Chul Goo menbawa Chae Won pergi dengan cara paksa. Chae Won bertanya kemana tujuan mereka. Chul Goo menjawab pergi kemana pun, ke ujung dunia sekalipun, "Aku tidak akan kehilanganmu lagi. Jika aku bersamamu, aku akan baik-baik saja bahkan jika aku masuk ke neraka".
Chae Won tertawa kesal, "Akhirnya aku keluar dari neraka dan kau ingin aku kembali kesana lagi. Jika kau ingin pergi, kau pergilah sendiri. Akhirnya aku bisa bernapas, mengapa kau harus muncul lagi. Mengapa kau mengusikku saat aku sedang mencoba untuk menjalani hidup dengan baik?".
Chul Goo : Menjual ikan dan diteriaki oleh orang asing, itukah yang kau sebut hidup yang baik?. Apa kau lari dariku untuk menjalani hidup yang hina dan menyedihkan?
Chae Won : Hina dan menyedihkan?. Bukankah yang hina dan menyedihkan adalah dirimu,
yang terus bertahan disaat ini semua sudah berakhir?
Chul Goo : Aku seorang anak mama, aku tak peduli itu.
Chae Won mengambil ponsel berniat menghubungi seseorang. Chul Goo yang melihatnya langsung merebut ponsel Chae Won.
Chae Won berusaha merebutnya kembali. Chul Goo tetap mempertahankan ponsel Chae Won. Sehingga ia tak kosentrasi menyetir, membuat mobil keluar dari jalur beberapa kali. Chul Goo lalu membuang ponsel Chae Won ke jalanan.
Chul Goo : Aku tidak ingin orang lain mengganggu. Ayo kita habiskan waktu, hanya kau dan aku. Kita akan kembali seperti semula.
Chae Won : Berhenti bicara yang tidak masuk akal dan cepat hentikan mobilnya. Apa kau gila? Kenapa kau melakukan ini?
Chae Won diam tak menjawab. Bukannya menghentikan mobil, tapi semakin menambah laju mobil.
Se Yoon mencoba menghubungi ponsel Chae Won. Tersambung nada tidak aktif. Se Yoon kemudian meninggalkan pesan suara. Ia minta Chae Won segera menghubunginya jika mendengarkan pesan suara yang ia tinggalkan.
Se Yoon melihat resume dan sertifikat milik Chae Won. Ia teringat perkataan Chae Won saat di cafe. Dicafe Chae Won mengatakan sedang sibuk mengurus kepindahannya di luar negeri. Serta perubahan sikap ibu mertuanya yang menjadi baik. Se Yoon menyesalkan kenapa Chae Won harus berbohong padanya.
Young Ja jalan-jalan ke butik bersama Joo Ri. Ia merasa pertemuan perjodohan Chul Goo berjalan lancar. Joo Ri terlihat tidak tertarik dengan topik yang dibicarakan ibunya. Young Ja bilang Joo Ri sungguh tidak perhatian pada kakak satu-satunya. Kakaknya mengalami perceraian dan depresi sendirian, tapi Joo Ri sama sekali tak merasa sedih sedikit pun.
Joo Ri tertawa, bukankah ibunya yang menginginkan perceraian ini. Young Ja berharap gadis yang bertemu dengan Chul Goo di perjodohan ini menyukai putranya. Joo Ri tidak menyukai selera kakaknya dalam memilih wanita. Sama sekali jauh dari tipe nya.
"Gadis jahat. Aku tidak sabar melihat pria macam apa yang kau bawa ke rumah", ucap Young Ja.
Young Ja : Aigoo. Melihat betapa sombongnya dirimu, pastilah dia bukan pria sembarangan.
"Omo...Apa yang harus kulakukan?", ucap Joo Ri panik saat melihat Sol Joo yang kebetulan juga berada di butik yang sama.
Young Ja bertanya ada apa. Joo Ri mengatakan wanita disana adalah ibu dari sunbae, pria yang ia sukai.
"Pria yang kau kencani?", tanya Young Ja.
