Pages - Menu

Thursday, September 18, 2014

Sinopsis Reset Episode 2 Part 1

Episode 2 " Target Pembunuhan"

Kobaran api yang mengelilingi mobil mengingatkan Woo Jin akan masa lalu yang sempat dia lupakan. Woo Jin ingat semua kenangan manis yang dia lalui bersama Seung Hee. Sayang kebahagian mereka itu terampas karena suatu kejadian yang memilukan. Kemudian Woo Jin remaja menemukan Seung Hee yang sudah tak bernyawa di tiang gantungan.

Sepertinya gadis manis itu meninggal karena bunuh diri dengan menggantung dirinya sendiri. Pastilah peristiwa itu merupakan cobaan yang berat hingga mengoncang jiwanya.  Woo Jin remaja tak bisa menahan tangisnya saat menyakikan proses kremasi jenazah Seung Hee.

Bayangan itu terus muncul dalam benak Woo Jin. Saat ini dia berada di rumah sakit. Tangan kananya terbalut perban karena luka bakar yang dia dapatkan saat ingin menyelamatkan Man Choel.  

Kabag Han keluar dari ruangan emergency. Penyidik Go menanyakan bagaimana keadaan Woo Jin di dalam. Kabag Han menghela napas. Woo Jin masih saja diam tak mau bicara seperti yang tidak bernyawa.

Nona Jang mengira Woo Jin pasti syok dan ketakutan karena melihat ledakan mobil yang terjadi di depan matanya. Nona Jang berpikir pasti butuh waktu lama untuk membuat Woo Jin sadar dari traumanya. Kemungkinan itu justru membuatnya senang, jika memang begitu setidaknya mereka akan beristirahat selama sebulan. 

Kabag Han mendelik kesal, "Anak ini senang sekali mengambil keputusan medis sendiri". 

Tak lama Woo Jin keluar dalam keadaaan baik-baik saja. Kabag Han terkejut apa yang Woo Jin lakukan disini bukannya beristirahat di ruangan. Woo Jin meminta kabag Han mengurus kepulangannya malam ini juga. 

Kabag Han protes, "Siapa yang mengijinkanmu melakukan ini?. Nona Jang cepat panggil dokter". 

Woo Jin menenangkan mereka kalau ia baik-baik saja. Tidak perlu membuat keributan. Woo Jin ingin pergi ke suatu tempat. Penyidik Go ingin menemani, tapi Woo Jin tidak mau karena ia ingin pergi sendiri saja. Penyidik Go berusaha merayu agar di ijinkan ikut, tapi Woo Jin menyela dan berkata, "Ini perintah". Jika Woo Jin sudah bicara begitu maka mereka tak bisa lagi membantah.

Setelah mendapatkan kembali ingatannya tempat pertama yang Woo Jin kunjungi adalah rumah abu. Disanalah abu Choi Seung Hee di simpan. Woo Jin tak kuasa menahan air matanya saat memandang foto kekasihnya yang telah meninggal itu. 

Saat Woo Jin ingin pergi dia melihat pesan yang tertempel di lemari kaca. Pesan itu berbunyi, "Seung Hee Onnie tenanglah disana. Aku akan mendoakanmu". 

Ada pula pesan lainnya yang berbunyi, "Onnie, ini Yoon Hee. Aku merindukanmu".  
Woo Jin ingat saat proses kremasi jenazah Seung Hee, dia melihat seorang gadis yang menangis sama seperti dirinya. Woo Jin berpikir pastilah itu Yoon Hee, adik Seung Hee. 

