Pages - Menu

Friday, May 10, 2013

Sinopsis Incarnation Of Money Episode 9 Part 1

Cha Don bertemu dengan Pria dari Jingogae, yang tak lain adalah Ny. Bok. Pal Do menunjukkan rincian pengeluaran yang telah dikeluarkan untuk Cha Don.  Dimulai pertama kali dia tinggal di panti hingga menjadi jaksa. Ny. Bok menganggap itu sebagai hutang Cha Don.

Mata Cha Don terbelalak lebar melihat banyaknya nol di belakang angka. Cha Don semakin terkejut, saat Ny. Bok memperkenalkan Jae In sebagai putrinya. Ny. Bok bertanya kapan Cha Don akan membayar hutangnya.
Cha Don meminum air putih untuk sedikit meredakan rasa terkejutnya. "Aku akan melunasinya, sesuai keinginan anda. Sebenarnya, aku tidak punya kewajiban hukum untuk melunasinya, tapi sebagai rasa terima kasihku...".

Ny. Bok menghentikan ucapan Cha Don. Butuh berapa tahun bagi Cha Don untuk meluasinya hutanganya. Ny. Bok ingin Cha Don membantu bisnisnya. Bisnis pinjaman pribadi, "Mulai sekarang, Jae In yang akan bertanggung jawab atas dirimu. Kalian akan sering bertemu. Jadi, baik-baiklah kalian, dan jangan berkelahi".
Jae In tersenyum puas, "Sudah kunantikan untuk bekerja sama denganmu, si Tampan Bodoh".

4 penjahat berkumpul di sebuah restoran. Wartawan Go sedikit khawatir karena Se Kwang akan dipindahkan ke unit Incheon. Jaksa Kwon berkata pemindahan Se Kwang bukan karena turun pangkat, melainkan promosi untuk naik jabatan. Dia mendapatkan promosi lebih cepat dibandingkan dengan rekan-rekannya.

Bi Ryung tersenyum dengan gaya centilnya, "Kita harus merayakannya. Ayo, bersulang, sekali lagi. Untuk promosi Se Kwang dan pengangkatanku sebagai presdir Hwanghae Bank".
Wartawan Go mengajukan keberatan jika Bi Ryung menjadi presdir. Jaksa Kwon setuju, waktunya tidak tepat.

Bi Ryung protes, "Kenapa kalian seperti ini?. Sebelumnya kalian bertingkah seperti kalian itu mendukungku sepenuhnya. Atau kalian berdua juga tertarik dengan posisi itu?.

Wartawan Go : Tidak ada alasan kenapa aku tidak bisa menjadi presdir.
Jaksa Kwon : Aku juga memikirkannya, jika aku tidak suka dengan pergantian pegawai berikutnya, aku mungkin mengganti pekerjaanku.
Bi Ryung : Kenapa kalian seperti ini?. Bukankah kalian tahu siapa yang paling banyak menginvestasikan dana di Hwanghae Bank?.

Se Kwang menghentikan adu mulut mereka, "Apa kalian selalu bertengkar saat kita bersama?. Untuk posisi presiden, aku berencana menyewa manajer profesional".
Bi Ryung tidak terima. Se Kwang berkata saat ini Park Gi Soon telah di bebaskan. Sisa beberapa tahun lagi undang-undang penahanan untuk kasus pembunuhan. Tidak bagus jika banyak orang tahu keberadaan kita.

Bi Ryung merasa takut, dan langsung meneguk red wine hingga habis, "Tiba-tiba rasanya mengerikan sekali. Apa wanita gila itu akan melakukan sesuatu pada kita?".
"Jangan khawatir. Aku akan mengurus semuanya", ucap Se Kwang dengan ekspresi dinginnya.

Gi Soon menikmati hari-hari kebebasannya. Ia memilih tinggal di panti asuhan One Heart seperti yang ditawarkan Cha Don. Gi Soon menjemur pakaian dan tersenyum melihat anak-anak bermain bola.  

Dari dalam mobil, Se Kwang memperhatikan Gi Soon. Rencana jahat apa lagi yang akan Se Kwang lakukan kali ini?.

Gi Soon berada ruangan kepala panti. Membersihkan debu-debu yang menempel di meja dan rak buku. Gi Soon menikmati pekerjaanya. Ia lalu membersihkan setiap foto yang menempel di dinding. Berhenti sejenak dan mengeluarkan foto dari balik sakunya. Perasaanya kembali sedih, ketika melihat foto kenangannya bersama suami dan juga anaknya. Gi Soon mengusap lembut foto Kang Seok, kerinduannya pada anaknya tak pernah terbatas. 