Joo Ri mengangguk, merapihkan rambut dan pakaiannya. "Oh..Ibu, ada apa dengan wajahmu?. Dandananmu berantakan".
"Itu karena Kakakmu menyebabkan keributan seperti ini. Apa menurutmu aku bisa tidur nyenyak?. Kulitku berantakan karena hal itu".
Young Ja mengambil kaca, memperbaiki riasan wajah. Joo Ri memperingatkan ibunya untuk bersikap sopan dan jangan terlalu banyak bicara.
Joo Ri : Aku berbelanja bersama Ibuku. Ucapkan salam ibu. Ini ibunya Sunbae...
Young Ja mengatur cara bicaranya agar terlihat anggun, "Saya banyak mendengar tentangmu dari putriku. Saya sangat senang bertemu dengan anda".
Sol Joo : Ah.. ya. Apa kabar?. Joo Ri pastilah begitu cantik karena dia mirip dengan Ibunya.
Menunduk, memperhatikan penampilan Sol Joo dari sepatu, tas, cincin berlian dan pakaian yang dikenakan, "Kelihatannya kita ditakdirkan bertemu hari ini. Jika anda punya waktu apa anda mau pergi ke suatu tempat untuk minum teh?, ajak Young Ja.
Young Ja mengaku merasa sangat senang karena Joo Ri bertemu dengan pria baik. Walaupun ia baru mengetahuinya sekarang. Terkadang Joo Ri merasa sangat tidak percaya diri. Karena itu putrinya baru menceritakan padanya hingga dia merasa yakin.
Sol Joo bilang ia bisa melihat Joo Ri memiliki hati yang mendalam. Young Ja mulai membicarakan hal-hal yang baik tentang purtinya. Seperti Joo Ri yang sudah bersikap dewasa di usianya yang masih kecil. Young Ja juga mengungkit masa lalu. Ia kehilangan suami di usianya yang masih muda. Demi membesarkan ke dua anaknya ia rela bekerja siang dan malam. Meninggalkan ke dua anaknya yang masih kecil sendirian di rumah.
Young Ja mengeluarkan air mata palsunya. Ia berkata airmatanya selalu keluar setiap kali memikirkan masa-masa sulit itu. Sol Joo memberikan sapu tangan pada Young Ja.
Joo Ri datang membawa 3 cangkir teh. Heran kenapa ibunya tiba-tiba menangis.
Young Ja : Joo Ri tidak suka saat aku menangis, memikirkan masa-masa itu. Pasti aku sudah semakin tua, sehingga mudah sekali menangis.
Sol Joo : Anda adalah Ibu yang kuat.
Young Ja berkata sekarang ia tak perlu merasa cemas soal memberikan makan ke pada anak-anaknya. Harapannya saat ini ingin melihat Joo Ri bertemu dengan pria baik dan menikah.
"Ibu, hentikan", ucap Joo Ri salah tingkah.
"Saya bicara terlalu banyak. Silahkan minum tehnya sebelum dingin", kata Young Ja.
Sol Joo minum teh dengan cara anggun. Young Ja melakukan kebiasaaanya, menjilati bibir cangkir. Joo Ri mencolek Ibunya. Young Ja tersadar, lalu mengikuti cara minum Sol Joo.
Joo Ri menggeleng. Young Ja bertanya siapa nama putra Sol Joo.
Sol Joo menjawab putranya bernama Lee Se Yoon.
"Tapi sepertinya aku pernah mendengar nama itu", ucap Young Ja.
Young Ja kembali menguasai pembicaraan, karena ibu dari kedua belah pihak telah bertemu. Maka ia yakin hubungan Joo Ri dengan Se Yoon bisa berjalan lancar. Young Ja berkata ia selalu memegang prinsip dan aturan. Jika orang tua menyerahkan keputusan sepenuhnya pada anak-anak hanyalah akan membuang waktu. Jadi sebagai ibu bagaimana jika mereka membantu dan mendorong hubungan anak mereka. Dengan kata lain, Young Ja meminta Sol Joo untuk segera meresmikan hubungan Se Yoon dan Joo Ri.