Flashback. Woo Jin remaja camping bersama Seung Hee di tengah hutan.  Saat itu sudah malam. Seung Hee menyandarkan kepalanya ke bahu Woo Jin yang sedang menyanyikan sebuah lagu di iringi suara petikan gitar. 
Tak lama terdengar suara langkah kaki yang mendekati mereka. Woo Jin berdiri dan sebuah senter menyorot tepat ke arah matanya. Woo Jin menutup matanya yang silau karena sinar terang dari benda itu. 
Tanpa berkata-kata orang tersebut memukul Woo Jin. Seung Hee yang melihatnya teriak terkejut. Scene kemudian beralih memperlihatkan petugas polisi di temani anjing pelacak mencari ke rimbunnya semak belukar. Setelah mencari cukup lama akhirnya mereka menemukan Seung Hee yang tak sadarkan diri. Keadaan Seung Hee saat itu tidak bisa di katakan baik. 
Mobil ambulance datang membawa Seung Hee. Woo Jin yang melihatnya dari kejauhan menangis histeris. Wajahnya penuh darah, mungkin akibat dari pukulan yang dia terima. 

Setelah kejadian itu Seung Hee dirawat di rumah sakit. Seung Hee menangis. Woo Jin datang untuk menjenguk. Tapi alangkah terkejutnya dia ketika melihat Seung Hee yang dia cintai mengantung dirinya sendiri. Jasad Seung Hee kemudian di kremasi. Woo Jin beserta keluarga Seung Hee menyaksikan proses itu dengan air mata bercucuran. Flachback end.



Kini Woo Jin berada di ruangan psikiater. Tenti saja dia datang untuk berkonsultasi sekaligus menceritakan apa yang baru saja ia alami. Psikiater berkata dari sudut pandang medis, kehilangan seseorang yang di cintai dapat menyebabkan trauma yang sangat besar. Dan itulah yang di alami Woo Jin. Dengan kata lain, Woo Jin kehilangan ingatan karena dia tidak ingin mengingat kenangan buruk itu.

Woo Jin bertanya jadi itu berarti dirinya sendiri yang menyegel ingatan itu. Psikiater membenarkan. Woo Jin merasa sudah cukup, kalau begitu mulai sekarang ia tidak perlu lagi datang kemari. 
Psikiater kaget tapi dia tampak senang. Dengan basa-basi psikiater menawarkan bagaimana jika Woo Jin melakuan konsultasi sekali lagi. Sebelum menjawab Woo Jin bertanya, "Bukankah aku menutup rapat ingatan itu?".

"Ya", jawab dokter membenarkan

"Jadi...tidak perlu ada konsultasi lagi", sahut Woo Jin dingin lalu pergi
Psikiater menarik napas lega. Sedetik kemudian raut wajahnya misterius. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang (Hm.. mencurigakan). 




Penyidik Go menemani Woo Jin makan. Penyidik Go makan dengan lahap sementara Woo Jin hanya minum saja. Woo Jin yakin ada dalang di balik kasus kematian Kim Man Cheol. Penyidik Go bertanya apa mungkin Kim Man Cheol mempunyai kaki tangan. Woo Jin berkata bukan kaki tangan, tapi ada seseorang yang menggerakan Kim Man Cheol dan memaksanya untuk bunuh diri.

Woo Jin meminta penyidik Go memeriksa ponsel dan perbincangan terakhir Man Cheol di telepon. Juga selidiki orang-orang yang ada di sekitarnya. Penyidik Go bertanya apa Man Cheol mengatakan sesuatu sebelum membakar diri. Bolehkah ia mengetahuinya?

Woo Jin menggeleng, "Dia tidak mengatakan apa-apa", jawab Woo Jin sembari menyibukan diri mengaduk-aduk makanannya. 
Penyidik Go tak memaksa meski ia tahu Woo Jin menyembunyikan sesuatu. Tapi jika nanti Woo Jin ingin mengatakan sesuatu padanya, katakan saja. Pada saat itulah ia akan memeriksa ponsel dan juga orang-orang yang berada di sekitar Man Choel. 

Woo Jin meletakan sumpitnya dan berpikir. Woo JIn ingat saat Man Choel menyanyikan sebuah lagu yang hanya ia dan Man Cheol saja yang mengetahui lagu itu. 





