Mi
Young kedatangan tamu yang tidak terduga yakni Mi Ja beserta suaminya datang
berkunjung ke rumah keluarga Lee. Didepan Mi Ja, Gun dan Mi Young bersikap
mesra layaknya suami istri yang bahagia. Gun bahkan merangkul pundak Mi Young
dengan mesra.
Perjalanan yang cukup jauh dari pulau Yeo Wool ke Seoul membuat Mi Ja dan suaminya haus. Tanpa merasa malu ataupun sungkan, mereka langsung meminum jus jeruk yang tersaji di depan mereka. Baik Ny. Lee maupun Ny. Wang dibuat heran dengan kekompakan sepasang suami istri itu yang menghabiskan jus jeruk dalam sekali teguk.
Mi
Young yang terkejut dengan kunjungan mendadak ini bertanya kenapa kakaknya
tiba-tiba datang ke Seoul. Mi Ja menjawab sebentar lagi suaminya akan
bekerja di pabrik pusat, jadi mereka datang untuk mencari tempat tinggal
terlebih dahulu. Mi Young berkata kan masih lama, kenapa mesti terburu-buru. Mi
Ja ingin mencari tempat tinggal sekarang karena kalau nanti-nanti takutnya
malah keburu melahirkan, sehingga ia akan susah untuk pergi ke sana kemari.
Mr.
Choi membenarkan sebelum kemari mereka sempat melihat-lihat beberapa tempat.
Tapi harga rumah kontrakan di Seoul sangat mahal sekali. Ny. Lee menyeletuk
mereka bisa mencari rumah yang bangunannya separuh bawah tanah. Meski agak
gelap tapi harganya murah. Ia pernah tinggal disana sehingga kurang lebih tahu.
Ny.
Wang berdehem sebagai kode tidak suka dengan perkataan Ny. Lee. Deheman itu
membuat Ny. Lee sadar. Ia langsung diam menutup mulutnya. Mi Ja berterima kasih
pada Gun. Berkat Gun ia dan suaminya bisa tinggal di Seoul. Gun merasa tidak
melakukan apapun. Begitu semua persiapan sudah selesai, Mr. Choi akan menerima
kabar dari kantor pusat. Dan untuk pertama kalinya, Gun memanggil Mi Ja dengan
panggilan "kakak ipar" meski ia tampak canggung saat
mengucapkannya.
Agar
terlihat akrab, Ny. Wang ikut-ikut'an bicara menggunakan dialek penduduk pulau
Yeo Wool. Karena ini merupakan kunjungan keluarga besan yang pertama, maka ia
menyuruh Mi Young untuk menunjukan kamarnya pada Mi Ja. Biarkan mereka melihat-lihat
kamar pengantin baru. Mi Ja dan Mr. Choi setuju, mereka sangat antusias.
Gun
tertawa canggung begitu pula dengan Mi Young. Mi Young berkata tidak bisakah
lain kali. Kalau hari ini tidak bisa karena kamarnya sedikit berantakan. Mi Ja
menawarkan bantuan, ia bisa bantu Mi Young beres-beres kamar. Mi Ja bahkan
sudah ingin berdiri menuju kamar Mi Young. Mi Young menolak, tidak usah. Pada
akhirnya ia mengijinkan Mi Ja untuk melihat kamarnya tapi ia akan rapihkan
kamar itu terlebih dahulu. Tanpa di komando, Gun dan Mi Young melesat pergi ke kamar
mereka.
Begitu sampai di kamar, Mi Young dan Gun buru-buru merapihkan kamar itu agar tampak seperti kamar pengantin baru. Mereka memindahkan semua barang-barang pribadi Mi Young yang awalnya berada di ruang tengah ke ruang tidur. Seperti selimut serta bantal, alat kosmetik dan buku-buku catatan Mi Young. Bahkan saking terburu-burunya, Gun sampai melemparkan barang-barang itu ke sembarang tempat. Meski ada juga beberapa barang yang di atur sedemikan rupa agar terlihat natural.
Semua
berhasil di pindahkan ke tempat yang seharusnya. Tapi belum sempat mereka
menarik napas, Mi Ja dan suaminya langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Gun
merangkul Mi Young sembari mengatur napasnya yang ngos-ngos'an. Mr. Choi
mengagumi kamar Mi Young dan Gun yang tampak seperti kamar hotel. Sangat
mewah.
