Pages - Menu

Monday, November 21, 2016

Sinopsis Legend Of The Blue Sea Episode 2 Part 1

Episode 2

Dynasti Joseon. Di malam hari Dam Ryung bersama anak-anak menerbangkan lampion di tepi pantai. Lampion-lampion itu terbang tinggi menghiasi langit malam. Angim malam yang berhembus menerbangkan lampion-lampion itu ke arah yang sama. Dam Ryung kembali menerangkan satu lampion yang tersisa. Tidak seperti lampion lainnya, lampion terakhir itu terbang rendah dan menuju arah berlawanan.



Dam Ryung mencari lampion yang mungkin jatuh tidak jauh. Benar saja, lampion itu jatuh di atas bebatuan pinggir pantai. Ketika hendak mengambilnya, Dam Ryung seperti melihat bayangan di balik lampion.



“Siapa itu?”, tanya Dam Ryung tegang, “Jangan takut. Keluarlah”.



Mendengar itu, putri duyung yang semula sembunyi karena takut, dengan berani menampakkan diri di depan Dam Ryung. Dam Ryung terpaku tak mengira kembali bertemu dengan putri duyung yang ia lepaskan ke lautan. Angin berhembus menerbangkan lampion tinggi.



Itulah ikatan yang ditakdirkan yang seharusnya tidak terjadi tapi karena sudah terjadi ikatan takdir itu pasti akan terus berlanjut. Mereka akan bertemu lagi”.



“Jadi maksudmu, mereka akan bertemu lagi dan nasib mereka berdua akan terus terhubung?, tanya Tuan Yang pada pelayanya. Tuan Yang berpikir, jadi jika ia terus mengikuti Dam Ryung maka aku mungkin bisa menangkap putri duyung itu lagi"


Kembali ke Dam Ryung dan putri duyung. Putri duyung melihat ekspresi takut di wajah Dam Ryung, “Kau tadi bilang "jangan takut" padaku, tapi bukannya kau sekarang yang takut?”.



Dam Ryung terkejut ternyata putri duyung juga bisa bicara. Putri duyung tersenyum seraya menjelaskan bahwa putri duyung juga bisa melakukan apapun sama seperti manusia. Mendengar itu Dam Ryung penasaran dan bertanya lalu kenapa Putri duyung tidak bicara sepatah kata pun pada hari itu.


“Aku bicara waktu itu……hanya saja tidak terdengar”, jawab Putri duyung.
 
Flashback di hari Putri duyung tertangkap dan menjadi tontonan warga. Dari kolam tempatnya di kurung, Putri duyung bisa mendengar dan mengerti semua pembicaraan manusia. Termaksud perkataan Tuan Yang, yang ingin menunjukan pada Dam Ryung pemandangan yang sangat langka.



Tirai terbuka dan muncullah Dam Ryung bersama yang lain. Putri duyung menatap Dam Ryung dari jauh, dan berusaha berkomunikasi dengan Dam Ryung melalui telepati, “Tolong selamatkan aku”. Meski Dam Ryung tidak bisa mendengar suara hati putrid duyung, tapi dia merasa iba dan tidak sampai hati melihat putri duyung yang terikat tak berdaya. Flashback end.



“Putri duyung mampu mendengar pikiran makhluk lain jadi kami tidak perlu bisa bicara”, jelas Putri duyung.



“Jika begitu, bisakah manusia mendengar pikiran putri duyung?”, tanya Dam Ryung.



Putri duyung bercerita, dahulu kala ada seorang pria yang mencintai putri duyung dan mendengar suara putri duyung. Dam Ryung penasaran dengan kelanjutan cerita Putri duyung dan bertanya apa yang terjadi dengan pria yang mencintai putri duyung itu?.  Putri duyung tidak menjawab, hanya menatap Dam Ryung dengan tatapan sedih.



Putri duyung menoleh mendengar suara anak-anak yang bermain lampion dari kejauhan. Anak-anak itu berjalan mendekat. Dam Ryung bertanya apa mereka bisa bertemu kembali. Putri duyung menjawab jika lampion harapan terbang di atas lautan, dia akan menganggapnya sebagai sinyal bahwa mereka akan bertemu lagi. Setelah mengucapkan itu Putri duyung kembali berenang ke laut. Dam Ryung tetap berdiri di tempatnya memandang ke dalam laut.



Sung Ga menghadap tuan Yang setelah memata-matai Dam Ryung. Ia melaporkan tidak ada yang istimewa mengenai walikota baru itu, tapi ada sesuatu yang menurutnya janggal. Ia mendengar Dam Ryung meminta bantuan yang aneh pada pasukannya. Tuan Yang penasaran ingin tahu apa permintaan aneh itu. Sung Ga menjawabnya dengan berbisik di telinga Tuan Yang.



Putri duyung sedang berenang di lautan ketika melihat cahaya terang di atas permukaan laut. Putri duyung berenang ke atas untuk melihat cahaya apa diatas sana. Ternyata cahaya itu berasal dari lampu lampion yang terbang diatas lautan.



Semula hanya satu lampion, tapi kemudian Putri duyung terpana sekaligus bingung ketika melihat belasan bahkan mungkin puluhan lampion terbang melintasi lautan. Dari mana Lampion itu berasal?.