"Lagu", ucap Woo Jin kemudian, "Kim Man Cheol menyanyikan sebuah lagi sebelum dia membakar diri. Di dunia ini, 15 tahun yang lalu.... pria itu dan aku. Hanya kami yang tahu lagu itu". 

Penyidik Go tersentak, "Jangan bilang kalau pria itu..." Woo Jin membenarkan apa yang dipikirkan penyidik Go. Kim Man Cheol, pria itu memang tersangka dalam kasus Woo Jin 15 tahun yang lalu. Penyidik Go mengingatkan Woo Jin bahwa batas waktu kasus itu sudah berakhir. Kasus itu sudah di tutup 7 tahun yang lalu. 

Woo Jin tahu itu. Penyidik Go menambahkan pasti Woo Jin juga ingat karena kasus itu Woo Jin menjalani hidupnya selama ini sebagai orang yang tidak normal. 

"Aku ingat", jawab Woo Jin.
"Dan yang terakhir. Berjanjilah padaku jangan katakan apa-apa pada Kabag Han Gye Jang mengenai masalah ini". 

Penyidik Go berkata setelah balas dendam atas kematian putrinya, Kim Man Cheol akhirnya bunuh diri. Sebelum membakar diri dia menyanyikan sebuah lagu. Tapi yang jadi pertanyaan kenapa di dunia ini  hanya Woo Jin dan Man Cheol yang mengetahui lagu itu. Lagu yang berasal dari 15 tahun yang lalu. 

"Kau harus istirahat, Yeonggam", sambung penyidik Go kemudian, "Selama ini kau melakukan yang terbaik. Pasti semua orang tidak akan percaya dengan cerita ini".

Woo Jin mengerti. Jika memang benar-benar tidak bisa. Penyidik Go tidak perlu terlibat dalam masalah ini. Tidak seharusnya Penyidik Go ikut campur. Penyidik Go menghela napas mana mungkin ia membiarkan Woo Jin bekerja sendirian.



Woo Jin pergi cafe tempat kerja Yoon Hee. Kedatangan Woo Jin tentu saja membuat Yoon Hee terkejut. Yoon Hee menyuguhkan minuman hangat pada Woo Jin. Yoon Hee menganggap Woo Jin keterlelaluan, sudah 7 tahun lamanya Woo Jin tidak pernah muncul. Woo Jin meminta maaf. Yoon Hee tertawa tidak perlu meminta maaf seperti itu. Hanya bercanda kok. 

"Oppa. Apa terjadi sesuatu?", tanya Yoon Hee kemudian. 

"Tidak ada", jawab Woo Jin
Melihat wajah Woo Jin yang murung Yong Hee mencoba bercanda. Pasti Woo Jin sekarang sangat senang karena Woo Jin seorang jaksa sekaligus PNS. Woo Jin tersenyum samar mendengar candaan itu.

"Benar. Tersenyumlah. Terlihat bagus seperti itu".

"Maaf. Maaf", ucap Woo Jin penuh penyesalan.

Yoon Hee melihat sekeliling. Ia heran kenapa Woo Jin terus meminta maaf. Yoon Hee kembali becanda, jika ada orang lain yang mendengar, mereka akan mengira Woo Jin telah menipu dan membawa kabur uangnya. 
Alasan Woo Jin meminta maaf karena selama 7 tahun ini telah melupakan Seung Hee dan juga Yoon Hee. Yoon Hee tidak marah sebaliknya mereka memang harus melupakan kejadian di masa lalu. Meski begitu Yoon Hee mengakui bertemu kembali dengan Woo Jin terasa sedikit menyakitkan. 

