup hidungnya ketika Jae In makan ikan fermentasi, " Ah, ikan fermentasi. Tolong singkirkan. Sebagai wanita, kenapa kau tahan dengan bau ikan seperti ini?".
Jae In : Kau pikir siapa dirimu sampai berani menilaiku, saat aku makan dengan mulutku sendiri!?".

Ny. Bok masuk, ia sangat senang melihat kehadiran menantunya. Tapi Cha Don masih canggung dan masih memanggil Ny. Bok dengan panggilan Nyonya. Ny. Bok minta Cha Don minta Cha Don memanggilnya dengan sebutan ibu mertua.

Muncul ide jahil dalam benak Jae In, ia mengambil ikan fermentasi, lalu menyodorkannya pada Cha Don, "Buka mulutmu sayang".
Cha Don berusaha tersenyum di depan Ny. Bok, "Kenapa kau begini, Jae In".
Jae In ke Ny. Bok, "Ibu, apa ibu tahu kalau pacarku ini sangat menyukai ikan fermentasi?".
Ny. Bok : Oh, benar begitu? Maka, seharusnya sejak tadi aku meletakkannya di meja
Jae In langsung menyuapkan ikan fermentasi ke mulut Cha Don, tak hanya sekali tapi dua kali.  Mau tak mau Cha Don memakan ikan fermentasi itu, sambil menahan baunya yang menyengat.

Ny. Bok : Oh sayang, betapa bahagianya melihat menantuku makan.  Apa aku juga boleh
menyuapimu? Rasanya lebih enak saat kau membungkusnya dengan kimchi. Ini. 
Cha Don : Lagi?. Aku juga suka makanan yang lainnya.
Ny. Bok : Ini hanya karena aku juga ingin menyuapi menantuku. Lenganku sakit, cepat. 

Cha Don tak bisa menolak lagi. Menerima suapan Ny. Bok. Susah payah ia berusaha untuk menguyahnya. Ekspersi Cha Don saat mengunyah itu benar-benar lucu..(hahhahah). 
Cha Don melihat Jae In dengan tatap marah, Jae In cuek saja seolah tak terjadi apa-apa. 

Bukan Cha Don namanya jika tidak bisa membalas Jae In. Cha Don tersenyum, berkata suapan Ny. Bok yang terahkir tadi benar-benar enak, "Ibu mertua, apa aku boleh menginap malam ini?". 

Jae In terkejut, "Apa? Kenapa kau menginap di sini, bukan dirumahmu?". 
Ny. Bok : Apa maksudmu "kenapa"? Kenapa seorang menantu tidak boleh menginap dirumah ibu mertuanya?"
Cha Don : Ada yang salah? Lagipula, kita akan segera menikah.
Ny. Bok membenarkan ucapan Cha Don.
Jae In tak bisa berkata apa-apa, tertawa dengan wajah kesal. Mereka berdua kini impas.

Cha Don masuk ke kamar Jae In dan menguasai tempat tidur. Jae In menyuruh Cha Don untuk tidur di lantai. Cha Don tidak mau, badanya akan terasa semakin sakit jika harus tidur dilantai. Jae In kesal setengah mati, ia lalu mengambil bantal, keluar dari kamar. Cha Don tersenyum mendengar suara pintu tertutup...

Tapi Jae In kembali masuk ke kamar, ia tak apa yang harus dilakukan untuk mengalahkan Cha Don. Jae In berbaring di ranjang, meraba kulit Cha Don secara perlahan, "Cha Don kau tampan sekali hari ini".
Cha Don merasa risih, "Hei, sedang apa kau?. Hentikan".
Jae In :  Apa maksudmu "hentikan"? Aku tahu kau juga menyukainya.
Cha Don mengancam akan berteriak jika Jae In terus melakukan ini.
Jae In menatang, "Teriak saja. Setelah ibuku tidur, dia tidak akan pernah bangun bahkan karena petir".

Cha Don bertanya apa Jae In tidak memiliki harga diri. Jae In bilang harga dirinya sudah hilang, karena ia telah lama membuangnya jauh-jauh. Ia semakin mendekati Cha Don.
Cha Don tidak tahan lagi. Keluar dari kamar. Jae In tertawa penuh kemenangan, "Tolol sekali. Beraninya dia bertingkah seperti itu".

