Pages - Menu

Monday, May 27, 2013

Sinopsis A Hundred Years Inheritance Episode 19 Part 2

Hyo Dong kembali ke Opera Cafe, ia melihat Choon Hee makan mie ramen. Hyo Dong mengajaknya untuk bicara di tempat lain, sambil makan makanan yang enak. Choon Hee tidak tertarik, tidak ada yang perlu mereka bicarakan. Hyo Dong meminta maaf karena bersikap kasar tadi siang, "Aku tidak bermaksud begitu, kumohon jangan salah paham". 

3 pria datang ke cafe. Choon Hee melayani pelanggannya dengan ramah, mengabaikan Hyo Dong. Salah satu dari mereka bermain mata bahkan  menepuk bokong Choon Hee. Hyo Dong marah dan juga cemburu melihatnya. Choon Hee menyuruh Hyo Dong untuk pergi, "Kau tidak pergi?. Kau mengganggu usahaku". Hyo Dong berkata akan tetap disini, "bawakan aku minum". 

Choon Hee menemani ke-3 tamunya, sementara Hyo Dong duduk sendirian. Kini ia sudah mabuk, berbotol-botol bir telah ia habiskan. Hyo Dong protes, " Yang madam, apa kau mendiskriminasi orang?. Bagaimana bisa kau tidak pernah memperhatikanku? Aku juga pelanggan". 
"Kau mabuk. Pulanglah ke rumah. Ibu mertuamu sedang menunggumu", ucap Choon Hee. 
Hyo Dong berkata akan membeli semua minuman di cafe malam ini, "jadi kemarilah, temani aku".

Pria yang duduk disebelah Choon Hee bicara pada Hyo Dong "Pulang dan tidurlah. Kau mengganggu kami".
"Tolong abaikan saja dia dan minumlah", ucap Choon Hee. Lalu berdiri mendekati Hyo Dong, "Kau sudah mabuk. Berhenti minum dan pulanglah. Hyo Dong menggeleng, "Aku tidak mabuk. Aku masih sadar". Selesai mengatakannya, kepala Hyo Dong langsung jatuh ke meja..tidur...

Choon Hee pusing, "kau sungguh membuaku gila...Oppa...Hyo Dong shi, Hyo Dong shi". Sia-sia, Hyo Dong tidak bergerak.

Keluarga Uhm tengah menikmati makan malam. Kakek bertanya dimana Hyo Dong. Ki Moon berkata dia tidak mengangkat telponya. Ki Choon berpikir mungkin dia sedang bekerja. Nenek berkometar sinis, "Bekerja apa?. Dia pasti sedang merayu Nyonya Yang". Kakek menyahut, "Cukup. Kau bersikap pikun". 
"Pikun", tanya nenek tidak mengerti. 

Kakek berkata nenek terlalu ikut campur dalam masalah Hyo Dong. Nenek tidak menentang Hyo Dong akan menikah lagi, "Aku hanya menentang dia menikah dengan wanita itu". Kakek kembali bertanya, "Jadi apa wewenangmu untuk menentang itu?".
Nenek merasa ia memiliki wewenang itu karena Hyo Dong sudah seperti putranya. Kakek menyahut sikap nenek tidak masuk akal. 

Diluar terdengar suara Kang Jin yang berteriak-teriak memanggil nenek. Ki Choon dan Ki Moon berlari membuka pintu depan. Mereka lalu membawa masuk Hyo Dong dalam keadaan mabuk.
Kang Jin menyapa kakek dan nenek, "Apa kabar, Ibu dan Ayah?".
Ki Moon heran kenapa Hyo Dong minum hingga mabuk. Kang Jin berkata dia bertengkar dengan Choon Hee. Ki Ok bertanya kenapa. Do Hee menjawab, "pasti wanita itu mengomelinya karena kejadian tadi siang". 

Kang Sook menebak, Hyo Dong pasti sangat sedih sehingga dia minum sendirian hingga mabuk. Nenek menyuruh Ki Choon untuk membaringkan Hyo Dong di kamar.
Hyo Dong mulai meracau, "Kau tidak bisa melakukan ini padaku. Meskipun aku bukan siapa-siapamu, kau tidak boleh melakukan ini padaku". 
Nenek marah, "Beraninya kau bersikap mabuk begini di hadapan kami?". 

