Episode 1
"Misteri Pemburuan Ingatan"
Scene kemudian beralih memperlihatkan seorang pria muda yang berteriak melihat sebuah ledakan. Setelah terjadi ledakan, wajah gadis muda itu berlumuran darah. Sungguh pemandangan yang mengerikan hingga membuat jaksa Cha Woo Jin termundur ke belakang saking takutnya.
Ternyata semua kejadian itu berada di dalam ingatan alam bawah sadar jaksa Cha Woo Jin. Woo Jin membuka mata setelah mendengar suara klik dari sebuah pulpen yang di bunyikan oleh dokter. Dokter berniat menghentikan sesi konseling hari ini. Akan sangat berbahaya jika Woo Jin ingin meneruskannya.
Dokter
berkata seperti yang pernah ia katakan sebelumnya, ingatan itu muncul setelah
mendapat rangsangan tertentu dan akan sering muncul berulang kali di dalam
mimpi. Jika Woo Jin memaksa untuk mengingat ingatan itu akan menyebabkan
kerusakan pada diri Woo Jin sendiri. Dari keseluruhan pengobatan ini akan
muncul rasa penyesalan.
Mendengar
penjelasan dokter Woo Jin menarik kesimpulan dengan kata lain ingatan ini akan
muncul sebagai mimpi buruk. Dokter membenarkan. Woo Jin lalu bertanya, jadi
jika seseorang mimpi buruk setiap malam ingatan apa yang biasanya
muncul?. Dokter
terlihat bingung memberikan jawaban. Dokter berkata sepertinya ingatan itu
memang sengaja tersimpan didalam otak.
Woo Jin bertanya lalu apa ia harus terus hidup seperti ini?. Bermimpi buruk setiap malam karena ingatan itu terus muncul. Dokter ingin mencari alasan lain, tapi Woo Jin tidak berniat mendengarkan penjelasan dokter yang bertele-tele. Ia mengambil jasnya dan hendak kembali ke kantor karena tadi menyelinap pergi sewaktu jam kerja.
Sebelum
Woo Jin pergi dokter sempat berkata sebenarnya dalam hal menghipnotis Woo Jin
bisa melakukannya lebih baik di bandingkan dirinya. Dibandingkan dengan datang
kemari, mungkin dengan menghipnotis diri sendiri akan lebih efektif bagi Woo
Jin.
"Kau
merasa tidak nyaman kalau aku kemari?", ucap Woo Jin mengerti maksud
dokter.
Dokter
jadi tidak enak hati, bukan seperti itu maksudnya. Woo Jin tahu dokter itu
terkadang menggunakan hipnotis pada beberapa pasien agar dia bisa terus menjadi
psikiater mereka. Woo Jin mengaku setiap kali dokter membaca pikirannya, ia
merasa sakit kepala dan tidak nyaman.
Meski
mereka tidak nyaman, tapi Woo Jin tidak mempunyai pilihan lain selain
menceritakan rahasianya. Woo Jin menatap tajam dan berkata, "Jangan
katakan pada siapapun kalau aku bisa menghipnotis".
Jaksa Kim Dong Soo sedang menginterogasi pria muda yang di duga sebagai pelaku pembunuhan. Dong Soo terlihat kesal karena pelaku yang benama Kim In Seok tidak juga mau di ajak kerjasama dengan mengatakan kebenaran. Dan dengan tenangnya Kim In Seok berkata kalau tengah menggunakan haknya untuk tetap diam.
Dong
Soo tahu In Seok memang mempunyai wewenang untuk memilih tetap diam, tapi dalam
kasus itu jika In Seok berpikir kalau dengan diamnya akan membawa
keberuntungan, maka pemikiran itu salah. Jika nanti hasil test DNA dari NFS
keluar, maka In Seok tidak akan bisa mengelak lagi atau lari kemanapun.
"Kalau
begitu tunggu saja bukti itu. Jangan terus terus menanyaiku", jawab In
Seok tanpa takut sedikit pun. Membuat Dong Soo semakin frustasi.
Kepala
jaksa melihat proses itu dari ruangan berbeda. Asisten kepala jaksa masuk dan
memberitahu kalau ia sudah menelpon Woo Jin. Kepala jaksa terlihat sedikit
lega, seharusnya mereka menelpon Woo Jin sejak awal. Dengan takut-takut,
asisten berkata tapi Woo Jin mungkin akan datang setengah jam lagi.
Staf lain masuk dan memberitahu kalau pengacara Kim In Seok sudah datang. Saat ini orang itu berada di tempat parkir. Mereka langsung panik. Kepala jaksa yang kesal menginjak kaki asisten. Tunggu apa lagi cepat hentikan pengacara itu.
Pengacara yang di maksud mereka itu, kini sudah memasuki lobby. Bukan pengacara muda, tapi pengacara senior yang tentunya sudah banyak menangani banyak kasus-kasus sulit.