Gi Soon lalu membersihkan deretan foto yang berada disebelah kanan. Di deretan foto itu tergantung foto Kang Seok muda bersama kepala panti.
Air mata Gi Soon tak dapat di bendung lagi, "Kang Soek..kang seok...".

Tiba-tiba saja Se Kwang masuk ruangan dan berkata, "Aku menemukan Kang Seok. Dia menunggu anda, nyonya. Ikutlah denganku sekarang".
Tangis Gi Soon semakin deras, percaya begitu saja pada ucapan Se Kwang. 

Jaksa Kwon memasuki kantor jaksa. Tak seperti biasanya, kedatangannya kali ini disambut para kepala jaksa. Mereka membungkukkan kepala, begitu jaksa Kwon memasuki lobby. Jaksa Jo juga berdiri di antara mereka. Jaksa Kwon berjalan angkuh, menatap tajam jaksa Jo.
Jaksa Jo : Semua staf dan aku sangat menerima pengangkatan anda sebagai Jaksa Agung.
Jaksa Kwon : Apa kau yakin kau bisa menerimannya?
Jaksa Jo : Tentu saja, pak
Jaksa Kwon tersenyum sinis, "Aku berharap banyak padamu"
"Aku akan memenuhinya", jawab jaksa Joo menundukkan kepala.
Jaksa Kwon berlalu sambil menepuk pundak jaksa Jo.
(Jaksa Kwon pasti merasa senang, karena kini jabatannya lebih tinggi dari jaksa Jo).

 Jaksa Kwon memasuki ruangan meeting. Dalam pidato singkatnya, jaksa Kwon menginginkan seluruh jaksa yang berada di dalam ruangan bisa menjadi jaksa yang cerdas, jaksa yang berkompenten dan jaksa yang adil. Jaksa Kwon cukup terkesan dengan prestasi Cha Don sewaktu menjadi jaksa magang. 

Cha Don mengucapkan terima kasih dengan suara lantang.
Jaksa Kwon bertanya, "Mana yang kau akan pilih dari tiga pilihan jaksa yang baru saja kusebutkan?". 
"Aku akan menjadi jaksa yang adil, Pak!", jawab Cha Don
Jaksa Kwon berkata setiap orang bisa menjadi jaksa, tapi tidak mudah untuk menjadi jaksa yang adil.

Mata Cha Don berputar, tanda ia tak mengerti dengan ucapan jaksa Kwon barusan...
(hahahaha, ekspresinya Cha Don lucu). 

Jaksa Kwon melanjutkan perkataanya, " Nasib jaksa yang turun langsung tidaklah mudah.
Saat aku dalam posisi ini, kuharap tidak ada orang yang jatuh. Selesai".
Semua membungkuk begitu Jaksa Kwon keluar ruangan. Secara tak langsung ucapannya itu menyindir jaksa Jo. 

Ji Hoo tersenyum pada Cha Don, "Jaksa yang adil, ya?. Aku menantikannya, Jaksa Lee Cha Don, ucap Ji Hoo menepuk keras punggung Cha Don.

Cha Don berjalan di koridor, berpikir sambil memutar-mutar koin keberuntungannya, "Adil...Adil, ya. Pasti, kenapa tidak?. Seperti Jaksa Ji Se Gwang".
Cha Don melempar koin ke udara. Tiba-tiba Jae In berdiri di hadapannya, "Kau mau mati?. Kenapa kau tidak menjawab teleponku?". 

Koin jatuh di atas kepala Cha Don, lalu menggelinding di lantai. Cha Don terpaku melihat Jae In, seperti kedatangan Jae In sebuah gangguan. Ia berkata dalam hati, "Apa aku benar-benar bisa menjadi seorang jaksa yang adil?".

5 tahun kemudian. 

Cha Don berada di tempat perjudian, Sekretaris Hong menyamar sebagai waitress, mengembalikan koin Cha Don yang terjatuh di lantai. Sekteraris Hong kemudian memberikan minum dan secarik kertas pesan. Dikertas itu tertulis pesan, "Ruang VIP di lantai 2 sudah siap beroperasi". Cha Don lalu menelan kertas itu dan menghambiskan minumannya.