Hyo Dong kembali meracau, "Kau menyebutku sebagai anakmu sendiri. Jika kau benar-benar menganggapku sebagai anakmu, kau tidak boleh mempermalukanku seperti ini. Meskipun Ibu tidak menyukai Choon Hee, ibu bisa menyelamatkan mukaku. Bagaimana bisa kau menggunakan kekerasan terhadapnya. Lalu apa yang akan dia pikirkan tentangku?

Ki Choon berusaha membawa Hyo Dong ke kamar, "kakak ipar, kau sedang mabuk. pergilah tidur". Hyo Dong memberontak, berteriak, "Kkeut Soon. Nyonya Kim Kkeut Soon". 
Nenek terkejut dengan mulut terbuka. Seumur-umur baru kali ini Hyo Dong berani memanggil namanya seperti itu. Anggota keluarga Uhm yang lain juga tak kalah terkejut.

Hyo Dong melanjutkan kata-katanya, "Karena kau mempunyai tempramen yang buruk,  semua menantu perempuanmu semua pengganggu juga".
"Penganggu?", tanya Do Hee dan Kang Sook berbarengan.
Hyo Dong memegang wajah Ki Moon dan Ki Choon bergantian, "Kedua iparku yang malang. Ki Moon yang malang...Ki Choon yang malang".
Kang Jin : Hentikan dia. Ayo baringkan dia di kamar.
Hyo Dong menundukkan kepala, meminta maaf pada kakek. Kakek berkata kau mabuk, tidurlah di dalam. 

Setelah itu semuanya kembali makan. Tanpa disuruh Kang Jin ikut bersama mereka, memakan makanan yang ada di depannya.  Nenek merintih, "Aku sudah hidup terlalu lama. Putriku, bawa aku ke tempatmu".
Kang Jin menyahut dengan mulut penuh makanan, "Oh Ibu, jangan hiraukan ucapannya saat dia mabuk".

Nenek : Beraninya kau duduk dan makan makanan kami secara diam-diam?. Didepanku kau terus memanggilku dengan sebutan "ibu..ibu", tapi kau bersekongkol dengan rubah itu dan menipuku. Membuatku sangat marah.
Ki Ok tersenyum geli. Kang Jin diam saja sambil terus mengunyah makanannya. 

Chae Won bersiap pulang setelah menyelesaikan pekerjaanya. Telpon kantor berdering, dari sekertaris Presdir Lee. Sekertaris presdir mengingatkan besok pagi ada meeting jam 6 pagi.  Untuk itu ia meminta cafetaria menyiapkan sarapan bagi peserta meeting.

Chae Won pergi ke dapur, sambil menelpon manager Jung, "Ini Min Chae Won. Kurasa kau lupa soal makan pagi untuk rapat besok. Tolong telpon aku saat kau menerima pesan ini". Setelahnya ia memeriksa persedian bahan makanan yang ada di dalam lemari pendingin. Hanya ada onion (bawang bombay). Chae Won memutuskan untuk menggunakan bahan itu.

Se Yoon berjalan melewati dapur dan melihat lampunya yang masih menyala, "Apa dia belum pulang". Se Yoon lalu berjalan masuk kedapur dan tersenyum melihat Chae Won yang tengah sibuk mengupas onion. Se Yoon mengetuk pintu, "Apa yang kau lakukan?. Kenapa kau belum pulang?". Chae Won tersenyum, "aku sedang di plonco".
"Diplonco?", tanya Se Yoon. Chae Won mengangguk

Se Yoon membantu Chae Won mengupas bawang, "Jadi mereka membuatmu jadi orang buangan". Chae Won mendesah, "ya, berkat direktur". Se Yoon tertawa, "tapi kenapa kita mengupas onion sebanyak ini?". Chae Won berkata tidak bisa mendapatkan bahan makanan dengan cepat, saat melihat lemari pendingin hanya ada onion, "Sarapan besok pagi adalah sup bawang". 