Mi
Young sedikit protes, bukankah ia sudah bilang mereka boleh masuk begitu ia
memanggil. Mr. Choi bertanya memangnya apa yang ingin mereka bereskan. Sudah
rapih kok. Mi Ja melongok kesana kemari mencium sesuatu di ruangan itu. Mi Ja
berkata ia mencium sesuatu di berbagai sudut. Baru kali ini ia mencium bau
seperti ini. Gun dan Mi Young jadi gugup takut ketahuan. Gun bertanya bau
apa yang di cium Mi Ja di dalam rua.
"Sudah
pasti!. Bau duit!. Warnanya germerlap", jawab Mi Ja nyasal..hahaha
Gun
dan Mi Young tertawa. Mi Ja lalu meminta suaminya untuk mengambil foto melalui
kamera ponsel sebagai kenang-kenang'an. Setelah mendapat satu foto, gantian Mi
Ja yang menyuruh Mi Young dan Gun untuk berpose. Ia ingin mengambil foto mereka
dan mengirimkannya pada ibu.
Gun
semakin memeluk erat Mi Young (kesempatan nich..hehe) dan Mr. Choi asyik
memotret Gun dan Mi Young dari berbagai sisi. Selesai berfoto, Gun menegaskan
kalau ia dan Mi Young hidup bahagia. Sangat bahagia. Mi Ja berkata ibu tahu
kehidupan bahagia yang di jalani Mi Young, ibu pasti akan sangat senang karena
Mi Young mendapat suami yang sangat baik.
Mr.
Choi mengajak Mi Young dan Gun untuk pergi naik kapal pesiar. Mi Ja
membenarkan, pasti seru jika mereka double date. Gun terlihat akan menerima
tawaran itu tapi belum sempat ia menjawab, Mi Young lebih dulu menyahut kalau
Gun tidak bisa ikut karena Gun sangat sibuk di kantor dan tidak punya waktu.
Akhirnya, mau tak mau Gun pun berkata kalau ia benar-benar sibuk. Padahal dalam
hati kecilnya ia ingin ikut bersama mereka.
Mr.
Choi merangkul Mi Ja dan dengan lantang mengatakan, "Aku cinta
padamu". Mi Young tersenyum geli melihat mereka. Mr. Choi berkata akankah
lebih bagus jika Gun bisa ikut serta. Mi Young berkata Gun benar-benar sibuk,
sebaiknya kita nikmati saja perjalanan kali ini.
Kapal
mulai bergerak meninggalkan dermaga. Mi Ja dan Mr. Choi asyik berselfia ria
menggunakan bantuan tongsis (tongkat narsis). Mi Young tersenyum melihat
kekompakan 2 sejoli itu. Mereka lalu pindah tempat untuk mengambil foto dengan
latar pemandangan berbeda.
Mi
Young yang kini sendirian memandang jernihnya air laut. Ia tak sadar kalau Gun
berdiri di sampingnya dan memandang wajahnya. Gun sengaja tidak bersuara. Mi
Young baru menyadari kehadarian Gun saat Gun menyentuh pundaknya. Mi Young
terkejut dan refleks meminta maaf. Gun heran bahkan disaat reflek sekalipun,
justru perkataan maaf yang keluar dari mulut Mi Young.
Mi Young yang kaget dengan keberadaan Gun bertanya kenapa Gun ada disini. Gun menjawab kebetulan hari ini urusanannya selesai lebih cepat. Ia juga ingin mencari udara segar dan memberi makan burung-burung camar. Mi Young mengingatkan kalau saat ini mereka berada di atas sungai bukan laut. (ya mana ada burung camar berterbangan di atas sungai).
Gun
balik memarahi Mi Young. Tak baik wanita bersuami keluyuran seorang diri.
Tidak pantas di lihat orang. Mi Young kembali mengingatkan bahwa mereka hanya
pasangan kawin kontrak. Saat tidak ada orang, Gun tak perlu memperhatikan atau
memperdulikannya.
