Pages - Menu

Thursday, September 19, 2013

Sinopsis Incarnation Of Money Episode 19 Part 2

Di apartemen, Gu Shik dan Cha Don mengatur rencana untuk sidang besok. Gu Shik akan menempatkan 2 kamera pengintai. Kamera utama berada di tempat sebelumnya, dan kamera tambahan lainya ada ditempatkan secara tersembunyi.

Cha Don ingin wajah Se Kwang dan jaksa Kwon tampak jelas saat terekam. Gu Shik berkata jangan khawatir karena ia sudah mengaturnya dengan baik. Rekaman ini, akan menjadi barang bukti yang bagus di pengadilan.

Sek. Hong pulang dari belanja, menekan password untuk masuk ke rumah Cha Don. "Nona Hong", panggil Se Kwang tiba-tiba dari arah belakang mengagetkan Sek. Hong 

Sek. Hong sontak menjatuhkan belanjaan, terkejut dengan kedatangan Se Kwang yang mendadak. "Kepala Ji Se Gwang", panggil Sek. Hong nyaring, buru-buru ia menutup kembali pintu apartemen yang sudah terbuka.

Gu Shik dan Cha Don bisa mendengar teriakan Sek. Hong. Mereka menyadari situasi dan bergerak cepat menyingkirkan papan kaca serta membereskan semua hal yang berkaitan dengan rencana mereka.

Tepat pada saat semuanya beres, Sek. Hong masuk bersama Se Kwang. "Kenapa kau kesini, Jaksa?", tanya Cha Don. Se Kwang memaksa tersenyum sementara matanya sibuk menyapu sekitar ruangan, mencari hal-hal yang mencurigakan.

Se Kwang beralasan sedang lewat di daerah sini dan kebetulan melihat Sek. Hong, juga sedikit berbasa-basi dengan memuji rumah Cha Don yang tampak bagus dan besar. "Kurasa kau sudah bekerja terlalu keras selama ini, jadi aku ingin minum denganmu. Kenapa kita tidak minum saja?. Bagaimana menurutmu?". 

Cha Don tampak canggung dan syok dengan kedatangan Se Kwang yang tiba-tiba. Gu Shik memberi kode pada Cha Don untuk pergi bersama Se Kwang. Cha Don mengambil jaketnya mengajak Se Kwang keluar Tapi Se Kwang menolak, "Aku yakin Nona Hong membeli beberapa minuman. Lebih baik kita minum disini saja".

Cha Don mempersilahkan Se Kwang duduk. Mata Se Kwang memperhatikan laptop Cha Don yang ada di meja kerja. Demi untuk membuktikan kecurigaannya, Se Kwang bersikap sangat baik pada Cha Don. Ia menuangkan minum dan berharap hubungan mereka akan membaik dengan berbagi minuman hari ini.

Ponsel Se Kwang berdering dari detektif Choi. Se Kwang menjawabnya, "Ruangannya terkunci?. Putar saja kuncinya dan dorong sedikit". 

Setelah mendengar kata "Dorong". detektif Choi mengirimkan spam ke alamat email yang diberikan Se Kwang sebelumnya. "Aku baru saja mengirimnya", ujar Deterktif Choi yang saat ini berada di warnet. Ia sengaja mengirim dari warnet agar IP adress pengirim tidak mudah terlacak.

Laptop Cha Don berdenting, menandakan ada email masuk. Se Kwang secara langsung memastikannya. Sek. Hong segera duduk di depan laptop. Cha Don tanpa curiga tanya email apa yang masuk. Sek. Hong menjawab ini spam. 

Se Kwang tersenyum sinis, sambungan telepon dengan detektif Choi belum terputus, "Apa tidak terbuka?. Dorong sekali lagi". Laptop Cha Don kembali berdenting menerima email masuk. "Sekali lagi", ucap Se Kwang. Dan untuk ke-3 kalinya laptop Cha Don berdenting menerima email masuk. 

Sek. Hong bingung, "Spam macam apa ini, kenapa banyak sekali yang masuk?". Gu Shik mengambil alih, "Ada pilihan untuk memblokir spam. Astaga, apa mereka menjual kayu bakar?. Gadis seksi, apapun itu". 