Begitu
pengacara memasuki lobby, salah satu staf kepala jaksa dengan sengaja menabrak
pengacara hingga membuat pengacara terjatuh dan merintih kesakitan. Pria yang
tadi menabrak meminta maaf dan secara diam-diam dia memasukan sesuatu ke dalam
kantong jas pengacara. Lalu membantu pengacara berdiri.
Ternyata
keduanya saling mengenal. Pria paruh baya yang menabrak tadi bernama "Lee
Gye Jang". Sejenak mereka saling basa-basi menanyakan kabar. Bersamaan
dengan itu, terlihat Woo Jin yang sudah tiba di kantor kejaksaan. Petugas
keamanan yang ada di sana, melaporkan kedatangan Woo Jin kepada kepala
jaksa.
Pengacara
Kim berjalan sembari memegangi lulutnya yang sakit akibat tabrakan tadi. Tiba-tiba
alarm langsung berbunyi begitu pengacara melewati pintu keamanan. Petugas
keamanan yang berjaga di sana langsung menghadangnya untuk melakukan
pemeriksaan.
Dong
Soo menerima sms dari kepala jaksa yang menyuruhnya untuk keluar dari ruang interogasi. Dong Soo
tampak enggan melakukannya, ia menoleh ke tempat kepala jaksa berada. Kepala
jaksa mendelik kesal dan kembali mengirimkan sms, "Cepat!",
perintahnya. Mau tau mau, Dong Soo harus melaksanakan perintah itu. Sementara In
Seok tersenyum tipis melihat wajah kusut Dong Soo.
Kepala
jaksa bertanya pada si asisten, siapa pengacara yang disewa oleh Kim In Seok.
Asisten mennjawab, pengacara yang di sewa oleh Kim In Seok adalah mantan kepala
departemen (berarti dulu dia juga seorang jaksa). Kepala jaksa kaget, apa orang
itu adalah senior Kim Myung Seok.
Kepala
jaksa langsung menatap layar monitor CCTV begitu asisten mengiyakan dugaannya.
Layar monitor menampakan pengacara Kim tengah di periksa oleh petugas keamanan.
Kepala jaksa memastikan sendiri kalau pengacara yang di maksud benar-benar Kim
Myung Seok. Kepala jaksa kesal dan mengumpat, "Sialan".
(Bagaimana
ceritanya seorang jaksa turun pangkat jadi pengacara?).
Pengacara Kim bingung dan juga dibuat heran ketika petugas keamanan menemukan carter di dalam saku jasnya. Benda tajam itu dianggap sebagai benda terlarang, oleh karena itu petugas keamanan akan melakukan pemeriksaaan lebih lanjut.
Pengacara Kim ingat saat bertabrakan dengan Gye Jang. Ia yakin pasti Gye Jang yang
memasukan carter ke dalam saku jasnya saat mereka bertabrakan tadi. Menyadari
hal itu, tidak membuat pengacara Kim marah, jusru sebaliknya dia tertawa - tawa
sembari menunjuk kamera CCTV tak jauh di atas kepalanya.
Asisten
terlihat gugup, ia menebak sepertinya pengacara Kim sudah tahu kalau merekalah
yang memasukan carter itu. Sembari tersenyum kepala jaksa membenarkan,
"Tentu saja, kita belajar teknik itu darinya, kan?".
Asisten
ikut tersenyum, "Senjata makan tuan rupanya".
Pengacara
Kim yang tahu dirinya tengah di kerjai tidak berniat membela diri atau
melakukan perlawanan. Dia tetap mengikuti prosedur dengan mempersilahkan
petugas keamanan untuk memeriksanya.
Woo Jin menuju lift, disana sudah ada petugas keamanan yang berjaga dan pintu lift dalam keadaan terbuka. Tak hanya itu saja, lift itu memang sengaja di persiapkan menuju lantai 8, dimana tempat interogasi berada.
Pengacara
Kim kini telah terbebas dari pemeriksaan. Pria ini tampak mulai terlihat lelah
ketika tiba di depan lift. Tapi lagi-lagi kesabarannya harus di uji ketika
melihat tulisan yang tertempel di depan lift. Tulisan yang menerangkan kalau
lift sedang bermasalah. Padahal itu adalah satu-satunya lift yang ada di sana.
Pengacara Min tahu kalau ini hanyalah trik yang di gunakan kepala jaksa untuk menyita waktunya. Ia tersenyum menatap kamera CCTV, "Dasar... Belakangan ini aku sering naik gunung. Aigo".
Pengacara Min tahu kalau ini hanyalah trik yang di gunakan kepala jaksa untuk menyita waktunya. Ia tersenyum menatap kamera CCTV, "Dasar... Belakangan ini aku sering naik gunung. Aigo".
Woo
Jin berjalan menuju ruang interogasi sambil memainkan pena di tangannya. Woo
Jin memutar-mutar pulpen itu dengan gerakan cepat dan lihai. Tampaknya gerakan
itu bukanlah gerakan biasa yang tak berarti, karena dia terlihat seperti sedang
memikirkan sesuatu.