Joo Ri berkata hubungannya dengan Se Yoon belum sejauh itu. Young Ja meminta maaf jika ia terlihat terburu-buru. Itu karena ia seorang pembisnis yang selalu mengambil keputusan dengan tergesa-gesa dan tidak bisa membiarkan sesuatu.
Joo Ri mencubit Young Ja untuk menghentikan ucapan ibunya yang mulai ngelantur. Dari wajahnya tampak jelas ia khawatir jika Sol Joo merasa tersinggung.
Young Ja kembali minta maaf, ia bicara seperti tadi karena sudut pandang dari ibu seorang anak perempuan dan ibu seorang anak laki-laki itu berbeda.
Sol Joo berkata tidak apa-apa, ia bisa mengerti perasaan Young Ja, wajar saja jika ibu dari pihak perempuan merasa khawatir. Joo Ri menghembuskan napas lega.
Sol Joo pamit pergi lebih dahulu. Young Ja berkata hari ini mereka hanya minum teh, lain waktu ia akan mengundang Sol Joo untuk makan malam bersama.
Sol Joo tersenyum, menerima tawaran Young Ja dengan senang hati. Sol Joo pergi setelah itu. Joo Ri mengantarnya hingga di pintu keluar.
Young Ja : Dari sikapnya, dia kelihatannya seperti istri dari keluarga yang sangat kaya. Mengapa kau belum mengatakannya?. Dari keluarga mana dia berasal?
Joo Ri : Ibu akan pingsan jika aku memberitahu
"Katakan saja", ucap Young Ja memaksa.
Joo Ri berbisik di telinga Young Ja, mengatakan sesuatu.
Joo Ri berbisik di telinga Young Ja, mengatakan sesuatu.
"Sudah ku katakan kalau dia adalah 1% teratas suami kaya di Korea", jawab Joo Ri bangga.
Young Ja berteriak kegirangan, "Oh ya ampun. Tidak, tidak! Dia bahkan mungkin
0,1% teratas di Korea. Selamat, putirku.
0,1% teratas di Korea. Selamat, putirku.
Joo Ri : Ibu, Orang-orang melihat kita. Hentikan, ini memalukan".
Ponsel Young Ja berdering, dari mak comblang (pencari jodoh). Young Ja langsung saja bertanya, apakah gadis yang bertemu dengan Chul Goo hari ini menyukai putranya. Wajah Young Ja yang semula sumringah berbuah masam ketika pencari jodoh mengatakan Chul Goo tidak datang ke acara perjodohan.
Chul Goo mengendarai mobilnya pergi jauh dari Seoul. Chae Won minta Chul Goo untuk menghentikan mobil.
Chul Goo berkata tempat yang akan mereka tuju masih jauh, "Tutup matamu dan tidurlah".
Chae Won : Kau menyeret orang yang tidak ingin ikut denganmu. Apa yang ingin kau dapatkan?. Ini penculikan.
Chul Goo : Aku tahu. Ini penculikan. Kau mengabaikan teleponku dan tidak menjawab. Tidak ada jalan lain, aku harus melakukan ini.
Chae Won bertanya apa alasan mereka untuk tetap berhubung, "Kau dan aku sudah bercerai. Kita sekarang adalah orang asing".
Chul Goo berkata ia tertipu oleh Chae Won dan ibunya sendiri. Jika ia tahu kebenarannya, tak mungkin ia menceraikan Chae Won. Chul Goo ingin menjernihkan kesalahpahaman dan memulai hidup baru bersama Chae Won.
"Aku tidak punya keinginan untuk melakukannya. Hentikan mobilnya", bentak Chae Won kesal.
Chul Goo tetap tidak mau melakukannya. Chae Won mengancam akan melompat jika Chul Goo tidak segera menghentikan mobil.
"Lakukan semaumu. Jika kau lompat, aku akan mengikutimu. Aku siap untuk melakukan apa saja", balas Chul Goo tak mau kalah.