(Haish...kenapa Gu Shik harus menyebutkan judul dari spam itu, "Gadis seksi dan Menjual kayu", memang judul spam yang dikirimkan detektif Choi).

"Kenapa kita tidak bersulang sekali lagi?", ajak Cha Don mengalihkan perhatian Se Kwang yang terus memperhatikan laptop Cha Don

"Bagus", ucap Se Kwang memutus sambungan telepon dengan detektif Choi. Lalu menerima ajakan bersulang dari Cha Don. 

Se Kwang memandang Cha Don dengan tatapan bengis. Tersenyum sinis penuh kemenangan dan dalam hatinya berkata, "Ternyata kau orangnya. Lee Kang Seok itu Lee Cha Don, kaulah orangnya". Lalu tertawa terkekeh...

Cha Don heran dipandangi seperti itu, "Ada masalah apa?". Se Kwang tak menjawab, tawanya semakin terkekeh. Cha Don ikut tertawa tanpa mengatahui isi dalam kepala Se Kwang, "Buku itu sudah ditanganmu dan membuatmu senang?". 

"Terima kasih, Pengacara Lee. Kau muncul dalam hidupku adalah keberuntungan terbesar sepanjang hidupku". Se Kwang kembali tertawa terkekeh. Cha Don mengalihkan wajahnya. Tatapan Se Kwang semakin bengis. Se Kwang tipe orang pendendam yang pasti akan menyusun rencana untuk membalas Cha Don. 

Oh tidak....Cha Don hidup mu dalam bahaya....

Hari sidang pemilihan dewan komite dari perkumpulan sastra Chungrok. Jaksa Kwon dan Sek. Seo sampai di lobby. Jaksa Joo bertanya-tanya, kartu apa yang kira-kira digunakan Se Kwang. Sek. Seo tanya apa jaksa Kwon akan memutar rekaman suara Bi Ryung pada persidangan kali ini. Jaksa Kwon berkata jika tidak digunakan, kenapa ia harus membawanya.

Sek. Seo khawatir jika hal itu akan menjadi bumerang bagi jaksa Kwon. Jaksa Kwon berkata ni adalah permainan psikologis, bukan mengungkap keburukan satu sama lain. Siapa yang memimpin, dialah yang menekan yang lainnya. Setelah ia menyerang lebih dulu, maka Se Kwang tidak akan berkutik. Saat dia berusaha melakukan sesuatu, saat itulah dia akan mengakui kejahatannya.

"Ah, anda sudah datang", sapa Pal Do. "Hanya kandidat saja yang boleh ke kamar tamu". Jaksa Kwon tanya bagaimana dengan yang lainnya. Pal Do menjawab jaksa Joo mengundurkan diri, jadi hanya jaksa Ji Se Kwang yang tersisa.

Se Kwang dan Cha Don lebih dulu berada di kamar tamu. Cha Don tanya apa Se Kwang membawa buku keuangan jaksa Kwon. Se Kwang menjawab tentu. Cha Don pamit, "Kalau begitu, semoga kau beruntung", lalu keluar ruangan sambil melirik standing kamera yang terpasang di tengah ruangan

Di pintu luar Cha Don bertemu dengan jaksa Kwon yang akan masuk. Cha Don mengucapkan semoga berhasil. Setelah itu ia masuk ke kamar lain. Di sana sudah ada Ny. Bok dan Jeong Hae Ryong, Sek. Hong dan Gu Shik. Melalui standing kamera Cha Don menyaksikan sidang hari ini.

Pal Do bicara, "Saat ini, sidang pemilihannya kandidat yang akan disponsori oleh anggota komite dimulai. Sidang ini susunannya adalah diskusi bebas yang lebih fokus pada karakter moral, dan diskusinya akan ditonton oleh anggota komite", Pal Do menunjuk standing kamera yang terpasang ditengah ruangan. "Kalau begitu, silakan dimulai". Pal Do keluar ruangan dan bergabung dengan Cha Don dan lain-nya.

(Sidang ini dimaksudkan saling menjatuhkan dan menunjukkan kelemahan masing-masing kandidat). 

Jaksa Kwon bicara lebih dulu, "Terlepas dari siapa yang akhirnya akan dicalonkan, kurasa diskusi ini akan berjalan lebih singkat". "Kurasa juga begitu", sahut Se Kwang.