Se Yoon bertanya, "Apa kau akan membuat  supnya sendiri". Chae Won menggeleng, "tidak. para koki yang akan melakukannya besok pagi".
Tanpa sadar Se Yoon mengusap mata, sehingga membuat matanya pedih. Chae Won berdiri mengambil handuk, "Lap dengan ini". 

Se Yoon ingin mengambil handuk, tapi ia justru memegang tangan Chae Won. Keduanya merasa kikuk untuk sesaat. Chae Won mengubah posisi handuk agar mudah diambil Se Yoon. Se Yoon lalu mengusap matanya yang perih dengan handuk.

Chae Won mempersilahkan Se Yoon untuk pulang, "Aku bisa melakukannya sendiri". Se Yoon protes, "Apa ini. Aku membantumu sampai malam begini tapi kau menyuruhku pulang dengan kelaparan?. Kau sungguh dingin".
Chae Won tersenyum simpul, lalu menyiapkan makan malam. 

Beberapa menit kemudian, Se Yoon selesai mengupas semua bawang, "Tugasku selesai ahli gizi". (ngapain juga Se Yoon pake melet-melet gitu ya..heheheh)..
Chae Won, "Aku membuat nasi goreng. Hampir selesai. Tunggu sebentar".
Se Yoon terpana melihat Chae Won. Chae Won mengkonde rambutnya menggunakan sumpit.

Gaya rambut itu mengingatkannya pada Eun Seol. Eun Seol juga mengkonde rambutnya menggunakan sumpit saat membuat kue ulang tahun untuknya.

Se Yoon tertegun, hingga tidak mendengarkan panggilan Chae Won. Ia baru tersadar ketika Chae Won memanggilnya beberapa kali. Chae Won heran, "apa yang kau pikirkan". 
"tidak ada", jawab Se Yoon. Raut wajahnya Se Yoon berubah sedih.

Mobil Chul Go berhenti tak jauh dari rumah mie. Ia juga bingung kenapa datang kemari lagi. Sebuah mobil datang dan berhenti di depan rumah mie, ia melihat Se Yoon dan Chae Won keluar dari mobil. Chul Goo marah, "mereka berdua..benar-benar". 

Ia ingin keluar, tertahan karena kembali teringat ucapan Chae Won, "Cintaku hanyalah sia-sia untukmu". Chul Goo memukul-mukul stir mobil dengan kesal. Setelah Se Yoon pergi, Chae Won masuk ke dalam. Chul Goo menangis, mengulurkan tangan seperti ingin menggapai wanita yang ada di hadapannya, "Chae Won-ah...Chae Won-ah". 

Young Ja terbaring tak berdaya di ranjang, kejadian tadi pagi benar-benar membuatnya sakit kepala. Young Ja bangun begitu Chul Goo masuk, "Apa Ibu sakit?", tanya Chul Goo. 
Young Ja bertanya dengan lemas, "kenapa kau pulang terlambat?".

Chul Goo menjawab ia sibuk mengurus ini dan itu. Young Ja menerima telepon dari Ms. Koh tadi, "dia bilang kau bertemu dengan Hong Ju, benar?". Chul Goo membenarkan. Young Ja berkata orang tua Hong Ju ingin mengadakan pertemuan keluarga, mereka ingin mempercepat pernikahan.

Chul Goo tak mengerti apa yang ibunya bicarakan, ia baru saja menemui Hong Ju siang ini. Dan telah menjelaskan semuanya, "apa dia bodoh hingga tidak bisa mengerti perkataanku". Young Ja juga mendengar Chul Goo bertemu dengan Hong Ju ditempat latihan Yoga, baginya kau sangat bijaksana.
Chul Goo terkejut, "Wah dia benar-benar gila".

Young Ja memohon satu permintaan, "Tolong kabulkan keinginan Ibu. Jika kau menikahinya, ibu akan  menjadi ibu mertua yang terbaik. Ibu tidak akan membuatmu  dalam masalah. Ibu akan jadi penurut dan pengertian tak peduli bagaimanapun. Ibu akan menjadi Ibu mertua yang benar-benar baik. Ibu berjanji".
Chul Goo mendesah napas berat. Tidak menjawab, tampak dari wajahnya ia merasa terbebani dengan situasi ini. 

