Pages - Menu

Sunday, March 10, 2013

Sinopsis Incarnation Of Money Episode 4 Part 2


Cha Don tetap pada rencana awalnya mendekati Jae In untuk mencari informasi. Gu Shik tampak tak setuju, "Jae In terlihat aneh bagiku, di juga sangat kuat, lebih baik kau berhenti mendekatinya dan mencari orang lain saja".

Cha Don berkata jika ia berhenti sekarang, hal itu akan melukai harga dirinya, ia mengadahkan tangan "Uang yang kuberikan padamu terakhir kali, pinjamkan padaku sebentar saja", ucap Cha Don pada Gu Shik.
Gu Shik menolak, seharusnya ia yang meminta uang pada Cha Don atas penggantian mobilnya yang rusak. Cha Don terus mengadahkan tangan, membuat hati Gu Shik luluh.

Cha Don berjalan penuh percaya diri memasuki Hwanghae Bank, memakai kaca mata hitam, dengan sebuah syal mahal melilit di lehernya.

Tanpa berkata apa-apa, Cha Don meletakkan sebuah tas belanja di depan meja kerja Jae In, lalu pergi begitu saja. Membuat Jae In bingung tak mengerti. 

Ke-2 teman Jae In berebut ingin mengetahui barang di dalamnya.  Isinya tas designer mahal, dan sebuah pesan untuk Jae In "aku menunggumu di cafe lantai satu". 

Cafe lantai satu. Cha Don duduk bersama Gu Shik, punggung mereka saling membelakangi. Gu Shik bertanya "Apa dia benar-benar akan datang untuk mengembalikan tasnya?".
Cha Don menjawab dia pasti akan datang, dan mungkin akan ada masalah "Jika aku tidak berhasil membujuknya, dia mungkin menamparku dengan tangannya yang besar".
Cha Don meminta Gu Shik melakukan sesuatu jika dirinya tidak berhasil membujuk Jae In. 


Cha Don melambaikan tangan melihat kedatangan Jae In, berdiri dan membuka kaca mata hitamnya. Wajah Jae In melembut,  bulu matanya berkedip-kedip, tampaknya ia mulai menyadari kalah Lee Cha Don itu tampan...hehehehehe.

Jae In terlebih dahulu bicara, awalnya ia merasa ragu menilai Cha Don, yang mungkin berniat menipunya, "Tapi, aku melihat matamu saat aku masuk ke kafe, kalau kau tulus padaku".
"tulus", tanya Cha Don tak mengerti....

Jae In menunduk, mulai menangis "Aku merasa bersalah, dan aku berterima kasih. Karena kau menyukai gadis menyedihkan sepertiku, yang hanya punya pandangan pesimis pada dunia".

Wajah Cha Don terkejut luar biasa mendengar perkataan Jae In, ia berusaha menjelaskan. Tangis Jae In semakin deras, ia sangat tersentuh. Jae In permisi pergi ke toilet, untuk menenangkan diri.

Cha Don menoleh ke belakang, berbicara pada Gu Shik "Wanita... itu... kurasa dia
benar-benar salah paham".
Gu Shik telihat santai, ia menyarankan Cha Don untuk tidak memberitahu maksud mereka sebenarnya pada Jae In.  Jika Cha Don memberitahunya, maka dia tidak akan pernah bisa membalas dendam, ataupun membantu penyelidikan. Ucapan Gu Shik barusan, sama saja dengan menyuruhnya untuk berkencan. Gu Shik tak ingin terlibat lebih jauh dalam hal ini, ia pergi keluar meninggalkan Cha Don.

Jae In kembali dari toilet, duduk dengan anggun. Sekali lagi ia mengucapkan terima kasih. Ia bilang Cha Don bukanlah tipe idealnya, Cha Don tersedak mendengarnya. Tapi ia menghargai usaha Cha Don, dan akan memberikannya kesempatan. Cha Don bertanya apa yang harus ia lakukan untuk membuat Jae In menyukainya.

Cha Don membawa Jae In ke sebuah restoran berbintang, berbagai macam makanan mulai dari salad, main course hingga dessert tersaji lengkap di sepanjang meja buffet. Cha Don mempersilahkan Jae In untuk menikmatinya, Jae In bersikap jaim, "makanku tidak banyak, aku merasa kenyang bahkan saat aku makan sedikit.", ucapnya.