Tubuh Cha Don merinding dengan sentuhan Jae In barusan, " Tiba-tiba dia mirip dengan si gendut yang dulu". Cha Don baru ingat, penelpon misterius mengajaknya bertemu malam ini. Ponsel Cha Don menerima panggilan masuk dari Ji Hoo. Ji Hoo mengajak Cha Don untuk bertemu. Cha Don menolak halus karena ia ada janji penting malam ini.

Jae In keluar dengan membawa selimut. Ia mendengar percakapan Cha Don dengan Ji Hoo. Setelah Cha Don selesai bicara, Jae In langsung melempar selimut, "Tidurlah dengan selimut ini". Cha Don mengembalikan selimut, "Aku harus pergi sekarang. Beritahu ibumu terima kasih".
"Apa kau akan menemui Jaksa Jeon Ji Hoo?", tanya Jae In cemburu
"Siapapun yang kutemui, itu bukan urusanmu", jawab Cha Don, lalu pergi. 
Jae In kesal, "Apa dia... benar-benar pacaran dengan Jeon Ji Hoo? Menjengkelkan sekali". 

Cha Don tiba di Hotel Han Gang menuju kamar 1205. Mengetuk pintu kamar beberapa kali, tapi tak ada sahutan. Ia masuk ke dalam, kebetulan memang pintunya tidak terkunci. Tapi ia tidak menemukan siapa-siapa di dalam sana. Jam menunjukkan pukul 11.40, Cha Don memutuskan untuk menunggu dengan tanda tanya besar di dalam pikirannya. Hingga pukul 12.00, orang yang ia tunggu belum juga muncul.

Ditempat lain, Pengacara Hwang terjatuh dari tempat bangunan yang tinggi. Bisa dipastikan, ada seseorang yang dengan sengaja melakukannya. Pengacara Hwang meninggal dalam keadaan mata terbuka. Potongan koran berserakan di sekitanya.

Cha Don tetap menunggu hingga pukul 1 malam, tapi orang yang ia tunggu belum juga muncul hingga saat ini. Cha Don marah dan juga kesal merasa di permainkan. 

Ny. Bok bersama Pal Do menghadiri acara fashion show.  Disana juga ada wartawan Go dan jaksa Kwon. Tepuk tangan menggema saat Bi Ryung muncul diahkir acara. Bi Ryung beralih profesi menjadi designer butik "Silver Rain Apparel". Ny. Bok berkomentar sinis, "Menyedihkan sekali. Dia membayar sendiri acaranya dan bahkan dia menyelesaikannya sampai akhir. Jadi, dia punya bisnis lain selain yang satu ini?".

Pal Do tak menyangka Bi Ryung mempunyai kemampuan bisnis yang lebih tinggi dari yang mereka bayangkan. Sepertinya tidak mudah jika Bi Ryung menjadi lawan mereka dalam mengambil alih saham Hwanghae Bank.
Ny. Bok lalu bertanya dimana Jae In saat ini. Pal Do menjawab jika tidak di salon kencantikan mungkin di club malam. Ny. Bok merasa ini bukan hal baik, ia memutuskan yang akan mengajari Jae In secara langsung.

Jaksa Kwon dan wartawan Go pergi ke belakang panggung menemui Bi Ryung. Mereka mengucapkan selamat atas acara fashion show Bi Ryung yang berjalan sukses. Jaksa Kwon memberitahu Bi Ryung soal kematian pengacara Hwang, "Tampaknya dia melompat dari
lokasi kontruksi kemarin malam".
Bi Ryung terkejut, "Omo, menyedihkan sekali. Dia bangkut dan mempunyai banyak hutang di bank".

Jae In berjalan mengendap-endap masuk ke dalam rumah. Ny. Bok yang sejak tadi menunggu langsung menegur putrinya, "Apa kau buang air di celana? Kenapa kau berjalan
seperti itu?". Ia menyuruh Jae In untuk duduk, ada suatu hal yang perlu ia bicarakan. Ny. Bok mengomel karena putirnya keluar rumah seharian dan pulang dalam keadaan mabuk. Jae In mencoba berbohong dengan mengatakan ia bersama dengan Cha Don. Ny. Bok tahu putrinya berbohong, karena Cha Don bilang tidak bersama Jae In hari ini.