Gun mengaku bukanlah orang yang seperti itu, yang
berpura-pura bersikap baik di depan tapi berbeda di belakang. Gun minta Mi
Young jangan bicara sembarangan sebaliknya Mi Young boleh bersandar padanya,
"Kau tahu, dadaku lebih bidang dari pada yang terlihat. Seorang Kim Mi
Young, masih bisa ku peluk".
Mi
Young memandang Gun lekat seolah ingin melihat sisi terdalam dari suaminya itu.
Gun merasa tidak nyaman di pandang seperti itu. Kenapa lagi sekarang, tadi kan
ia tidak salah bicara. Mi Young bertanya yang mana sifat Gun yang sebenarnya.
Gun yang asli itu seperti apa?. Gun balik tanya memangnya ada sifat yang
lainya. Bukannya ia selalu bersikap seperti ini. Gun yang asli ya seperti yang
sekarang ini, kenapa Mi Young bertanya yang aneh-aneh.
"Kalau
begitu. Kenapa kau menjual pabrik sabun pulau Yeo Wool ke tempat yang begitu aneh?",
tanya Mi Young menuntut penjelasan.
Gun
kaget ternyata Mi Young sudah mengetahui hal ini. Mi Young berkaca-kaca seperti
ingin menangis saat berkata kalau keluarganya sangat menyukai Gun. Tapi Gun
mungkin tidak meyadari hal itu.
Mi Young berkata meski Gun adalah pemilik sabun itu, tapi bukan berarti Gun tidak boleh bertindak seperti ini. Mi Young mencoba mengerti, tapi menjual pabrik sabun kepada perusahaan pembuangan limbah itu tetap tidak dapat di benarkan.
Mi Young berkata meski Gun adalah pemilik sabun itu, tapi bukan berarti Gun tidak boleh bertindak seperti ini. Mi Young mencoba mengerti, tapi menjual pabrik sabun kepada perusahaan pembuangan limbah itu tetap tidak dapat di benarkan.
"Pulau
Yeo Wool akan menjadi rusak dan berantakan. Penduduk pulau Yeo Wool dan
termaksud keluargaku...", Mi Young terisak tak sanggup melanjutkan.
Gun
mengerti sekarang kenapa belakangan ini Mi Young bersikap aneh dan memusuhinya.
Wajar jika dalam situasi seperti ini Mi Young marah padanya. Gun tersenyum dan
ingin menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Belum sempat Gun menjelaskan,
tiba-tiba terdengar suara teriakan Mi Ja.
"Kau
bilang pabrik itu kau jual pada siapa?".
Ternyata Mi Ja mendengar percakapan mereka. Mr. Choi bertanya apa yang mereka tadi dengar itu tidak benar, kan?. Gun berkata pabriknya di jual itu memang benar, tapi.... Mr. Choi yang marah langsung menarik kerah jas Gun, "Barusan kau bilang apa?. Kau jual pada siapa?".
Gun
minta Mr. Choi jangan marah dulu. Dengarkan dulu penjelasanku. Mi Ja berkata
jadi ini alasannya kenapa wajah Mi Young terlihat murung dan prilakunya
terlihat aneh. Gun berusaha menjelaskan bukan seperti itu, bukan seperti itu.
Mi Ja memberi Gun pelajaran dengan menarik keras rambutnya, sangat keras hingga
Gun terduduk dan menjerit kesakitan. Mi Young mengkhawatirkan keduanya,
Gun dan juga kakaknya. Gun meminta Mi Young untuk membantunya berdiri.
Sepertinya
Mi Ja lupa pada kondisinya yang sedang hamil besar. Ia baru melepaskan rambut
Gun ketika secara tiba-tiba mengalami kontraksi. Gun dan Mi Young memapah Mi Ja
masuk ke dalam kapal. Mi Ja berteriak kesakitan, Gun dan Mr. Choi juga teriak
kesakitan karena rambut mereka di jambak oleh Mi Ja.
"Sakit
sekali", rintih Mi Ja merasakan kontraksi pada perutnya.
"Aku
juga mau mati", sahut Mr. Choi. Gun juga berkata yang sama karena
rambutnya terus-terus'an di tarik Mi Ja.
Gun
berjanji akan menceritakan pokok permasalahannya dari awal sampai akhir,
"Tapi tolong lepaskan dulu rambutku".