Jaksa Kwon meletakkan alat perekam di meja, "Kau tahu apa ini?".
"Ini alat perekam, kan?", sahut Se Kwang.

Gu Shik tak menyangka Jaksa Kwon langsung menyerang. Cha Don tersenyum tipis.

Jaksa Kwon berkata suara yang akan dalam rekaman itu adalah suara seseorang yang sangat Se Kwang kenal. Se Kwang menantang putarlah. Jaksa Kwon bilang itu suara Eun Bi Ryung. Se Kwang kaget. Jaksa Kwon melanjutkan Bi Ryung sudah memberikan informasi yang sangat menarik mengenai jati diri Se Kwang sebenarnya.

Se Kwang geram mengetahui taktik Cha Don, "Lee Cha Don,  jadi ini senjata yang kau berikan pada Kwon Jae Kyu", gumannya dalam hati. 

Jaksa Kwon : Anggota komite melihatnya. Aku tak apa kalau aku memutarnya?.

Se Kwang diam. Jaksa Kwon bisa melihat kalau Se Kwang takut. Ia memberikan earphone dan menyuruh Se Kwang untuk mendengarnya lebih dulu. 

Se Kwang mengikuti perkataan Se Kwang, dan benar suara Bi Ryung yang ia dengar dengan semua pernyataannya tentang kejahatan Se Kwang 15 tahun yang lalu. Jaksa Kwon tersenyum menikmati wajah Se Kwang yang marah.

Tak hanya jaksa Kwon, Cha Don pun sangat menikmati tontonan ini. Melihat mereka bertikai itulah yang dia harapkan.

Se Kwang mematikan perekam. Jaksa Kwon menyerahkan keputusannya pada Se Kwang ingin mengungkapnya atau tidak. Se Kwang merasa senjata yang ia bawa hari ini tidak akan membuat jaksa Kwon berada dalam masalah. Dengan percaya diri jaksa Kwon berkata tidak ada yang perlu ditakuti, "Selama hidupku, aku tidak pernah melakukan sesuatu yang memalukan. Aku penasaran dengan apa yang kau bawa. Apa kita harus mengungkapnya juga?.

"Benarkah", tanya Se Kwang. 

"Akan kumulai", jaska Kwon mengambil perekam dan ingin memutarnya. Se Kwang menghentikan. Se Kwang berdiri di depan kamera dan di luar dugaan, ia menyatakan mengundurkan diri dari pencalonan ini.

Pengunduran diri Se Kwang membuat Ny. Bok dan Hae Ryong kaget dan bingung. Apa dia gila?. Kenapa dia tidak memamfaatkan bukunya?. Kenapa dia mundur tanpa melakukan perlawanan?. Gu Shik menyahut semua ini diluar perkiraan kami. Cha Don apa lagi, dia lah orang yang lebih terkejut dibandingkan dengan yang lainnya.

Setelah menyatakan mengundurkan diri, Se Kwang mematikan kamera. Layar televisi gelap. Cha Don minta Sek. Hong menyalakan kamera ke-dua, dan tampaklah lagi wajah jaksa Kwon dan Se Kwang dalam ruangan itu. Cha Don tanya apa ini akan terekam. Sek. Hong mengiyakan.

Cha Don : Sekarang, kita bisa melihat sisi buruk mereka.


Se Kwang mengaku kalah. Jaksa Kwon terkejut tak menyangka Se Kwang akan menyerah semudah ini. Se Kwang membalik perkataan jaksa Kwon, "Bukankah kau kesini untuk membuatku menyerah?. Senjata yang kupersiapkan tak sebanding dengan hal itu".

Se Kwang membaca catatan yang telah ia siapakan sebelumnya, "Untuk menutupi penggelapan pajak, kau menerima 400 juta won dari Perusahaan Ogong. Dari Perusahaan PJ, kau mendapatkan lebih dari 700 juta won setiap bulan. Lalu, kau menyuap Partai Republik sebesar 500 juta won untuk pencalonan".

