Pages - Menu

Tuesday, November 22, 2016

Sinopsis Legend Of The Blue Sea Episode 2 Part 2



Joon Jae dan Putri duyung kembali ke gereja. Joon Jae tanya apa Thomas sudah menyiapkan apa yang ia minta. Thomas mengiyakan, mereka kan teman sesama anggota group PMC (Penipu Mensa Club). Joon Jae mengucapkan terima kasih. Tapi Nam Joon memberikan hal ini tidak percuma dan minta imbalan. 

“Apa yang kau inginkan?”, tanya Joon Jae.

Rupanya Thomas telah menyiapkan sebuah pertunjukan dimana ia akan memberikan pernyataan palsu untuk menarik jemaat agar bergabung dengan Trader David Mcdougla.  Apa lagi yang Thomas inginkan selain membuat jemaat dengan sukarela memberikan uang mereka. Ia minta Joon Jae untuk menyayikan sebuah lagu special yang akan mematikan rasa rasionalitas dan menyentuh perasaan.

Dan kita melihat Joon Jae menyanyikan sebuah lagu dengan di iringi gitar. Lagu itu berirama lembut dan membuat para jemaat  tersentuh dan menangis mendengar suara Joon Jae. Putri duyung juga ikut terharu (Min Ho benar-benar nyanyi disini). Lagu yang menceritakan tentang “Cinta”. Tepuk tangan bergemuruh saat Joon Jae selesai bernyanyi.  Dan kotak sumbangan yang di edarkan terisi penuh uang.

Pendeta mengantar Joon Jae dan Putri duyung keruangan mereka menginap malam ini. Pendeta merasa tidak enak karena kamar itu agak kecil untuk mereka berdua. Putri duyung mengatakan ia haus dan ingin minum. Pendeta menunjuk dispenser yang berada di teras depan.

Putri duyung berjalan menuju tempat yang di maksud. Sesampainya disana, Putri duyung yang tidak tahu caranya mengambil air dari dispenser hanya menggoyang-goyang galon.

Pendeta mereka lega melihat Putri duyung yang sudah bisa bicara kembali. Joon Jae minta pengurus untuk mendoakan kesehatan istrinya. Baru saja  Joon Jae mengatakan hal itu, ia dibuat terkejut melihat Putri duyung yang minum air langsung dari galonnya.

Putri duyung sama sekali tidak keberatan saat mengangkat galon yang terisi air penuh dan meminumnya sampai habis. Joon Jae tertawa canggung, “Sepertinya istriku sudah kelihatan jauh lebih baik”. Pendeta ikut tertawa senang.

Joon Jae dan Putri duyung rebahan di kasur masing-masing. Putri duyung tidur di ranjang atas dan Joon Jae di bawah. Joon Jae heran apa perut Putri duyung tidak kembung minum air sebanyak itu. Joon Jae tak menyangka Putri duyung mampu menghabiskan semua air itu sekaligus.

“Apa itu cinta?”, tanya Shim Shung penasaran, “Kau bernyanyi sebelumnya kalau yang terbesar dari itu semua adalah cinta. Apa itu cinta?”.

Joon Jae berpikir sejenak dan menjawab cinta adalah sesuatu yang agak berbahaya. Orang polos seperti Putri duyung lebih baik tidak merasakan cinta. 

Jawaban itu justru membuat Putri duyung semakin penasaran, ia bangkit dari tempat tidur dan mendekati Joon Jae.

“Kenapa?”, tanyanya ingin tahu

Joon Jae duduk menghadap Putri duyung dan memberi perumpamaan, “Anggap kau mencintai seseorang. Itu artinya kau menyerah”. Putri duyung tak tahu apa arti kata menyerah. Joon Jae menyamakan kata menyerah berarti kalah.

“Jika kau mencintai seseorang, maka kau akan percaya pada apapun yang dia katakana padamu. Itu artinya kau dalam masalah besar. Jadi apa sebaiknya kau menyatakan cinta pada seseorang atau tidak?

Putri duyung tersenyum dan dengan polos tanpa beban mengatakan, “Saranghae (Aku mencintaimu)”.

Joon Jae tertegun sejenak tampak terpengaruh dengan ungkapan perasaan Putri duyung. Lalu memarahi untuk tidak mengatakan hal itu padahal ia sudah melaragnya. Putri duyung meringis memegangi perutnya, “Lapar”.