"Aku harus kembali bekerja. Aku bisa di marahi jika terus seperti ini. Kau juga pergilah, oppa" usir Yoon Hee dengan halus seraya mengambil cangkir minuman yang Woo Jin pegang.  
Yoon Hee berdiri. Langkahnya terhenti saat Woo Jin memanggilnya. Woo Jin berjanji akan mampu menangkap pelaku yang menyebabkan Seung Hee meninggal. Dengan begitu ia mampu berdiri tegap di makan Seung Hee. Yoon Hee tetap berdiri membelakangi Woo Jin, diam-diam ia menangis.

Di gang sempit seorang pria jalan sembari mengutak atik ponselnya. Ia datang ketempat itu karena ada panggilan dari seseorang. Pria ini bernama Park Seong Taek. Ia sedang mengetik sms, "Kenapa memanggilku di tempat seperti ini?". 

Tak lama kemudian, Seong Taek menerima sms balasan, "Untuk membunuhmu. Kau tunggu saja".



Bukanya merasa cemas atau takut Seong Taek malah tertawa terkekeh, “Hahaha… Kalau begitu aku akan mati hari ini?”,  balasnya.

Si pengirim sms memberitahu  Seong Taek untuk menunggu di pintu sebelah kanan ujung gang. Tanpa curiga, Seong Taek mengikuti arahan yang dikatakan si pengirim sms. Beberapa detik kemudian Seong Taek mengirim sms balasan, "Kenapa pintunya belum di buka?. Cepat keluar".

(Dari profile picture yang terpampang ternyata si pengirim sms itu adalah seorang wanita). 

"Tidak. Jangan berdiri di depan pintu. Berdirilah di atas huruf X", balas si wanita pengirim sms. 


Park Seong Taek berdiri di atas huruf X yang tertulis di atas aspal dan  mendongak ke atas melihat CCTV yang berada tak jauh di atas kepalanya, "Apa ini?. Masih memasang CCTV untuk memastikan wajah?. Dasar!". 
Dari atas gedung terlihat tangan seseorang yang mendorong AC ke bawah. Park Seong Taek yang berada di bawah mendongak ke atas dan benda berat itu meluncur ke arahnya. Bruk... benda berat itu jatuh tepat mengenai kepala Seong Taek.

Keesokan harinya tempat tersebut sudah di beri batas garis polisi. Sudah bisa di pastikan Park Seong Taek meninggal karena AC yang menimpa kelapanya.

Penyidik Go datang untuk melihat TKP. Disana dia menemukan sebuah ponsel yang sengaja di buang ke dalam selokan. 

Eun Bi berpapasan dengan Woo Jin saat dia hendak di pindahkan ke tempat lain. Eun Bi tersenyum dan memanggil Woo Jin, "Ahjushi". Tapi Woo Jin bersikap cuek dan tetap berjalan lurus ke depan seolah tidak melihat Eun Bi.

Tapi rasa ingin tahu membuat Woo Jin menghentikan langkahnya, ia berbalik dan memanggil sipir wanita yang mendampingi Eun Bi. Eun Bi ikut berbalik dan tersenyum melihat Woo Jin yang datang menghampirinya. Pada sipir penjara, Woo Jin bertanya apakah Eun Bi akan di bawa ke perlindungan saksi?. 

Sipir wanita membenarkan. Eun Bi akan di bawa ke tempat perlindungan saksi karena dia tidak mempunyai wali. Mereka akan terus mendampingi Eun Bi selama persidangan.

"Kau tidak punya wali?", tanya Jin Woo pada Eun Bi

"Aku punya teman", jawab Eun Bi spontan.

Woo Jin berkata seorang teman tidak bisa menjadi wali. Yang di maksud wali adalah seseorang yang lebih tua dalam keluarga kita seperti ibu, ayah, nenek, kakek, kakak, bibi dan semacamnya. Apa sama sekali tidak ada. 

Wajah Eun Bi tampak murung, dia diam sebentar lalu menjawab, "Ayah. Aku punya ayah". Woo Jin bertanya dimana ayah Eun Bi sekarang. Sipir menjawab ayah Eun Bi tidak mempunyai tempat tinggal tetap, dia selalu berpindah-pindah dan mungkin saja tidak terdaftar di catatan sipil. Bikin pusing saja.