Di ujung samudra, Putri duyung melihat sebuah perahu berjalan perlahan. Perahu semakin mendekat dan Putri duyung melihat Dam Ryung berdiri diatasnya sendirian. (tanpa teman, siapa yang dayung perahunya???). 

Putri duyung dan Dam Ryung saling bertatapan dalam diam. Tatapan mendalam dari putri duyung dan seorang manusia.





Joon Jae menghampiri Putri duyung dan memayunginya. Putri duyung tersenyum begitu melihat wajah Joon Jae. Putri duyung mengulurkan tangan dan Joon Jae membalas uluran tangan Putri duyung serta membantu putri duyung itu berdiri.




Joon Jae bergerak mendekat agar Putri duyung tidak kehujanan. Joon Jae berkata, “Kau tahu apa yang paling kubenci?. Pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal. Karena itulah aku kemari, untuk mengucapkan selamat tinggal sebelum aku pergi. Tidak ada alasan lain. Lagipula, aku sudah menyelesaikan tujuanku, jadi aku akan pergi”.



Joon Jae terdiam saat melihat Putri duyung bersedekap tanda kedinginan. Mungkin terbesit rasa iba dalam hatinya. Namun, ia mencoba menepis rasa itu dan mengatakan pada Putri duyung kalau dia akan pergi karena sudah mencapai tujuannya (mendapatkan apa yang dia inginkan).


Kata-kata tak berperasaan itu hanya terucap di bibir Joon Jae. Pada kenyataannya, hati kecilnya tidak bisa meninggalkan Putri duyung. Ia membawa serta Putri duyung ke dalam mobilnya. Tak hanya itu, ia juga memberikan jasnya pada Putri duyung agar wanita itu tidak kedinginan.



Dalam perjalanan menuju hotel, Joon Jae memperhatikan Putri duyung yang masih kedinginan meski sudah memakai jasnya (putri duyung juga bisa kedinginan, ya?). Joon Jae menghentikan mobilnya di depan café. Ia masuk ke dalam sana dan keluar dengan membawa segelas kopi.


Di dalam mobil Joon Jae memberikan kopi pada Putri duyung menyuruh meminumnya. Tapi sebelum Putri duyung meminumnya, Joon Jae mengambil kembali kopi itu, membuka tutupnya lalu meniup kopi agar tidak terlalu panas, baru kemudian mengembalikannya pada Putri duyung.



Putri duyung menerima gelas kopi yang diberikan Joon Jae dan mengikuti apa yang Joon Jae barusan lakukan, yaitu meniup kopi. Joon Jae tertawa, “Ya. Seperti itu”. Tapi Putri duyung menganggap itu hal yang menarik, Ia terus meniup dan meniup berulang-ulang bahkan terkesan seperti sedang bermain-main.



Joon Jae menegur Putri duyung untuk berhenti meniup karena kopi itu sudah dingin dan bisa di minum. Kemudian Joon Jae tanya apa tidak ada tempat yang bisa Putri duyung tuju rumah ataupun asrama, atau nomor telepon orang tua, teman atau kenalan yang bisa di hubungi.



Tapi Putri duyung tidak mengindahkan pertanyaan Joon Jae, lebih asyik meminum kopinya hingga tetes terakhir. Sampai mengangkat gelas tinggi-tinggi agar tidak ada tetes kopi yang tersisa. Joon Jae kesal dicuekin, pada siapa sebenarnya dia bicara sekarang, “Aku harusnya pergi saja tadi. Yah setidaknya ini yang bisa kulakukan untukmu”.



Mereka sampai di hotel, wah  kamar hotel Joon Jae besar sekali seperti rumah. Joon Jae memasukan kartu ke dalam stok kontak dan dalam seketika ruangan yang semula gelap menjadi terang benderang. Putri duyung terlihat takjub melihat perubahan itu. Bellboy masuk mengantarkan barang-barang Joon Jae dan pergi setelah mengucapkan salam.


Joon Jae pergi mandi dan memberikan pakaian ganti untuk Putri duyung. Selepas Joon Jae Pergi, Putri duyung melirik kunci kartu yang terselip di stok kontak. Penuh penasaran, Putri duyung menarik keluar kartu dan lampu padam seketika.



Joon Jae yang saat itu sedang mandi langsung kaget, “Ada apa ini?”. Putri duyung lalu memasukan kartu kembali ke dalam stok kontak dan ruangan langsung terang. Joon Jae langsung lega dan melanjutkan mandinya. Tiba-tiba, lampu mati lagi. Joon Jae yang mengetahui pelakunya langsung berteriak, “Dasar, Hei!. Nyalakan lampunya .



Tak berhenti di situ, Putri duyung mengulanginya berkali-kali membuat lampu hidup dan mati terus menerus, sembari tertawa-tawa senang seperti anak kecil menemukan permainan baru.



Buru-buru Joon Jae menyelesaikan mandinya dan menghampiri Putri duyung. Ia meminta kartu itu, tapi Putri duyung malah menyembunyikannya di balik badan. Joon Jae berusaha meraihnya yang membuat jarak mereka semakin dekat. Putri duyung jadi kikuk .