Chae Won menghembuskan napas kesal. Frustasi dengan sikap Chul Goo yang keras kepala.
Kang Jin keluar dari ruang klinik dengan tangan kanan di gips, akibat perkelahiannya dengan Ki Choon.
Ki Moon dan Ki Choon membungkukkan badan meminta maaf. Mereka mengaku salah karena telah mempercayai perkataan omong kosong Do Hee
Ki Choon bersedia membayar biaya pengobatan dan memberikan uang kompensasi yang cukup pada Kang Jin.
Kang Jin berkata selama 60 tahun dalam hidupnya, peristiwa ini merupakan hal terburuk yang terjadi dalam hidupnya. Seperti serangan teroris, "Tidak ada alasan untuk bicara lagi.
Ayo pergi"
Ayo pergi"
"Pergi kemana?", tanya 3 pria keluarga Uhm.
"Kemana lagi ke kantor polisi", jawab Kang Jin dengan santainya.
Hyo Dong berkata tangan Kang Jin hanya mengalami retak ringan, tidak perlu ke kantor polisi. Bagi Kang Jin ini bukan masalah tangannya, melainkan soal harga diri. Harga diri yang sudah ia lindungi selama 60 tahun dihancurkan dalam sehari.
"Bagaimana ini bisa terjadi", ucap Kang Jin terisak.
Hyo Dong menepuk-nepuk punggung Kang Jin, "Kenapa kau menganggapnya serius begitu?. Ini semua karena salah paham".
"Bagaimana hal itu jadi begini,. Haruskah kita berdebat dari awal lagi?", jawab Kang Jin emosi. Hyo Dong langsung menutup mulut Kang Jin.
Ki Choon mengajak Kang Jin pergi minum bir, untuk mencairkan suasana. Ki Moon berjanji akan membawa Kang Jin ke tempat yang bagus. Mereka bertiga menuntun Kang Jin berjalan ke arah kanan.
Kang Jin merajuk, berbalik ke arah kiri, "Aku benar-benar tidak bisa membiarkan ini. Aku akan ke kantor polisi, dan aku akan meminta harga diriku dipulihkan".
Tentu saja Hyo Dong, Ki Moon dan Ki Choon menahan dan menghalangi Kang Jin.
Kang Jin beronta minta di lepaskan.
Rumah Mie. Kang Sook dan Do Hee menundukkan kepala di depan nenek. Nenek marah karena dua menantu perempuannya mengira dia mengkhianati kakek. Do Hee mengaku bersalah, memohon nenek memaafkannya kali ini.
Nenek : Di matamu, apa kau pikir Ibu mertuamu ini akan mengkhianati suamiku sendiri
dengan seorang pria muda?
Do Hee : Bukan begitu. Situasinya semua terjadi secara bersamaan begitu saja..
Kang Sook berusaha meredam emosi nenek. Mereka tahu tabiat Do Hee yang sering bicara tanpa menyaring kata-katanya terlebih dahulu. Hal ini bukan pertama kali terjadi. Demi kesehatan, akan lebih baik jika nenek tidak mempermasalahkan hal ini lagi.
Do Hee mendelik kesal ke Kang Sook. Kang Sook tersenyum, menggunakan kesempatan ini untuk mengolok Do Hee.
Nenek merasa sangat malu, dengan aib seperti ini. Bagaimana ia bisa berjalan dengan kepala tegap. Bahkan rooftop opaa mengalami cidera karena kesalahpamahan ini. Membuatnya merasa sangat bersalah.
Kang Sook berkata, Ki Choon baru saja menelpon. Untungnya tangan Kang Jin tidak mengalami cedera serius, hanya retak ringan. Setelah 2-3 minggu di gips, tangannya akan segera sembuh.
Terdengar suara Bo Reum dan kakek masuk ke rumah. Nenek mengingatkan ke pada ke dua menantunya untuk menutup mulut.
"Tentu saja", jawab Do Hee dan Kang Sook bersamaan.
"Tentu saja", jawab Do Hee dan Kang Sook bersamaan.