Dong Soo yang baru datang langsung ikutan nimbrung. Ia berkata untuk apa mereka pusing-pusing. Ikuti saja peraturan yang ada. Kirim Eun Bi ke tempat perlindungan saksi sampai persidangan selesai. Woo Jin tampak keberatan karena Eun Bi tidak bersalah.

Tapi Dong Soo tidak sependapat. Tidak membunuh bukan berarti tidak bersalah. Eun Bi terbukti minum dan merokok di bawah umur, bekerjasama dengan mucikari yang menyediakan layanan karaoke, prostitusi juga pemakaian obat terlarang. Apa itu yang disebut tidak bersalah?. Kalau menurut Woo Jin semua perbuatan di atas adalah bukan perbuatan salah alangkah baiknya negara ini.

Woo Jin menatap tajam. Dong Soo bertanya kenapa Woo Jin memandingnya seperti itu. Memangnya apa yang ia katakan barusan itu salah, "Jangan bilang kau ingin menjadi wali sah-nya?. Kalau begitu lepaskan saja dia".

Woo Jin memandang Eun Bi dan berpikir. Dong Soo mempersilahkan sipir wanita untuk kembali melaksanakan tugasnya. Sipir wanita menurut dan membawa Eun Bi pergi. 

Dong Soo mengatai Woo Jin sebagai pria yang kasar dan egois. Woo Jin yang tidak ingin meladeni Dong Soo pergi meninggalan pria itu. Dong Soo ngomel karena Woo Jin pergi padahal ia belum selesai bicara.

Woo Jin memang tidak mau repot-repot membuang waktunya meladeni Dong Soo karena saat ini pikirannya di penuhi tentang Eun Bi. Woo Jin saat Eun Bi menangis lega saat mengetahuinya dirinya tidak bersalah. Tidak ada yang mempercayainya selain Woo Jin. Tapi kegundahan Woo Jin langsung sirna saat penyidik Go menelponya dari tempat TKP yang mengatakan kalau dia menemukan sesuatu. 

Woo Jin pergi ke TKP setelah menerima telepon dari penyidik Go. Woo Jin melihat ceceran darah, gambar pola mayat dan juga benda yang menimpa si korban. Ada detektif Park yang bertugas menangani kasus ini. 

Awalnya Woo Jin tidak mengenal siapa detektif Park. Namun setelah penyidik Go berkata bahwa detektif Park ini yang membantu investigasi kemarin. Woo Jin langsung mengingatnya dan bersikap ramah. Sekedar basa basi, Woo Jin menanyakan bagaimana kabar detektif Park. Detektif Park menyahut tentu saja kabarnay tidak baik jika ada kasus seperti ini.
Detektif Park kemudian mengajak Woo Jin dan penyidik Go mendekati tanda "X". Ia mulai menjelaskan konstruksi pembunuhan. Tepat di tanda X inilah AC-nya jatuh dari lantai atas. AC itu terlempar dari lantai 3 tengah malam dan jatuh tepat mengenai kepala si korban. Jika korban bergeser 30 cm saja maka dia tidak akan mati. 

Tiba-tiba penyidik Go menyela penjelasan detektif Park. Ia minta detektif Park menunda dulu berhenti dulu karena ada yang harus ia bicarakan pada Woo Jin. Detektif Park mengerti dan pergi meninggalkan mereka berdua. 

Woo Jin ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa penyidik Go memanggilnya kemari. Penyidik Go berkata orang yang Woo Jin cari mungkin juga adalah pembunuh kasus ini. Tapi apa yang penyidik Go katakan bukanlah kejadian 15 tahun lalu, hanya saja kemungkinan ada hubungannya dengan itu. 