"Jumlah yang banyak", sahut Jaksa Kwon mengakui perbuatannya. "Bukan 400 juta, tapi 200 juta won. Perusahaan PJ membayarku sekitar 400 juta won. Tentu, penyuapan yang kuberikan pada Partai Republik setelah aku mendapat sponsor dari sini. Aku harus mendapatkannya kembali dari mereka".

"Kurasa keputusanmu untuk mundur itu bijaksana", ucap Se Kwang merobek catatannya. "Dari awal, ini bukanlah pertarungan dimana aku punya kesempatan untuk mengalahkanmu, aku tahu itu".

Jaksa Kwon kecewa, berpikir kalau Se Kwang yang akan meletakkan pisau tajam di lehernya. Se Kwang mengucapkan selamat lalu permisi. Sebelum Se Kwang pergi jaksa Kwon menjelaskan satu hal. Ada perbedaan antara menyerah dan minta maaf, "Hanya karena kau menyerah, bukan berarti aku akan memaafkanmu".

Cha Don bingung, begitu pula dengan lainnya. Rencana yang telah mereka rencanakan dengan baik, gagal total.

Tanpa mereka ketahui, detektif Choi mengendap-endap keluar dari kamar sidang. Rupanya, Se Kwang sudah mengetahui ada kamera pengintai yang tersembunyi. Ia menyuruh detektif Choi untuk mengambil kartu memori tersebut. Sehingga kamera itu tidak bisa merekam.

Cha Don dan Se Kwang bertemu di lobby. "Kudengar kau mundur dari pencalonan. Kenapa kau tidak memanfaatkan kasus penyuapan itu?". Se Kwang bersikap seperti biasa dan berkata jaksa Kwon memainkan kartu yang lebih besar. Kupikir lebih baik aku mempertahankan reputasiku, daripada kami hancur. Se Kwang jalan pergi.

Gu Shik dan Sek. Hong mendatangi Cha Don, "Pengacara. Ada masalah besar. Kartu memorinya hilang dari kamera tersembunyi itu".
"Bagaimana dengan rekamannya?", tanya Cha Don.
"Tak ada yang direkam", jawab Gu Shik.

"Bagaimana ini bisa terjadi, Sekertaris Hong?", tanya Cha Don. Sek. Hong menunduk bersalah, "Aku yakin aku sudah memasukkannya".
Gu Shik kesal, "Kau tidak memasukkannya!. Kau pasti lupa. Aigo..ketarlaluan". Sek. Hong yakin sudah memasukkanya, tapi saat ini tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain meminta maaf.

Detektif Choi memberikan kartu memori dari kamera tersembunyi yang berhasil ia curi pada Se Kwang. Ia tanya bagaimana dengan rekamannya. Se Kwang menyahut jika aku menambah sesuatu maka semuanya akan sempurna.

Se Kwang menelpon wartawan Go, menanyakan bagimana dengan Bi Ryung. Wartawan Go yang saat ini berada di penjara rumah sakit jiwa tengah melaksanakan semua tugas sesuai perintah Se Kwang.

Bi Ryung meronta-ronta di bawa 2 sipir penjara pria, matanya di tutup sehingga ia tidak tahu akan dibawa kemana.

Bi Ryung dimasukkan ke dalam mobil, wartawan Go juga ikut mendampingi meski hanya diam saja tanpa mengeluarkan suara. Dalam perjalanan Bi Ryung tanya pada sipir penjara, "Ini ulah Ji Se Kwang, kan?. Kemana Ji Se Kwang akan mengirimku?".



Sipir penjara menjawab kondisi Bi Ryung semakin memburuk, karena itu mereka membawanya kerumah sakit yang lebih baik. Bi Ryung tidak percaya, "Jangan berbohong. Hubungi Pengacara Lee Cha Don!. Cepat hubungi dia!. Hubungi dia!", teriaknya putus asa.


Se Kwang berpikir sembari memainkan almond-nya. Cha Don masuk. Se Kwang menyambut Cha Don dengan senyum palsu, "Selamat datang, Pengacara Lee". lalu mempersilahkannya duduk. (Asli paling sebel liat senyum palsu Se Kwang dibandingkan wajah bengisnya).