Cha Don menghampiri Gu Shik yang duduk tak jauh darinya, "Pastikan waktunya tepat. Jangan menyeretku keluar dan membuatku berkeringat, mengerti?. Lakukan saja seperti biasanya". Cha Don bergegas naik ke lantai 2. 

Disaat yang sama, pengacara Hwang juga berada di tempat perjudiaan. Kekalahannya dalam kasus Jeong Hae Ryong membuatnya jatuh terpuruk dan kehilangan pekerjaan. Parahnya lagi, pengacara Hwang sering kalah dalam judi sehingga membuat hartanya habis dengan meninggalkan hutang yang menumpuk.

Cha Don masuk keruangan VIP, dimana ruangan itu digunakan khusus untuk taruhan dalam jumlah besar. Cha Don berlagak mengenal mereka, dan dengan sengaja membuat marah Bos Geng Hiu Putih, pemilik tempat judi.  Cha Don menyemburkan minuman ke wajah bos geng.

Bos Geng menahan anak buahnya untuk menyerang Cha Don, "Kurasa kau mengira wajahku ini seprei, kan?. Menyemprotkan air ke wajahku seperti itu. Lalu selanjutnya, apa kau akan menyetrikaku?. Kau tadi ingin meminjam uang kan, berapa yang kau butuhkan?".

Bos Geng tersenyum sedikit berbasa-basi, lalu memukul wajah Cha Don. Bos Geng melempar Cha Don ke meja judi, dengan leluasa memukuli wajah Cha Don sepuas hatinya, "Ini akan menjadi meja pemakamanmu".

Tepat pada saat bos geng ingin menghantam kepala Cha Don dengan botol, Gu Shik menerobos masuk, menodongkan pistol dan berteriak, "Hentikan. Hentikan. Jangan bergerak. Jaksa, kau tidak apa-apa?". 
"Anda, anda, anda jaksa?", tanya bos  geng dengan wajah terkejut.

Cha Don meringis kesakitan, menujukkan kartu identitasnya, "Ah..kurasa rahangku patah. Melakukan perjudian ilegal, menyerang jaksa bahkan dengan senjata. Ini adalah percobaan pembunuhan". 

Bos geng berlutut, " Aku sungguh minta maaf, Pak Jaksa, aku tidak tahu kalau anda itu jaksa. 
Bos geng memukuli wajahnya berkali-kali, "Aku memukul wajahmu karena aku tidak tahu kalau anda itu jaksa. Orang jahat seperti aku harus dipukuli. Kenapa aku bisa tidak tahu.  
Bos geng menangis dengan wajah memelas. 20 tahun lalu hartanya habis di meja judi, anak-anaknya meninggalkannya. Tujuannya melakukan perjudian ini untuk mencari menemukan kembali anak-anaknya. 

Cha Don memandang wajah simpati. Ia meminta Gu Shik untuk membawa yang lainya keluar ruangan. Cha Don menyeka air mata bos geng, "Betapa besar jumlah taruhannya. Berapa banyak uang yang dipertaruhkan".

Bos geng mengambil beberapa gebok uang, dan memberikannya pada Cha Don, "Saat tidak ada orang yang melihat, ini, ambilah". 
Cha Don berlagak menolak, "Kau ingin aku ini menjadi jaksa yang korupsi?. Dengan beberapa gepok uang ini saja?. Kebodohan seperti apa yang ada dalam otakmu itu?".
Bos geng meminta maaf, "Kalau begitu, ambil saja semuanya. Untuk uang sebanyak ini kita butuh tas besar".
"Bukankah itu tas", ucap Cha Don. 

Bos geng cepat-cepat mengambil tas yang ditunjuk Cha Don. Memasukkan semua uang yang ada di atas meja kedalam tas. Cha Don duduk dengan santai, memperhatikan gerakan tangan bos geng.

Sekretaris Hong buru-buru mendekati Gu Shik, "Polisi ada di sini. Cepat keluar lewat pintu belakang". 
"Jaksa Lee ada di lantai 2", ucap Gu Shik. 
"Telepon saja dia saat kau keluar", kata sekretaris Hong, menarik Gu Shik pergi.

Polisi datang dan langsung menggerebek tempat judi, "Angkat tangan. Jangan bergerak". 
Pengacara Hwang buru-buru sembunyi di bawah meja. Penggerebekan ini di pimpin langsung oleh Ji Hoo. Polisi dan Ji Hoo kemudian naik ke ruang VIP yang berada di lantai 2. 

