Pages - Menu

Tuesday, September 17, 2013

Sinopsis Incarnation Of Money Episode 19 Part 1

Sebelum Se Kwang mendapatkan buku keuangan rahasia jaksa Kwon. Gu Shik dan sekertaris Hong lebih dulu pergi ke Bank Korea untuk mendapatkan buku tersebut. Cha Don menelpon untuk menanyakan rencana mereka.

Gu Shik memberitahu kalau saat ini sekertaris Hong sudah masuk ke dalam, sementara ia berjaga di parkiran. Cha Don mengingatkan sekali lagi, jangan sampai Ji Se Kwang memiliki buku itu lebih dulu. Gu Shik mengerti semuanya sudah disiapkan sesuai rencana.

Gu Shik melihat sekertaris Seo datang, tak lama kemudian Se Kwang juga datang. Gu Shik turun dari mobil menghampiri Se Kwang. Ia memberitahu bahwa sekertaris Seo baru saja masuk ke dalam bank. "Disebelah sana, itu mobil Sekretaris Seo", Gu Shik menunjuk letak mobil sekertaris Seo terparkir.

Se Kwang melihat sekeliling, ada kamera CCTV terletak tepat diatas dinding tempat mobil sekertaris Seo terparkir. Ia minta Gu Shik mengurus kamera CCTV itu terlebih dulu. Setelah itu pergi dari tempat ini.

Sekertaris Seo menelpon jaksa Kwon begitu sampai di lobby. Ia mengatakan kalau Se Kwang belum sampai. Jaksa Kwon menyuruh sekertaris Seo cari bukunya dan cepat keluar dari bank itu. Sekertaris Seo mempercepat jalannya menuju loket penyimpanan.

Sekertaris Hong yang melihatnya segera melaporkan hal ini pada Cha Don.

Gu Shik mengeluarkan cat pilok hitam dan menyemprotkannya pada kamera CCTV. Sehingga kamera itu tidak bisa lagi berfungsi. Setelah mengerjakan perintah Se Kwang, Gu Shik pergi dari parkiran.

Se Kwang memantau dari dalam mobil, menunggu Sek. Seo keluar. Se Kwang memakai sarung tangan hitam dan berkata dengan wajah dinginnya, "Setelah buku itu menjadi milikku, permainan akan berakhir, Kwon Jae Kyu". Apa ini?...Apa Se Kwang berencana melakukan kekerasan????

Sementara itu jaksa Kwon menunggu dengan gelisah di kantornya. Ponselnya berdering, Cha Don memberitahu kalau Se Kwang saat ini sedang menunggu di parkiran bawah.

Setelah mendapatkan buku keuangan, sekertaris Seo jalan menuju parkir bawah. Jaksa Kwon menelpon, mengatakan saat ini ada Se Kwang menunggu di parkiran. Dia sedang berencana mencuri buku tabungannya. Sekertaris Seo merapat ke dinding begitu melihat Se Kwang di dalam mobilnya. Jaksa Kwon menyuruh sekertaris Seo menemui Gu Shik yang sudah menunggu diluar. 

Gu Shik dan sekertaris Hong melambaikan tangan melihat sekertaris Seo. Gu Shik menjabat tangan Sek. Seo, sedikit berbasi-basi mengucapkan selamat atas ulang tahun pertama anak kembarnya. Sek. Seo yang terburu-buru mengajak mereka untuk cepat pergi dari tempat ini. 

Se Kwang tetap menunggu di parkiran...tunggu aja sampe tua..hehehhe

Gu Shik sengaja memilih jalan memutar. Sekertaris Seo heran, "Kenapa kau lewat jalan ini,
bukan jalan raya?". Gu Shik beralasan sekarang ini jam sibuk, jadi lalu lintasnya pasti ramai. Sekertaris Hong melirik tas yang didekap erat Sek. Seo. Ia mengambil ponselnya, menghubungi seseorang. "Ayah, hari ini aku akan pulang agak terlambat. Selamat ulang tahun".