Joon Jae dan Putri duyung kini berada di meja makan. Joon Jae diam memandangi Putri duyung yang sedang mengunyah ramen. Joon Jae tanya apa Putri duyung mengalami amnesia dan sering lupa, “Lihat mataku”,ucap Joon Jae.

Putri duyung langsung menatap Joon Jae dengan kedua mata besarnya itu. Joon Jae sedikit canggung dan berkata tidak dengan cara melotot seperti itu. Kemudian Joon Jae menyuruh Putri duyung untuk mengambil napas dalam-dalam dan memikirkan tentang orang tuanya, saat ia menghitung sampai 3.

Joon Jae mulai menghitung seraya memutar-mutar pematik di jarinya. Tepat pada hitungan ke-3, api dari pematik menyala dan Joon Jae mulai menghipnotis Putri duyung. Tapi Putri duyung mengacaukan hipnotis itu dengan bertanya, “Apa itu orang tua?”.

Joon Jae kesal, “Apa kau itu bodoh?. Kau bahkan tidak tahu apa arti orang tua? Ibu  yang melahirkanmu dan juga ayah”.

Putri duyung berpikir, “Aku tidak punya”. Joon Jae mengerti, tidak semua orang mempunyai orang tua. Gantian Putri duyung yang tanya apa Joon Jae mempunyai orang tua?.

Joon Jae terdiam, raut wajahnya terlihat sedih, “Aku punya ayah tapi sudah kuanggap tidak ada. Ibu...Aku berharap seandainya aku punya ibu. Karena itulah aku ingin pergi”.

“Kemana?”

“Ke ujung dunia”

Putri duyung terbelalak tak mengerti apa yang dimaksud Joon Jae. Joon Jae tersenyum, “Ada tempat seperti itu. Tapi siapa namamu?”.

“Aku tidak punya nama”, jawab Putri duyung.

Joon Jae tersenyum tipis dan berkata tidak lagi terkejut mendengar jawaban putrid duyung, karena ia sudah banyak hal aneh pada putri duyung.

“Jika aku tidak aneh dan mempunyai nama, aku bisa bersamamu sepanjang waktu, kan?”, tanya Putri duyung sedih.

Bukan begitu maksud Joon Jae, maksudnya begitu banyak orang aneh di dunia ini. Jika dibandingkan dengan mereka, putri duyung tidaklah aneh.

“Benarkah?”

“Tentu saja?”.

“Akulah orang yang sangat aneh”,ucap Joon Jae kemudian.

“Kau itu orang yang baik”, puji putri duyung tulus

Joon Jae tersenyum tak percaya, ” Tahu apa kau kalau aku ini orang macam apa?”.

“Tanganku….. kau bisa saja meninggalkanku tapi kau tetap memegangnya beberapa kali. Kau itu orang yang baik “.

Joon Jae terdiam dan menunduk merasa tak nyaman dengan penilaian putri duyung.

Putri duyung telah tertidur sementara Joon Jae belum bisa memejamkan matanya. Tampaknya ia masih merenungi perkataan putri duyung. Joon Jae bangun dan duduk di samping tempat tidur putri duyung. Ia mengeluarkan gelang giok dari saku celananya dan memakaikan gelang itu ke tangan putrid duyung.

“Aku sudah banyak mengambil milik orang lain dan melarikan diri berkali-kali, tapi ini pertama kalinya aku mengembalikan apa yang telah kuambil”.

Joon Jae memandangi wajah putri duyung yang tertidur lelap, “Baiklah. Kita pergi bersama saja….ke ujung dunia”.

Bos preman, dkk kembali mendatangi kamar hotel tempat Joon Jae menginap. Dia menggeledah koper Joon Jae dan menemukan map bergambar menara Hercules. Bos preman yakin tempat inilah yang akan Joon Jae tuju selanjutnya.

Keesokan paginya, Joon Jae berpamitan dengan Thomas dan menerima amplop berisi uang. Joon Jae mengucapkan terima kasih setelah melihat jumlah uang di dalam amplop. Thomas lah yang merasa harus berterima kasih, karena berkat Joon Jae jumlah sumbangan yang terkumpul banyak dan juga banyak orang yang mendaftar Trader David Mcdougla. Joon Jae mendoakan agar Thomas sukses dan pamit pergi.

Thomas memperingatkan putri duyung untuk berhati-hati dengan Joon Jae. Thomas mengatakan kalau putrid duyung adalah tipe wanita idealnya dan berharap dapat mengenal putrid duyung lebih jauh ketika mereka tiba di Seoul.