"Malang
sekali ibuku. Tanpa beliau tahu, menantu yang begitu di sayanginya ternyata
menjual pulau Yeo Wool", rintih Mi Ja kembali menarik rambut Gun.
Mi
Young jadi panik, ia minta pada kakanya untuk melepaskan rambut Gun. Nanti
rambutnya rontok semua. Mi Ja kesal karena Mi Young masih membela Gun dan ia
kembali menarik rambut Gun. Gun berkata kalau ia tak jadi menjual pulau Yeo
Wool, tidak jadi di jual, "Tidak ku jual. Benar tidak ku jual".
Mi Ja melepaskan cengkaramannya beriringan dengan hilang rasa sakit akibat kontraksi di bagian perutnya. Mi Ja bertanya apa yang Gun katakan itu benar?. Sungguh?. Gun membenarkan, ia ingin menjelaskan duduk persoalannya, tapi lagi-lagi ucapan itu terpotong karena Mi Ja kembali mengalami kontraksi. Malangnya, Gun harus merasakan sakit juga karena lagi-lagi rambutnya di jambak Mi Ja. Jadilah mereka bertiga, termaksud Mr. Choi teriak bersama.
Gun yang kini terbebas berlari kesana kemari mencari dokter. Pada setiap penumpang kapal, Gun bertanya apa kau dokter?. Tapi tidak ada seorang pun dokter di sana. Gun kesal, biasanya dalam setiap adegan drama selalu ada dokter yang muncul begitu seseorang teriak memanggil dokter. Gun ingat perkataan neneknya, dulu sebelum ada dokter spesialis kandungan, siapapun bisa menjadi bidan. Gun membulatkan tekadnya. Baiklah, tidak ada cara lain.
Dengan
peralatan seadanya, Mi Ja di baringkan di atas meja panjang yang telah di alasi
kain putih. Mi Young sudah menelpon ambulance, tapi jarak dari rumah sakit ke
dermaga memakan waktu 20 menit. Sementara Mi Ja sudah merasa kesakitan luar
biasa. Tak ada waktu lagi dan mereka tidak bisa menunggu. Gun memberanikan diri
menjadi dokter dadakan.
Mi
Ja merasa sangat takut bagaimana jika terjadi sesuatu. Jika mereka di hadapkan
pada pilihan yang sulit dan harus memilih antara ia dan anaknya, siapa yang akan
Mr. Choi selamatkan terlebih dahulu?. Mr. Choi memangis dan minta istrinya
jangan bicara seperti itu, ia yakin semua akan baik-baik saja. Diantara rasa
sakit yang ia rasakan, Mi Ja masih bisa mengancam, "Tapi jika anakku harus
di rawat oleh wanita lain, maka mati kau!". Hahaha..
Gun
melepas dasinya. Melilitkannya ke tangan Mi Ja dan Mr. Choi. Gun memberi
intruksi agar Mi Ja menarik napas panjang dan mengeluarkan seluruh tenaga untuk
mendorong bayinya keluar. Gun menyuruh Mr. Choi untuk melihat bagian bawah
tubuh Mi Ja, untuk melihat apakah kepala bayinya sudah terlihat.
Mr. Choi menurut, ia membuka kain yang menutupi tubuh bagian bawah Mi Ja. Tapi belum
apa-apa, Mr. Choi sudah pingsan duluan. Memangnya apa yang dia
lihat...hahaha...
Mi
Young mengambil alih tugas Mr. Choi. Mi Young memberi tahu kalau kepala bayinya
sudsah terlihat. Gun memberi aba-aba lagi pada Mi Ja untuk mendorong dengan
menggunakan seluruh tenaganya. Satu..dua..tiga... dorong... Mi Ja mengikuti
perkataan Gun menggunakan seluruh tenaganya dan terdengarlah suara tangis bayi
yang baru lahir ke dunia.
Kini Mi Ja berada di rumah sakit. Keadaannya sudah baik dan ia bisa mengendong bayinya. Gun dan Mi Young berdiri disampingnya. Mi Ja mengucapkan terima kasih atas bantuan Gun. Gun menyahut kalau itu bukanlah apa-apa, Mi Ja pasti mengalami banyak kesulitan. Mi Young sudah tak marah lagi pada Gun. Ia berkata tanpa bantuan Gun, pasti kakaknya itu akan sulit untuk melahirkan.