Joo Ri masih sesengukan di kamar, "Aku sudah sabar menunggu. Aku tidak boleh menyerah seperti ini. Aku tidak akan membiarkan ibu dan kakak merusak kehidupanku". 
Joo Ri melempar bantal dengan kesal. Sorot matanya menandakan kemarahan. Let See, Joo Ri akan berubah menjadi wanita menyebalkan seperti ibunya.

Se Yoon melihat kembali foto kenangannya bersama Eun Seol, "Maafkan aku, Eun Seol. Aku benar-benar melupakanmu untuk sesaat. Bagaimana bisa aku melupakanmu?. Kurasa aku bukanlah diriku  akhir-akhir ini. Maafkan aku".

Kehadiran Chae Won mampu membuat Se Yoon melupakan Eun Seol sedikit demi sedikit. Hanya saja dia belum menyadarinya.

Choon Hee minum soju sendirian dengan pikiran kusut. Kang Jin datang, "Sungguh berbeda dengan cerita Romeo dan Juliet. Bukannya bermusuhan dengan keluarganya tapi berhadapan dengan perlawanan yang kuat dari keluarga mertuanya?. Belum pernah aku mendengar cerita seperti itu". 

Kang Jin lalu duduk di depan Choon Hee, "Aku baru saja kembali dari rumahnya. Dia memberi pelajaran kepada Ibu mertuanya, bukan untuk memperlakukanmu dengan buruk".
Choon Hee merasa Hyo Dong tidak perlu melakukan hal itu, karena semuanya sudah berakhir, "selamat tinggal Hyo Dong oppa".
"Lalu apa kau akan berkencan dengaku?", tanya Kang Jin. 
"Apa?, tanya Choon Hee
Kang Jin tertawa, aku hanya bercanda. Kau masih mencintainya. Jangan berkata sesuatu yang tidak berarti.

Choon Hee : Aku kehilangan orangtuaku saat kecil dan aku sudah merasakan manis dan pahitnya kehidupan. Tapi hari ini, benar-benar menyakitkanku. Wanita di keluarganya memperlakukanku seperti seorang wanita mata duitan. Aku benar-benar merasa seperti sedang sekarat
Kang Jin : Aku juga merasa seperti itu beberapa hari yang lalu. Mereka memperlakukanku
seperti gigolo. Sampai sekarang aku masih marah jika mengingat hal itu. 

Choon Hee tidak tahu apa yang bisa ia berikan untuk mendaptkan orangtuanya kembali. Jika mereka ada, mereka akan berdiri membelaku. Aku tidak memiliki siapa-siapa di pihakku di dunia ini.
"Kau memiliki Hyo Dong", ucap Kang Jin. 
Choon Hee menggeleng, " Tidakkah kau dengar apa yang dia katakan padaku tadi?. Dia melotot kepadaku karena aku mengkritik ibu mertuanya. Tidak ada seorang pun yang bisa kupercaya". 

Kang Jin : Kau salah menilainya. Dia membuat Ibu mertuanya terdiam.
"Lupakan dia. Rooftop Oppa, kau bernyayilah", ucap Choo Hee. 
Kang Jin bilang ia tidak menyanyi secara gratis. Choon Hee berjanji akan memberikan minuman gratis sebagai bayaran.

Kang Jin mulai bernyanyi, malangnya Kang Jin justru bernyanyi lagu tentang janji setia seorang pria. Choon Hee ikut bernyanyi dengan linangan air mata di pipi. Kang Jin berhenti bernyanyi, ketika Choon Hee benar-benar menangis sedih.

Berasa ikut sedih liat Choon Hee nangis...hiks..

Pagi hari. Hyo Dong pergi ke kamar nenek, ia merasa bersalah karena membuat penyakit nenek kambuh. Hyo Dong meminta maaf, "Aku minum terlalu banyak semalam, jadi aku mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya". Nenek tahu perkataan orang mabuk itu berasal dari lubuh hatinya. Nenek berbalik badan, membelakangi Hyo Dong. Hyo Dong berusaha menjelaskan bahwa ia tidak bermaksud begitu, Kumuhon jangan marah.