“Seoul, dimana itu?”, tanya putri duyung polos

Thomas kaget mendengar pertanyaan putrid duyung. Joon Jae tertawa agar Thomas menganggap pertanyaan putrid duyung sebagai lelucon. Thomas ikut tertawa dan putri duyung memiliki selera humor yang sama seperti dia. Thomas semakin tertarik pada putri duyung dengan memberikan nomor ponsel. Thomas berkata nomor ponselnya sangat berharga karena ia jarang memberikan nomor ponselnya pada sembarangan orang.

“Kami sudah terlambat. Kami pergi, ya”, ucap Joon Jae menyela. Menggandeng tangan putrid duyung, cepat-cepat membawanya pergi.

Thomas menghela napas, ah sayang sekali.

Setelah Joon Jae pergi, pendeta keluar dari gereja dan menghampiri Thomas. Pendeta mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Thomas merendah dan berkata tidak melakukan apapun. Pendeta minta Thomas untuk berhenti merendah, ia, mengeluarkan amlop tebal berisi uang dan berkata Evangelist Heo sudah membereskan masalah mereka. Bukankah Thomas pernah berkata ingin membiayai sekolah anak-anak dengan uang hasil sumbangan jemaat.

Thomas tertawa, tapi tawanya lebih mirip dengan orang yang menangis. Thomas menyadari Joon Jae telah menipunya, tanpa sepegetahuannya Joon Jae menyerahkan semua uang yang mereka perolah semalam kepada pendeta.

Pendeta mengira Thomas menangis karena terharu. Thomas berhenti menangis dan berkata meski membunuh itu di larang, apa tidak boleh ia membunuh seorang musuh saja?. 

Joon Jae dalam perjalanan ketika menerima telepon dari Thomas yang memaki-makinya dengan marah. Joon Jae tersenyum bertanya apa Thomas menyukai tipuannya. Sebelum menutup telepon, Joon Jae mengucapkan sampai jumpa di Seoul dan akan mentraktir Thomas minum jika mereka bertemu di sana.

“Kenapa semua orang bicara sampai bertemu di Seoul? Seoul itu dimana?”, tanya putrid duyung penasaran.

“Kau sungguh tidak tahu Seoul?. Kau belum pernah kesana?”.

Putri duyung mengangguk dan tanya apa Joon Jae akan pergi ke Seoul dalam waktu dekat ini?. Joon Jae mengiyakan, disana tempat tinggalnya. Putri duyung memandang lautan dan memenjamkan mata, seperti mencoba komunikasi dan mendengar suara-suara laut.

Tibalah mereka di menara Hercules. Menara itu menghadap tepat ke lautan luas. Mereka lalu turun kebawah dan berdiri di ujung tebing. Putri duyung tanya apakah ini ujung dunia yang Joon Jae maksudkan. Joon Jae membenarkan, orang menamainya seperti itu semenjak mercusuar Herluces di bangun 2000 tahun yang lalu.

Putri duyung tak mengerti, kenapa di sebut ujung dunia padahal ada lautan disini. Lautan di mulai dari sini. Joon Jae menoleh menatap mercusuar di belakangnya. Joon Jae teringat kenangannya saat kecil disini bersama ibunya.

Flashback. Di tempat yang sama, Ibu Joon Jae dan Joon Jae kecil memandang lautan luas di depan mereka. Ibu Joon Jae menjelaskan kenapa orang-orang percaya tempat ini merupakan ujung dunia dan mencusuar di belakang mereka adalah Mercusuar Hercules adalah yang menyinari akhir dunia.

“Ibu Hercules datang tiap hari kesini merindukan anaknya yang terasingkan. Banyak orang merasa prihatin pada ibunya, jadi mereka membangun mercusuar itu, agar Hercules dapat mengikuti cahaya yang dipancarkan dari mercusuar untuk menemukan ibunya melalui dalamnya lautan”.

“Jadi apa Hercules berhasil menemukan ibunya”, tanya Joon Jae kecil

“Entahlah. api ada legenda disini. Orang yang berpisah di tempat ini pasti akan bertemu lagi. Mungkin itu karena tempat ini adalah akhir dari dunia, tapi disini jugalah di mana dunia lain dimulai”.

Ibu Joon Jae tersenyum melihat putranya menuliskan sesuatu di atas batu. Sembari menulis Joon Jae kecil berkata pasti Hercules juga sangat merindukan ibunya.  Flashback end. 