Gun
membanggakan dirinya, "Sudah pasti semua ini berkat aku". Mi Young
memukul Gun gemas. Kemudian mereka tersenyum geli.
Mr.
Choi datang bersama ibu, Mi Sook dan presdir Choi. Ibu melihat wajah cucunya,
mirip sekali dengan Mi Ja. Ibu mengerti pasti Mi Ja mengalami banyak kesulitan
saat proses melahirkan. Tiba-tiba Mi Ja menangis. Sekarang ia benar-benar
menjadi ibu dan bisa merasakan rasa sakit saat melahirkan.
"Ibu aku telah bersalah pada ibu. Pasti ibu juga melahirkan kami dengan susah payah. Mulai sekarang aku akan semakin berbakti pada ibu".
"Ibu aku telah bersalah pada ibu. Pasti ibu juga melahirkan kami dengan susah payah. Mulai sekarang aku akan semakin berbakti pada ibu".
Ibu memeluk Mi Ja, putrinya itu semakin dewasa setelah mempunyai anak. Pada Mi Young yang sedang hamil, ibu memperingatkan putri bungsunya itu untuk bersiap-siap. Beberapa bulan lagi giliran Mi Young yang melahirkan. Mi Young memeluk ibu dan berjanji akan selalu berbakti pada ibu.
Ibu tersenyum senang. Ia juga
mendengar Gun lah yang membantu proses persalinan Mi Ja. Ibu memberikan pelukan
hangat pada Gun dan memanggilnya dengan sebutan, "putraku". Mi Young
tersenyum melihat keakraban mereka.
Mi
Sook mengaturkan terima kasih atas bantuan Gun yang akan membangun pusat pelayanan
masyarakat di pulau Yeo Wool. Gun pura-pura tak mengerti. Mi Young bertanya
pada Mi Sook, "Onnie. Pelayanan masyarakat apa?".
Gun
memberi kode agar presdir Choi menjawab pertanyaan Mi Young. Presdir Choi
berkata di atas tanah bekas pabrik akan di bangun pusat pelayanan masyarakat.
Penduduk pulau menyambut antusias rencana ini.
Tidak hanya itu saja akan ada mesin jahit, treadmill dan mesin pijat kaki. Berbagai macam alat kesehatan akan ada disana. Bahkan saking gembiranya para penduduk pulau Yeo Wool tidak bisa menutup mulut dan terus membicarakan hal tersebut.
Tidak hanya itu saja akan ada mesin jahit, treadmill dan mesin pijat kaki. Berbagai macam alat kesehatan akan ada disana. Bahkan saking gembiranya para penduduk pulau Yeo Wool tidak bisa menutup mulut dan terus membicarakan hal tersebut.
"Kenapa
aku sampai bisa tidak tahu?", tanya Mr. Choi.
"Kau
jalan-jalan dengan istimu ke Seoul. Bagaimana bisa kau tahu", jawab
presdir Choi.
Mi
Young memandang Gun dan tersenyum senang. Gun membanggakan dirinya di depan Mi
Young, "Semua ini adalah pekerjaanku".
Kemudian, Mi Ja meminta Gun untuk mengendong bayinya. Gun tak hanya menolong penduduk pulau Yeo Woo, Gun juga telah membantunya selama proses persalinan.
Kemudian, Mi Ja meminta Gun untuk mengendong bayinya. Gun tak hanya menolong penduduk pulau Yeo Woo, Gun juga telah membantunya selama proses persalinan.
Semula Gun menolak, ia takut dan tak tahu bagaimana caranya menggendong bayi. Ibu ikut menyuruh Gun untuk menggendong bayi Mi Ja. Sebentar lagi kan Gun akan jadi seorang ayah, jadi harus banyak berlatih mengendong bayi. Dengan penuh kehati-hatian akhirnya Gun mengendong bayi Mi Ja. Gun dan Mi Young tampak kagum memandang wajah bayi mungil itu yang tertidur pulas.
Gun
berbisik pelan pada Mi Young, "Mirip sekali dengan E. T (alien)",
Haha..dasar. Mi Young tertawa menanggapi candaan Gun. Mungkin karena pengaruh rambut bayi yang tipis sehingga Gun
mengatakan bayi itu mirip alien.