Kim
In Seok melihat Dong Soo bangkit dari tempat duduknya. Dia bertanya kemana Dong
Soo akan pergi dan kenapa raut wajah Dong Soo terlihat tidak senang. Apa
pengacara yang dia sewa sudah datang.
"Tidak
tahu", jawab Dong Soo singkat.
Dong
Soo membuka pintu ruang interogasi dan bertatap muka dengan Woo Jin yang hendak
masuk. Dong Soo menghela napas kesal. Ia sudah menebak kalau Woo Jin akan
mengantikannya lagi kali ini, "Tapi..kali ini kau juga akan sangat sulit
mengatasinya".
"Benarkah?",
jawab Woo Jin seakan yakin akan berhasil mengatasi kasus ini. Dong Soo tidak
bisa berkata-kata. Ia beranjak pergi seraya menyerahkan berkas kasusnya pada
Woo Jin.
Jadilah
Woo Jin menggantikan tugas Dong Soo. Ia duduk di depan Kim In Seok mempelajari
berkas kasus sambil menekan-nekan ujung penanya yang menghasilkan bunyi,
"klik..klik". Kim In Seok protes kenapa jaksanya diganti.
Sementara
itu pengacara Kim, kini berada di tangga lantai 2. Masih ada 6 lantai lagi yang
harus dia lalui untuk sampai ke ruang interogasi.
Asisten kepala senewen karena Woo Jin tidak segera memulai interogasi. Apa yang Woo Jin lakukan, tidak ada banyak waktu lagi yang tersisa. Kepala jaksa tampak tenang, biarkan saja Woo Jin melakukan apa yang dia inginkan. Tampaknya dia yakin Woo Jin akan berhasil membuat pelaku buka mulut.
Kim
In Seok mulai merasa bosan karena Woo Jin diam saja. Ia menatap pena yang di
mainkan Woo Jin dan mulai mengantuk. Setelah selesai mempelajari kasus, Woo Jin
mematikan microphone yang terpasang di ruang interogasi.
Petugas yang bertugas di depan layar monitor memberitahu kalau microphone di dalam ruang interogasi mendadak mati. Sepertinya memang sengaja di matikan. Asisten
yang mengetahui hal itu berniat menelpon Woo Jin untuk memperingatkan Woo Jin
kalau hal tersebut tidak boleh di lakukan. Tapi kepala jaksa menahan. Biarkan
saja, mungkin mereka berdua ingin bicara dengan tenang.
Kepala
jaksa lalu menoleh ke petugas yang duduk di depan layar monitor. Kepala jaksa
berkata bahwa mic juga sebuah mesin dan wajar saja jika rusak. Anggap saja
seperti itu.
Woo
Jin masih membunyikan penanya. Kali ini bunyi yang di hasilkan lebih mirip
seperti bunyi detik jam. In Seok fokus
menatap pena yang di mainkan Woo Jin, semakin lama dia menatap pena itu maka
semakin dia masuk ke alam bawah sadarnya.
In Seok tidak menyadari kalau dirinya sedang di hipnotis. Setelah yakin In Seok masuk ke dalam hipnotisnya, barulah Woo Jin menyalakan microphonenya kembali. Woo Jin pun memulai interogasinya.
In Seok tidak menyadari kalau dirinya sedang di hipnotis. Setelah yakin In Seok masuk ke dalam hipnotisnya, barulah Woo Jin menyalakan microphonenya kembali. Woo Jin pun memulai interogasinya.
"Sekarang
aku akan kubacakan fakta-fakta mengenai pembunuhannya. Jika ada yang salah,
beritahu aku".
In
Seok itu sempat terdiam beberapa detik. Ia tampak lega setelah membuka salah
satu kancing bajunya dan dengan patuh mengiyakan perkataan Woo Jin.
"Kemarin
lusa, tepatnya tanggal 1 agustus dini hari kau bersama dengan Kim Hyeon Joo.
Setelah minum bersama di daerah Nonhyeon, lalu kalian berdua pergi ke
apartemennya. Dia terus menyangkal tentang perselingkuhannya dengan pria lain.
Jadi kau marah dan kalian bertengkar".
Bersamaan
dengan itu, scene menampilkan In Seok bersama Hyeon Joo dalam satu mobil menuju
apartemen. Sesampainya di apartemen, mereka langsung bermesraan.
Scene lainnya melihatkan In Seok dan Hyeon Joo yang bertengkar. In Seok yang
mulai mabuk marah serta membanting gelasnya. Kemudian ia menjabak rambut Hyoen
Joo dan menyeret wanita malang itu.
"Ya,
benar. Kau benar", jawab In Seok membenarkan dugaan Woo Jin.
Woo
Jin melanjutkan interogasinya, "Kau telah menyediakan rumah, mobil dan juga
uang bulanan untuknya. Tapi tidak di sangka ternyata dia juga baik terhadap
pria lain dan itu membuatmu sangat marah?".
In
Seok memukul meja, "Ya..Benar..benar", jawabnya semangat.
"Jadi
setelah memukul kepalanya dengan benda tumpul kau mulai mencekiknya".