Cha Don mengatakan Pria dari Jingogae marah besar mendengar kabar Se Kwang mengundurkan diri. Se Kwang beralasan Anggota Komite tidak akan mengatakan sesuatu setelah mereka tahu soal korupsi jaksa Kwon. Yang mereka lakukan hanyalah menyingkirkannya dari pencalonan, dan Se Kwang tidak suka itu.


Cha Don ingin tahu apa yang Se Kwang pikirkan. Se Kwang berencana mengungkap kasus korupsi jaksa Kwon ke publik. Biar masyarakat Korea yang menilainya. Cha Don tanya apa langkah selanjutnya. Se Kwang berkata baginya ini adalah pengunduran diri tapi jaksa Kwon akan disingkirkan dari masyarakat. "Jika Pria dari Jingogae membantu maka ini bisa membantuku untuk menjadi kandidat lagi. Pertarunganku dengan Kwon Jae Kyu belum berakhir. Ini baru saja dimulai. Tolong bantu aku sampai selesai. Aku tak akan melupakanmu selama sisa hidupku".


"Aku akan memberitahu Pria dari Jingogae. Dia akan sangat senang", sahut Cha Don lalu pergi keluar.

Setelah Cha Don pergi senyum palsu Se Kwang memudar dari wajahnya, berubah menjadi wajah bengis, "Lee Cha Don, bukan, Lee Kang Seok kau sudah mempermainkan aku dengan baik selama ini.  Serangan balasanku dimulai dari sekarang. Kau, dan sampah-sampah yang membantumu, akan hancur karena aku".

Cha Don memutar otak mengubah rencana. Gu Shik tanya apa yang dikatakan Se Kwang. Cha Don menjawab dia sangat pandai menghindar dari semua perangkapku. Gu Shik mengeluh dia memang sulit. Cha Don ingin Gu Shik melakukan sesuatu sekarang juga.

Cha Don mengunjungi jaksa Kwon dan mengucapkan selamat atas kemenangannya. Jaksa Kwon berkata ini semua berkat Cha Don. (well..jaksa Kwon benar-benar percaya pada Cha Don tidak seperti Se Kwang). 

Jaksa Kwon bertanya bagaimana suasana hati anggota komite. Cha Don berkata mereka akan mengumumkannya secara resmi dalam pertemuan rutin. Jaksa Kwon minta Cha Don mengatakan hal-hal yang baik mengenai dirinya pada Pria dari Jingogae. Cha Don berkata jangan khawatir, Pria dari Jingogae akan mengakui pemenangnya dengan senang hati. Jaksa Kwon tertawa senang.

Sek. Seo masuk dengan membawa buket bunga disertai kartu ucapan. Jaksa Kwon tanya siapa pengirimnya. Sek. Seo tidak tahu. Cha Don berceletuk mungkin itu dari anggota komite.

Jaksa Kwon membaca kartu, di dalamnya tertulis, "Ini Lee Kang Seok. Buku yang ada padamu itu palsu. Ji Se Kwang punya yang asli. Apa kau mengerti?. Ji Se Kwang, menang Kwon Jae Kyu, kalah".

Kata-kata terakhir itu membuat jaksa Kwon marah. Setengah berteriak jaksa Kwon menyuruh Sek. Seo mengambil bukunya. Cha Don pura-pura tidak tahu dan bertanya ucapan macam apa sampai jaksa Kwon marah seperti ini. Jaksa Kwon menjawab bukan apa-apa. Kita tunda saja makan malam hari ini. Cha Don mengerti dan pergi keluar dengan senyum di wajahnya.

Jaksa Kwon gelisah, tak lama kemudian Sek. Seo datang dengan membawa buku yang dia minta. Jaksa Kwon yang sudah tidak sabaran langsung merebutnya. dan berang bukan main meneliti setiap tulisan yang tercetak di atas kertas itu. "Ini palsu!. Ini bukan buku yang kutulis!. Bukunya ditukar!".

Sek. Seo terkejut, "Tidak mungkin. Aku sendiri...". Jaksa Kwon meledak, menampar Sek. Seo tanpa segan, "Kau bodoh!. Pekerjaan seperti ini saja kau tak mampu melakukannya?".

"Maafkan aku", Sek. Seo menunduk meminta maaf tanpa melawan sedikit pun.

Jaksa Kwon kesetanan, merobek buku itu hingga tercabik-cabik. "Ji Se Kwang menukarnya!. Dia pelakunya!".