Malamnya Gun tampak gelisah. Bolak-balik ia mengganti posisi tapi tetap saja matanya tidak dapat terpejam. Gun membuka pintu yang memisahkan ruang tidur dengan ruang tamu. Mulanya ia berjalan perlahan untuk melihat apakah Mi Young sudah tidur atau belum. Tapi saat melihat Mi Young sudah tidur, Gun sengaja menimbulkan suara yang membuat Mi Young bangun dari tidurnya.
"Ada
urusan apa?", tanya Mi Young.
Gun
menyuruh Mi Young hari ini tidur di ranjang saja. Biar ia yang tidur di sofa.
Mi Young menolak, ia sudah terbiasa tidur disini. Tidak apa-apa kok. Gun
berkata Mi Young bandel juga. Bukankah Mi Young tidak pernah bisa menolak
permintaan orang lain, tapi kenapa Mi Young selalu menolak permintaannya,
"Tidurlah di ranjang. Kau harus tidur di ranjang".
Mi
Young patuh. Mengambil ponselnya lalu beranjak ke ruang tidur. Mi Young
tersenyum malu-malu saat menutup pintu kamar. Gun tertawa seraya melambaikan
tangan mempersilahkan Mi Young untuk tidur dengan nyenyak. Tapi begitu pintu
tertutup, tawa Gun langsung lenyap.
Gun
mencoba untuk terlelap, tapi tetap saja ia tak bisa tidur dan merasa gelisah.
Gun mengeluh mana bisa ia tidur di tempat seperti ini. Sama sekali tidak
nyaman. Kemudian, Gun melihat ponselnya yang menerima pesan baru dari Mi Young. Mi Young berterima kasih atas bantuan Gun hari ini.
Gun ingin membalas kalau ia adalah Lee Gun. Tidak ada yang tidak bisa ia lakukan. Belum sempat Gun membalas, muncul lagi pesan baru dari Mi Young. Kali ini berisi, "Kelak aku akan lebih berhati-hati. Tidak akan membuatmu khawatir lagi".
Gun ingin membalas kalau ia adalah Lee Gun. Tidak ada yang tidak bisa ia lakukan. Belum sempat Gun membalas, muncul lagi pesan baru dari Mi Young. Kali ini berisi, "Kelak aku akan lebih berhati-hati. Tidak akan membuatmu khawatir lagi".
Gun
duduk, melihat ke arah ruang tidur tempat Mi Young berada. Ponsel Gun kembali
berdenting menerima pesan dari Mi Young, "Pada hari yang di janjikan
itu tiba. Aku akan menghilang seperti post-it yang tidak meninggalkan jejak
apapun. Aku akan melakukan semuanya seperti perjanji kita. Jangan
khawatir".
Gun
terdiam setelah membaca pesan itu dan tampak berpikir.
Keesokan
harinya, Gun memandang salah satu fotonya bersama Se Ra. Foto Gun bersama Se Ra
masih terpajang rapih di atas meja kerjanya. Hanya beberapa detik Gun memandang
foto itu, karena kemudian Gun tampak berpikir. Direktur Tak datang. Gun minta
direktur Tak untuk jadwa penerbangan tiket pesawat penerbangan ke New York
minggu depan.
Direktur
Tak bertanya kenapa Gun menanyakan tiket ke New York. Apa Gun berniat
mengunjungi Se Ra dan memberitahunya. Gun akan menghadapinya, hidup seperti ini
tidak adil baik Se Ra ataupun Mi Young, "Aku harus bertemu Se Ra dan menceritakan
semuanya. Tolong carikan tiket".
Direktur
Tak mengerti lalu pergi. Gun terpekur melamun. Apakah dia siap memberitahu Se
Ra tentang kenyataan kalau ia sudah berstatus sah sebagai pria beristri?.
Malamnya Gun menyindiri di ruang pribadi miliknya.Gun sedang melihat-lihat berita beserta profile Daniel dari tabletnya. Kegiatan Gun terhenti karena tiba-tiba dia mendengar suara-suara aneh. Suara orang mengeram seperti dalam film-film horror.
Gun keluar dari ruangan untuk mengecek ada apa di luar.