Cha Don menggendong tas ransel yang penuh berisi uang. Bos geng meminta kartu nama Cha Don. Cha Don menolak, "Menurutku kita akan membuka bisnis bersama?. Kau baru saja memperjualbelikan hukuman 10 tahun penjara. Ini bisnis".
Bos geng tak berkutik, "Maaf, seharusnya aku tidak bertanya. Semoga hari anda menyenangkan". 

Ponsel Cha Don berdering, dari Gu Shik, "Ada polisi di sana. Kau harus lari".
"Kenapa kau baru menelpon sekarang!", ucap Cha Don terkejut mengetahui polisi yang datang ke tempat perjudian. Cha Don ingin cepat-cepat pergi, tapi polisi lebih dulu mendobrak pintu ruangan VIP.

Cha Don langsung melayangkan pukulannya ke wajah bos geng, "Kau pikir aku bisa tertipu dengan taktikmu?". 
Bos geng memegang wajahnya yang sakit, "Jaksa, kenapa kau melakukan ini?", tanyanya dengan wajah tak mengerti. 

Di depan Ji Hoo, Cha Don bertingkah seperti jaksa yang ingin menangkap pimpinan judi. Bos geng menerima pukulan dari Cha Don tiap kali ia mencoba untuk bicara. Cha Don menunjukkan uang yang ada di dalam tas sebagai barang bukti, "Kau dituduh karena menyerang jaksa serta penyuapan. Hei, cepat, cepat, bawa dia". 

Polisi menarik bog geng keluar. Bos geng berontak, "Tunggu, tunggu, tunggu, lepaskan aku. Kau pikir akan masuk surga setelah ini?. Jaksa macam apa kau ini?. Kau, buka saja praktek sebagai pengacara. Jadi aku pasti bisa menghancurkanmu".

Ji Hoo bertanya kenapa Cha Don biasa ada ditempat judi. Cha Dong mengatakan ia menangkap pemilik tempat judi setelah perkelahian yang hampir mengancam nyawanya, "Jangan khawatir. Aku tidak terluka. Jangan khawatirkan masalah ini dan belikan soju untukku nanti. Aku akan senang menerimanya".

Cha Don melirik uang yang ada di atas meja, lalu pergi keluar. Ji Hoo menghela napas dan mempercayai perkataan Cha Don. 

Semua yang ada di tempat judi berjongkok dengan tangan di atas kepala. Cha Don bak pahlawan yang menangkap penjahat, "Sita semua buku rekening yang ada di sini, dan periksa semua ID mereka karena mereka semua tertangkap basah. Cepat, cepat".

Koin Cha Don jatuh dan menggelinding di depan pengacara Hwang. Pengacara Hwang memungut dan mengenali koin itu. Cha Don datang dan mengambil koin miliknya.
Pengacara Hwang  ingat dengan jelas Kang Soek muda sering memainkan koin yang sedang ia pegang. Memandang Cha Don dengan tatapan penuh tanda tanya, "Apa mungkin jaksa Lee Cha Don adalah Lee Kang Seok?".

Se Kwang berlari pagi. Bi Ryung senyum-senyum menunggu Se Kwang lari di depannya. Tapi Se Kwang terus berlari tanpa melihat Bi Ryung. 
Bi Ryung kesal, lalu berteriak, "Jaksa Ji Se Kwang". 
Se Kwang berhenti dan menoleh. Bi Ryung cemberut, "Apa-apaan ini?. Aku menunggumu di sini untuk memberimu kejutan. Dinginnya bahkan sampai menusuk tulangku". 

Se Kwang bertanya apa yang dilakukan Bi Ryung di Incheon, tanpa menelponya terlebih dahulu. 
Bi Ryung protes, "Siapa yang membuatku pergi sejauh ini?. Tempat ini tidak jauh dari Seoul, tapi kau tidak pernah menemuiku". 

Se Kwang beralasan sangat sibuk. Bi Ryung mengaku juga sangat sibuk, tapi hari ini ia ingin menghabiskan waktunya bersama Se Kwang.  
Ponsel Se Kwang berdering, dari jaksa Kwon. Jaksa Kwon mengabarkan bahwa ia telah menemukan lokasi yang sering digunakan sebagai pertukaran narkoba. Berpusat di sebuah restoran italia di pinggiran kota. 