Choon Hee menyajikan bir kepada ke-4 tamunya yang tak lain adalah Hyo Dong, Ki Choon, Ki Moon dan Kang Jin. Choon Hee tertawa geli melihat kondisi Kang Jin.
Kang Jin merasa tersinggung, "Yang madam, apa alasanmu tertawa seperti itu?".
Choon Hee hanya merasa penasaran bagaimana masalah ini bisa terjadi. Choon Hee tak bisa menahan tawanya.
Kang Jin ngambek lagi, "Aku akan pergi ke kantor polisi untuk memperbaiki situasiku yang menyedihkan ini. Semuanya akan diselesaikan di pengadilan".
Mereka bertiga berusaha untuk membujuk Kang Jin. Ki Choon menuangkan bir ke gelas Kang Jin. Kang Jin beralasan dokter melarangnya minum alkohol.
"Satu saja tak apa. Hyungnim, minumlah bir ini dalam satu tegukan", ucap Ki Choon merayu.
"Kenapa aku jadi Hyungnim mu?. Bagaimana aku jadi Hyungnim-mu?", tanya Kang Jin nyolot.
Ki Choon berkata sesama pria sekarang ini harus saling memukul dan kemudian membangun tali persaudaraan. Seperti Liu Bei dan Guan Yu dan Zhang Fei menjadi saudara angkat di Kebun Persik, "Kita menjadi saudara angkat disini di Cafe Opera".
Kang Jin tetap keras kepala, ia tidak punya keinginan sama sekali untuk menjadi saudara angkat Ki Choon. Orang yang telah berbuat kasar padanya.
Ki Choon tidak putus asa membujuk Kang Jin untuk tidak marah lagi. Dia bahkan memanggilnya sebutan kakak.
Ki Moon ikut memohon, "Aku akan meminta maaf atas nama adikku. Saat aku melihat situasinya, kurasa ini sudah cukup".
Hyo Dong ikut bicara, "Ayo kita semua minum-minum dan biarkan ini berlalu. Orang yang lebih tua seharusnya memiliki hati yang lebih besar".
Hati Kang Jin mulai melunak. Ki Choon membantu Kang Jin minum, sementara Ki Choon menyuapi Kang Jin.
(Kang Jin berlebihan, kata anak gaul sekarang lebay...)
Kediamanan keluarga Lee. Sol Joo mengatakan pada Se Yoo, hari ini secara tak sengaja ia bertemu dengan Joo Ri dan ibunya di mall. Sol Joo memuji Young Ja sebagai wanita yang baik, jujur dan penuh kasih sayang. Ia merasa nyaman berbincang dengannya.
"Kau bilang dia menjalankan bisnis?", tanya presdir Lee.
Sol Joo mengangguk, awalnya dia pikir ibunya Joo Ri tampak seperti wanita pebisnis yang dingin, tapi saat bertemu dengannya. Dia benar-benar orang yang menyenangkan. Joo Ri pastilah mirip dengan ibunya. Se Yoon hanya mengangguk mendengarkan perkataan ibunya.
Presdir Lee bertanya, apa Se Yoon pernah bertemu dengan ibunya Joo Ri. Se Yoon tertawa, hubungannya dengan Joo Ri belum dalam tahap seperti itu. Sol Joo tak berhenti memuji Young Ja. Dia adalah orang tua tunggal di usianya yang muda, dan mampu membesarkan anak-anaknya dengan baik. Dia juga sukses dalam membangun bisnis. Presdir Lee bertanya bisnis apa yang dijalankan ibunya Joo Ri.
Sol Joo tidak menanyakannya, karena ini merupakan pertemuan pertama mereka, "Lain kali kita bertemu untuk makan malam, aku akan menanyakannya".
Se Yoo protes, ia tak ingin ibunya melangkah terlalu jauh. Bagaimana pun ia masih merasa sedih dengan kematian Eun Seol. Biarkan semua berjalan dengan perlahan.