Joon Jae dewasa kini berdiri di depan batu itu dan melihat tulisannya masih terukir disana. Meski tertimpa tulisan lain, Joon Jae masih bisa membacanya.

“Heo Joon Jae, itul namaku. Tidak banyak orang yang tahu nama asliku. Kau harusnya merasa terhormat”.

“Jadi jika orang berpisah di tempat ini, mereka bisa bertemu lagi?”.


Joon Jae menggeleng, “Kurasa itu hanya bohong. Aku berpisah dengan ibuku di sini. Tapi...nyatanya aku masih belum bertemu dengannya”, Joon Jae berpaling memandang ke ujung jalan seperti melihat kembali masa kecilnya.

Flashback. Joon Jae kecil berlari sembari menangis mencari ibunya. Lalu dia dibawa pergi seorang pria berpakaian jas. Flashback end.

“Ibuku pergi….tanpa mengucapkan selamat tinggal….tanpa kata-kata”, ucap Joon Jae getir. (Itulah kenapa Joon Jae benci dengan orang yang pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal).

Putri duyung melihat batu lain dan menunjuk ada tulisan Heo Joon Jae juga disana. Joon Jae melihat untuk memastikan perkataan putri duyung, dan benar saja apa yang putri duyung katakan. Joon Jae menunduk memeriksa lebih dekat.

Flashback. Ibu Joon Jae menulis “Aku mencintaimu, Heo Joon Jae” dengan air mata berlinang di pipi. Flashback end.

“itu benar. Jadi, di sini juga ada Heo Joon Jae. Ibu... tenyata mengucapkan selamat tinggal kepadaku”, raut wajah Joon Jae terlihat lebih cerah dari sebelumnya.

“Apa yang ibumu katakan?”.

“Dia mencintaiku”

“Dia mencintaimu?. Bearti dia kalah?. Dia Menyerah?”.

Joon Jae tertawa mendengar pertanyaan polos putri duyung yang terdengar lucu, “Dia bilang dia benar-benar kalah!. Dia menyerah”.

Keduanya tersenyum. Joon Jae memandangi putri duyung yang tersenyum manis. Tatapan Joon Jae melembut menandakan kalau dia terpesona dengan senyum itu.

Para preman telah sampai di menara Hercules. Mereka berpencar mencari Joon Jae. Orang yang dicari ternyata melihat mereka lebih dulu. Dari atas, Joon Jae mengeluarkan pistol yang ia rebut dari preman saat melarikan diri. Bos preman memberikan aba-aba, dan tanpa disangka, para preman malah mengeluarkan senapan laras panjang. Pistol yang Joon Jae punya tentu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan senjata mereka.


Joon Jae meraih tangan putri duyung mengajaknya lari. Para preman langsung mengejar, mereka lari melewati jalanan sepi dan ladang jagung yang luas. Saat mereka lari tak sekali dua kali para preman melepaskan tembakan mereka. Untungnya Joon Jae berhasil menghindar sembari melindungi putri duyung agar tidak kena tembak.

Sampai akhirnya Joon Jae terkepung dan terpojok di ujung tebing yang berbatasan  dengan lautan. Joon Jae melepas genggaman tangannya pada putri duyung lalu menjatuhkan pistol yang ia punya lalu mengangkat kedua tangan tanda menyerah. Salah satu menunjuk hidungnya yang terbalut plester akibat pukulan Joon Jae, ia berkata tidak akan membiarkan Joon Jae lolos kali ini.  

“Oke. Kalaupun kau mau menembak marilah kita bicara setelah kau membiarkan dia pergi”, Joon Jae menunjuk putri duyung, “Dia seorang perempuan dan tidak ada hubungannya dengan ini sama sekali”.

Bos preman teriak tidak percaya, “Hei!. Tidak ada hubungan apanya. Jika dia tidak ada hubungannya, Kenapa dia terus mengikutimu dari kemarin?”.

Joon Jae berkata itu karena ia mencuri sesuatu dari putri duyung. Joon Jae lalu menunjuk gelang giok di tangan putri duyung memberitahu kalau itulah benda yang ia curi. Benda itu memang terlihat murah, tapi ia mencurinya karena itu putri duyung terus mengikutinya.

Joon Jae mendorong putri duyung, “Hei, kau pergilah. Aku sudah mengembalikan gelangmu, jadi pergilah”.