Ucapan "Ulang tahun" adalah kode yang diberikan seketaris Hong pada Mr. Jingogae, yang berarti mereka sedang menuju ke tempatnya. Kali ini pria Jingogae menyamar menjadi gelandangan. "Aigoo, mereka menyuruhku melakukan semuanya", keluh Mr. Jingogae begitu melihat mobil Gu Shik yang berjalan tak jauh darinya. 

Ia pun segera beraksi, menabrakan dirinya ke arah mobil Gu Shik. Mr. Jingogae jatuh ke tanah dengan mengeluarkan suara kesakitan. Gu Shik keluar mobil, berpura-pura menolong orang yang dia tabrak. Mereka berdua terlibat adu mulut dan pertengakaran. Mr. Jingogae mengeluh mengalami patah tulang dan mengancam akan memanggil polisi.

Pertengkaran itu membuat Sek. Soe turun dari mobil. Kesempatan ini digunakan Sek. Hong untuk menukar buku keuangan Jaksa Kwon yang asli dengan dokumen palsu yang telah ia siapkan sebelumnya.

Sek. Seo mengatakan Mr. Jingogae hanya pura-pura tertabrak mobil. Mr. Jingogae marah dan menarik kerah baju Sek. Seo, "Omo, orang-orang itu membunuhku dua kali!. Pertama, membunuhku dengan menabrak dan membunuhku lagi dengan menyalahkanku!".

Sek. Seo kesal mengeluarkan tanda pengenalnya, ia mengajak Mr. Jingogae pergi ke kantor polisi bersama-sama."Dengar, apa kau tahu apa hukumun untuk orang yang berpura-pura tertabrak?. Karena semuanya terekam dalam black box mobil ini, kita bicarakan lebih lanjut
di kantor polisi".

Mr. Jingogae melunak dan meminta maaf. Gu Shik gelisah karena Sek. Seo bertindak serius. Di dalam mobil, tangan Sek Hong masih sibuk memindahkan dokumen-dokumen itu. Setelah selesai, ia keluar dari mobil minta mereka pergi saja dari tempat itu, "Waktu kita tak banyak, kau tahu".

Sek. Seo mengikuti perkataan Sek. Hong. Mereka masuk ke dalam mobil dn melanjutkan perjalanan. Mr. Jingogae mengerutu setelah mobil Gu Shik berlalu, "Astaga, tugas kotor apa yang mereka ingikan dariku. Pengacara apa yang melakukan pekerjaan kotor seperti ini?. Sial... Kalau begitu, kenapa tidak menyuruhku mati saja sekalian?".

Begitu sampai di kantor kejaksaan, Sek. Seo segera memberikan buku itu kepada jaksa Kwon. Jaksa Kwon hanya memegangnya tanpa melihat isi dalamnya. "Apa Ji Se Gwang tidak membawa surat perintah?", tanya jaksa Kwon.

Sek. Seo sudah memeriksa, Se Kwang meminta dikeluarkan surat perintah, tapi surat tersebut belum dikeluarkan. Melihat dari tindakannya yang salah, jaksa Kwon menilai Se Kwang sungguh tidak sabaran kali ini.

Cha Don menelpon jaksa Kwon untuk memastikan apakah jaksa Kwon sudah menerima bukunya. Dengan senyum lebar jaksa Kwon berkata sudah menerima bukunya dengan selamat. Cha Don berpesan agar jaska Kwon menyimpan bukunya baik-baik, Ji Se Kwang tipe orang yang tidak akan menyerah jika mempunyai tujuan. Jaksa Kwon berkata jangan khawatir, "Aku akan menyimpannya ditempat yang tak seorangpun bisa menemukannya".  "Kalau begitu, akan kutelepon lagi nanti", ujar Cha Don mengakhiri pembicaraan.

Setelah menelpon jaksa Kwon, Cha Don berganti menelpon Se Kwang bicara. Ia berakting marah-marah, kenapa jaksa Kwon lebih dulu mengambil buku itu. Se Kwang minta mereka bertemu untuk membicarakan masalah ini.