Se Kwang lalu meminta Bi Ryung untuk mengantarkannya pulang, "Tunggu aku di Seoul. Aku akan meneleponmu. Apa... apa kau bisa lebih cepat?
Bi Ryung marah, "Kau ingin aku menunggu?. "Menunggu" adalah kata-kata yang sering kudengar darimu selama 5 tahun terakhir. Apa aku ini German Shepherd?. Berapa lama lagi aku harus menunggu?. Sampai aku mati?".
"Aku akan ke tempatmu nanti malam", jawab Se Kwang.

Bi Ryung berteriak, "Bukan itu maksudku. Aku tidak akan menanyakannya karena ini menjatuhkan harga diriku, tapi kapan kau akan melamarku?". 
Se Kwang tidak menanggapi pertanyaan Bi Ryung, memasang earphone dan menikmati musik yang mengalun di telinganya.
Bi Ryung berteriak kesal, "Hei...Ji Se Kwang"...
Sayangnya teriakan Bi Ryung itu hanya sia-sia, karena Se Kwang sama sekali tidak mendengarnya. 

Jae In membuka restoran italia. Sebagai manager, ia turun langsung melayani pesanan para tamu. Hari itu restorannya kedatangan banyak pelanggan. Se Kwang dan Kwon Hyuk juga berada di restoran milik Jae In. Tujuan mereka menangkap para pengedar narkoba yang sering melakukan transaksi di restoran ini. 

Jae In pergi kebelakang dengan senyum mengembang, "Jika setiap hari sibuk seperti hari ini. Ini bisa membayar semua kerugian yang sudah ada, dan aku akan menunjukkan pada semua orang yang meremehkanku".

Jae In mulai mengkhayal. Ibunya pasti akan memuji dirinya karena bisnis restorannya berjalan baik. Dengan mendapatkan penghasilan 10 juta won perbulan. Dalam khayalannya itu, ia juga membayangkan Cha Don mengejar-ngejar dan memohon-mohon untuk menikah dengannya. 

2 pria memasuki restoran, mereka berkata telah memesan ruang Firenze. Tanpa rasa curiga Jae In mengantar mereka. Para pelanggan lainya langsung berdiri mengelilingi 2 pria itu. Ternyata tamu-tamu itu adalah detektif dan polisi yang menyamar, dibawah pimpinan Se Kwang.

Se Kwang menunjukkan kartu identitas, "Kami dari Departemen Kejahatan Narkoba Kantor Kejaksaan Incheon". 
Kwon Hyuk maju, "boleh kuperiksa tasmu?". 
Salah satu dari pria berpura-pura membuka tas. Se Kwang mundur, berjaga-jaga jika pria itu berbuat sesuatu. 

Benar saja, pria itu menghantamkan tasnya ke wajah Kwon Hyuk. Bubuk heroin berhamburan di udara, mengenai wajah Jae In. Terjadi perkelahian yang sengit antara polisi dan pengedar narkoba. Se Kwang hanya berdiri di tengah-tengah dan menyaksikan perkelahian itu. 

Suasana restoran menjadi kacau balau. Jae In berdiri sempoyongan, mulai terpengaruh dengan bubuk heroin yang dia hirup. Dalam bawah sadar, Jae In melihat para polisi dan pengedar narkoba menari dengan gerakan slow motion. Saling melempar bunga dan berpelukan.

Jae In tertawa terbahak-bahak. Para polisi sudah berhasil membekuk pengedar narkoba dan anah buahnya. Kwon Hyuk dan Se Kwang melihat Jae In dengan pandangan heran. Kwon Hyuk menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Jae In, "Kelihatannya dia... mabuk
karena obat ini".

Pal Do bermain kartu dengan Ny. Bok. Dia bersorak senang karena memenangkan permainan. Ny. Bok kesal dan menghambur kartu, "Aku tidak mau main lagi". 
Pal Do protes, karena Ny. Bok dengan seenaknya menghentikan permainan, "Andalah yang menyarankan permainan ini lebih dulu karena ini bagus untuk mencegah pikun".
Pal Do mengajak Ny. Bok main lagi, dan berjanji akan mengalah kali ini. Ny. Bok tetap menolak.