Lampu menyala, Joon Jae melihat wajah Putri duyung yang tampak malu-malu kucing, “Apa sekarang ini kau jadi sok malu-malu di depan laki-laki?”, tanyanya. Putri duyung mengangguk sembari menyentuh rambutnya dengan manja.



“Jangan!. Jangan lakukan itu!. Jangan sok pemalu!’, ucap Joon Jae melarang, “Tipe idealku itu wanita intelektual. Beda sekali dengan kau!”.



Putri duyung tak peduli dan memandang Joon Jae dengan mata berbinar. Joon Jae melarang Putri duyung memandangnya seperti itu. Untuk berjaga-jaga, Joon Jae memberitahu hal ini. Alasan ia membawa Putri duyung karena hari sudah malam, hujan dan karena Putri duyung terlihat agak kurang waras. Jadi ia berpikir untuk membiarkan Putri duyung menginap malam ini. Itu saja.



“Jadi, kau sekarang berpikir, "Omo!. Apa pria ini tertarik padaku?". "Apa aku harus pakai kesempatan ini buat berhubungan badan dengan dia entah bagaimana caranya?". Lupakan harapan yang takkan terjadi itu. Bangunlah dari mimpimu itu! Oke?”.



Putri duyung tersenyum malu-malu, Joon Jae melotot kesal dan merapatkan jubah mandi yang ia pakai lalu buru-buru pergi. Setelah Joon Jae pergi, Putri duyung malah senyum-senyum sembari memainkan jarinya.



Joon Jae masuk kedalam kamar dan langsung mengunci pintunya, “Dia sedang... bernafsu!”, ucapnya bergidik ngeri. Sejenak, Joon Jae berdiri di depan kaca memandangi wajah tampannya, sembari berpose seksi….



Putri duyung berkeliling melihat ruang utama dan di kagetkan dengan bunyi ponsel Joon Jae. Putri duyung mendekat memandangi benda yang terletak diatas meja itu dengan penasaran.



Cha Shi Ah menghembuskan napas pelan ketika panggilannya tidak di jawab oleh Joon Jae. Ahn Jin Joo, kakak ipar Shi Ah merasa penasaran dan tanya siapa yang Shi Ah hubung. “Apa dia pria satu almamater KAIST denganmu itu?. Dia tidak menjawab teleponmu lagi?”.



Shi Ah terlihat kesal dan memberitahu kalau dia akan kerja lembur di labotarium karena ada beberapa barang benda penting yang datang. Jin Joo berpendapat alangkah baiknya kalau Shi Ah kuliah kedokteran saja menjadi seorang dokter seperti yang ibunya sarankan, “Dari pada kau memilih K-k-konserva- apapun yang kau bilang itu...”.



Jin Joo kesulitan mengeja jurusan yang Shi Ah pelajari. Shi Ah menjelaskan dengan percaya diri bahwa ilmu konservasi yang ia pelajari adalah ilmu kesehatan yang bisa memperpanjang kehidupan manusia, Maka ilmu konservasi merupakan pekerjaan penting yang memperpanjang warisan budaya umat manusia.



Namun Jin Joo tetap menganggap konservasi bukanlah pekerjaan penting. Setengah mengolok, ia mempersilahkan Shi Ah pergi untuk memperpanjang nyawa pot keramik, batu tinta dan semacamnya itu. Shi Ah tersenyum masam lalu pergi.



Setelah Shi Ah pergi, Yoo Ran yang sedang melipat pakaian dan mendengar pembicaraan mereka bertanya pada Jin Joo. Apa bibi Ji Hyeon (Shi Ah) lulusan KAIST?. Jin Joo membenarkan dan berkata karena itulah Shi Ah berlagak sok hebat sepanjang waktu. Jin Joo lalu bertanya kenapa Yoo Ran menanyakan hal itu



Yoo Ran berkata kalau putranya juga lulusan dari KAIST. Jin Joo langsung tahu, pasti yang dimaksud adalah putra tampan yang sering Yoo Ran bangga-banggakan itu. Yoo Ran mengiyakan dan bercerita waktu putranya masih kecil, matanya begitu indah. Sungguh sulit mengajak putranya jalan-jalan, karena orang-orang langsung menghampiri mereka dan bertanya apa mereka bisa memeluk atau memegang putranya.



“Anakmu juga anak yang pintar, kan?”. Pasti dulu susah ya, bagi naga yang dilahirkan di sungai kecil. (Sulit bagi gelandangan menjadi orang kaya)”,ucap Jin Joo menyindir



“Itu bukan sungai kecil tapi itu adalah lautan yang luas dan biru”, ucap Yoo Ran menjelaskan dengan pandangan menerawang.



Jin Joo tidak percaya dan tanya apa Yoo Ran memiliki latar belakang hebat yang belum ia ketahui. Yoo Ran langsung tutup mulut dan membawa lipatan pakaian ke atas. Jin Joo kesal, sikap macam apa itu, Jin Joo menilai apa yang dikatakan Yoo Ran hanyalah omong kosong untuk mempertahankan gengsinya.



Telepon Jin Joo bordering, ia langsung menjawabnya dan tertawa senang ketika mendengar kabar kalau Ny. Jang Ji Ok menjadi korban penipuan.