Se Kwang dan Cha Don bertemu di depan sungai Han, lokasi yang sama saat Cha Don bertemu dengan jaksa Kwon. Se Kwang berkata, "Mereka tahu rencana kita". Cha Don pura-pura marah, menendang batu ke sungai untuk melampiaskan kekesalannya. Se Kwang sangat yakin jaksa Kwon tak akan mampu mengalahkannya.

Cha Don mengatakan permainan ini bukanlah kekalahan, tapi demi kemenangan. "Apa kau tahu seberapa jauhnya tindakan Kwon Jae Kyu sekarang?". Se Kwang mencurigai Cha Don, "Bagaimana caramu memenangkan hatinya?. Kenapa Kwon Jae Kyu percaya padamu?".

Cha Don tersinggung, "Apa kau masih meragukanku?".

"Buku itu, bawakan padaku". pinta Se Kwang masih dengan gaya sombongnya. "Jika kau mengenal Kwon Jae Kyu dengan sangat baik, aku yakin kau mampu mencuri buku itu juga".


"Jika kau "memintaku", mungkin, tapi jika ini mengenai keraguanmu, maka lebih baik tidak", Cha Don jalan pergi.

Se Kwang menahan lengan Cha Don, "Aku meminta bantuanmu. Sungguh".

"Kau sangat tahu permintaanmu ini sangat sulit, bukan begitu?. "Aku akan mencobanya, tapi kumohon jangan berharap terlalu banyak", Cha Don jalan pergi menuju mobilnya. Kali ini Se Kwang diam saja, memperhatikan Cha Don pergi. 

Cha Don pulang ke apartemennya. Gu Shik memberikan buku keuangan bukti korupsi jaksa Kwon. Dia benar-benar banyak melakukan pemerasan. Gu Shik tanya apa jaksa Kwon tidak curiga jika bukunya di tukar. Cha Don berkata sepertinya dia tidak menyadarinya sama sekali. Sek. Hong menyahut tentu saja tidak karena ia menyiapkannya secara hati-hati. "Buku palsu itu sudah ditulis oleh ahli yang sangat berpengalaman. Selama jaksa Kwon tak memeriksanya mendetail satu per satu dia tak akan bisa menyadarinya".

(Hm..sedikit aneh, bagaimana si peniru ini bisa mencontek tulisan yang ada di dokumen asli, sementara Sek. Hong menukar dokumen yang asli dan palsu dalam waktu yang bersamaan???).

Cha Don minta Sek. Hong untuk kembali membuat salinannya. Gu Shik heran, "Kenapa kau membuat salinannya?. Kau kan bisa menggunakan yang aslinya". Cha Don berencana memberikan buku aslinya pada Se Kwang. Gu Shik menangkap jalan pikiran Cha Don, "Jadi, Ji Se Kwang punya buku hasil korupsi Kwon Jae Gyu, dan Kwon Jae Kyu punya rekaman suara Eun Bi Ryung maka mereka akan saling serang!". Cha Don yakin sebelum sidang kedua manusia jahat itu akan saling menyerang satu sama lain.

Cha Don mengendarai mobinya. Ia berhenti ketika lampu merah. Cha Don menoleh ke kiri, disebrang jalan ia melihat Jae In duduk di dalam cafe dekat jendela. Cha Don iseng-iseng menelpon Jae In dengan menanyakan keberadaannya. Cha Don berkata sekarang dalam perjalanan ke Hwanghae Bank. Jae In hanya menjawab, "Kau tak perlu tahu". lalu mematikan telepon. Cha Don kesal kenapa gadis ini sok sibuk.

Tak lama kemudian Hyuk datang dan duduk di depan Jae In. Cha Don terus memperhatikan Jae In dari tempatnya.

Jae In ingin mengatakan sejujurnya alasannya meminta Hyuk datang menemuinya hari ini karena.....Hyuk memotong meski Jae In belum selesai bicara, ia minta Jae In jangan mengatakan apapun, "Aku tahu apa yang akan kau katakan".

"Maafkan aku", Jae In merasa bersalah.