Ny. Bok memberi Jae In selembar uang 100 juta won, dan menyuruh Jae In untuk meremasnya. Jae In menolak melakukanya, bagaimana bisa ia meremas uang berharga ini. Ny. Bok tetap menyuruh Jae In untuk melakukannya. Jae In lalu melipat uang itu dengan sangat rapi.
"Bukan seperti itu", ucap Ny. Bok, merebut uang dan meremasnya seperti kertas yang tidak bernilai, melemparkannya ke lantai seperti sampah.
Jae In terkejut, "Apa yang ibu lakukan?". Ia memungut dan merapihkannya kembali.

Tak hanya meremas, bahkan Ny. Bok juga menjadikan uang itu sebagai tisu untuk membuang kotoran hidung, lalu membuangnya.
Jae In tak habis pikir, "Ada apa dengan ibu?. Ibu ini benar-benar. Ibu belum pikun kan?".
Jae In memungut dan memberiskan kotoran hidung ibunya yang menempel di uang. Ny. Bok hanya diam memperhatikan.

Ny. Bok : Lalu apa itu?
Jae In :  Apa maksud ibu? Ini 100 juta won.
Ny. Bok : Ya, itulah uang. Uang tetaplah uang, meskipun kau meremas atau bahkan mengotorinya.  Entah kau dilahirkan kaya atau miskin, jika kau punya 100 juta won, maka nilaimu adalah 100 juta won. Dan jika kau punya uang satu sen, maka nilaimu juga hanya satu sen. Seberapa banyak nilaimu?
Jae In : Itu...biaya operasi atau biaya perawatan.....
Ny. Bok : Jika kau ingin tahu seberapa banyak nilaimu, mulai besok, carilah pekerjaan.

Ny. Bok mengambil kembali uang 100 won dari tangan Jae In. Kembali ke kamarnya. Jae In cemberut, "Aku bisa gila. Restoran itu bisa mengembalikan kepercayaan diriku. Ah...Menjengkelkan sekali".

Pagi hari. 

Ny. Bok membangunkan Jae In, tapi putrinya itu sudah tidak ada di dalam kamarnya, "Jae In, apa ku ada dikamar mandi?. Kemana gadis itu pagi-pagi begini?".

Jae In sudah berada di restoran miliknya. Ia mengajukan complain ke kantor kejaksaan di Incehon. Sampai saat ini restorannya tidak juga mendapatkan ganti rugi seperti yang dijanjikan Se Kwang. Parahnya lagi, Se Kwang sudah di pindahkan kembali ke kantor kejaksaaan di Seoul. Jae In lalu mencatat alamat kantor kejaksaan Seoul.

Jae In mengeluh, ia akan rugi besar bulan ini. Disamping itu ia juga harus membayar gaji para pegawainya.

Cha Don bertemu dengan Jaksa Kwon. Jaksa Kwon menyampaikan bagian pengawasan meminta Cha Don bekerja disana, mulai besok. Cha Don berkata masih banyak kasus yang harus ia tangani. Tapi ia tak bisa menolak perintah atasannya. Jaksa Kwon memandang Cha Don dengan tatapan berbeda. Hm...sepertinya pemindahan Cha Don hanyalah sebuah alasan.

Cha Don berjalan di koridor sambil menggerutu, "Aku bisa gila. Banyak bisnisku yang belum selesai kuurus".
Gu Shik bertanya apa yang dikatakan oleh Jaksa Kwon. Cha Don memberitahu Gu Shik untuk segera bersiap-siap pindah ke bagian pengawasan.
"Bagian pengawasan?", tanya Gu Shik terkejut.  Ia lalu berbisik, "Presdir Choi ingin membicarakan soal angka yang besar, bagaimana?".