Ia menggunakan boneka Hulk sebagai pelindung. Seolah boneka berwarna hijau itu
bisa mengusir hantu yang akan menganggunya.
Sampailah Gun diruang tengah dan melihat Mi Young yang menunduk dengan
rambut berantakan menutupi wajahnya, “Jika kau memberikan aku roti. Kau tidak akan kusatap”. Ternyata Mi Young sedang membaca buku cerita yang dia beli dari Ji Yun.
Gun menghela napas panjang. Fuih...Lega.... tidak ada hantu di ruangan itu.
Gun menghampiri Mi Young, “Sedang apa kau?. Tengah malam dengan
rambut tergerai begitu, siapa yang ingin kau takuti?”.
“Kau tidak tidur?”, ucap Mi Young malu.
Gun mengambil buku yang di pegang Mi Young. Buku cerita anak-anak rakyat Korea berjudul “Matahari Bintang”. Gun heran kenapa secepat ini Mi Young sudah membacakan cerita untuk anaknya. Mi Young berkata menurut perkataan orang membaca bisa membawa pengaruh bagus bagi bayi di dalam kandungan. Mi Young juga merasa tenang saat membacakan cerita itu.
Gun membuka halaman demi halaman. Ada gambar sang harimau
yang ingin memangsa penduduk desa. Gun
protes banyak sekali buku lainya dengan
gambar manis dan lucu, tapi kenapa Mi Young
malah memilih buku dengan gambar menyeramkan
seperti ini. Gun beralasan karena melihat ketulusan Mi Young, maka ia akan
membacakan cerita itu. Gun menyapa bayi di dalam perut Mi Young, “Ayah yang bacakan, ya”.
Gun lalu melanjutkan cerita yang tadi di baca Mi Young. Ia membacaya dengan penuh penghayatan. Menirukan suara berat harimau yang mengaum. Harimau itu ingin memakan seorang gadis yang membawa roti diatas kepalanya. Harimau berkata jika gadis itu mau memberinya roti, maka harimau berjanji tidak akan memakannya.
Harimau
pergi lalu datang lagi dan berhasill merebut roti. Gadis itu menjadi marah. Dan
meninju perut harimau. Pada akhirnya malah harimau itu yang menjadi santapan
penduduk desa.
Semula Mi Young tampak canggung, tapi lama kelamaan ia
tersenyum dan tampak menikmati cara Gun yang membacakan cerita . Gun tak kalah
heboh tertawa terbahak seperti yang biasa dia
lakukan.
Seperti
hari kemarain, hari ini Mi Young juga tidur di kamar tidur. Sebelum tidur, Mi
Young sempat melihat pesan kemarin yang ia kirim pada Gun. Tiba-tiba pintu
kamar terbuka, Gun berdiri di ambang pintu. Gun melangkah masuk, Mi Young
bertanya apa ada yang ingin Gun katakan?.
Gun
duduk di samping Mi Young. Ia tak meminta Mi Young hidup seperti post-it yang
tidak berarti. Bukan itu maksudnya. Apa Mi Young lupa kalau sekarang Mi Young
bukanlah gadis post-it, tapi api sudah menjadi lem super. Mi Young tersenyum.
Setelah mengucapkan selamat malam, Gun pamit keluar dan berdiri.
Gun
hendak melangkah,tapi tiba-tiba ia terjatuh dan terdengar seperti suara tulang yang
patah. Gun mengaduh kesakitan memegangi pinggangnya yang sakit. Mi Young jadi panik. Bagian mana yang sakit?.
Gun berkata sepertinya tulang pinggangnya patah.
Mi Young mencoba membantu Gun berdiri tapi Gun tak mampu mengangkat tubuhnya untuk naik ke atas ranjang, jadinya, ia hanya bisa menghampiri tepi ranjang. Gun merengek kesakitan. Mi Young yakin rasa sakit di pinggang Gun disebakan karena Gun tidak terbiasa tidur di sofa. Mi Young memilih tidur di sofa dan Gun bisa tidur di kamar ini.