"Kau juga tak perlu minta maaf. Apapun hubunganmu dengan Lee Cha Don, atau perasaan apapun yang kau miliki terhadap Lee Cha Don. Hal yang paling penting adalah aku mulai menyukaimu, Jae In", Hyuk tampak serius dengan ucapannya.

Jae In kaget dengan pengakuan Hyuk. Hyuk berkata mulai sekarang akan fokus hanya pada perasaannya saja. Hyuk memberikan hadiah tas warna biru sebagai kado ulang tahun. Jae In bingung, "Ulang tahun?. Hari ini?". Hyuk menyadari sesuatu, "Apa mungkin ulang tahunmu itu jatuh dalam kalender lunar (china)?". Jae In tersenyum mengiyakan. Hyuk malu.

Cha Don tersenyum kesal melihat Jae In menerima pemberian tas dari Hyuk. Lebih-lebih ketika Jae In tersenyum manis pada Hyuk. Mau tak mau Cha Don harus pergi dari tempat itu. Lampu kembali hijau, dan mobil-mobil lain di belakangannya mulai membunyikan klakson. Cha Don pergi dari situ, meski hatinya tak ingin.

Kembali ke Hyuk dan Jae In. Meski hari ini bukan ulang tahun Jae In, Hyuk minta Jae In menerima hadiah pemberiannya. Ia menghabiskan waktu 3 jam untuk memilih tas itu. Jae In mengembalikan tas ke Hyuk, "Maaf. Tapi aku tak bisa menerimanya". Hyuk mengira Jae In tak menyukainya, ia mengambil tas itu dan berkata akan membuanganya.

"Membuangnya?. Sayang sekali. Kenapa kau tak mengembalikannya saja...?", saran Jae In.

"Aku akan membuangnya". Hyuk berdiri dan benar-benar akan membuang tas itu. Jae In mencegah dan merebutnya, "Kenapa kau bertingkah seperti ini?. Jika kau membuangnya, lebih baik aku memakainya saja".

Hyuk tersenyum, "Kapanpun kau memakai tas ini, kumohon pikirkan aku". Hyuk menjadi kikuk setelah mengatakannya.

"Bicara seperti itu, bukankah ini agak memalukan?", tanya Jae In.



"Memang memalukan, tapi kudengar wanita suka mendengar perkataaan seperti itu, jadi...".


"Siapa yang bilang?", tanya Jae In.

"Aku membacanya dari buku", jawab Hyuk polos.

Jae In tertawa, "Dari buku?". Hyuk tambah kikuk. Meminum kopi untuk mengalihkan rasa canggungnya. "Lucu sekali", ucap Jae In lagi. Hyuk akhirnya kembali tersenyum...manis...





Cha Don tengah berbicara dengan manager Yoo, manager yang bertanggung jawab menyetujui peminjaman dana yang dipinjam para nasabah. Setelah melihat berbagai berkas, Cha Don memastikan akan membantu manager Yoo Jae Gook menangani gugatan yang menimpa dirinya. Manager Yoo senang karena ia akan bebas dari tuduhan palsu. Jae In datang dengan membawa tas pemberian Hyuk. Ia meletakkanya di atas meja, Jae In mengajak manager Yoo bicara di tempat lain.



Setelah Jae In keluar Cha Don mengamati tas pemberian Hyuk, "Apa yang bagus dari tas ini...?" cibirnya. Seorang ahjuma cleaning service masuk. Ia minta maaf mengira tidak ada orang dia ruangan meeting. Ide gila melintas di benak Cha Don, tanpa ragu ia memberikan tas pemberian Hyuk ke pada ahjuma cleaning service.


"Apa?. Tas ini... kelihatannya sangat mahal", ahjuma tak percaya mendapat hadian sebagus itu.

Dengan santai Cha Don berkata tas itu hanya tiruan, "Saat kau membawa bekal kimchi atau bekal lainnya, kau bisa memakainya". (hahahah, bau donk tasnya). Ahujuma sangat senang menerimanya dan mengucapkan terima kasih banyak. Ahjuma pergi. Cha Don tertawa senang, "Oh, ini membuatku lebih baik!".