"Kalau begitu apa kita tidak secepatnya menghalangi semuanya dibongkar didepan umum?', tanya Sek. Seok takut.

Jaksa Kwon duduk, menenangkan diri lalu menghubungi Se Kwang. Mengajak bertemu sekarang diluar, bukan dikantor.





Mereka bertemu di restoran biasa. Jaksa Kwon bicara langsung ke intinya. Ia ingin menukar rekaman suara Bi Ryung dengan buku yang sekarang Se Kwang pegang. Se Kwang mengajukan syarat, "Jika aku melakukan kesepakatan ini, aku tak akan mundur dari pencalonan". Kalau begitu jaksa Kwon menilai Se Kwang ingin hancur bersama-sama.

Se Kwang tidak gentar dan balik menantang, "Apa maksudnya hancur bersama-sama?. Apa kau pikir aku akan takut dengan kesaksian wanita yang ada di rumah sakit jiwa setelah melakukan pembunuhan?".

"Ya...Ji Se Kwang!"

Se Kwang melanjutkan, "Park Gi Soon berusaha melakukan hal yang sama. Hasilnya kau sudah mengetahuinya dengan baik".

Jaksa Kwon marah : Jadi, apa kau berusaha mengungkap buku itu pada masyarakat atau apa?. Jika kau akan melakukannya, lakukan saja. Yang harus kulakukan hanyalah menyangkal semua yang sudah tertulis dalam buku itu. Tulisan tangan itu?. Itu mudah sekali dipalsukan. Kecuali jika aku mengakuinya dengan mulutku sendiri, semua bukti itu tak ada gunanya.

Se Kwang tetap tenang, tersenyum licik, "Apa kau bilang "pengakuan"?". Se Kwang memutar rekaman yang berisi pengakuan jaksa Kwon atas tindakan korupsinya saat di ruang sidang. Suara jaksa Kwon terdengar jelas. Se Kwang tersenyum licik memperhatikan wajah jaksa Kwon yang menegang. Setelah itu ia mematikan rekamannya. "Bukankah ini bukti yang cukup kuat?".

Jaksa Kwon melotot marah, "Ji Se Kwang, kau!". 

"Silahkan minum", Se Kwang tertawa terkekeh menuangkan teh ke gelas jaksa Kwon. "Mulai sekarang, kau harus tenang jika kita berkomunikasi. Jaksa agung, kau sangat serakah. Untuk berlayar di lautan yang luas, kau membuat kapal dari batu. Tidak heran kalau tenggelam".

Jaksa Kwon mengaku jujur kalah dari Se Kwang dan tanya apa yang Se Kwang inginkan. Yang Se Kwang inginkan menangkap Lee Kang Seok. "Rekaman suara Eun Bi Ryung, apa Cha Don yang memberikannya padamu?".

"Lalu?".

"Buku keuangan korupsimu, Lee Cha Don yang mencurinya".

Jaksa Kwon berpikir, "Itu artinya.......Lee Kang Seok adalah...". Se Kwang membenarkan, "Ya. Lee Cha Don adalah Lee Kang Seok".

Jaksa Kwon mengepalkan tangannya gemetar menahan marah, sadar selama ini ia telah dibodohi. Se Kwang mengatakan selama ini, lengan dan kaki mereka diikat dan dikendalikan oleh Lee Cha Don. Seperti boneka kayu. Jaksa Kwon tanya apa Cha Don tahu kalau Se Kwang mengatahui identitas aslinya. Se Kwang yakin dia belum mengetahuinya. Hanya aku yang tahu. Tapi ada satu masalah, Pada saat sidang pencalonan percakapan antara kau dan aku. Lee Cha Don merekam semuanya dengan kamera tersembunyi.


Jaksa Kwon kaget. Se Kwang melanjutkan buku keuangan yang asli juga ada pada dia. Sebelum dia mengungkapkan rekaman dan buku itu pada media. Jaksa Kwon memukul meja menumpahkan emosinya yang ingin meledak, "Kita harus menyingkirkannya. Mayat tidak bisa bicara. Aku harus menghancurkan dia lebih dulu".