"Bukan
seperti itu", sanggah Kim In Seok lalu menceritakan kronologi sebenarnya,
"Pertama, aku mencekiknya. Aku mencekiknya terlebih dahulu sebelum
memukulnya dengan barbel. Aku sudah mencekiknya tapi aku belum bisa meredakan
amarahku. Dan kebetulan ada barbel di sampingku. Jadi aku mengambil barbel itu
dan memukulkan ke kepalanya".
In
Seok menceritakan kronologi itu dengan semangat. Dan memang benar dia mencekik
sang korban hingga tubuh korban menegang karena kesulitan bernapas. Setelah itu
ia memukul kepala si korban dan darah muncrat membasahi wajahnya.
Kepala
jaksa dan sang asisten berpelukan dengan girangnya karena Woo Jin telah
berhasil membuat Kim In Seok mengakui perbuatannya.
Woo
Jin lalu bertanya bagaimana cara pelaku menyingkirkan barbelnya. In Seok
mencoba mengingat sepertinya dia lupa dimana dia membuang benda itu.
Pengacara
Kim kini telah sampai di lantai 8. Bersamaan dengan itu, kepala jaksa dan
asisten keluar ruangan. Mereka langsung menyapa pengacara Kim yang tampak
sangat kelelahan karena harus menaiki puluhan anak tangga agar bisa sampai di
ruang interogasi. Kepala jaksa pura-pura tidak tahu angin apa yang membawa
seniornya itu datang kemari.
Pengacara
Kim mengucapkan terima kasih karena mereka sudah mau repot-repot menyiapkan sambutan
ini. Ucapan terima kasih yang bernada sindiran. Kepala jaksa mengajaknya untuk
minum teh bersama. Pengacara Kim menolak karena dia harus menyelesaikan
urusannya terlebih dahulu.
Kim
In Seok masih berusaha untuk mengingat ketika pengacara Kim masuk ke ruang interogasi.
Ia minta mulai sekarang In Seok jangan mengatakan apapun. Pengacara Kim
mengenalkan dirinya pada Woo Jin bahwa dia pengacara yang akan menangani kasus
ini. Jika ada yang ingin Woo Jin tanyakan, silahkan tanyakan padanya.
In
Seok menatap Woo Jin, seketika itu juga dia ingat setelah memukul kepala Hyeon
Joo dengan barbel, dia langsung melemparkan barbel itu keluar jendela,
"Kalau kau mencarinya di lantai satu apartemen. Kau pasti bisa menemukannya".
Kepala
jaksa dan asisten tersenyum girang mendengar pengakuan pelaku. Berbeda dengan
pengacara Kim yang mendesah berat. Dengan susah payah ia bisa sampai di ruangan
ini, tapi begitu sampai, dia malah mendengar In Seok yang mengakui semua kejahatannya.
Woo
Jin tersenyum puas. Kepala jaksa memberi perintah pada asistennya untuk segera
membuat surat penangkapan dan cari barang bukti di sekitar area apartemen. Pada
pengacara Kim, kepala jaksa berkata lain kali saja mereka minum teh bersama.
Seperti yang pengacara Kim lihat, kalau dirinya saat ini sedang sibuk.
Woo
Jin kembali membunyikan pulpennya 2 kali. Bunyi kali ini berhasil membawa In Seok
kembali ke alam sadarnya. Kim In Seok yang baru sadar dari hipnotis dibuat
heran dan bingung melihat tangannya yang sudah di borgol. Woo Jin yang berhasil
memecahkan kasus ini melangkah kakinya keluar ruangan dengan senyum di
wajahnya.
Kepala investigasi Han datang pagi-pagi kekantor kejaksaan dengan menenteng setelan jas. Petugas keamanan menyapanya, jarang sekali kepala Han masuk kerja pagi-pagi begini. Kepala Han menyahut mau bagaimana lagi karena Woo Jin sudah menelponnya pagi-pagi sekali.
Petugas
keamanan menyangka Woo Jin sedang menangani kasus besar hingga tidak sempat
pulang untuk berganti pakaian. Tapi kepala Han berkata bukan itu penyebabnya,
mau ada kasus besar atau tidak Woo Jin selalu seperti ini setiap hari.
Sesampainya
diruangan kepala Han menyapa penyidik Go yang tampak mengantuk. Rupanya
penyedik Go datang lebih awal. Kepala Ha menengok ke ruangan sebelah dan melihat Woo Jin yang masih terlelap di dalam
ruangannya. Penyedik Go tanya bagaimana cara mengetahui kapan kepala Han harus
datang pagi-pagi dan membawa setelah jas.
Kepala
Han menjawab dirinya sudah bekerja selama 20 tahun disini, jadi ia tahu
kebiasaaan Woo Jin. Lalu ia bertanya kali ini kasus siapa yang Woo Jin tangani.
Penyidik menjawab kasus jaksa Kim Dong Soo. Dia yang awalnya bertanggung jawab
menangani kasus ini. Kelapa Han kaget. Kenapa harus orang itu, jaksa Dong Soo
itu kan saingan mereka.