Ki Moon ikut membujuk dan membela Hyo Dong. Ki Choon menimpali, "Ibu tahu itu. Ibu hanya keras kepala".
Hyo Dong : Apa yang harus kulakukan untuk menghilangkan kemarahan ibu?
Nenek langsung bangun, "Apa kau sungguh-sungguh?. Benarkah Ibu bisa mengatakan apa yang Ibu inginkan?". 
Hyo Dong mengiyakan dengan ragu-ragu.

Nenek : Lalu apa kau akan melakukan apapun yang Ibu katakan?. Tetangga kita ingin memperkenalkan seorang wanita padamu. Kita temui wanita itu hari ini.
Hyo Dong terkejut, menelan ludah mendengar permintaan nenek. Ki Moon dan Ki Choon juga terkejut.

Do Hee, Kang Sook dan Ki Ok menguping di balik pintu. Seketika itu juga 3 pria Uhm keluar. Hyo Dong tampak gusar. Do Hee berdehem, "Apa kau ingin melakukan perjodohan?". 
"Aku tidak bisa", ucap Hyo Dong.
"Apa itu karena Yang madam?", tebak Kang Sook. 

Ki Choon menepuk bahu Hyo Dong, "Kau tahu aku berada di pihakmu, kan?". Hyo Dong mengangguk. Ki Choon melanjutkan ucapannya, "Tapi dalam situasi ini, kau harus menunjukkan itikad yang baik kepada Ibu". Hyo Dong tampak tidak mengerti. Ki Choon menyarankan pada kakak iparnya itu untuk mengkuti perkataan nenek. Paling tidak lakukanlah walau hanya sekali untuk menyelesaikan masalah ini, jika ku berpegang teguh pada penderiannmu. Itu hanya akan menjadi bumerang. 

Hyo Dong masih bertanya, haruskan ia melakukan perjodohan itu. Ki Choon menambahkan temui saja wanita itu dan katakan pada ibu bahwa kau tidak menyukainya. 
Ki Ok bertanya pada Ki Choon : Lalu apa yang bisa dia lakukan?. Bukankah kau salah satu dari kami?. Kau ini berpihak pada siapa?

Ki Choon berkata, ia hanyalah seseorang yang percaya pada cinta. Ia kembali menyemangati Hyo Dong, "Ini hanyalah satu langkah mundur untuk mendapatkan dua langkah maju. Hyung, lakukanlah perjodohan.
Hyo Dong bimbang, haruskan ia mengikuti saran Ki Choon. Atau bertahan dengan prinsipnya. 

Presdir Lee dan beberapa staf pemasaran termaksud Joo Ri keluar dari ruang meeting. Mereka berjalan melewati Chae Won. Chae Won membungkuk menghormat. 
Presdir Lee menatap Chae Won, "Kelihatannya kita memiliki ahli gizi yang baru". 
Manager pemasaran membenarkan, dia mulai bekerja kemarin. 

Chae Won memperkenalkan diri. Joo Ri melirik jutek. Presdir Lee tersenyum dan merasa puas dengan sarapan pagi ini. Presdir Lee beserta pengikutnya pergi. Chae Won menghembuskan napas lega. 

2 ahjuma koki mendatangi Chae Won, "Kapan anda mengupas semua bawang itu?". Chae Won mencium kedua tangannya, "Oh, aku masih bisa mencium baunya". Chae Won tersenyum. Ke dua koki itu merasa tidak enak. Mereka lalu pergi untuk kembali bekerja. Sikap mereka sudah lebih baik dari sebelumnya.

Joo Ri menarik tangan Chae Won dengan kasar, "Kita harus bicara". Joo Ri membawa Chae Won ke tempat sepi, "Kau tidak mendengarkanku?. Sudah kukatakan padamu untuk keluar". Chae Won tak mengerti kenapa ia harus mengikuti perkataan Joo Ri.
"Apa kau pikir kita bisa bekerja di perusahaan yang sama?', ucap Joo Ri nyolot.
"Kenapa tidak?", jawab Chae Won tenang. 
Joo Ri membentak, "apa?". 

Chae Won : Aku telah bercerai dengan kakakmu, jadi kita tidak mempunyai hubungan lagi. Berhenti menggangguku dan uruslah masalahmu sendiri.
Joo Ri menawarkan akan memberi uang pada Chae Won, "5 milyar, apa itu cukup?. Aku akan meminta ibu untuk memberi mu uang. Jadi berhentilah membuat masalahnya menjadi rumit dan keluar saja".