Se Kwang tersenyum licik, memang itulah yang ia harapkan. Jaksa Kwon yang menyingkirkan Cha Don sehingga ia tidak perlu mengotori tangannya lagi dengan membunuh orang.

Cha Don dan Gu Shik minum di restoran. Cha Don frustasi karena rencananya tidak berjalan dengan baik. Gu Shik minta Cha Don jangan terlalu kecewa, setidaknya kita bisa menyingkirkan Kwon Jae Kyu. Mata-mata Se Kwang berada di restoran yang sama sedang mengintai Cha Don.

Suasana hati Cha Don yang tidak baik bertambah buruk dengan kedatangan Jae In bersama seorang pria muda. Jae In memakai baju seksi. Seolah tak sadar Gu Shik memuji teman kencan Jae In tampan. "Wow, sekarang kalau aku melihat dia, dia benar-benar pandai menggoda!".



Cha Don bisa mendengar percakapan mereka yang saling memuji satu sama lain. Cha Don terbakar cemburu.

Jae In pergi ke kamar kecil. Cha Don mengikuti dan menunggunya di luar. Jae In sebenarnya tahu di ikuti hanya saja dia pura-pura tidak melihat.

Selang beberapa menit kemudian Jae In keluar dari toilet, Cha Don memanggilnya dengan suara pelan, "Bok Jae In".

"Pengacara Lee.  Apa kau lupa kalau kau pegawaiku?. Tolong jangan bicara tidak formal lagi mulai sekarang", Jae In berbalik.


Cha Don menangkap lengan Jae In, memepetkan tubuh Jae In ke dinding, dan mengurung Jae In dengan kedua tangannya. Jae In sedikit terkejut, "Apa yang kau lakukan?".

"Apa kau akan terus membuatku marah?", tanya Cha Don menatap tajam


"Kenapa kau marah?. Kau setuju kalau aku bertemu dengan pria lain. Kau yang bilang sendiri. Tidak apa-apa selama itu bukan Hyuk".
Cha Don mendekatkan wajahnya bergerak ingin mencium Jae In. Semakin dekat dan Jae In mendadak mengalihkan wajah, menolak. Cha Don tampak tertegun menerima penolakan Jae In.

Teman kencan Jae In muncul, "Nona Jae In?. Apa pria ini mengganggumu?". Jae In melepaskan diri dari Cha Don, menggandeng pria itu, "Tidak. Kita pergi saja. Jangan hiraukan dia".

Cha Don memandangi mereka dengan tatapan pilu.

Dari jauh di luar restoran Sek. Seo dan jaksa Kwon mengintai Cha Don. Sek. Seo memberitahu Cha Don sudah keluar mengikuti Jae In yang juga keluar dari restoran itu.

Jae In tertawa girang, "Hari ini, aku senang sekali". Teman kencan Jae In tanya apa tidak apa-apa kalau Jae In pulang sendirian. Sebelum menjawab Jae In lebih dulu melirik ke arah Cha Don, "Ya, aku tidak mabuk. Aku bisa, pulang sendiri. Sampai jumpa. Sampai ketemu lagi", Jae In masuk ke mobilnya sendiri. Kemudian berlalu pergi dari tempat itu di iringi tatapan tajam Cha Don.

Gu Shik bisa merasa pasti perasaan Cha Don sakit sekali. Apa kita harus minum lagi?. Cha Don menolak, "Terima kasih. Cukup sudah untuk malam ini". Gu Shik memanggilkan taksi untuk Cha Don. Sebuah taksi berhenti dan Cha Don masuk ke dalam. "Ke Sangam-dong", ucap Gu Shik menyebutkan tujuan.



Sek. Seo bicara pada jaksa Kwon, "Sesuai perkiraan, dia ke Sangam-dong". Taksi Cha Don berlalu pergi. Jaksa Kwon menyuruh Sek. Seo untuk mengikuti taksi itu.

Jae In berhenti dan menepikan mobilnya di pingggir jalan. Beberapa waktu lalu ia hanya berlagak jual mahal untuk membuat Cha Don cemburu. Tapi sekarang ia berharap Cha Don menelponnya. Jae In heran kenapa Cha Don tidak menelpon, sepertinya dia mengikutiku. Jae In menatap ponselnya, "Lee Cha Don. Telepon aku. Kumohon telepon aku. Kumohon?".