Se Yoon kembali ke kamar, memeriksa handphonenya. Gelisah, karena Chae Won belum juga menghubunginya, "Apa dia belum mendengar voicemail-ku?".
Sedetik kemudian, ponselnya berdering. Se Yoon langsung menjawab, mengira dari Chae Won. Tapi ternyata dari Joo Ri (kecewa deh....).
Tujuan Joo Ri menelpon hanyalah ingin memberitahukan bahwa tadi siang ia bertemu dengan Sol Joo dibutik. Se Yoon bilang, ia sudah mendengar dari ibunya. Joo Ri bertanya bagaimana penilaian Sol Joo pada ibunya.
"Dia bilang, Ibumu sangat hangat dan baik", jawab Se Yoon.
"Benarkah?. Benarkah Ibumu berkata begitu?", tanya Joo Ri dengan suara nyaring.
Se Yoon tertawa, gendang telinganya bisa rusak mendengar teriakan Joo Ri, "Kenapa kau begitu gembira atas hal sepele?".
Joo Ri merasa itu bukan hal sepele, sepanjang hari ia merasa gugup memikirkan ini, "Bagaimanapun, aku melewati babak pertama, jadi aku bisa tidur nyenyak malam ini".
Se Yoon memperingatkan Joo Ri. Joo Ri mengerti, ia tahu telah bersikap berlebihan. Joo Ri berjanji akan bersikap hati-hati.
Young Ja menghubungi ponsel Chul Goo, selalu tersambung nada tidak aktif, "Aigo! Anak nakal. Dimana dia? Apa yang sedang dilakukan dengan telpon dimatikan begini?".
Joo Ri keluar dari kamar, "Ibu..ibu..ibu", panggilnya dengan berisik.
Young Ja minta Joo Ri jangan ribut, kepalanya sedang pusing memikirkan tingkah Chul Goo.
Joo Ri melapor dengan wajah bahagia, "Aku baru saja menelpon Se Yoon, dan dia bilang kalau Ibunya menyukaimu".
Young Ja sama sekali tidak tertarik, ia melampiaskan kekesalannya pada Joo Ri. Sejak awal Joo Ri sudah memperlakukannya dengan buruk. Apa dirinya telalu buruk sehingga Joo Ri tak ingin ibunya bertemu dengan ibunya Se Yoon. Ia hanya mempunyai saatu kesalahan, tapi putrinya justru mempelakukannya seperti orang bodoh. Joo Ri heran kenapa ibunya menjadi sensitif seperti ini.
Young Ja bilang ia hanya punya 2 anak. Satunya memperlakukan ia seperti orang bodoh. Dan yang satunya lagi membuanya gila.
"Kau masih belum bisa menghubungi Kakak?", tanya Joo Ri
Young Ja mendorong kepala Joo Ri dengan telunjuknya, "Kau. Apa kau membawa-bawa kepalamu di atas pundakmu agar terlihat cantik?. Hah. Jika aku bisa menghubunginya, apa kau pikir aku akan duduk di dekat telepon begini semalaman?. Gunakan kepalamu untuk berpikir.
"Untuk apa kau marah kepadaku", kata Joo Ri kesal. Merajuk kembali ke kamar.
Young Ja duduk dengan lemas, kepalanya serasa mau pecah. Memikirkan keberadaan Chul Goo yang tak jelas dimana rimbanya.
Chul Goo membawa Chae Won ke sebuah vila terpencil, jauh dari kota. Chae Won heran kenapa mereka kesini, dan untuk apa mereka kesini. Chul Goo builng Vila itu milik salah satu teman Chul Goo, ia ingin menghabiskan waktu berdua dengan Chae Won. Mengejar ketinggalan dan membersihkan kesalahpahaman. Memulai semuanya dari awal.
Chae Won keluar dari mobil, berjalan menjauhi vila. Tapi langkahnya terhenti saat Chul Goo bilang vila ini jauh dari perumahan penduduk. Jika ingin naik bis, harus turun ke bawah gunung selama 2 jam. Disamping itu, bis terakhir sudah pergi sekitar sejam yang lalu, "suka atau tidak, kau harus menghabiskan malam bersamaku. Jangan keras kepala".