Chae Won : Banyak hal yang harus kupikirkan. Kau benar-benar mirip dengan Ibumu.
Joo Ri : Apa maksudmu?
Chae Won : Kau bicara tidak sopan terhadapku meskipun aku lebih tua darimu. Kau menyelesaikan setiap masalah dengan uang. Kau memang putri dari ibumu.
Joo Ri melotot marah, "Beraninya kau".

Se Yoon lewat, dan melihat mereka berdua, "Apa kalian saling kenal?". Joo Ri dan Chae Won berbalik. Se Yoon berjalan mendekati mereka.
Joo Ri gelagapan, "Tentu saja tidak. Tim marketing hari ini mengadakan pertemuan pada sarapan pagi bersama dengan Presdir. Dan aku berbicara dengannya tentang menunya.
Se Yoon : Oh.

Se Yoon tersenyum dan menatap lembut Chae Won. Lama...
Joo Ri cemburu, buru-buru ia berusaha mengalihkan perhatian Se Yoon, "Agen periklanan akan datang untuk mendiskusikan konsep iklan. Aku akan menjelaskannya padamu. Ayo pergi". 

"Baiklah", ucap Se Yoon masih tetap memandang Chae Won. Ia lalu bicara pada Chae Won, "Kerja yang keras". 
Chae Won menggangguk. Joo Ri menarik lengan Se Yoon pergi. Lalu menoleh dan mendelik marah pada Chae Won, seolah berkata. "dia milik ku". 

Ms. Koh menemui Young Ja di kantor. Tae San Grop telah menetapkan tanggal pernikahan. Alasannya karena Presdir utama Tae San, yakni kakek Hong Ju sedang sakit. Dia ingin melihat cucu bungsunya untuk segera menikah.

Meski begitu, Young Ja merasa mereka terlalu terburu-buru. Ms. Koh berkata, dalam tradisinya keluarga bangsawan seperti keluarga Tae San, tidak akan mengadakan pernikahan selama 3 tahun setelah pemakaman.

Young Ja mencibir, "Di zaman seperti ini, siapa yang masih menjalankan tradisi itu?".
Ms. Koh : Nyonya Bang, mereka adalah keluarga bangsawan yang terhormat.
Young Ja : Berhenti menyebut mereka keluarga "bangsawan". Keluargaku juga bermartabat tinggi. Jika kau melihat silsilahku, ada seorang menteri dalam keluargaku di masa lalu.

Ms. Koh tentu saja mempercayai perkataan Young Ja, "Tapi Tae San adalah satu dari lima keluarga terhormat di Korea, dan putramu menikahi seorang perawan. Kau seharusnya merasa sangat beruntung, bukankah begitu!".
Young Ja diam tak menjawab, tapi dari raut wajahnya ia tampak bangga dengan hal itu.

Chul Goo dan Hong Ju bertemu. Chul Goo kesal, ia tak mengerti dengan pemikiran Hong Ju, "Kau benar-benar tidak mengerti atau kau tergila-gila padaku?. Aku sudah menjelaskannya kemarin. Menetapkan tanggal pernikahan?. Apa kau ingin mengacaukanku sekarang?".

Hong Ju berkata bukan seperti itu, "Kumohon bantu aku keluar". Chul Goo melihat kebawah, "Apa kau terjebak dalam jaring atau apa?". 
Hong Ju mengulangi perkataannya, "Keluarkan aku dari keluargaku. Kumohon". 
"Apa yang kau bicarakan?", tanya Chul Goo tak mengeti.