Penyidik Go berkata sebelum Kim Man Cheol membakar diri, dia sempat berbicara di telepon dan handphone yang dia gunakan di temukan di daerah sini dalam keadaan rusak. Jika di lihat dari kerusakannya ponsel itu pasti di lempar dari tempat yang tinggi. Waktu baterai ponsel itu dilepas sama dengan waktu pembunuhan. 

"Sama seperti yang kau katakan. Kalau ada orang yang menyuruh Kim Man Cheol untuk bakar diri, maka semalam orang itu pasti berada disini dan membunuh Park Seong Taek dari atas", jelas penyidik Go.

Penyidik Go juga menunjukan foto Park Seong Taek yang di kenal sebagai lintah darat yang paling keji. Atas usaha gelapnya itu, Seong Taek mempunyai rumah elit di kawasan Gangnam. Selain itu dia juga banyak melakukan transaksi ilegal dengan aparat. Bersama-sama dengan kakaknya, Park Gi Taek mereka bekerja di sebuah kasino ilegal. 

Baik Park Seong Taek dan Park Gi Taek sama-sama tahu banyak orang yang ingin membunuh mereka. Jadi mereka punya keamanan yang ketat dan memilik banyak bodyguard. Sehingga untuk menyakiti mereka adalah hal yang sulit. Belum lagi ada gosip yang mengatakan kalau transaksi mereka di simpan dalam satu buku. Mungkin sebenarnya itu bukanlah sekedar gosip saja. Lagipula tidak seorang pun yang berani menyentuh buku rekening rahasia itu. 

Woo Jin mengambil kemungkinan sebaliknya, mungkin saja karena buku itu Park Seong Taek dan kakaknya kehilangan nyawa, "Orang yang kita cari mungkin saja tahu mengenai seseorang yang ada di buku itu". 

Penyidik Go membenarkan. Bisa jadi seperti itu. Woo Jin berpendapat sebaiknya mereka mencari buku itu terlebih dahulu. Woo Jin beranjak pergi. Penyidik Go bertanya mau kemana?. Woo Jin berkata akan menanyakannya sendiri pada Park Gi Taek tentang buku itu. Penyidik Go berusaha mencegah, "Tidak boleh. Kau tidak boleh pergi kesana karena mereka orang-orang yang sangat berbahaya".

Tapi Woo Jin yang tidak kenal takut pada apapun bersikap tidak peduili. Tapi sebelum pergi ia mempunyai satu permintaan pada penyidik Go. Penyidik Go terkejut, tak biasanya Woo Jin meminta bantuan. 
Eun Bi berada di bis yang akan membawa ke tempat tujuan. Ternyata bukan hanya dirinya saja yang akan dibawa ke tempat perlindungan saksi. Ada beberapa gadis muda lainnya yang juga berada di dalam bis itu. Perilaku dan penampilan gadis-gadis itu lebih buruk dari Eun Bi. Mereka mengatai Eun Bi gadis brengsek hanya hanya karena Eun Bi memandangi mereka. 

Mereka protes pada sipir wanita kenapa Eun Bi tidak di borgol seperti yang lainnya. (Kedua tangan Eun Bi hanya di ikat dengan tali yang melingkar di pinggangya). Apa ini perlakuan istimewa karena Eun Bi dekat dengan salah satu jaksa. 

"Berisik!. Kasus kejahatannya berbeda denganmu", sahut sipir wanita.

Jawaban itu semakin membuat mereka kesal, bahkan di dalam penjara juga ada perlakuan berbeda. Sipir wanita pergi meninggalkan mereka. Eun Bi yang tidak peduli dengan ocehan itu mengambil tempat duduk tak jauh dari mereka. Salah satu menantang Eun Bi untuk mengadu pada walinya, "Akan kuhabisi kau nanti!", ancam mereka.

Baru saja mereka selesai bicara, sipir wanita datang kembali dan memanggil Eun Bi. Ia menyuruh Eun Bi untuk keluar dari bis. Apa itu pertanda kalau Eun Bi tidak jadi di bawa ke tempat perlindungan saksi?.