Chae Won mengikuti Chul Goo masuk ke dalam vila. Chul Goo tahu saat ini Chae Won pasti lapar. "Aku akan membuatkan makan malam, jadi duduklah di sofa dan tunggu sebentar".
Chae Won membujuk Chul Goo untuk kembali. Tindakannya ini tak akan mengubah apapun.
Chul Goo menatap dingin, mengabaikan permintaan Chae Won, "Kita makan malam dengan sup. Tunggu sebentar, aku akan menyiapkan nasi".
Chul Goo terdiam saat Chae Won memanggilnya dengan sebutan "Chul Goo ssi".
Panggilan itu menandakan antara dirinya dan Chae Won sudah tidak ada hubungan.
Panggilan itu menandakan antara dirinya dan Chae Won sudah tidak ada hubungan.
Chul Goo pura-pura tak mendengar, "Ah... kau pasti kedinginan".
Chul memberikan sweater dan menyelimuti kaki Chae Won dengan selimut, "Duduklah dengan tenang"
(Jika saja sejak dulu Chul Goo baik, mungkin dia tak kehilangan Chae Won).
Seperti biasa, Hyo Dong menunggu Chae Won di halte bis. Ia mulai cemas karena Chae Won tak kunjung datang. Hyo Dong menghubungi ponsel Chae Won, tersambung nada tidak aktif. Ia berpikir Chae Won belum selesai bekerja. Hyo Dong tetap menunggu, meski harus menahan hawa dingin.
Chul Goo memperlihatkan keahliannya memasak di depan Chae Won. Seolah tidak terjadi apa-apa. Chul Goo bercerita saat kecil ia sering tinggal berdua dirumah bersama Joo Ri. Ketika lapar, ia mengeluarkan semua isi di kulkas dan memasaknya. Meski Joo Ri tak menyukai masakannya, tapi baginya masakan buatannya terasa lezat. Jika saja ibunya tidak menentang, mungkin sekarang ia sudah menjadi koki, "Aku sedikit menyesalinya".
Chul Goo berhenti memotong, Tunggu jika aku jadi Chef, aku tidak bisa bertemu denganmu. Aku akan menarik ucapanku".
Chul Goo menatap Chae Won dingin, "Atau itu akan lebih baik bagimu jika tidak bertemu denganku?".
Chae Won diam, mulai takut dengan sikap Chul Goo yang gila.
Chul Goo kembali memotong, tapi matanya melihat Chae Won. Jari Chul Goo berdarah terkena irisan pisau. Chae Won menghampiri Chul Goo, mengambil tisu dan membersihkan darah di jari mantan suaminya itu.
Chul Goo merasa tersentuh karena Chae Won masih memperhatikannya, "Terima kasih. Terima kasih, yobo".
Chae Won membujuk Chul Goo untuk kembali ke Seoul. Mungkin saat ini ayahnya sedang menunggu dengan cemas di halte bis, "Aku sudah cukup membuatnya marah. Aku tidak ingin membuatnya khawatir lagi".
Chul Goo mempersilahkan Chae Won untuk menggunakan telepon vila, "Jangan katakan hal yang bodoh dan membuatnya khawatir. Katakan saja kau ada pekerjaan dan tidak bisa pulang malam ini".
Hyo Dong merasa lega mendengar suara Chae Won di telepon. Chae Won bilang saat ini ia tidak bisa pulang, terjadi sesuatu pada rekan kerjanya. Jadi sekarang ia berada di pegunungan dan akan kembali bersama mereka besok pagi.
Sambungan telepon terputus karena Chul Goo tiba-tiba memotong kabel telepon. Padahal saat itu Chae Won belum selesai bicara. Dengan wajah sarap-nya, Chul Goo bilang tak ingin ada orang lain menganggu. Chae Won merasa ketakutan. Chul Goo kemudian mengajak Chae Won makan malam.