Hong Ju : Aku seperti kacang polong yang tercampur dalam karung kacang hijau. Hal yang akan kukatakan harus dirahasiakan. Bahkan jika kita tidak menikah, tolong rahasiakan ini.
Chul Goo mengerti, "Baiklah..lanjutkan". 
Hong Ju mengungkap jati dirinya, "Aku bukan putri bungsu dari Tuan Ma. Aku adalah anak di luar nikah dari Ibuku". 
"Ibumu?", tanya Chul Goo terkejut

Hong Ju membenarkan, "Kau pasti terkejut, kan?. Aku anak tidak sah yang lahir dari hubungan perselingkuhan ibu. Ayahku juga berselingkuh. Aku sendiri juga berantakan. Aku diperlakukan seperti sampah sejak aku kecil. Dan sampai saat ini pun aku masih diperlakukan seperti kantong sampah. Apa kau tahu hal yang paling tidak bisa aku tahan?.  Aku bisa mentolerir ayahku atau perlakukan buruk saudara tiriku. Tapi yang benar-benar tidak bisa aku tahan adalah sikap ibuku yang merasa jijik terhadapku. Meskipun begitu aku bisa memahaminya karena aku adalah kutukan baginya.

Hong Ju berusaha untuk tersenyum, "Bukankah aku sangat menyedihkan?"
"Ya, sedikit", jawab Chul Goo dengan mimik prihatin. 
Hong Ju kembali memohon, dengan wajah memelas. "Jadi kumohon keluarkan aku dari keluargaku. Aku butuh bantuanmu".
Chul Goo dilema, haruskah ia mengabulkan pemintaan Hong Ju?. Seandainya Young Ja mengetahui kebenaran ini, mungkin dia langsung pingsan...hahahaha

Do Hee dan Ki Moon memeriksa mie buatan mereka, membandingkan dengan milik Ki Choon dan Ki Ok. Do Hee mengeluh, "Yobo. kurasa kita akan finish terakhir di putaran ini. Warna dan rasa dari mie kita begitu mengerikan". "Aku tahu", jawab Ki Moon lemas. 
Do Hee mendapat ide, lalu berbisik. Ki Moon terkejut mendengar ide gila Do Hee, "Apa kau gila?".

Do Hee mengeram, "Toh bagaimanapun kita yang terakhir. Apa yang harus ditakutkan?. Ayolah, suamiku". Do Hee merayu Ki Moon dengan menggelitiknya.
Ki Choon, Kang Sook dan Ki Ok keluar. "Apa yang kalian berdua bicarakan?", tanya Kang Sook. 
"Aku tahu", ucap Ki Choon menebak asal. 
Do Hee dan Ki Moon berusaha bersikap biasa, menghindari tatapan mata Kang Sook dan Ki Choon. 

Perhatian mereka lalu beralih pada nenek dan Hyo Dong. Nenek merapihkan dasi yang dikenakan Hyo Dong. Ibu dan menantu ini bersiap pergi ke perjodohan. 
Ki Ok : Tidak ada yang bisa menghentikan Ibuku. Akhirnya dia membawanya ke perjodohan.
Kang Sook menyahut, "Seperti domba yang akan disembelih".
Ki Choon menyambung, "Hyo Dong hanya melakukan tugasnya". 
Hanya Do Hee yang tertawa riang, "Jadi Ibu mendapatkan keinginannya".

Nenek menuntun Hyo Dong pergi. Hyo Dong pergi dengan wajah terpaksa...benar-benar tidak ikhlas....

Choon Hee pergi ke apotik, ia merasa tidak sehat karena pengaruh mabuk semalam. Ia merasa pusing dan sedikit nyeri di perut. Petugas apotik mengambilkan obat untuknya.  Choon Hee berbalik, dari kaca ia melihat Hyo Dong lewat bersama nenek, memakai jas setelah rapi. Choon Hee penasaran, "Kemana dia akan pergi dengan berpakaian bagus begitu?". 

Choon Hee keluar ingin mengejar Hyo Dong. Petugas apotik memanggil, "Nyonya. Anda lupa obatnya". 
Choon Hee meminta maaf, ada suatu hal yang mendesak. Ia sudah tidak membutuhkannya. 

Hyo Dong dan nenek masuk ke sebuah restoran. Choon Hee mengikuti, duduk tak jauh dari meja Hyo Dong. Nenek menyukai wanita yang duduk bersama mak comblang, "dia terlihat gemuk dan baik hati. Dia adalah tipeku". 
Mak Comblang berkata, pendapat Hyo Dong lebih penting dari pada pendapat nenek. Nenek yakin, selama ia menyukainya Hyo Dong pasti juga akan menyukainya. Karena menantunya ini akan selalu mendengarkan perkataannya.