Ny. Bok menghidupkan televisi. Menonton berita penangkapan pengedar narkoba yang terjadi di sebuah restoran italia. Dalam berita itu tertangkap gambar Jae In yang masih tertawa-tawa sendiri.
"Omo, omo, hei, hei, bukankah gadis yang tertawa itu Jae In?", ucap Ny. Bok.
"Dia mirip dengan Jae In", kata Pal Do.
Ny. Bok : Omo, bocah gila, kenapa dia pergi jauh-jauh ke Incheon untuk makan spaghetti?. Omo, dia bahkan tertawa, omo, omo, omo. Dia tertawa seperti rahangnya itu sudah patah".

Jae In yang kini sudah lepas dari pengaruh obat, menangis keras menyadari restorannya yang hancur berantakan. 
Kwon Hyuk bingung, "Bagaimana ini... ?. Sekarang dia menangis. Kurasa kita harus membawanya ke rumah sakit". 
"Aku tidak gila", ucap Jae In marah. 

Se Kwang meminta maaf karena telah membuat bisnis Jae In berantakan. Melihat kondisi Jae In yang baik-baik saja, Kwon Hyuk mengajak Se Kwang pergi,
Jae In : Apa?. Hanya permintaan maaf saja?. Bahkan, meskipun ini penyelidikanmu, tagihan makananmu, ganti rugi untuk kerusakan barang-barang ini. dan bahkan bisnis kami yang hilang hari ini harus dibayar. Apa kalian akan pergi tanpa membayarnya?
Se Kwang : Kalau begitu, tolong ajukan klaim atas semua kerusakan ini sesuai prosedur resmi.

Se Kwang berbalik hendak pergi, Jae In menarik jaket Se Kwang, "Kau bilang kau ini jaksa, tapi kurasa kau tidak hanya belajar hukum, tapi juga nilai moral. Semua pegawaiku kabur, karena mereka ketakutan, dan tempat ini kacau, jadi apa yang harus kulakukan sekarang?".
Jae In mengambil sapu dan alat pel, "Kalian berdua, cepat sapu dan pel lantainya. Lakukan sekarang".
Se Kwang tersenyum, "Kau bilang kau pemilik tempat ini, kan?. Aku dari Departemen Kejahatan Narkoba Kantor Kejaksaan Incheon". 
Jae In tak gentar, "Jadi, bukankah seorang jaksa tahu caranya mengepel?". 
Jae In lalu menuntun tangan Se Kwang untuk mengepel lantai, "Kau bisa melakukannya seperti ini. Cobalah, lihat? Seperti ini. Apa yang kau lakukan?. Lebih kuat lagi. Lakukan lebih keras".

Se Kwang : Aku... aku mengerti. Aku akan melakukannya sendiri.
Jae In lalu menunjuk Kwon Hyuk, " Kau juga, sapu tempat ini sekarang. Cepat bersihkan". 
Se Kwang memberikan kode pada Kwon Hyuk untuk segera melakukan perintah Jae In.
Jae In kembali menangis, "huwaaa..Bagaimana nasibku sekarang"..

Ny. Bok keluar dari ruang pemeriksaan syaraf. Pal Do bertanya apa yang dikatakan dokter. Ny. Bok berkata dokter mengatakan kalau kesehatannya tidak bermasalah sampai umur 100 tahun. Pal Do lega, ia terkejut dan juga cemas karena tiba-tiba saja Ny. Bok bilang akan kerumah sakit.

Sepulang dari rumah sakit Ny. Bok memanggil Cha Don dan Jae In. Mereka berdua saling bersikutan. Cha Don bertanya kenapa Ny. Bok memanggilnya kemari. Ny. Bok minta Cha Don untuk segera menikah dengan Jae In. Cha Don dan Jae In sama-sama terkejut.

Cha Don tidak setuju, Ny. Bok tidak tertarik mendengar protes Cha Don, "Aku tidak punya niat untuk "membicarakannya denganmu. Ini adalah perintah, jadi lakukan saja sesuai perkataanku". 
Jae In : Ibu, apa ibu sudah pikun?. Kenapa tiba-tiba ibu mengatakan seperti itu?
Ny. Bok : Tutup mulut mu bocah nakal. Dimana menurutmu kau bisa menemukan pengantin pria seperti Cha Don?