Mi Young mencoba membantu Gun berdiri tapi Gun tak mampu mengangkat tubuhnya untuk naik ke atas ranjang, jadinya, ia hanya bisa menghampiri tepi ranjang. Gun merengek kesakitan. Mi Young yakin rasa sakit di pinggang Gun disebakan karena Gun tidak terbiasa tidur di sofa. Mi Young memilih tidur di sofa dan Gun bisa tidur di kamar ini.
Mi
Young berbalik ingin pergi. Mendadak Gun menarik tangan Mi Young dan
mendudukannya ke tempat tidur. Loh, emang pinggangnya udah gak sakit lagi. Gun
malah mengatai Mi Young bodoh. Gun berkata ibu hamil seperti Mi Young harus
tidur di tempat yang nyaman. Mi Young menyahut kalau ia merasa nyaman tidur di
sofa.
Dengan alasan demi keadilan bersama, Gun berkata lebih baik mereka
tidur berdua di kamar ini, disatu ranjang atau bahasa kerennya, “Sleeping together”. Mi Young kaget,
“Apa?”. Melihat reaksi Mi Young yang kaget itu, Gun menuduh Mi Young mempunyai
pikiran yang macam-macam.
Mi Young menyangkal bukan seperti itu. Hanya saja ini
terlalu mendadak. Gun berdalih beberapa bulan lagi anak mereka akan lahir dan
mereka harus tidur di kamar yang sama. Masa mau terus tidur di tempat terpisah
seperti sekarang.
(Bilang aja mau tidur satu kamar sama Mi Young, gitu aja kok
repot toh mas Gun).
“Kita tidur bersama saja di ranjang. Aku tidak akan
menyentumu sama sekali. Apa kau punya perasaan aneh padaku?”.
“Tidak ada. Sama sekali tidak ada", jawab Mi Young cepat/
Gun tertawa, ia juga tak mempunyai perasaan apa-apa pada Mi
Young. Lebih baik mereka tidur bersama layaknya seperti batu. Mi Young
berpikir, lalu setuju. Baiklah tak masalah. Seperti batu.
Gun maju selangkah, mendekatkan wajahnya ke wajah Mi Young. Ia mengajak
Mi Young taruhan. Orang pertama yang meninggalkan ruangan ini dan memilih tidur
di sofa, atau orang yang jatuh dari ranjang dan tidur di lantai. Berarti dia
memiliki perasaan pada yang lainya. Mi Young mengangguk setuju.
Mereka lalu tidur dalam posisi telentang. Gun berkata,
“Nyaman sekali”. Mi Young membenarkan, “Ya. Nyaman sekali”. Padahal wajah
keduanya tampak canggung dan sema sekali tidak merasa nyaman. Dengan alasan sakit pinggang, Mi Young bebalik membelakangi Gun. Begitu pula dengan Gun.
Gun memejamkan matanya sembari berucap, “Aku adalah batu…
Aku adalah batu…Aku adalah batu… Aku adalah batu”.
Mata Mi Young yang tadi sudah terpejam, kembali terbuka. Ia
meyakinkan dirinya kalau perasaan risih yang ia rasakan adalah perasaan tidak
nyaman. Bukan yang lainnya.
Mata Gun terbelalak. MMeski ia
berpura-pura ingin menjadi batu tapi hati kecilnya mengatakan kalau dirinya bukanlah batu. Dan dorongan itu semakin kuat saat Gun berucap, “Aku bukan
batu..Aku bukan batu”.
Gun bergerak mendekati Mi Young. Menatap punggung Mi Young yang membelakanginya. Sedetik kemudian, Mi Young berbalik. Matanya bertemu pandang
dengan kedua bola mata Gun. Keduanya saling berpandangan dalam jarak dekat. Tentunya tatapan
itu menghadirkan perasaan lain di hati masing-masing.
Mi Young merasa tidak nyaman, "Mungkin lebih baik aku tidur di sofa. Selamat malam”, ucapnya lalu hendak bangkit dari tempat tidur.
Tapi Gun tak ingin melepaskan Mi Young. Ia menarik tangan Mi
Young saat istrinya itu ingin meninggalkan pergi dari sisinya. Tarikan kuat itu membuat Mi Young terjatuh ke
dalam pelukan Gun. Gun memeluk erat Mi Young, memegang pipi Mi Young
seperti ingin menciumnya.
END
No comments:
Post a Comment
Thanks sudah mampir di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar ya...Trims....:)