Choon Hee meminta Hyo Dong untuk segera datang ke cafenya. Kang Jin tak juga beranjak dari sana meski sudah banyak menghabiskan bir miliknya. Tak hanya itu, Kang Jin bahkan mulai mengancam.
Hyo Dong segera pergi ke cafe Choon Hee, bertanya ada masalah apa. Si rese Kang Jin ini mulai membesar-besarkan masalah. Bukan saja masalah tangannya yang retak, tapi menyangkut harga dirinya yang terinjak-injak. Kang Jin merasa depresi, hatinya terasa sakit menerima perlakuan ini. Bagaimana pun ia harus mendapatkan uang kompensasi.
Choon Hee kesal menyebut Kang Jin sebagai pria picik. Mempermasalahkan hal sekecil ini. Kang Jin tak terima dengan perkataan Choon Hee. Kang Jin berkata akan menemui nenek dan menceritakan semua yang terjadi. Tidak ada alasan baginya untuk hidup dalam depresi dan ketidakadilan ini.
Hyo Dong tetap bersikap tenang, ia meminta Kang Jin untuk duduk dan membicarakan hal ini baik-baik. Apa yang harus ia lakukan untuk membuat perasaan Kang Jin menjadi lebih baik. Kang Jin berpikir, ia membutuhkan pembantu pribadi. Ia hidup sendirian, dalam keadaan tangan seperti ini tidak mungkin baginya masak, mandi dan melakukan hal lainya.
Choon Hee bertambah kesal, "Apa kau tahu berapa gaji pembantu pribadi?. Apa kau berpikiran untuk menghisap habis Hyo Dong?. Dengar, pria rumah atap, tidakkah kau pikir ini sedikit kejam?".
Kang Ji berteriak, "Tanganku dalam kondisi begini dan apa kau pikir aku peduli dengan uang sedikit begitu?. Aku terlalu stres dan sekarang tanganku terluka".
Choon Hee : Wow... siapapun yang melihatmu akan berpikir kau akan mati besok.
"Apa kau akan terus berdebat denganku?", tanya Kang Jin dengan wajah menyebalkan.
Kang Jin kembali berdiri, mengancam pergi ke rumah nenek. Hyo Dong tak ingin berdebat lagi. Ia berjanji akan mencarikan pembantu pribadi untuk Kang Jin. Choon Hee tidak setuju, kenapa Hyo Dong harus menghamburkan uangnya untuk membayar pembantu pribadi. Hyo Don tak punya pilihan lain, jika ia tak memenuhi permintaan Kang Jin. Maka dia akan menemui nenek dan mengatakan hubungan mereka.
Bukanya merasa malu, Kang Jin justru memuji keputusan tepat yang diambil Hyo Dong. Choon Hee dan Hyo Dong menahan kekesalan yang teramat dalam pada Kang Jin. Kang Jin tersenyum penuh kemenangan.
Lanjut Ke Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 16 Part 2
Penasaran ntar gmna young ja xlo tau orang yg d'sukai anak.a i2 se yoon,orang yg dia jebak sbg selingkuhan.a chae won. . Pzti lucu ntar mimik muka.a. . . Wkwk
ReplyDeleteMalu plus, menyesal..hahahha...young ja, chul goo, joo ri,,anak mama sama gilanya...
DeleteEonnie n5 fb eonnie ap? N twitter.a zkalian. . .
DeleteGomawo. . .
N sinop IOM.a kpn nie d'post . . ? Gomawo. ,ma'af ya eon xlo q bnyax mau.a . ,kekeke
Account fb : Kim nu ri
DeleteTwitter : nurijelantik
Bener kan, kalau Kang Jin itu menyebalkan, dia sangat alay-,-
ReplyDeleteBener2 Keluarga yjc sarap, kyaknya gk ada tnda2 kbaikan dari mereka..,
Lanjut-.^
horeeee...kayak dapat surprise aja,,pas buka sinopsis hyi masuk,,, ;) seru seru
ReplyDeleteSeruuuu...tetap di tunggu ya keanjutannya...thx
ReplyDelete