Ny. Jang Ji Ok terlihat lemas begitu mengetahui bahwa dia telah di tipu. Ia memukul-mukul Han Sung Taen dengan tas berkali-kali. Han Sung Taen langsung memegangi tas itu agar Ny. Jang berhenti memukul. Ny. Jang merasa sangat malu hingga tidak berani bertemu dengan siapapun. Rumor bahwa dirinya menjadi korban penipuan telah tersebar. Citra namanya yang memiliki pengaruh kini telah tercemar dan tidak bisa lagi ia banggakan.




Dengan enteng Han Sung Taen menyarankan agar Ny. Jang mengubah namanya, hanya membutuhkan waktu seminggu untuk mengurus segala administrasi.



“Kau mau cari mati!”, ucap Ny. Jang berdiri kesal. Han Tung Sae dan beberapa anak buah lain langsung berlutut takut menghadapi kemarahan Ny. Jang.



Ny. Jang berusaha mendinginkan kepalanya dan berpikir jernih untuk mencari solusi dari permasalah ini. Buru-buru Han Sung Taen memberikan minum untuk istrinya. Setelah merasa agak  baikan, Ny. Jang tanya apa yang harus mereka lakukan sekarang. Salah satu dari anak buahnya menyarankan Ny. Jang untuk menangkap Joon Jae dan klompotannya. Ny. Jang setuju, tidak masalah berapa banyak uang yang harus ia keluarkan untuk mencari Joon Jae.



“Tangkap mereka. Setelah mengacaukan kehidupan anakku, dan membuatku malu. Suamiku terkena inspeksi pemeriksaan pajak. Maksudku, apa dia bisa menganiaya kita seperti ini hanya karena kita punya uang?”.



“Tentu saja tidak”, jawab Han Sung Tae.



“Pastikan tangkap mereka, terutama si brengsek itu yang pura-pura jadi jaksa, pastikan tangkap dia. Walaupun kau harus membunuhnya, tangkap dia”, ucap Ny. Han geram.



Joon Jae sedang tegang menonton film ketika Putri duyung muncul tiba-tiba di belakangnya. Joon Jae terkejut bukan main. Tapi Putri duyung tidak memperdulikan keluhan Joon Jae dan lebih tertarik dengan benda yang di pegang pria itu. Sampai-sampai, dia manjat sofa untuk bisa duduk di samping Joon Jae.



Putri duyung mendesak Joon Jae dan pandangan matanya fokus pada layar notebook. Melihat tingkah Putri duyung, Joon Jae meletakan notebook itu ke meja dan langsung diambil Putri duyung.



Putri duyung tersenyum melihat wajah pria tampan di layar notebook (Kang Dong Won). Ketika screen berganti wajah lain, Putri duyung langsung mengguncang notebook dengan maksud mengganti adegan. Putri duyung tertawa senang begitu wajah Kang Dong Won muncul kembali di layar.



Joon Jae menunjuk wajah Kang Dong Won dilayar dan bertanya, “Apa kau melihat pria yang cukup tampan dengan tatapan yang memuakkan”,ucap Joon Jae setengah kesal, “Apa kau itu seperti penggemar fanatic pria berwajah tampan?”.



Seperti biasa, Putri duyung tidak menjawab dan sibuk sendiri. Joon Jae pasrah, “Terserah. Tonton saja itu. Tontonlah sepuasmu”. Ucapnya lalu beranjak ke kamar untuk tidur.


Sampai larut malam Putri duyung tetap duduk di tempatnya menonton film. Terkadang ia tertawa geli ketika adegan filim terlihat lucu, terkadang menangis sedih, terkejut, tegang dan juga takut. Kadang pula Putri duyung menirukan adegan di film, adegan Bruce Lee berkelahi. Putri duyung juga menonton pertarungan tinju dan mengikuti gerakannya.


Dari notebook itu pula Putri duyung bisa mendengar berbagai macam bahasa. Putri duyung berkosentrasi seakan mencoba mempelajari bahasa-bahasa tersebut. Putri duyung terlihat sedih ketika menoton siaran berita yang menayangkan lautan. Putri duyung tampak merindukan lautan yang menjadi tempat tinggalnya.



Keesokan paginya, Joon Jae terbangun dan melihat Putri duyung masih berkutat di depan notebook sedang menonton drama “Memories In Bali”, dimana muncul wajah So Ji Sub dan Jo In Sung. Putri duyung menoleh memperlihatkan mata pandanya. Joon Jae kaget, apa Putri duyung bergadang semalaman?, “Berapa umurmu sampai kau jatuh cinta kepada seorang selebriti?. Apa kau gadis penggemar yang gila?. Berhentilah menonton dan berikan padaku”.



Joon Jae menarik notebook tapi Putri duyung langsung menahannya. Perhatian Joon Jae teralih begitu mendengar dering ponseolnya, telepon dari Nam Doo. Nam Doo memberi kabar ada berita gawat, tanpa mereka sangka ternyata Myoengdong Capital adalah tempat yang menyakutkan. Perusahaan lintah darat itu mempunyai kerangka kerja yang tersusun rapi.