Tak lama kemudian Jae In masuk, ia bingung karena tas pemberian Hyuk menghilang dari atas meja. "Ini....Dimana tasnya?. Aku yakin meletakkannya di sini. Apa kau benar-benar tak tahu?", tanya Jae In. Cha Don menyahut ia adalah seorang pengacara bukan sekertaris Jae In. Cha Don keluar ruangan melenggang tanpa beban.

Jae In masih bingung tapi ia yakin meletakkanya disini tadi. Jae In mengejar Cha Don yang masuk ke dalam lift. "Katakan sejujurnya, tas itu, kau membuangnya, kan?. Hanya kau yang ada di ruangan ini".





Di saat yang bersamaan, ahjuma cleaning service buru-buru memencet tombol pembuka pintu lif yang hampir tertutup. Ahjuma masuk ke dalam lift dengan memakai tas yang diberikan Cha Don. Sambil mengelus tas itu ahjuma berkata, "Aku akan memakai tas ini sebaik-baiknya, Pengacara Lee. Terima kasih".



Jae In syok. Cha Don sibuk menyembunyikan wajahnya. (kekekeke, Cha Don koplak). Pintu lift terbuka, ahjuma keluar lebih dulu sambil membungkuk hormat. Jae In memandang wajah Cha Don, "Tidak mungkin.... apa kau tahu kalau tas itu hadiah dari Hyuk, jadi, karena cemburu...?".





 Cha Don gengsi, "Cemburu?. Aku?. Tak akan pernah!".

"Benarkah?", tanya Jae In tidak percaya.

"Ada banyak pria diluar sana, tapi kenapa harus Kwon Hyuk?".

"Itu karena aku bertemu dengan orang yang menghargaiku untuk pertama kalinya dalam hidupku, brengsek!. Siapapun pacarku, itu tak ada hubungannya denganmu!".

"Pria brengsek itu, aku mengenalnya dengan baik. Aku mengatakan semua ini demi kebaikanmu".  Pintu lift terbuka, Cha Don keluar lalu berbalik menghadap Jae In, "Lebih baik kau menemui orang lain, maka aku tak akan mempedulikannya lagi".

Pintu lift tertutup, Jae In mendengus kesal, "Jadi, maksudnya dia setuju kalau aku bertemu dengan pria lain?".

Cha Don pergi ke butik, disana ada beberapa tas yang sama dengan pemberian Hyuk terpajang di kaca depan eletase. Cha Don mencibir, "Hanya karena dia membelikan tas seperti ini, pria itu menghargainya dengan tulus?. Lelucon macam apa ini".

Tak mau kalah, Cha Don minta pada pegawai butik untuk mencarikannya tas yang lebih mahal dan lebih besar dari tas biru pemberian Hyuk.  Pegawai butik menawarkan satu yang terlaris di toko mereka dengan pola tutul macan.

Dengan cepat tas itu berada di tangan Jae In, melalui pelantara jasa Pal Do. Jae In hampir tak percaya, "Tas ini... Lee Cha Don yang mengirimnya?". Pal Do membenarkan, itu juga ada kartunya. Jae In membaca tulisan di kartu, "Bok Jae In, aku sangat menghargaimu". Jae In langsung meremasnya.

Pal Do tanya kenapa tiba-tiba Cha Don mengirimkan tas ini, apa dia sedang berusaha berbaikan denganmu?. Jae In menjadi semangat membuat Cha Don lebih cemburu. Ia menanyakan tawaran kencan buta yang datang padanya beberapa hari lalu. Pal Do ingat tawaran datang dari Putra dari Perusahaan Bangwang dan Putra kedua Dokter Hong.

Jae In minta Pal Do mengatur kencan dengan putra kedua dokter Hong minggu depan. Jae In ingat Pal Do pernah berkata kalau pria itu sangat tampan. Pal Do tak merasa kesulitan mengatur pertemuan mereka, tapi ia heran kenapa Jae In begitu semangat menghadiri kencan buta. Jae In diam, dalam hatinya ia berkata, "Lee Cha Don, jadi dia setuju kalau aku bertemu dengan pria lain?".