Tapi apa yang terjadi ketika Cha Don pergi keluar saat menerima panggilan telepon. Jae In seperti kesurupan, mengisi piringnya dengan berbagai macam makanan hingga penuh, tanpa menghiraukan pandangan orang-orang disekelilingnya. Makannya pun terburu-buru, begitu melihat Cha Don datang, ia buru-buru menyembunyikan piring kotor di bawah meja.


Jae In kembali bersikap anggun, saat Cha Don datang menghampirinya."Kau belum mulai makan?", tanya Cha Don. "aku makan sedikit", jawab Jae In. Cha Don mulai makan. Jae In bertanya "Kenapa kau mau berkencan denganku?. Apa yang kau sukai dariku?".
Pertanyaan itu membuat Cha Don tersedak, batuk-batuk, tak tahu harus menjawab apa. Jae In menebak Cha Don menyukainya karena ia memiliki mata yang bagus, ia juga terlihat seperti orang baik. 



Mata Cha Don melihat jari-jari tangan Jae In yang gemuk-gemuk, memegangnya, berbicara dengan suara lembut "tanganmu, ini lucu. Gemuk seperti tangan malaikat kecil. Satu-satunya hal yang kukhawatirkan adalah makanmu sangat sedikit, jika kau pingsan karenanya.....". 



Seorang waiter datang, mengambil 2 tumpukan tinggi piring kotor dari bawah meja tepat di sisi Jae In. Cha Don terdiam, tercengang, tampaknya ia benar-benar shock. Jae In juga diam, menahan rasa malunya.

Cha Don tertawa terpaksa,"Orang-orang itu. Saat mereka selesai makan, seharusnya
mereka mengambil piring kotornya. Apa yang terjadi jika mereka hanya menumpuk piring kotornya saja? Ah, Jae In, kau pasti sangat tidak nyaman".
Jae In menunduk, "tidak. aku bahkan tidak tahu kalau banyak piring kotor disitu".
Cha Don terus tertawa, tentu saja ia tak percaya dengan perkataan Jae In.


Ny. Bok terkejut melihat Jae In yang belum tidur di tengah malam begini. Suasana hati Jae In sangat bahagia, ia berkata ada seorang pria yang menyukainya, dia bekerja di perusahaan, tampan dengan tubuh yang bagus dan kulit yang halus. Jae In menyodorkan tangannya, "Dia bilang tanganku cantik sekali. Tanganku seperti tangan malaikat kecil.
Ny. Bok tak percaya,"Gadis ini, sadarlah. Kenapa dia bilang tangan babi BBQ asin
seperti tangan malaikat?. Dia menipumu karena dia tahu kau punya banyak uang, tidakkah kau tahu itu?". 

Jae In kesal, "ibu, kenapa kau selalu menghancurkan hidupku?". Ny. Bok bilang ini bukan pertama kalinya. Jae In pernah masuk UGD setelah minum 70 pil oabt tidur dan 4 kardus susu, karena dikecewakan seorang laki-laki, "kau hampir mati karenanya, dasar gadis bodoh". Jae In berteriak, "terserah, aku tak ingin bicara dengan ibu lagi, sungguh menyebalkan". Ny. Bok hanya geleng-geleng, kepala melihat tingkah putrinya.

Jae In kembali ke kamar membuka diary, membaca daftar keinginan yang ingin ia lakukan, saat memiliki seorang kekasih.

1. Memakai kaos couple saat bersenang-senang di dunia fantasi.

2. Berpelukan saat menonton film yang sangat menakutkan...
(Cha Don teriak lebih nyaring, dari pada Jae In...heheheheh)

3. Berdansa di klub malam
Cha Don menginjak kaki Jae In, "maaf ini dansa pertamaku", ucap Cha Don. Jae In jelas kesakitan, ia mengajak Cha Don duduk.


Saat berjalan, Jae In menyenggol pria yang sedang berdansa bersama pasangannya. Jae In meminta maaf.
Pria itu tidak terima, "Bukankah klub malam ini menyaring orang sepertimu?Berani sekali wanita kuda nil ini masuk". "apa, kuda nil", tanya Jae In.
Pria itu mengulang perkataanya,"ya kuda nil. Kenapa?. Aku memanggil kuda nil ya kuda nil. Apa ada yang salah?. Nona kuda nil. Kuda nil".