Sementara itu Cha Don ragu-ragu antara ingin menelpon Jae In atau tidak. "Sadarlah, Lee Cha Don. Apa ini saatnya kau memikirkan soal pacaran?". Cha Don menghela napas panjang, memasukkan ponselnya ke saku.

Jaksa Kwon dan Sek. Seo terus mengikuti Cha Don. Jaksa Kwon bertanya bukankah disekitar sini. Sek. Seo membenarkan, ia menelpon seseorang dan memberitahu taksi yang membawa Cha Don sebentar lagi akan lewat.

Taksi yang membawa Cha Don berhenti di depan lampu merah. Cha Don memutuskan menelpon Jae In. Tanpa ia sadari sebuah truk pengaduk semen meluncur ke arahnya.

Jae In masih menunggu telepon dari Cha Don. Tak lama ponselnya menerima panggilan masuk. Wanita ini langsung girang melihat nama Lee Cha Don di layar ponsel. Tapi ia menahan diri untuk tidak segera mengangkat, tunggu hingga lima kali berdering. Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima.

Begitu hitungan ke-5 Jae In menjawab, pura-pura tidak suka. "Halo?. Kenapa kau meneleponku?".

Cha Don : Kau dimana?
Jae In : Dalam perjalanan pulang.
Cha Don : Bisa kita bertemu sebentar?. Ada yang ingin kukatakan.

"Ahhh... Lihat!!! Ad... ad... ada...", seru Supir taksi terbata melihat truk yang mendekat ke arah mereka.

Cha Don sontak menoleh tapi terlambat truk itu melaju dengan kencang dan menabrak taksi yang Cha Don tumpangi, tepat di bagian belakang tempat Cha Don duduk. Benturan keras itu membuat taksi terseret melewati trotoar.

Jae In yang mendengar benturan keras menjadi cemas dan panik, "Halo!. Lee Cha Don. Ada apa?. Lee Cha Don!!. Jawab!".

Dengan tenaga tersisa, tangan Cha Don menggapai sisi jendela. Jae In semakin panik karena tidak ada jawaban dari Cha Don, "Katakan sesuatu!. Aku bilang katakan sesuatu!. Cha Don".
Mobil truk mundur menjauh mengambil jarak. Cha Don batuk-batuk kesakitan, kepalanya mengeluarkan banyak darah,  Beruntung ia bisa meraih ponselnya yang terjatuh. "Jae..In", panggilnya lemah. 

Jae In menangis, "Cha Don. Kau.. Apa kau mengalami kecelakaan?. Kau dimana?. Katakan!!!". 
Cha Don membeku melihat truk yang melaju ke arahnya, "Jae In", panggilnya terakhir kali dan Brak....sekali lagi benturan keras tidak dapat dihindarkan. Jae In teriak panik, "Cha Don!!!!!!!".


END

Tidak....apa yang terjadi...Lee Cha Don!!!!....nasibmu sungguh malang. 2 kali, Se Kwang dan jaksa Kwon membunuh Cha Don 2 kali. 15 tahun yang lalu dan sekarang...Sekali pembunuh tetap pembunuh....

7 comments:

  1. Di tunggu episode 20'nya yhaaa...Makin seru ceritanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sinop Episode 20 Part 1 udah ada ya say. Ini dalam proses pengerjaan part 2-nya.

      Delete
  2. Pliz mbak Nuri, episode 17 kok sy gk nemu ya?? Tolong na...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oke ini link nya, Epi 17 Part 1 : blognyanuri.blogspot.com/2013/08/sinopsis-incarnation-of-money-episode_20.html

      Epi 17 Part 2 : blognyanuri.blogspot.com/2013/08/sinopsis-incarnation-of-money-episode_22.html

      Bisa juga klik laman "Sinopsis". Laman itu berisi link dari daftar sinopsis yang sudah saya buat.

      Delete
  3. Thanks so much yaaa mbak :)

    ReplyDelete
  4. Mba episode 20nya mana

    ReplyDelete
  5. Aish. Knapa sih cha don tdak sdar bhwa identitasny sdh dikwtahuii.. episod 20nyaa lnjut

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)