(Jae In tahu Pal Do pasti akan melaporkan hal ini pada Cha Don, dan dia ingin melihat bagaimana reaksi Cha Don jika ia berkencan dengan pria lain).

Mr. Jingogae bermain saksofon di luar kediaman Ny. Bok. Alunan suara merdu itu mendorong Ny. Bok menulis puisi. Ia tidak tahu siapa pria yang memainkan saksofon itu, tapi permainannya benar-benar menakjubkan.

Jae In pulang dalam keadaan mabuk, ia bertatap muka langsung dengan Mr. Jingogae. Mr. Jingogae hendak lari, tapi Jae In lebih dulu menarik bajunya, "Tunggu!. Kurasa aku pernah melihat pria ini di suatu tempat. Ah, benar, dirumah Lee Cha Don! Kau Pria dari Jingogae palsu!. Jadi, orang yang bermain saksofon setiap malam itu kau, Pak?".

"Aku sudah lelah sekarang, jadi aku pulang dulu", Mr. Jingogae berusaha menghindar. Jae In kembali menarik bajunya, "Tolong jawab pertanyaanku dengan jujur. Ibuku, apa kau menyukainya?. Aku tanya apa kau suka Nyonya Bok Hwa Sool".

"Itu...Jae In", ucap Mr. Jingogae terbata. Jae In takjub, "Kau bahkan tahu namaku!. Wow, ibuku ini memang menakjubkan! Dia punya penggemar rahasia! Tapi, Pak, aku mengatakannya tas kemauanku sendiri. Ibuku itu punya sifat yang benar-benar jelek".

"Aku sudah tahu hal itu", sahut Mr. Jingogae. "Sifatnya juga jahat!".

Jae In : Kalau begitu, kau tahu dengan baik. Jika kau terus berdiri di sini, semua rambutmu
akan rontok, jadi cepat pulang.

"Aku tak punya rambut", Mr. Jingogae melepas topi dan menunjuk kepalanya yang botak.

Jae In nyengir, "Yah, aku memang ingin ibuku menikah lagi dengan seseorang, tapi penampilanmu benar-benar jelek".

"Penampilan?. Sekarang bajuku memang agak lusuh, tapi saat masih muda, aku dulu...'.

Jae In memotong, "Terserah", lalu mengeluarkan beberapa lembar uang, "Jangan berdiri di sini dan jangan sampai disiram air. Jadi pulanglah, mengerti?".

Jae In jalan masuk ke halaman rumah. Mr. Jingogae mendengar Jae In memaki seseorang. Mr. Jingogae berguman Jae In sungguh cantik, "Dia benar-benar cantik, mirip denganku (gubrak). Tapi, sifatnya seperti ibunya. Kurasa Jae In tak boleh tahu soal penyakit ibunya".

Ji Hoo yang sedang jatuh cinta membuatkan bekal makan siang untuk Se Kwang. Mereka makan bersama di ruangan Se Kwang. Dengan wajah senang, Ji Hoo minta Se Kwang mencobanya, ia tidak yakin apa rasanya enak. Saat memberikan sumpit, Se Kwang melihat jari-jari Ji Hoo yang terbalut plester. Demi menyiapkan makan siang untuk Se Kwang, Ji Ho rela hingga tangannya terluka teriris pisau.

Se Kwang berkata enak. Ji Hoo lega, tak tahu apa makanan ini sesuai dengan selera kekasihnya itu. Se Kwang minta Ji Hoo jangan memaksakan diri untuk menyiapkan makan siang seperti ini lagi, lakukan saja yang bisa Ji Hoo lakukan. Ji Hoo hanya ingin melakukan apapun untuk Se Kwang. Tapi Se Kwang berkata bekal siang yang dibuat Ji Hoo hingga melukai tangannya, membuatnya tidak senang.