Jae In menjadi perhatian, semua orang disana memandangnya dengan tatapan mengejek, hatinya semakin terluka saat melihat Cha Don yang berjalan perlahan menghindarinya. Cha Don berjalan menunduk mengendap-endap, langkahnya terhenti saat mendengar suara teriakan Jae In. Dan melihat tubuh pria yang tadi mengolok-olok Jae In melayang di udara, jatuh ke lantai.

Teman-teman pria itu membantunya untuk bangun, pria itu berdiri "dimana kuda nilnya", tanyanya, pria itu berguman ia seperti baru saja di tabrak truk sampah. Pria itu bersama ke dua temannya, mendekati Jae In. Tangannya melayang di udara, bersiap untuk memukul. Cha Don datang bak pahlawan, menghalangi pria-pria itu, "apa yang kau lakukan pada wanita ini?", tanyanya.
"Wanita?. Apa dia seperti wanita dimatamu?. Tipe wanitamu dan tipe wanitaku sangat berbeda. Kau, Minggir", ucap pria itu. 

Cha Don bertanya, " Jika aku minggir, maka kalian akan memukul wanita kecil yang lemah ini?". Pria itu tertawa, "Dia bilang "wanita kecil, dari yang kulihat wanita ini adalah truk sampah". Cha Don meminta Jae In untuk minggir, melepas jaketnya, wajahnya tampak serius. 



Pria itu mengarahkan tinjunya pada Cha Don, dengan cepat Cha Don menahannya, lalu menekuk pergelangan tangan pria itu. Terdengar suara tulang yang patah, dan juga teriakan kesakitan dari pria itu. Tak hanya itu, ia juga mencolok mata pria itu menggunakan kedua jarinya.


Pria lain mulai menyerang, Cha Don mengeluarkan bela diri kungfu yang ia kuasai, bergerak dan bersuara layaknya Bruce Lee modern. Cha Don terlihat benar-benar menikmati pertarungannya, tak butuh waktu lama baginya untuk melumpuhkan lawan-lawannya.


Jae In berdiri mematung, memandang Cha Don dengan tatapan kagum, terpesona.....

Cha Don mengantar Jae In pulang, mereka melewati jalanan yang sepi. Jae In memutuskan untuk menerima cinta Cha Don, ia memejamkan matanya, "Aku mengijinkanmu untuk menciumku". Cha Don terkejut, menoleh ke kanan dan kekiri, ia kembali teringat perkataan Gu Shik, jika ia berhasil mendapatkan informasi penting dari Jae In, maka ia akan menjadi pahlawan bukan pegawai magang.


Cha Don menguatkan hati, mengecup cepat bibir Jae In. Jae In membuka mata, kecupan itu membuatnya menjadi agresit, ia memutar tubuh Cha Dong menempel ke tembok. Jae In bergerak menciumi bibir Cha Don. Cha Don berusaha mendorong tubuh Jae In menjauh, semakin ia berusaha melawan, Jae In semakin kuat menahan tubuhnya. Apa daya tubuh Jae In lebih kuat darinya, Cha Don pasrah menerima ciuman paksa Jae In, air matanya mengalir....

Nomor 4, daftar keinginan Jae In terwujud "Ciuman impian dengan orang yang kucintai".


Kwon Hyuk memberikan kabar baik pada Se Kwang. Presdir Hwanghae Bank, Park Kwang Tae bersedia bertemu dengan mereka esok hari di kantor kejaksaan. Se Kwang seperti teringat sesuatu, ia melihat kalender, menghubungi seseorang. Terdengar suara Se Kwang yang berbicara dengan seseorang, ia meminta kepala departement untuk menunda hari kebebasan Park Gi Soon, yang seharusnya bisa lebih cepat bebas esok hari. 


Sel rumah sakit jiwa. Park Gi Soon berhalusinasi melihat Bi Ryung berdiri didepannya, memakinya sebagai wanita murahan, "Putraku, Kang Seok, dimana kau menyembunyikannya. Kang Seok...Kang Seok...dimana dia?". 


Sipir wanita masuk kedalam sel Gi Soon. Gi Soon duduk ditepi ranjang dengan wajah ketakutan, "Maafkan aku. Eun Bi Ryung, aku bersalah. Kang Seok, beritahu aku dimana dia"
Sipir wanita mendekat, Gi Soon duduk berlutut memohon sambil menangis "Aku tidak akan memakimu lagi. Tolong, aku mohon padamu ijinkan aku bertemu Kang Seok". Aku mohon padamu, Eun Bi Ryung.