Cha Don dan presdir Choi bertemu di penggalangan dana gereja. Presdir Choi memasukkan uang sumbangan yang cukup banyak atas nama Lee Cha Don.
"Anda bilang kali ini soal lelang gedung, kan?", tanya Cha Don.
Presdir Choi : Ya, jaksa. Namanya Silver Rain, binsis pakaian. Apa anda bisa mengocoknya sekali saja?.

Cha Don menyinggung soal upah yang akan ia terima, presdir Choi berkata terakhir kali ia sudah memberi Cha Don imbalan. Cha Don berdiri, "Kurasa aku harus pergi. Aku punya janji dengan kepala biksu dari Kuil Sungbool".
"Hei, tunggu sebentar, Jaksa. Tunggu sebentar", ucap presdir Choi menahan Cha Don pergi. Melihat sekeliling, lalu mengeluarkan amlop coklat yang tentu saja isinya uang. 
Cha Don menimbang sebentar amplop yang ia terima, lalu memberikannya pada Gu Shik yang duduk dibelakangnya. 
Setelah urusannya selesai, Cha Don dan Gu Shik kembali ke kantor. Cha Don ingin mengajak Ji Hoo makan siang. Ji Hoo menolak, karena ia harus ke lokasi pembunuhan pengacara Hwang sekarang. Cha Don berpikir itu kasus bunuh diri. Ji Hoo merasa itu kasus pembunuhan bukan bunuh diri. Ji Hoo jalan pergi. 

Cha Don memuji Ji Hoo yang tatap terlihat cantik meski dilihat daribelakang. Gu Shik tahu Cha Don menyukai Ji Hoo, tapi sebaiknya menyerah saja karena Ji Hoo menyukai Ji Se Kwang. Cha Don kesal, ia lalu memarahi Gu Shik karena sering tertidur disaat jam bekerja....hehehhe
Cha Don menerima panggilan dari kantor jaksa bagian pengawasan. Kepala pengawas baru saja tiba, jadi mereka akan mengadakan rapat sekarang. Cha Don bergegas masuk ke ruangan rapat, meminta maaf karena datang terlambat. Se Kwang berbalik dan menatap Cha Don dengan tatapan dinginnya. Cha Don bengong saat mengetahui kepala pengawas yang baru tak lain adalah Ji Se Kwang.....
Se Kwang mempersilahkan Cha Don untuk duduk, "Kita berencana melakukan pemeriksaan internal secara menyeluruh. Tapi, apa yang terjadi jika kau melakukan operasi dengan tangan kotor?".
Kwon Hyuk menjawab operasinya akan bertambah buruk. Se Kwang membenarkan, untuk itu ia akan melakukan pemeriksaan pada departemennya terlebih dahulu.
Se Kwang melihat Cha Don, "Jaksa Lee Cha Don?"
Cha Don berdiri, "Ya, kepala".
Se Kwang :  Apa kau pernah dengar soal Mantan Guru?
Cha Don : Maafkan aku. Aku benar-benar tidak tahu apa itu mantan guru. 
Kwon Hyuk tersenyum sinis melihat Cha Don. Se Kwang menjelaskan banyak orang mengartikan sebutan mantan guru dengan panggilan Guru Pemeras.
Se Kwang : Guru Pemerasan ini, Apa kau tahu siapa dia, jaksa Lee Cha Don? 
Cha Don tahu dirinya tengah disinggung. Se Kwang dan Cha Don kini beradu pandang. Se Kwang menatap Cha Don dengan tatapan tajam. Cha Don terlihat lebih santai, menatap balik Se Kwang dengan senyum tipis di wajahnya.



END

Komentar : 
Apa Cha Don akan tertangkap oleh Se Kwang?....yach mungkin itu jalan terbaik, agar Cha Don tidak terus menerima uang haram. Yach, meski saya masih tidak suka dengan sikap Se Kwang yang berlagak seperti "orang suci". Demi ingin bebas dari Ny. Bok, Cha Don bahkan menjadi jaksa korup dengan menerima uang suap....dan melupakan niatnya untuk menjadi jaksa yang adil....



2 comments:

  1. Lanjutkan ...
    makasih bwt sinopsisnya mb,,

    ReplyDelete
  2. jiiah... Cha Don lg berjalan disisi yg salah nih... hrus buru2 disadarkan..

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)