Nam Doo berkata Ny. Jang mengutus beberapa orang ke luar negeri meski harga tiket pesewat dua kali lipat di musim liburan seperti ini. Joon Jae yang mengetahui arah pembicaraan Nam Doo langsung bertanya apa tempat persembunyiaan Nam Doo ketahuan oleh mereka. 

Padahal saat ini Nam Doo sedang asyik bermain golf di temani caddy cantik. Nam Doo mengatakan bukan dirinya yang ketahuan, tapi Joon Jae., “Apa kau barusan tadi angkat telepon dari ponselmu yang sebelumnya itu?. Kenapa kau seperti itu, kau biasanya tidak seperti itu. GPS-mu pasti sudah dilacak”.


Mengetahui hal itu, Joon Jae menyuruh Nam Doo untuk berhenti bicara dan ingin menutup telepon. Tapi Nam Doo menahan dan menanyakan perihal gelang giok. Menurut Nam Doo, alangkah lebih baiknya jika Joon Jae mempercayakan gelang itu padanya dan mengirimnya lewat Jasa Pos International. Joon Jae cuek dan langsung menutup telepon dan bergegas lari ke kamar mengemasi barangnya. Putri duyung yang masih asyik dengan dunianya hanya mengintip Joon Jae sedikit. 


Joon Jae keluar dari kamar dengan membawa tasnya hendak  melarikan diri. Ia memberitahu Putri duyung bahwa mereka tidak bisa lagi bersama. Ia minta Putri duyung mengingat-ingat dimana rumahnya dan pulang ke rumah. Jika tidak ingat juga, maka mintalah bantuan kantor pelayanan masyarakat. Joon Jae mengambil notebook dari tangan Putri duyung dan berkata harus pergi karena ada urusan mendadak.



Joon Jae membuka pintu dan keluar meninggalkan Putri duyung sendiiran di ruangan besar itu. Tapi baru beberapa detik, Joon Jae kembali lagi sembari mengacak rambutnya putus asa, “Mampus aku. Mampus aku”. Putri duyung tersenyum meihat Joon Jae kembali.



Joon Jae yang panic berusaha menenangkan diri mencoba berpikir jernih. Otak geniusnya langsung menemukan ide ketika melihat jam digital, botol air mineral dan hydrant.



Dan kita melihat para preman Ny. Jang sudah bergerak mengepung hotel tempat Joon Jae menginap. Jumlah mereka sangat banyak dan membawa tongkat baseball. Sesampainya di depan pintu kamar mereka mencoba masuk dan mendapati pintu terkunci dari dalam. Rupanya mereka sudah mengantisipasi hal ini sebelumnya. Salah satu dari mereka membawa bor untuk membobol pintu.



Begitu masuk para preman itu di kejutkan dengan bom waktu yang berjalan mundur. Ketakutan, mereka langsung tiarap di lantai. Tapi ketakutan mereka percuma, karena bom yang mereka kira akan meledak malah mengeluarkan dering ringtone ketika waktu habis. Para preman kemudian memeriksa seluruh ruangan dan melihat kain yang digunakan Joon Jae untuk turun dari lantai 2.


Joon Jae dan Putri duyung bergandengan tangan, mereka lari kearah pantai saat para preman mengejar di belakang mereka. Beda dengan Joon Jae yang panik, Putri duyung justru terlihat senang menikmati pelarian ini dan tersenyum ketika melihat birunya lautan.





Preman terus mengejar ketika mereka melewati rumah penduduk. Putri duyung memukul dan menendang para preman yang mencoba menyentuh mereka. Setiap kali Putri duyung mendorong dan memukul para preman itu melayang jauh, bahkan salah satunya ada yang mendarat jatuh di atas meja café yang berjarak jauh dari lokasi mereka.



Joon Jae kemudian melihat sepeda tak terpakai di tepi jalan dan memutuskan menggunakan benda itu untuk menghindar dari para preman. Joon Jae menarik lengan Putri duyung, menyuruhnya duduk di jok belakang. Putri duyung tersenyum dan merangkul erat pinggang Joon Jae. Joon Jae diam saja focus menyetir.



Mereka menuruni gang-gang sempit diantara rumah penduduk. Putri duyung tampak bahagia di bonceng Joon Jae, ia menikmati “Kencan” dadakan itu. Backround music yang ceria dan gelembung sabun yang berterbangan kearah mereka membuat suasana terasa romantis. 



Bahkan Putri duyung masih sempat melambaikan tangan menyapa penduduk lokal. Ketika melewati tanaman bunga, Putri duyung memetik salah satu bunga itu dan menyelipkannya ke saku baju Joon Jae.



Tak mau kalah, para preman juga menggunakan sepeda untuk mengejar mereka. Saat jarak mereka hampir dekat, Putri duyung menendang sepeda mereka. Hanya tendangan pelan tapi mampu membuat para preman itu terjungkal dengan keras di tanah.



Melihat preman yang nyusep di tanah, dengan pelan Putri duyung berucap, “Sumimasen”.



Sejenak Joon Jae berhenti dan memastikan Putri duyung tidak terluka. Putri duyung menatap Joon Jae lekat saat pria itu mengkhawatirkan dirinya. Semula Joon Jae khwatir jika preman-preman akan terus mengejar, sedikit membual  Joon Jae berkata preman-preman itu tidak bisa mengimbangi kecepatannya dalam mengayuh sepeda.