Sipir wanita yang tadi memanggil Eun Bi, membawa Eun Bi menemui penyidik Go. Penyidik Go menandatangi beberapa dokumen yang dibawa sipir wanita. Sembari menegur Eun Bi untuk tidak menyentuh apapun. Itu karena dia melihat Eun Bi yang iseng membuka-buka dokumen yang ada diatas meja. Sipir wanita pergi setelah menyelesaikan tugasnya. 

Tinggalah penyidik Gon dan Eun Bi. Penyidik Go membuka tali yang mengikat tangan Eun Bi. Ia bertanya apa Eun Bi benar-benar tidak mempunyai wali. Ditanya seperti itu Eun Bi jadi marah, "Sudah kubilang aku tidak punya. Ayah, ibu, kakek, nenek, bibi atau semacamnya, begitu kan?. Aku tidak punya", jawabnya dengan mata melotot lebar. 

Penyidik Go tertawa, "Dasar gadis ini".

Nona Jang membaca data diri Eun Bi. Ia heran gadis di bawah umur sudah berani merokok, minum alkohol, prostitusi dan memakai narkoba. Nona Jang tidak tahu kalau data diri gadis yang ia baca itu ada di depannya. Nona Jang lebih heran lagi kenapa jaksa Cha Woo Jin bersedia mengambil alih kasus yang bikin pusing seperti ini. 

Penyidik Go juga merasa heran, "Benar. Kenapa dia mengambil alih", ucapnya seraya berbalik menatap Eun Bi yang membuat gadis itu makin kesal. 

Dengan nada riang nona Jang bertanya apa kasus ini akan di tambahkan ke dalam 7 misteri yang belum terpecahkan?. Penyidik Go membenarkan, tapi jika di pikirkan lagi nona Jang adalah misteri yang paling sulit di pecahkan. Eun Bii mendelik tajam pada nona Jang membuat nona Jang sadar kalau gadis yang ia bicarakan ada di dekatnya. 

Penyidik Go membawa Eun Bi ke perumahan warga. Eun Bi memuji penyidik yang lebih hebat dari jaksa Cha Woo Jin. Ia sendiri tak tahu dimana alamat rumahnya barunya, tapi penyidik Go dalam sekejap saja bisa menemukan alamat tersebut.

Tapi sepertinya itu bukan pujian melainkan sindiran karena pada kenyataanya penyidik Go tampak kebingungan melihat petunjuk GPS di ponsel yang menuntunya ke rumah Eun Bi. Penyidik Go mulai lelah, tapi ia masih yakin kalau rumah baru Eun Bi berada tak jauh dari sini.

Eun Bi berkata ia mengerti perasaan penyidik Go yang berusaha keras menemukan alamat itu hanya untuk gadis muda seperti dirinya. Seperitnya Eun Bi tidak ingin pulang kerumah karena dia meminta penyidik Go untuk pergi dan janji akan mencari rumahnya sendiri. 

"Sejujurnya aku juga ingin begitu. Tapi ini permintaan khusus dari Yeonggam (Woo Jin). Jadi aku tidak bisa pergi begitu saja. Selama aku hidup, baru kali ini Yeonggam meminta bantuanku". 

Penyidik Go memandangi Eun Bi lekat-lekat. Eun Bi yang di pandangi seperti itu tentu saja meresa risih, "Kenapa melihatku dengan tatapan benci begitu?". 

"Benci?", tanya penyidik Go tidak merasa memandangi Eun Bi dengan cara seperti itu. Ia mengajak Eun Bi untuk kembali mencari alamat rumah Eun Bi yang baru. 

Eun Bi berlari kecil mensejajarkan langkahnya dengan penyidik Go. Ia bertanya kenapa penyidik Go memanggil jaksa ahjushi (Woo Jin) dengan sebutan "Yeonggam". Sepertinya Woo Jin jauh lebih muda dari pada penyidik Go. 