Ji Hoo tersenyum di perhatikan Se Kwang seperti itu. Setelah membuat perasaan Ji Hoo melambung Se Kwang mengutarakan niatnya yang ingin bertemu dengan ayah Ji Hoo, Prof. Jeon. Ji Hoo bilang ayahnya sedang berada di New York menghadiri seminar ilmiah International. Dan akan kembali seminggu lagi.

Kalau begitu Se Kwang mengira Prof. Jeon tidak bisa hadir saat sidang. Ji Hoo tak mengerti, sidang apa. Se Kwang tanya bukankah Ji Hoo sudah mendengar dari ayahnya. Ji Hoo menggeleng, sama sekali tidak mengetahuinya (soal pencalonan diri Se Kwang). 

Dari sinilah Se Kwang mulai berfirasat buruk. Ia duduk menunggu Cha Don sendiri sembari memainkan almond-nya. Mencurigai pencalonan para komite yang tidak diketahui Prof. Jeon. Firasatnya mengatakan ada seseorang yang tidak terlihat sedang mencekik lehernya.

"Kepala", panggil Cha Don.

Se Kwang berdiri menunjukkan wajah tidak suka, "Kenapa kau ingin kita bertemu?".

"Apa maksudmu, kenapa?. Aku kau lupa apa pemintaanmu?", balas Cha Don.

Se Kwang sedikit kaget, "Apa mungkin kau membawa bukunya?".

Cha Don menyodorkan buku yang Se Kwang maksud, "Tolong pastikan apa ini tulisan tangan Kwon Jae Kyu atau bukan".

Se Kwang membuka beberapa lembar dari buku itu dan semakin heran ketika memastikan itu benar-benar tulisan jaksa Kwon, "Bagaimana kau bisa menemukannya...?".

"Apa kau akan mempercayaiku sekarang?", tanya Cha Don datar, "Aku hampir terbunuh karena mencuri buku itu. Jujur, aku masih benci padamu, Kepala. Tapi, membencimu itu masalah lain, dan mendapatkan apa yang kuinginkan itu yang lebih penting".



"Kau mau apa?", tanya Se Kwang

"Kesuksesanmu, yang lebih cepat daripada Jaksa Agung Kwon Jae Kyu. Itulah sebabnya aku membantumu. Daripada Jaksa Kwon, kurasa kau bisa menjadi lebih sukses", Cha Don sengaja membuat Se Kwang merasa bangga.

Se Kwang mengajak Cha Don minum bersama di tempat lain. Cha Don menolak, "Tidak hari ini. Tolong periksa baik-baik sidangnya. Sampai jumpa". Cha Don pergi berbalik pergi.

"Lee Cha Don", panggil Se Kwang membuat Cha Don menghentikan langkahnya, "Terima kasih", ucap Se Kwang untuk yang pertama kalinya mengucapkan terima kasih pada Cha Don. Cha Don menanggapinya dengan dingin, "Aku sudah biasa menerima ucapan terima kasih".

Se Kwang memandangi punggung Cha Don yang menjauh. Kali ini Cha Don salah jika mengira Se Kwang sudah mempercayainya. Justru kecurigaan Se Kwang pada Cha Don semakin besar. Se Kwang mengambil ponselnya menghubungi informan yang ia percayai. Se Kwang minta infroman mengawasi Cha Don, "Siapa yang dia temui dan dimana rumahnya, selidiki dan laporkan padaku".

Jaksa Kwon dan Se Kwang bertemu di lobby kejaksaaan. Seperti biasa Se Kwang membungkuk hormat pada jaksa Kwon. Jaksa Kwon mengingatkan agar Se Kwang jangan terlalu lama menunda investigasi penggeledahan Bank Korea yang Se Kwang ajukan. Se Kwang berkata untuk memulai investigasi ia masih butuh sesuatu. Lalu, jaksa Kwon tanya apa kau sudah menemukan sesuatu yang berguna untuk penyelidikanmu?".

 "Dengan sangat menyesal, aku masih belum menemukannya", jawab Se Kwang.