Eun Bi Ryung kembali pulang ke Korea, ia mengganti namanya menjadi Angelina. Lee Kwang Soo datang menjemput, berbicara dalam bahasa inggris, "The Former Major, Jeong Hae Ryong, sent me here. Aren't you tired for along trip?". Bi Ryung meminta Kwang Soo untuk bicara dalam bahasa korea, sebab ia tak mengerti bahasa inggris (gubrak...)
"Oh begitu? Aku diberitahu kalau kau dari Amerika jadi....Apa mungkin, dulu kau ini artis", tanya Kwang Soo.
Bi Ryung tak menjawab, memakai kembali kacamata hitamnya. Berjalan mendahului Kwang Soo.
(Parah nich Bi Ryung, katanya lama tinggal di Amerika, tapi ndak ngerti bahasa inggris...).



Bi Ryung dan Hae Ryong bersulang, mendoakan kesuksesan masing-masing. Mereka pernah bertemu di Las Vegas 2 tahun lalu. Hae Ryong ingat saat itu Bu Ryung pernah bilang akan membalas dendam pada seseorang setibanya ia kembali ke Korea.
Bi Ryung tersenyum genit, "Apa aku mengatakan hal itu?. Omo itu kebodohanku. Seharusnya aku tidak mengatakannya terlalu keras".
Hae Ryong bertanya siapa orang itu, "jika kau mau, aku bisa menekannya". 
Bi Ryung berjanji akan memberitahunya nanti, ia bertekad akan membalas dendam sendiri. 


Ponsel Hae Ryong berdering, terdengar suara seseorang yang memberi informasi tentang Presdir Park Kwang Tae yang akan bertemu dengan Se Kwang. Hae Ryong memberikan teleponnya pada Kwang Soo yang duduk tak jauh dari mejanya.
Hae Ryong ke Kwang Soo : Lee Shil Jang, kau bisa pergi jika kau sibuk. Hae Ryong tetap bersikap tenang, sambil mengiris daging steaknya. Kwang Soo mengangguk mengerti, ia tahu apa yang harus dilakukan. 


Terlihat Park Kwang Tae yang masih bekerja di ruangannya. Menandatangani laporan kerja harian. Setelah selesai, ia mematikan lampu, keluar dari ruangan.

Park Kwang Tae berjalan sendiri di koridor yang gelap dan sepi. Ia tampak sangat mengantuk dan juga lelah. Sebuah senter dan kertas yang tergeletak di lantai menarik perhatiannya, ia memungut kertas dan membaca tulisan, "Pengkhianat".


Dari arah belakang, Seorang pria berpakaian serba hitam menjerat lehernya dengan kawat besi. Kwang Tae memberontak, tangannya mengambil pulpen tinta dari saku jas, menusukkan ke tangan kiri pembunuh. Tapi tenaga pembunuh itu lebih kuat. Pembunuh menyeret tubuh Kwang Tae ke pintu emergency. Kwang Tae yang sudah lemas, menjatuhkan pulpennya di depan pintu emergency.

Se Kwang tersenyum bangga membaca artikel di sebuah surat kabar. Artikel itu memuat wawancara dirinya sebagai jaksa pemberantas korupsi.

Senyumnya mendadak hilang, saat Kwon Hyuk, detektif Choi, dan juga detektif Park datang membawa kabar buruk. Park Kwang Tae menghilang. Dia tidak ada di kantor, dan juga tidak pulang, bahkan mobilnya pun menghilang. Detektif cChoi merasa Kwang Tae sengaja bersembunyi, sesuatu mungkin telah terjadi hingga dia berubah pikiran untuk menjadi saksi. Se Kwang memerintahkan mereka untuk segera mencari Kwang Tae, dan bawa kehadapannya.


Sebuah motor sport melaju dengan mulus diatas jembatan, meluncur ke lokasi penemuan mayat. Pengendara motor itu membuka helmnya, yang ternyata seorang wanita. Dia adalah Jaksa wanita, Jeon Ji Hoo. 