"Penasaran?", tanya penyidik Go. Eun Bi mengangguk

"Benar?", tanya penyidik Go lagi dan Eun Bi kembali mengangguk.  

Penyidik Go mengurutkan dari tingkat tertinggi, "Itu karena pada awalnya. Wang adalah Sanggam. Sanggam mama itu Sanggam (yang mulai raja). Jeongipum adalah daegamnya daegam. Jeongsampum adalah dangsanggwan. Dengan kata lain kedudukan jaksa saat ini adalah Yeonggam. Jika di urutkan, Sanggam. Daegam. Yeonggam".

(Daegam: Tuan. Levelnya lebih tinggi dari Naeuri dan Yeonggam

Yeong-gam: Tuan. Levelnya lebih tinggi daripada Naeuri, namun lebih rendah dari Daegam).

"Oh begitu. Lalu bagaimana denganmu, penyidik?". 

"Aku adalah danghagwan yang juga berarti pejabat tinggi dari pejabat tinggi". 

Eun Bi bersikap hormat, "Aigo.. kalau begitu silahkan Anda pulang, Naeuri (tuan)". (ngerayu ceritanya..hahaha).

Penyidik Go tidak mau. Ia menengok kekanan dan kekiri dan akhirnya menemukan rumah Eun Bi. Setelah ketemu penyidik Go mengajak Eun Bi masuk rumah. Eun Bi malah tanya haruskan ia masuk. Penyidik Go menjawab tentu saja, karena Eun Bi harus masuk. Ini kan rumah Eun Bi, "Haruskah aku yang masuk?. Ayo, cepat masuk!". 

Eun Bi melangkah kakinya dengan berat mendekati pintu gerbang. Penyidik Go menekan bel. Terdengar suara wanita yang bertanya, "Siapa itu?". Penyidik Go memperkenalkan dirinya sebagai petugas dari kantor kejaksaan.  Eun Bi melamun. Penyidik Go tanya apa benar ini rumah Jo Eun Bi. Karena tidak ada jawaban penyidik Go kembali bertanya untuk kedua kalinya. Apa benar ini rumah Jo Eun Bi. 

Pemilik rumah balik tanya untuk apa penyidik Go datang kemari. Penyidik Go menjawab hanya ingin memulangkan Eun Bi karena itu ia membawa Eun Bi kemari. Tidak ada sahutan. Penyidik Go meminta agar pintunya dibuka lebih dulu. 

Pintu terbuka. Eun Bi malah tersenyum dan berkata betapa susahnya mencari rumahnya sendiri. Sekarang yang perlu ia lakukan hanya masuk saja, kan?. Penyidik Go mengangguk-angguk beberapa kali. 

Eun Bi perlahan-lahan masuk bertingkah seperti anak yang bermain petak umpet. Setelah itu ia memunculkan kembali kepalanya seraya melambaikan tangan, "Aku sudah masuk. Puas, kan?. Sekarang kau boleh pergi". 

Penyidik Go yang tersenyum tak bergeming dari tempatnya. Eun Bi bertanya apa lagi sekarang. Apa perlu ia menandatangi sesuatu sebagai bukti kepulanganya?. Jika ada berikan saja, "aku akan menandatanginya".

"Tidak perlu seperti itu. Baiklah aku akan pergi. Cepatlah masuk, Nangja (nyonya)", jawab penyidik Go akhirnya luluh. 

"Ya. Berhati-hatilah di jalan, Naeuri", balas Eun Bi seraya melambaikan tangan dengan riang.

Eun Bi melihat penyidik Go yang melangkah pergi. Wajah Eun Bi berubah sedih. Setelah itu dia menutup pintu gerbang masuk ke dalam rumah.


Lanjut ke sinopsis Reset Episode 2 Part 1


2 comments:

Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)