Jaksa Kwon mendekat, "Apa aku perlu memberimu kata-kata yang berguna?. "Kapal yang terbuat dari batu akan tenggelam". Meskipun kau serakah, bukan berarti kau bisa menjauh. Serakah biasanya membawa kehancuran". Jaksa Kwon menepuk pundak Se Kwang lalu jalan pergi di ikuti Sek. Seo.

Se Kwang tetap berdiri di tempatnya, menahan geram. Lalu jalan...

Sek. Sok tanya jika jaksa Kwon terpilih dalam sidang kali ini, apa anda akan meninggalkan kursi jaksa agung begitu saja?. Jaksa Kwon menjawab tidak akan meninggalkan posisinya begitu saja. Jaksa Kwon menoleh ke belakang, "Setelah aku menghabisi bajin*** itu (Se Kwang), maka aku akan pergi.


Cha Don dan jaksa Joo bertemu di restoran China. Cha Don tampak waspada menyadari ada seseorang yang mengawasinya. Jaksa Joo tidak terima jika Cha Don lebih memilih mendukung Se Kwang di bandingkan dirinya pada pencalonan dewan komite. Cha Don berkata mantan walikota Jeong Hae Ryong sudah berada di sisi jaksa Joo.

"Jeong Hae Ryong?", tanya jaksa Joo kesal, "Apa kau tahu apa yang dikatakan si tua bangka itu padaku tadi pagi?. Dia menyuruhku menyerah pada sidang kali ini. Dia ingin aku mundur dari pencalonanku".

Cha Don mengambil cangkir teh milik jaksa Joo lalu meminumnya, "Kumohon, kau mundur saja kali ini".

Jaksa Joo kaget dan tidak percaya, "Apa?. Kenapa kau menaburkan garam pada lukaku yang sudah parah?.  Cha Don tanya apa jaksa Joo tahu sidang macam apa ini. Jika jaksa Joo sembarangan mencalonkan diri dan semu rincian korupsi jaksa Joo yang dulu keluar itu sama saja seperti bendungan air yang roboh.

"Brengsek", bentak jaksa Joo. Lalu mengecilkan suaranya, "Aku tak akan mau menjadi kandidat. Aku akan menyerah, karena ini terlalu berbahaya!".

Sebagai gantinya, Cha Don akan memberikan jaksa Joo sesuatu hal yang besar. Ada sesuatu hal yang akan membuat jaksa Joo sangat terkejut. Jaksa Joo tertarik, "Sesuatu yang besar?".

Di balik tirai yang ada diruangan itu, informan Se Kwang mengawasi Cha Don. Memberitahu kalau saat ini orang yang tengah mereka awasi sedang bertemu dengan wakil kepala jaksa Joo Sang Deuk.

Se Kwang tanya dimana alamat rumah Cha Don. Ia menulis diatas kertas alamat rumah yang disebuktan informan. "Sangam-dong, Gedung Cheongwoo 205, Apartemen No. 1504".

Setelah itu Se Kwang memanggil detektif Choi ke ruangannya. Ia tanya apa detektif Choi bisa menggunakan komputer. Detektif Choi membenarkan. Tanpa banyak tanya lagi, Se Kwang minta detektif Choi mengirimkan emali ke alamat email Kang Seok. Detektif Choi mengenalinya sebagai alamat palsu tanpa pengguna. Alamat IP itu juga tak terlacak karena itu sambungan tiga kabel.

Se Kwang memerintahkan detektif Choi mengirimkan spam ke alamat email itu saat ia mengucapkan kata kunci. Detektif mengangguk mengerti, kemudian kembali keruangannya. Se Kwang rupanya merencanakan sesuatu untuk membuktikan kecurigaannya, bahwa Lee Cha Don adalah Lee Kang Seok.

Se Kwang ini ulet banget sich .. hih...orang macam gini enaknya di apa'in ya????....


Lanjut Sinopsis Incarnation Of Money Episode 19 Part 2



1 comment:

  1. mba tetap semangat y ngelanjutin sinopnya, se kwang emang supeer liciknya jadi pengen nembak mati aja tu orang, heheee.. grrrrrrrrrrrrrrrrrr >_<
    # wien

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)