Seorang detektif membentak Jeon Ji Hoo yang berjalan mendekati garis kuning polisi. Jeon Ji Hoo menunjukkan kartu identitasnya "Aku jaksa dari Pengadilan Daerah Pusat Seoul, Khusus Bagian 1". Suara detektif itu melembut, mempersilahkannya masuk. Ji Hoo bertanya tentang kondisi mayat. Detektif berkata mereka menemukan mayat pria dalam keadaan telanjang. Beberapa bahan-bahan kimia tumpah di atas tubuhnya. Tidak ada rambut maupun sidik jari yang tertinggal. Mereka juga tidak menemukan kartu identitas, bahkan mobil yang ditemukan adalah mobil curian.


Ji Hoo bertanya dimana mayatnya. Detektif mencegah Ji Hoo untuk melihatnya langsung, kondisinya sangat mengerikan, lebih baik dia melihat fotonya saja. Ji Hoo mengulang pertanyaannya dengan suara nyaring, "aku tanya dimana mayatnya". Wajah detektif itu terlihat sedikit takut, ia menjawab mayatnya ada di dalam bagasi.

Tercium bau busuk saat pintu garasi di buka, detektif dan juga ke-4 temannya menutup hidungnya. Berbeda dengan Ji Hoo, bau busuk itu sama sekali tak mempengaruhinya untuk memegang tubuh mayat. Bahkan ia mencium tangannya saat menyentuh cairan yang keluar dari tubuh mayat. Kelima pria itu tak mampu lagi menahan rasa mual mereka saat cairan itu muncrat ke wajah Ji Hoon. 


 
Se Kwang bersama Kwon Hyuk memeriksa CCTV yang terpasang di Hwanghae Bank, mencari sosok Park Kwang Tae terakhir kali terlihat disana. CCTV itu juga merekam, Lee Cha Don bersama Gu Shik yang datang ke Hwanghae Bank tempo hari. Se Kwang terkejut, ia bertanya-tanya apa yang dilakukan Cha Don disana. 





Jae In teringat perkataan Cha Don yang mengajaknya bertemu dengan kakak sepupunya, yang tak lain adalah Gu Shik.  Jae In pergi ketoilet, menatap cermin, menarik napas panjang "Jangan gugup, Bok Jae In. Karena dia kakak Cha Don, dia tidak akan tidak suka pada orang gemuk. Aku akan baik-baik saja, selama aku berhati-hati dengan makanan. Jika ada makanan sisa, jangan makan berlebihan".


Jae In berjalan menuju restoran. Ia bersembunyi di balik dinding saat mendengar suara Cha Don yang sedang berbicara dengan seseorang (Gu Shik).
Gu Shik : bagaimana jika Jae In semakin menyukaimu?
Cha Don : jangan mengatakan hal itu, meski itu hanya lelucon. Setelah kita selesaikan urusan ini, aku tidak mau menemuinya lagi. Bahkan tangannya menjijikkan. Tangan gadis-gadis lain biasanya masih terlihat bagus, meskipun gadis itu jelek.
Gu Shik : Apa karena dia gemuk?
Cha Don : Tangannya seperti kaki babi. 


Jae In terduduk lemas, menangis sedih, hatinya terasa sakit mendengar perkataan Cha Don barusan. Setelah puas menangis, Jae In pergi menemui Cha Don yang sudah duduk menunggu bersama Gu Shik. Cha Don melambaikan tangan, memanggil Jae In. 

Jae In mengambil kue tart besar diatas meja buffet. Ia berlari sambil berteriak dengan penuh kemarahan, bersiap melemparkan kue itu ke wajah Cha Don. Sama halnya dengan Cha Don yang berteriak panik melihat kue yang siap melayang ke wajahnya.



END

Komentar : Lee Cha Don kocak...LOL....



5 comments:

  1. hahaa lucu...Lee Cha Don bener2 kocak, padahal pas kecilnya serius banget..

    ReplyDelete
  2. mba ditunggu ya sinopsis selanjutnya
    cayoooo.........

    ReplyDelete
  3. Mbak, kok sinopsisnya gak nambah - nambah??? huhuhuhuhu

    ReplyDelete
  4. mbak????? mana lanjutannya???
    ayoo dong mbak,lanjutin T_T

    ReplyDelete
  5. Lee cha don disini kocak tp pas mulai ketemu ibu nya jd berubah buat bales dendam ... nice buat kang ji hwan yg akting nya bner2 profesional

    ReplyDelete

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)