“Tapi, yang perlu kauketahui adalah, ini semua berkat aku kita bisa lolos dari kejaran mereka. Kalau pria lain, pasti sudah ketangkap oleh mereka”.



Putri duyung tersenyum mengangguk mengiyakan. Terdengar suara ribut dari preman yang berada di atas mereka, mereka mengalami kesulitan berjalan di gang sempit. Joon Jae menggelengkan kepala meremehkan lalu kembali mengayuh sepeda.



Joon Jae terus berkejaran dengan para preman, salah satu dari mereka hampir menyusul. Joon Jae tak memperhatikan jalan dan mengerem mendadak begitu menyadari ada tangga menurun di depan mereka. Joon Jae ngerem mendadak, dengan kekuataanya Putri duyung menarik sepeda agar tidak jatuh ke bawah. Sementara para preman itu meluncur mulus terguling-guling di tangga.



Joon Jae langsung menggandeng Putri duyung membawanya pergi. Tapi ada sebuah mobil yang menghalangi dimana itu adalah mobil para preman. Mengetahui hal itu, Joon Jae langsung menyuruh Putri duyung untuk bersembunyi di balik tembok dan menghadapi 3 preman itu sendirian. Tapi Joon Jae tidak begitu pandai berkelahi, ia hanya menghindar dan memukul semampunya. Saat Joon Jae sibuk membela diri, tanpa ia sadari banyak preman yang datang. 

Putri duyung turun tangan dan menghadapi mereka satu persatu. Preman pertama ia lempar hingga menabrak jendela rumah orang. Tanpa perasaan takut sedikut pun, Putri duyung menghampiri mereka dan melakukan tendangan terbang.



Beda dengan Putri duyung yang hebat dalam hal berkelahi, Joon Jae tampak kepayahan menghadapi 3 preman. (duh… Joon Jae bukanlah Lee Young Sung atau pun Choi Young yang pandai berkelahi).



Putri duyung menikmati perkelahiannya dengan menirukan banyak tehnik bela diri yang ia tonton semalam. Mulai dari tendangan ala Bruce Lee lengkap dengan gaya dan suaranya, pukulan ala petinju professional hingga kungfu.

Salah satu preman berhasil menghindari pukulan Putri duyung. Ia terbelalak takut begitu melihat pintu besi yang penyok karena terkena pukulan maut Putri duyung. Preman tersebut mundur ke belakang dan melempar pot bunga ke arah Putri duyung. 

Putri duyung menirukan gerakan Chakie Chan dan menendang pot bunga itu hingga hancur berkeping-keping dan membuat sang preman melayang jauh menabrak rumah orang. Putri duyung berteriak ala Bruce Lee setelah berhasil mengalahkan musuh-musuhnya.




Joon Jae berhasil menjatuhkan ke tiga musuhnya. Ia merasa takjub pada dirinya sendiri saat yang ternyata bisa berkelahi. Joon Jae berbalik pada Putri duyung yang telah kembali ketempatnya di balik tembok. Dengan penuh kebanggaan sembari mengangkat tangannya. 

Yach, Joon Jae gak tau kalau Putri duyung lebih banyak mengalahkan preman. Para preman yang di kalahkan putri duyung mengalami nasib buruk dengan ngangkut di rumah orang.


Kebanggaan Joon Jae langsung buyar begitu melihat Bos preman menghadangnya dengan pistol di tangan. Joon Jae bersikap tenang dan menunjukan sikap menyerah. Secara cepat ia mengambil pematiknya, berusaha menghipnotis bos preman.


Api pematik menyala dan dengan penuh percaya diri, Joon Jae berkata, “Kau akan menurunkan pistolmu”.



Ketua preman sedikit terpengaruh menurunkan sedikit pistolnya, tapi sedetik kemudian dia berkata, “Kau mau mati”.



Mengetahui hipnotisnya gagal, Joon Jae beralasan telah menduga bahwa mental seorang Bos pastilah kuat. Bos preman membentak menyuruh Joon Jae diam. Bos preman tidak akan menembak Joon Jae, jika hal itu ia lakukan polisi spanyol akan datang dan menambah rumit keadaan. Joon Jae berkata juga tidak ingin membuat situasi bertambah rumit. Kalau begitu, Bos preman menyuruh Joon Jae masuk ke mobil.



Joon Jae menurut seraya membungkuk hormat, “Baik, pak”. Joon Jae juga dengan baik hatinya membantu preman-preman berdiri dan meminta maaf karena telah memukul mereka. Dari tempatnya berdiri, Putri duyung melihat Joon Jae digiring masuk ke dalam mobil tanpa perlawanan.  Mobil berjalan perlahan meninggalkan lokasi semula. Putri duyung berusaha lari mengejar mereka meski Joon Jae sudah memberi aba-aba padanya untuk tidak terlibat.



Preman yang menyetir terkejut ketika sesuatu di kaca spion. Preman itu melihat seorang wanita yang sedang mengejar mereka.  Joon Jae yang juga kaget sontak melihat kebelakang dan melihat Putri duyung mengayuh sepeda dengan sekuat tenaga. 