Kepala
Han menegur penyedik Go yang sedang membaca koran. Sudah ia bilang berulang
kali jangan membaca koran sebelum Woo Jin membacanya. Penyidik Go beralasan ia
membuka lembaran koran perlahan-lahan, jadi tidak akan kusut.
"Tak
peduli seberapa hati-hatinya kau. Sekali kau membukanya, bau korannya akan
menghilang. Dengan berkembangnya teknologi saat ini, baunya sudah mulai
berkurang", semprot kepala Han.
Penyidik Go heran, bahkan kepala Han melakukan hal semacam ini demi Woo Jin. Penyedik Go melipat kembali koran itu, "Baiklah. Tidak akan kubaca".
"Karena
itu sudah kubilang jangan dibaca", sahut kepala Han.
"Ini
mau aku kembalikan sekarang", jawab penyidik Go meletakan koran itu ke
tempatnya semula.
Nona
Jang menjadi orang yang terakhir datang. Ia ngomel karena harus datang
pagi-pagi sekali. Ia bahkan belum sempat mengeringkan rambutnya. Bukankah
mereka ini PNS. Nona Jang tidak berharap bisa pulang kerja tepat waktu. Tapi
setidaknya mereka kan bisa datang ke kantor sesuai jam kerja, bukannya datang
pagi-pagi buta begini.
"Siapa
yang menyuruhmu datang lebih awal?", sahut kepala Han.
"Dasar..kalau
aku tidak ada aku, apa kantor bisa berjalan dengan lancar?", ucap nona Jang
membanggakan diri.
Kepala
Han dan Penyidik Go tak mengiraukan omelan nona Jang. Mereka berbisik membahas
jaksa Kim Dong Soo. Nona Jang yang di cuekin jadi bertanya-tanya apa sich yang
kalian bicarakan.
Woo
Jin yang baru terbangun dari tidurnya hadir di tengah-tengah mereka, "Aku
tak memanggil kalian kemari. Kenapa pagi-pagi sudah ribut?".
Penyidik
Go membungkukan badan ala kasim Joseon, "Anda sudah bangun, tuanku".
Woo
Jin tersenyum tipis melihatnya, ia bertanya apa penyidik Go sedang syutung drama
sejarah. Nona Jang menawarkan diri membuatkan kopi. Kepala Han menghampiri Woo
Jin dan memberikan jas yang tadi di bawanya. Kepala Han menyarankan agar Woo Jin
meyegarkan badannya dengan pergi ke sauna pagi ini.
Woo Jin ingat pagi ini dia mempunyai janji bertemu dengan seseorang. Kepala Han berkata akan membatalkan janji itu agar Woo Jin bisa pergi ke sauna. Penyidik Go tersenyum melihat perlakuan manis kepala Han pada Woo Jin.
Woo Jin ingat pagi ini dia mempunyai janji bertemu dengan seseorang. Kepala Han berkata akan membatalkan janji itu agar Woo Jin bisa pergi ke sauna. Penyidik Go tersenyum melihat perlakuan manis kepala Han pada Woo Jin.
Pengacara
Kim mendampingi Kim In Seok yang kini sudah di bebaskan. Pengacar Kim
memberikan pernyataannya di depan wartawan yang sedari tadi berkumpul di kantor
kejaksaan. Woo Jin juga ada disana menyaksikan secara langsung.
Pengacara
Kim mengatakan kantor kejaksaan telah melakukan investigasi yang terkesan
memaksa. Pengadilan telah memperingatkan polisi untuk meninjau ulang kembali
kasus ini. Pengacara Kim juga berkata untuk kedepannya pihaknya secara terbuka
akan membantu kantor kejaksaan untuk membuktikan bahwa kliennya tidak
bersalah.
Pengacara
Kim dan In Seok pergi saat wartawan meminta mereka untuk menceritakan secara
lebih terperinci. Woo Jin melihat kedua orang itu yang berjalan masuk ke dalam
mobil. Ternyata In Seok juga melihat Woo
Jin dan tersenyum sinis seolah ingin menunjukan kemenangannya pada Woo
Jin.
Begitu
Woo Jin kembali ke kantornya, nona Jang memberitahu kalau mereka mendapat
undangan makan malam. Woo Jin tanya undangan apa?. Kepala Han menjawab undangan
untuk menyemangati tim penyidik 3, tim jaksa Kim Dong Soo. Nona Jang
menyahut sebenarnya undangan itu di tujukan untuk membuat tim penyidik 3
menundukan kepala.
Acara
makan malam dimulai, dan benar saja semua yang hadir di sana langsung
menundukan kepala atau bisa di sebut membentukan kepala ke meja hingga membuat
barisan gelas-gelas kecil yang disusun diatas gelas besar, berjatuhan ke
dalamnya. Kepala jaksa marah, penyelidikan belum membuahkan hasil tapi mereka
sudah ingin minum-minum membuat rasa minuman ini menjadi pahit.