Cha Don menolak menikahi Jae In, dengan membuat alasan ia telah memiliki kekasih. Jae In tak ingin harga dirinya jatuh, dan berkata bahwa ia juga sedang berkencan dengan pria lain.
Ny. Bok : Membangun istana pasir itu sulit, tapi menghancurkannya bisa dilakukan dalam sedetik. Aku membangun kehidupan kalian, jadi kalian pikir aku tidak bisa menghancurkannya? Aku punya kemampuan seperti itu, kalian tahu.
Jae In : Meskipun begitu, aku ini putrimu. Bagaimana bisa aku menikah dengan pria seperti dia...?
"Apa aku harus tidak mengakuimu dan mengusirmu?", ancam Ny. Bok. 

Ny. Bok mengeluarkan surat kontrak pernikahan, "Jae In, kau dulu, cap jempol di sini. Cepat. Cap jempol di sini".
Jae In membubuhkan cap jempolnya pada kontrak pernikahan.
Ny. Bok : Kau kenapa, Cha Don? Cap jempol di sini. Apa kau tidak mau?. 
Dengan hati terpaksa Cha Don mematuhi perintah Ny. Bok

Ny. Bok tertawa bahagia. Mulai saat ini, ia menerima Cha Don sebagai menantunya. "anggap saja rumah sendiri dan juga ikutlah makan malam nanti. Oh, bocah ini, kau bahkan
lebih tampan setelah menjadi menantuku".
Cha Don terlihat sangat kesal, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa karena hutangnya yang banyak pada Ny. Bok. 

Cha Don berada di kamar Jae In, memainkan boneka kelinci yang memakai topi babi. Jika topi babi itu dibuka maka akan menjadi wajah kelinci. Cha Don membuka tutup topi itu, berkali-kali sambil berkata, "Sebelum operasi, sesudah operasi, sebelum...sesudah. Apa kau membelinya karena kau pikir ini mirip denganmu?".

Jae In merebut boneka dari tangan Cha Don. Ia bertanya apa yang harus mereka lakukan. Cha Don berkata tidak akan pernah menikahi Jae In.
"Aku juga tidak akan menikahimu sekalipun aku harus mati", balas Jae In.
Cha Don mengajak Jae In berpura-pura pacaran di depan Ny. Bok.  Jae In menolak, ia tidak suka berpua-pura.

Cha Don bertanya apa Jae In menyukainya, "aku ini cinta pertamamu kan?".
Jae In tertawa untuk menutupi rasa gugupnya, "Omong kosong macam apa ini. Kau itu hanya boneka ku, tampan bodoh".

Cha Don tak percaya dan menarik Jae In ke tempat tidur, menindih Jae In. Cha Don Menatap Jae In dalam, perlahan-lahan mendekatkan wajahnya. Jae In menutup mata, seolah menunggu ciuman dari Cha Don.

Cha Don berhenti dan bertanya, "Kenapa kau menutup matamu?. Dan kenapa jantungmu berdebar kencang sekarang?".
Jae In membuka mata, sadar bahwa Cha Don sedang mempermainkannya, "Kamu, cepat minggir".
Jae In mencoba mendorong Cha Don, tapi Cha Don tetap menahan Jae In.

Pintu terbuka, Ny. Bok masuk dan melihat Jae In dan Cha Don dalama posisi itu.
Ny. Bok cepat-cepat menutup matanya, "Omo, omo, omo, omo.. Oh, aku tidak sopan. Akan kubawakan meja makan ke kamar ini, jadi teruskan saja. Jangan berhenti".
Begitu Ny. Bok keluar kamar, Jae In langsung menendang Cha Don hingga jatuh ke lantai, lalu memukulinya dengan bantal.

Ny. Bok tertawa bahagia keluar dari kamar Jae In. Pal Do bertanya apa Ny. Bok benar-benar akan menjadikan Cha Don sebagai menantu.
" Tunggu saja dan lihat. Jika mereka berdua jadi pasangan, mereka akan menjadi pasangan
penghasil uang terbaik di Korea" jawab Ny. Bok yakin
Pal Do menyinggung soal saham di Hwanghae Bank. Ia telah mengubah nama pemilik 25% saham Ny. Bok atas nama Jae In. Ny. Bok minta Pal Do tetap merahasiakan hal ini sampai mereka bisa mengambil semua sahamnya.

Lanjut ke Sinopsis Incarnation Of Money Episode 9 Part 2


2 comments:

  1. Haaaaa seru banget, btw itu ibunya cha don dibawa kemana ya sama se kwang.......
    Semangat mbak ditunggu kelanjutannya!!

    ReplyDelete
  2. blcgnga skrng susah klo buka lewat hp...

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)