Preman itu mengenali Putri duyung sebagai wanita yang menerjang dan menghajar teman-teman mereka. Joon Jae dan preman bengong melihat Putri duyung yang hampir menyusul mobil. Bos preman menatap tak percaya, apa yang dikendarai wanita itu benar-benar sepeda?. Kenapa cepat sekali.


Bos preman menyuruh anak buahnya untuk menambah kecepatan hingga mencapai 60km/jam. Meski begitu, Putri duyung masih saja bisa mengejar. Siapa yang menduga kalau sepeda lebih laju dari mobil. Bos preman memarahi anak buahnya, dan menyuruh menambah kecepatan.



Putri duyung memotong jalan dan berhasil menghadang mobil preman. Bos preman menyuruh anak buahnya untuk menabark Putri duyung. Tapi sebelum itu terjadi, Joon Jae yang berhasil melepas ikatan di tangannya, menerjang sang sopir dan membelokan kemudi hingga menabrak telepon umum.



Buru-buru Joon Jae menggunakan kesempatan ini untuk keluar dari mobil, ia juga sempat mengambil pistol salah satu preman. Joon Jae menghampiri Putri duyung dan langsung melompat ke jok belakang sepeda dengan mulus. Keduanya melarikan diri dengan sepeda. Joon Jae tertawa melihat para preman pontang panting berusaha mengejar.



Para preman itu masih terus mengejar ketika Joon Jae dan Putri duyung memasuki taman labirin. Sesuai namanya taman itu mempunyai banyak jalan yang membingungkan, Joon Jae berada di depan memimpin jalan, ia memperingati Putri duyung jika di jalan depan mereka bertemu dengan preman, maka ia yang akan menghadapi mereka dan menyuruh Putri duyung untuk lari apapun yang terjadi.



Dan benar saja, preman itu berhasil menemukan mereka tapi tidak dari jalan depan melainkan jalan belakang. Putri duyung yang lebih dulu melihat mereka langsung maju menyerang. Dan kita melihat satu persatu dari preman itu melayang di udara.



Joon Jae yang mengira Putri duyung masih di belakangnya, berkata kalau dulu ia pandai berkelahi dan menendang dengan kakinya. Ia merasa bersemangat untuk berkelahi. Joon Jae mempraktekan tendangan yang ia maksud dan baru menyadari Putri duyung tidak ada di belakangnya.



Joon Jae kebingungan mengira Putri duyung tertangkap preman. Ia meloncat berusaha melihat dari balik pagar tanaman. Joon Jae menyelusuri jalan yang ia lalui dan hampir saja bertabrakan dengan Putri duyung yang tiba-tiba muncul. Joon Jae memekik mundur, yang membuat bunga di saku bajunya terjatuh.



“Hei, ding-dong!. Aku 'kan menyuruhmu tetap berada di belakangku, kemana kau tadi?”, omel Joon Jae, “Kalau kau buat masalah sekali lagi, kutinggal kau”.



Putri duyung menggandeng tangan Joon Jae dan menuntunya keluar dari taman. Joon Jae tersenyum senang, “Darimana kau tahu jalan keluarnya?. Baguslah, ding-dong”.


Joon Jae melihat rambut Putri duyung yang tampak berantakan, dan dengan perlahan menyingkirkan daun-daun yang tersangkut di rambut Putri duyung. Wajah Putri duyung tampak bahagia. 

Putri duyung tersenyum bahagia saat Joon Jae meraih tangannya dan mengajaknya pergi bersama.



Joon Jae dan Putri duyung kembali bersepeda dengan tenang menyusuri jalanan spanyol. Terlihat manis seperti pasangan yang sedang berkencan. Banyak balon dan gelembung menambah indah pemandangan. Tanpa Joon Jae ketahui, Putri duyung  turun dari sepeda begitu melihat kedai es krim di pinggir jalan.



Joon Jae yang menyadari adanya perubahan pada beban sepeda, ia berhenti dan mencari-cari Putri duyung. Ia tersenyum memandang Putri duyung yang berdiri di depan penjual es krim. Senyum Joon Jae pudar saat melihat penjual es krim menarik-narik Putri duyung. Karena Putri duyung hendak pergi membawa es kirm tanpa membayar.



Joon Jae mengampiri mereka tanya apa yang terjadi. Joon Jae kesal menepis tangan pria itu. Ia bertanya berapa harga es krim.. 5 Euro, jawab penjual. Putri duyung mendelik pada penjual karena ada yang melindungi. Joon Jae mencari-cari uang di sakunya dan hanya mendapatkan uang koin, jumlahnya pun tidak sampai 5 Euro.



Joon Jae menawar bisakah es krimnya di tukar dengan ukuran yang lebih kecil. Penjual langsung kesal mendengar ucapan Joon Jae. Joon Jea meminta maaf dan memberikan uang yang ia miliki. Penjual menyuruh mereka pergi sembari ngedumel marah.



Putri duyung menyedokan es krim ke mulut dan takjub dengan rasanya. Sampai-sampai kakinya berjingkrak-jingkrak menandakan kalau es krim itu lezat dan ia sangat menyukainya.