Asisten
kepala mewakili mereka meminta maaf. Kepala jaksa membentak, apa semaunya cukup
hanya dengan meminta maaf saja. Jaksa Kim Dong Soo terkejut saat kepala jaksa
meminta mereka untuk melakukan penyelidikan ulang.
Woo
Jin berada di toilet, saat ingin keluar tiba-tiba saja pengacara Kim sudah
berdiri di depannya sembari melipat tangan di depan dada dan
tersenyum.
Pengacara
Kim membawa Woo Jin ke sebuah restoran, disana juga ada In Seok yang merasa
penasaran bagaimana cara Woo Jin berhasil membuatnya mengaku.
"Itu
ajaib sekali.. dadaku terasa sakit dan rasanya aku hampir gila. Dan aku sangat
ingin mengatakan semuanya. Tapi sungguh, setelah aku mengaku perasaanku menjadi
lega".
Pengacara
Kim menyahut ini yang disebut sebagai pengakuan palsu yang di paksakan.
Disitulah letak kelebihan Woo Jin. Woo Jin hanya tersenyum samar mendengar
pujian tersebut. In Seok lalu mengatakan di ruangan ini tidak ada alat perekam,
tapi kenapa pengacara Kim masih bicara dengan hati-hati.
Pengacara
Kim menyahut tidak ada salahnya terus bersikap waspada. In Seok meminta
pengacara Kim bersikap lebih santai, meski ia telah mengakui kejahatnnya di
kantor kejaksaan tapi pengacara Kim berhasil membuatnya bebas dari tuduhan.
Woo
Jin mulai bosan mendengar percakapan mereka. Ia bertanya apa masih ada yang
ingin In Seok bicarakan?. Sederhana saja, In Seok ingin menjadi teman Woo Jin,
"Ayahku pernah bilang, di dunia ini hanya ada 2 tipe manusia. Entah itu
teman atau musuh". In
Seok menyodorkan gelasnya, mengajak Woo Jin bersulang, "Jangan jadi
musuhku".
Woo Jin menyondongkan badanya, menatap tajam,, "Kalau begitu katakan ini pada ayahmu. Didunia ini tidak ada musuh selamanya dan juga tidak ada teman selamanya".
Usai
mengatakan itu, Woo Jin bangkit pergi meninggalan mereka. In Seok menegak
minumannya dan menatap kepergian Woo Jin.
Bahkan
sampai sekarang ia masih merasa lelah. Tapi tepat di saat-saat terakhir Woo Jin
malah merebutnya dan membuat Kim In Seok mengaku. Dong Sook menyebut Woo Jin
tidak mempunyai hati nurani dan moral.
Woo
Jin berkata kalau bukan karena dirinya berhasil membuat Kim In Seok mengaku, sudah
pasti Dong Soo harus melepaskan Kim In Seok sejak kemarin. Karena Dong Soo
tidak punya bukti apapun ditambah lagi pelaku terus menyangkal tuduhan yang di
tujukan padanya. Batas waktu penahanan juga hampir habis dan situasi semakin
kacau saat pengacara Kim datang sebagai pengacaranya. Bukankah itu game over
namanya.
"Jangan
terlalu merasa bersalah. Orang yang bertanggung jawab dalam kasus ini adalah
kau. Kau akan segera berdiri sebagai jaksa penuntut di pengadilan. Di serahakan
sebagai hasil kerjamu. Bagaimana?. Kau merasa lebih baik dengan
itu?".
Dong
Soo tak mengerti kenapa harus seperti itu, kenapa dirinya yang harus berdiri di
pengadilan sebagai jaska penuntut. Woo Jin mengaku tidak butuh apapun. Dirinya
tidak seambisius Dong Soo yang ingin masuk Badan Penyelidik Nasional atau
Kementrian Keamanan Nasional.
Dong
Soo marah, ia membuat puntung rokoknya dan mendorong Woo Jin ke tembok,
"Brengsek, kau ini!. Aku tidak butuh itu, brengsek!. Meskipun kau tidak melempar
koin emas ke arahku, aku akan tetap sukses. Apa?. Kau tidak punya
ambisi?.
"Tak
punya ambisi tapi tanpa di duga ada di peringkat teratas dalam peringkat
kejaksaan di seluruh negeri. Kalau kau punya ambisi, kau bisa masuk peringkat
dunia. Jadi setiap kali kau memenjarakan seseorang, semua memanggilmu jaksa
jahanam. Setidaknya aku jujur mengenai ambisi itu. Tapi kau ini munafik, kau
tahu?. Baji**** hina!".
Semual
Woo Jin tersenyum saja mendengar ocehan Dong Soo, tapi Wajah Woo Jin berubah
saat Dong Soo menyebutnya baji**** hina. Woo Jin marah dan seperti ingin
menghajar Dong Sook.
Tiba-tiba
terdengar suara yang menghentikan mereka. Dong Sook dan Woo Jin tidak bisa
melihat karena suara itu berasal dari tempat yang gelap di belakang mereka. Seorang
gadis bernama Eun Bi muncul dari kegelapan bersama ke-3 temannya. Bergaya
seperti preman wanita.