Putri duyung memandang Joon Jae dan preman bergantian, “Kenapa?. Aku kan istrimu!”, ucapnya polos. (Hahaha)

Joon Jae bengong, bos preman teriak kesal. Saking kesalnya ia mengambil senapan dari anak buahnya lalu mengarahkan senjata api itu ke Joon Jae, “Dasar brengsek!. Beraninya kau membohongi kami”.

Joon Jae tertawa kecil dan berusaha menjelaskan keadaan sebenarnya, “Tidak, "istri" yang dia bicarakan itu bukan maksudnya begitu. Ah, aku ini masih lajang!. Aku saja tidak tahu nama perempuan ini. Serius!”.

Tapi bos preman terlanjur marah dan tidak percaya. Ia mengancam akan menembak jika Joon Jae berani bicara satu kata lagi.

“Ya, pak”, ucap Joon Jae patuh melakukan gerakan dengan tangannya, gerakan mengunci mulut.

Joon Jae berbisik pada putri duyung, ” Kenapa kau bicara hal tak ada gunanya? Kau harusnya pergi saat aku menyuruhmu pergi. Sekarang bagaimana nasib kita ini?”.

Putri duyung melihat lautan dibawah mereka. Joon Jae mengerti maksud putri duyung yang mengusulkan melompat ke laut. Joon Jae melihat ombak besar dan berkata ia takut pada ketinggian dan juga air. Lebih baik ia ditembak dari pada harus melompat ke dalam laut.

“Kau tak boleh di tembak. Kau akan mati seperti lumba-lumba”, larang putri duyung

“Tentu saja. Tapi aku juga akan mati kalau aku tenggelam. Biar kubujuk mereka, jadi kau pergilah terlebih dulu”.

Putri duyung bergerak seperti hendak melompat. Joon Jae teriak ketakutan dan panik. Bos preman member aba-aba untuk menembak. Putri duyung yang melihat hal itu langsung menarik Joon Jae. Mereka melompat dari atas tebing dan jatuh ke laut.

Bos preman teriak terkejut. Ia berlari ke tepi tebing untuk melihat, hampir saja ia jatuh jika tidak dipegangi preman lainnya. Bos preman melampiaskan kekesalannya dengan memukul salah satu anak buahnya. Seharusnya mereka menangkap Joon Jae lebih dulu. Bos preman teriak frustasi, tidak tahu apa Joon Jae masih hidup atau tidak.

Joon Jae langsung tenggelam begitu jatuh ke dalam air (apa Joon Jae tidak bisa berenang). Putri duyung yang kembali ke wujud aslinya berenang mendekat menyelamatkan Joon Jae.

Putri duyung meraih pinggang Joon Jae. Joon Jae membuka mata dan melihat putri duyung dalam wujud aslinya. Joon Jae terkejut melihat ekor putri duyung. Joon Jae ingat semua sikap aneh putri duyung selama ini. Joon Jae juga ingat perkataan putri duyung sebelumnya.

Jika aku tidak aneh dan punya nama. Jika aku orang seperti itu Aku bisa terus bersamamu, kan?”.

Putri duyung memeluk pinggang Joon Jae lebih erat. Mendekatkan wajahnya dan mencium Joon Jae.


END 

**********************
Epilog…

Cha Shi Ah membersihkan keramik yang ditemukan di dasar lautan. Teman Shi Ah mengatakan penemuan mereka kali ini sungguh keren. Shi Ah setuju, ia harap selanjutnya mereka bisa menemukan artefak kerajinan kayu. Shi Ah menyiramkan air untuk membersihkan kotoran dan melihat lukisan yang mirip dengan ekor ikan.

Shi Ah kaget, “Apa ini?”.

Teman-teman Shi Ah mendekat untuk melihat. Semakin Shi Ah membersihkan semakin terlihat jelas lukisan yang terukir di keramik. Lukisan putri duyung mencium seorang pria yang mengenakan kemeja.


Komentar : 


Melihat putri duyung 400 tahun yang lalu dan putri duyung modern, keduanya memiliki perbedaan. Warna sirip mereka tidak sama. Putri duyung Josen memiliki ekor berwarna emas dan putrid duyung modern memiliki sirip dan ekor berwarna perak. Apakah putri duyung modern adalah reinkarnasi duyung Joseon. Sikap mereka juga bertolak belakang. Duyung Joseon lebih lembut tidak seperti duyung modern yang gokil dan suka slengehan.

No comments:

Post a Comment

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)