Joon Jae menelpon di telepon umum, ia menghubungi salah satu kenalannya yang tinggal di spanyol. Joon Jae menceritakan kesusahannya yang tidak bisa menggunakan ponsel, tidak membawa kartu kredit ataupun uang tunai. Teman Joon Jae yang bernama Thomas itu memberikan alamat dan menyuruhnya untuk datang kesana.


(Cameo : Ahn Jae Hong)
 
Alamat yang diberikan Thomas adalah alamat sebuah gereja. Joon Jae datang disaat Thomas bersama jemaat gereja. Thomas juga berprofesi sama dengan Joon Jae, yaitu penipu. Di depan para jemaat yang sedang berkumupul, Thomas memanggil Joon Jae dengan nama “Pendeta Heo No Ah”.



Semula Joon Jae bingung, tapi sedetik kemudian dia langsung tanggap mengikuti permainan Thomas. Keduanya bersandiwara sebagai teman sesama pendeta  yang telah lama melayani jemaat.  Thomas memeluk Joon Jae dan tanya sudah berapa lama mereka tidak bertemu. Joon Jae berbohong mengatakan terakhir kali mereka bertemu 2 tahun yang lalu saat pelayanan di Lybia.



Pada jemaat, Thomas memperkenalkan Joon Jae sebagai Evangelist (penginjil) Heo No Ah yang sudah seperti saudaranya dan sekarang melakukan pelayanan di Kenya, Afrika, menyelamatkan bayi-bayi gajah dan membuat sumur air.



Para jemaat takjub dan menilai semua itu sebagai pelayanan yang cukup sulit. Joon Jae sesumbar mengatakan semua pelayanan itu ia lakukan dengan hati penuh syukur. Perhatian mereka lalu tertuju pada Putri duyung yang berdiri di samping Joon Jae.



Joon Jae menggandeng tangan Putri duyung memperkenalkannya sebagai istrinya. Joon Jae mengarang cerita dengan mengatakan istinya ini  mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu dan hingga kini kesehatannya belum pulih sepenuhnya. Pastilah kecelakaan itu membuatnya sangat terkejut hingga dia menderita aphasia dan tidak bica bicara.



Joon Jae belagak sedih, “Kapan aku akan bisa mendengar suara istriku?”.



Secara mengejutkan, tiba-tiba Putri duyung bicara dan menyapa mereka semua, “Halo. Senang bertemu dengan kalian. Cuacanya cukup panas juga, ya”.



Joon Jae dan yang lainnya bengong. Suasana hening seketika…. Krik…krik….



Joon Jae menarik Putri duyung keluar dari gereja. Ia bertanya kenapa tiba-tiba Putri duyung bisa bicara, apa lidah Putri duyung dikarunia mukjizat sehingga bisa bicara?. Selama ini kan Putri duyung diam saja.



“Katamu tadi kau ingin mendengar suaraku”, jawab Putri duyung malu-malu.



Joon Jae membenarkan, tapi sebenarnya….belum selesai Joon Jae bicara Putri duyung memotong lebih dulu. Ia bertanya apa arti dari kata istri, “Katamu tadi aku ini istrimu”.



“Bukan apa-apa. Itu artinya teman. Yah teman”, jawab Joon Jae. (iya, teman hidup J)



Joon Jae protes kalau Putri duyung bisa bicara kenapa selama ini hanya diam saja. Keterlaluan sekali. Putri duyung mengaku awalnya ia kesulitan bicara, tapi akhirnya ia bisa mempelajari bahasa korea dari kotak yang Joon Jae berikan.



Flashback. Putri duyung meletakan notebook di atas kepalanya, mencoba menyerap dan memahami bahasa korea. Flashback end.



Joon Jae tak mengerti kotak apa yang Putri duyung maksud. Apa yang dimaksud itu notebook, “Kau belajar dari benda itu?. Apa kau itu netizen?”.



Putri duyung menatap lekat mata Joon Jae. Yang di pandang menjadi risih dan bertanya apa yang Putri duyung lihat. Bola matamu, jawab Putri duyung.



“Tinta dalam bola matamu bersinar”, ucap Putri duyung



“Mataku memang selalu berkilau seperti itu”, timpal Joon Jae



“Cantik”



Sesaat Joon Jae terpaku dengan pujian Putri duyung lalu tersenyum mengakui matanya selalu bersinar indah seperti ini. Bahkan saat kecil, ibunya kesusahan tiap kali mengajaknya keluar rumah. Karena banyak orang yang ingin memeluk dan menyetuhnya. (Kata yang sama yang pernah di ucapkan Yoo Ran….jangan…jangan…)



Joon Jae mengoreksi perkataan Putri duyung barusan. Ucapan yang lebih tepat adalah “Mata bukan “Bola mata”. Bukan “Tinta" tapi “Pupil”. Joon Jae heran kapan Putri duyung mempelajari bahasa preman itu, apa Putri duyung itu spons yang menyerap apa saja tanpa menyaringnya lebih dulu. Namun, Joon Jae mengakui daya serap otak Putri duyung menakjubkan.



Lanjut Sinopsis Legend of The Blue Episode 2 part 2


No comments:

Post a Comment

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)