Eun Bi memasang wajah jutek sembari memainkan pematik yang dia pegang. Sehingga menghasilkan suara yang terdengar familiar.
Woo Jin tertegun menatap wajah Eun Bi. Beberapa ingatan berputar di dalam benak Woo Jin. Wajah gadis itu mirip dengan wajah gadis yang sering muncul di dalam memorinya.
Eun Bi memasang wajah jutek sembari memainkan pematik yang dia pegang. Sehingga menghasilkan suara yang terdengar familiar.
Woo Jin tertegun menatap wajah Eun Bi. Beberapa ingatan berputar di dalam benak Woo Jin. Wajah gadis itu mirip dengan wajah gadis yang sering muncul di dalam memorinya.
Dong
Soo tertawa dari mana datangnya gadis-gadis imut ini. Eun Bi kesal melihat Dong
Soo yang tertawa, "Imut katamu?". lalu mengumpat Dong Soo.
Dong
Soo memuji kemampuan Eun Bi dalam mengumpat. Anak-anak jaman sekarang pandai
mengumpat. Selain mengumpat apa mereka tidak mempunyai kemampuan lain?.
"Punya",
jawab Eun Bi seraya memasuk pematik ke dalam saku roknya lalu menunjukan kepala
tinjunya pada Dong Sook.
Dong
Soo yang merasa di ledek jadi marah. Ia mendekati Eun Bi dan memegang tangan
Eun Bi, yang langsung di tepis oleh Eun Bi. Eun Bi dan ketiga temannya berbalik
pergi. Dong Soo memanggil, "Hai imut, kau mau kemana?".
Eun
Bi berbalik. Dalam gerakan cepat, gadis itu berlari, melompat dan menghajar
wajah Dong Soo lututnya. Tendangannya tepat mengenai wajah Dong Soo, lalu
mendarat dengan sempurna dan tersenyum puas. (Eun Bi keren ^^).
Dong
Soo memegangi matanya yang sakit akibat serangan mendadak barusan. Woo Jin
menahan tubuh Dong Soo, agar pria itu tidak jatuh. Eun Bi berbalik menghadap
mereka, dengan gaya imut Eun Bi berkata, "Ah. Sayang sekali. Kenapa bisa
di tangkis?".
Dong
Soo melepaskan diri dari Woo Jin, dia berkata Eun Bi dan teman-temannya akan
mati hari ini. Eun Bi tidak takut, ia malah mengeluarkan pisau lipat. Dong Soo
kesal bukan main, "Apa ini, kau membawa mainan. Hari ini kau dalam masalah
besar". Dong Soo mendekati Eun Bi siap menyerang gadis itu.
Tapi
sebelum itu terjadi, Woo Jin lebih dulu menahan. Ia meminta maaf dan bilang
kalau om satu ini (Dong Soo) sedikit mabuk. Dong Soo heran kenapa Woo Jin
meminta maaf, apa Woo Jin ingin polisi datang kemari dan mempermalukan mereka.
Jaksa kok takut sama anak kecil.
Woo
Jin tesenyum, tak masalah baginya jika terlibat dalam masalah, tapi tidak bagi
Dong Soo yang dalam masa promosi. Sementara Eun Bi menatap Woo Jin dengan
bingung. Woo Jin meminta maaf sekali lagi dan membawa Dong Soo pergi.
Ke-3 teman Eun Bi menghampiri Eun Bi. Ia mengejek kenapa Dong Soo dan Woo Jin pergi, apa kalian takut. Woo Jin sempat menoleh ke belakang melihat wajah Eun Bi. Teman-teman Eun Bi yang melihatnya mengira kalau Woo Jin terpesona dengan kecantikan Eun Bi.
Tidak
jauh dari tempat mereka berada, ada seroang pria yang rupanya menyaksikan
kejadian itu dan langsung mengejar Woo Jin. Pria ini mengaku merupakan kakak
dari Eun Bi dan ketiga temannya. Jika Woo Jin ingin minum bersama gadis-gadis
itu, ia bisa membantu. Gadis-gadis itu sangat tahu bagaimana caranya
bersenang-senang.
Pria
ini tahu kalau Woo Jin menyukai Eun Bi karena dia melihat bagaimana cara Woo
Jin memandang Eun Bi. Pria ini menunjuk ke tempat Eun Bi dan teman-temannya
berada, tepat pada saat itu Eun Bi dan Woo Jin saling melihat satu sama lain.
Pria ini menyuruh Woo Jin untuk pergi ke suatu tempat bersama Eun Bi, sisanya dia
yang akan bertanggung jawab.
"Mereka
adalah gadis-gadis yang kabur dari rumah dan tidak punya tempat untuk
pergi".
"Jadi,
bisa aku berbicara sebentar dengannya?", tanya Woo Jin.
Pria
ini menyahut tentu saja. Jangankan hanya sebentar, Woo Jin bahkan bisa
memilikinya semalam.