Hyo Dong tersenyum, sambil mengusap-usap rambut di belakang kepalanya. Gerakan ini sering Hyo Dong lakukan jika merasa malu. 

Choon Hee tidak percaya, "Memang, aku tidak bisa mempercayai pria manapun. Teganya dia melakukan ini padaku?. Sangat murahan dan kejam". 

Chae Won menerima telepon dari Young Ja. Chae Won menjawab, "Apa lagi sekarang?". Young Ja mengomel, ""Sekarang apa?" Kau tidak punya sopan santun?. Ah, lupakan. Aku ada di gerbang depan  perusahaanmu. Keluarlah sekarang. Ada yang ingin aku bicarakan".
Young Ja menutup telepon.

Kedatangan Young Ja ini tak lain karena permintaan dari Joo Ri. Ia minta ibunya untuk memberikan uang pada Chae Won, senilai 5 milyar Won. Joo Ri minta pada ibunya untuk membuat kesepatakan dan memberikan uang itu pada Chae Won. Young Ja mengerti, "Ibu akan mengurusnya. Kembali saja bekerja". 

Joo Ri minta Young Ja segera menelponya jika sudah selesai. Young Ja kesal, "Ibu tahu, mengerti?". 
Joo Ri masuk kedalam, meninggalkan Young Ja sendirian. Setelah Joo Ri pergi, Young Ja mendesah, "Uangku yang berharga. Kenapa aku harus memberikan uang ini padanya".

Beberapa menit kemudian Chae Won keluar menemui Young Ja. Chae Won bicara tanpa menatap wajah ibu mertuanya, "Ada masalah apa?". 
Young Ja menyodorkan amplop yang ia pegang dengan wajah angkuh. Chae Won bertanya apa ini. Young Ja menyuruh Chae Won untuk membukanya jika merasa penasaran.

Chae Won menerimanya dan melihat uang yang diberikan Young Ja, "Kenapa memberikan ini padaku?". 
Young Ja : Hitung jumlah angka digitnya. Keluarlah dari perusahaan hari ini.
Chae Won mendesah kesal. Young Ja bertanya, "reaksi apa ini". 

Chae Won : Apa yang kau takutkan sehingga kau memberikanku uang?
Young Ja : Takut?. Tidak ada yang kutakutkan. Joo Ri ku tidak bisa konsentrasi di kantor karenamu. Itulah sebabnya.

Di waktu yang tidak tepat, Sol Joo turun dari mobil. Ia melihat Young Ja tengah berbicara pada Chae Won, "Siapa itu?. Bukankah itu Ibunya Joo Ri?". 

Chae Won tahu, Young Ja memberikan uang ini untuk menutup mulutnya, ia tidak bisa menerimanya. Sol Joo mendekat, mendengarkan pertengkaran mantan ibu dan mertua ini.
Young Ja :  Apa kau tidak menghitung berapa banyak angka disana?. Bukan 5 ribu, itu 5 milyar. 5 milyar.

Chae Won : Lima milyar?. Cuma 5 milyar untuk menutup mulutku?. Jika kau memberiku 50 milyar, aku akan memikirkannya.
Tangan Young Ja menggapai ingin memukul Chae Won.
Chae Won berteriak, memandang Young Ja dengan marah. "Jika tidak, aku tidak akan keluar". 

Sol Joo terkejut mendengar ucapan Chae Won, bingung dan juga penasaran. Young Ja juga terkejut, terdiam tak bisa berkata apa-apa. 


END

5 comments:

  1. wahh seruuu, lanjutt mbak..

    ReplyDelete
  2. Walopun critanya sinetron bgt,tp dtunggu sinopsisy uda ga sabar nunggu chae won jadian ama se yoon.penasaran jg,apa si rahasia sol joo,

    -nath-

    ReplyDelete
  3. ditunggu episode 20.a.. Semangat mba.. Fighting!!

    ReplyDelete
  4. mba nuri lanjut donk sinop the virusnya #penasaran ni endingnya. nyari di lapak dvd gk ada hikss. ama sinop ahyi ini ya mba ;) semangat mba sampai akhir episodenya Hehe..

    kalau IoM ada di sojufreak.blogspot.com sinopnya

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)