Beralih
ke Eun Bi dan ketiga temannya. Mereka membicarakan pria yang sedang bicara
dengan Woo Jin. Salah satu teman Eun Bi menilai pria itu baik karena sering
mentraktir mereka minum-minum di bar. Tapi Eun Bi menyebut pria itu aneh karena
sukanya bermain-main dengan anak sekolahan. Eun Bi sebenarnya malu, dia dan
ketiga temannya sudah berhenti sekolah tapi tetap memakai seragam.
In
Seok melihat Woo Jin dan pria itu dari dalam mobilnya. Tapi Woo Jin tidak
melihat karena posisinya membelakangi In Seok. Pria itu tersenyum senang saat
melihat Woo Jin memasukan tangannya ke dalam saku seperti ingin mengambil
sesuatu. Pria ini mengira Woo Jin akan memberinya uang.
Tapi,
senyum pria itu langsung memudar berubah takut ketika Woo Jin menberinya kartu
nama. Pria ini buru-buru meminta maaf dan lari terbirit-birit begitu mengetahui
bahwa Woo Jin seorang jaksa. Eun Bi yang melihat pria itu pergi jadi
bertanya-tanya, "Kemana oppa itu pergi?".
Woo
Jin mendesah memegangi kepalanya yang pusing, "Aku bisa gila", ucapnya
lalu masuk ke dalam.
Sedetik
kemudian, pria tadi mmenghampiri Eun Bi dan ketiga temannya. Ia meminta
gadis-gadis ini untuk bersiap-siap. Ia mulai menari dan menyanyi. Eun Bi dan
ketiga temannya tertawa geli dan mengikuti kemana pria itu pergi. Tanpa mereka
sadari ada bahaya yang mengancam, karena secara diam-diam In Seok mengikuti
mereka dari belakang.
Malam itu, Woo Jin kembali bermimpi buruk. Dalam tidurnya dia melihat seorang pria muda dan seorang gadis dan juga sekelompok polisi yang mencari di rimbunnya semak-semak. Sang gadis teriak ketakutan sementara pria muda menangis dengan wajah berlumuran darah.
Ingatan
lain muncul di dalam mimpi Woo Jin saat dia pergi ke psikiater. Mimpi yang
memperlihatkan pria muda dan gadis yang bermain dengan riang di arena bermain. Mereka
tampak bahagia menghabiskan waktu bersama, piknik, bersepada, bermain
kejar-kejar'an dan berpelukan.
Dokter
mengakhiri konseling hari ini. Melihat ekspresi Woo Jin, dokter menebak
sepertinya Woo Jin berhasil mengingat beberapa ingatan. Apakah wajah gadis yang
muncul kali ini ingatan Woo Jin sama dengan wajah Eun Bi?
Woo
Jin mengiyakan, tapi temperamen dan sikap Eun Bi jauh berbeda dengan gadis yang
muncul dalam mimpinya. Dokter menganggap itu hal yang wajar, suara atau bau tak
peduli apapun itu, yang jelas kemunculan gadis itu (Eun Bi) bisa membangkitkan
ingatan yang terkunci di dalam otak Woo Jin. Tapi dokter merasa masih agak
sulit bagi Woo Jin untuk bisa mengeluarkan semua ingatan Woo Jin yang terkunci
di dalam.
Woo
Jin bangkit dari tidurnya. Dokter meminta Woo Jin untuk datang pada jam biasa
Woo Jin berkunjung, bukan pagi-pagi begini. Dokter mengaku semalam agak mabuk,
jadi ia merasa capek hari ini. Lagi-lagi Woo Jin tak mengubris perkataan dokter
dan pergi begitu saja. Dokter mengomel dengan sikap Woo Jin yang seenaknya,
"Sampai kapan kau akan mengangguku. Aku lebih tua darimu".
Kepala
jaksa merebahkan dirinya diatas sofa empuk. Matanya terbelalak kaget membaca
judul berita yang di tayangkan televisi hari ini.
Di tempat lain, pria yang semalam bicara dengan Woo Jin berlari menghindari kejaran beberapa orang. Ia berlari melewati gang sempit untuk meloloskan diri. Tapi tetap saja hal itu tidak berhasil membuatnya lolos. Pria ini dibawa pergi sebuah mobil setelah berhasil di tangkap.
Pagi
itu juga para wartawan sudah berkumpul di depan kantor kejaksaan untuk mencari
informasi. Mobil kejaksaan tiba, turunlah seorang yang diduga sebagai pelaku
pembunuhan. Polisi mengiring gadis muda masuk ke dalam, gadis muda itu adalah
Eun Bi. Woo Jin terkejut melihat tangan Eun Bi yang terborgol dengan penampilan
yang berantakan.
Memangnya apa yang Eun Bi lakukan hingga dia di curigai sebagai tersangka pembunuhan?.
Lanjut ke Sinopsis Reset Episode 1 Part 2
I wnna watching that movie but i can't find that. Why? Where you see this movie?
ReplyDeleteKereeeeennnnnn.....
ReplyDeleteMakasih sinopnyaaaaa....