Episode 6
Daniel mengantar Mi Young pulang. Daniel akhirya tahu kalau Mi Young ternyata cucu menantu Ny. Wang. Sorot lampu mobil menyilaukan mereka. Gun keluar dari mobil. Wajahnya berubah masam saat melihat Mi Young bersama seorang pria asing. Cakep pula.. haha...
Mi Young tersenyum melihat suaminya sudah pulang. Tanpa mengalihkan pandanganya yang penuh selidik, Gun berjalan menghampiri mereka. Seakan menuntut penjelasan, Gun bertanya apa yang di lakukan Mi Young di depan rumah.
Daniel menyapa Gun dengan sopan, sudah lama sekali ia ingin bertemu dengan Gun. Gun tentu saja heran dan tertawa canggung menyembunyikan rasa herannya, "Siapa kau ingin bertemu denganku?".
"Aku oppa tetangga. Aku sudah menganggap Mi Young seperti adikku sendiri", jawab Daniel tersenyum pada Mi Young.
Mi Young tampak bingung, "Oppa?".
Gun tertawa mengejek, "Oppa tetangga?". Ia melihat plester di tangan Mi Young, lalu menunjuknya, "Plester konyol apa itu?".
Mi Young berkata tangannya tanpa sengaja tergores, tapi hanya luka kecil. Daniel melirik Gun lalu menjelaskan kalau Mi Young mendapat luka itu ketika Mi Young bersamanya. Daniel juga meminta maaf karena seharusnya ia melindungi Mi Young dengan baik. Sengaja Danile mengatakan itu untuk membuat Gun cemburu.
Pancingan itu manjur juga, karena Gun memang merasa terusik dengan penjelasan Daniel barusan. Apa lagi saat Mi Young berkata Daniel tidak salah, luka yang ia dapat karena kesalahannya sendiri. Gun bertambah kesal. Tapi ia bersikap cool dan hanya bisa tertawa untuk menutupi kekesalannya, lalu mengajak Mi Young masuk.
Gun melangkah menuju pintu gerbang dan langsung balik badan begitu mendengar Daniel yang berpamitan pada Mi Young.
Bukan hanya berpamitan, Daniel juga berpesan agar Mi Young menelponya jika terjadi sesuatu. Mi Young mengiyakan permintaan Daniel dan mengucapkan terima kasih. Gun melihat keakraban mereka dengan tatapan tidak suka.
Bukan hanya berpamitan, Daniel juga berpesan agar Mi Young menelponya jika terjadi sesuatu. Mi Young mengiyakan permintaan Daniel dan mengucapkan terima kasih. Gun melihat keakraban mereka dengan tatapan tidak suka.
Gun masuk ke halaman dengan wajah di tekuk. Di belakangnya ada Mi Young yang mengikuti. Gun berhenti jalan, Mi Young pun ikut berhenti. Gun berbalik dan dengan penuh kejengkelan Gun menyindir memangnya sudah berapa lama Mi Young tinggal di perumahan ini?. Seingatnya belum lama, tapi Mi Young sudah mempunyai teman oppa tetangga. Sungguh tidak bisa di percaya.
Mi Young menjelaskan sebenarnya pria yang bertemu dengan Gun tadi adalah seorang pastur. Mi Young mengaku tak sengaja bertemu dengan Daniel, mereka lalu ngobrol dan Daniel mengantarnya pulang.
"Boleh aku memberimu nasehat?", tanya Gun masih dengan nada kesal, "Saat kau hidup bersamaku. Kau harus menjaga martabat dan berkelas. Jangan berteman dengan pastur, preman atau apapun dia. Benar-benar tidak bisa di percaya".
Mi Young mengangguk patuh. Gun pergi dengan hati dongkol. Cemburu nich ye..wkwkw..
Memangnya siapa dia?. Berani-beraninya menyuruh Mi Young untuk menelponya jika terjadi sesuatu. Mi Young kan punya suami, kenapa juga harus menelpon laki-laki lain, "Dasar tidak tahu malu", umpat Gun kesal.
Mi Young masuk dan mendekati Gun. Ada sesuatu yang ingin Mi Young minta. Gun mengira Mi Young datang untuk minta maaf dan dengan pedenya dia berkata sedang tidak ingin memaafkan siapapun. Mi Young dengan polos mengatakan kedatangannya bukan untuk minta maaf, "Tapi, karena ini", Mi Young menunjuk amplop dokumen permohonan cerai.
Gun mematikan musik, lalu mulai mendengarkan pada apa yang ingin Mi Young sampaikan. Gun tanya apa Mi Young ingin menandatangi surat cerai itu?. Mi Young menjawab sudah memikirannya sepanjang hari. Tapi bagaimanapun, ia tetap tidak bisa menyerahkan anak ini.
"Aku yakin bisa membesarkan anak ini dan mencintainya lebih dari diriku sendiri. Akan ku buktikan padamu. Bisakah kau menunggu?".
Gun masih diam tak berkomentar. Mi Young yakin nantinya Gun akan mengerti siapa yang paling di butuhkan anak ini, "Menandatangi surat cerai itu bisakah ditunda 10 bulan lagi. Aku mohon padamu".
Gun menilai permintaan Mi Young itu hanya membuang-buang waktu. Entah Mi Young akan menandantanginya sekarang atau sepuluh bulan lagi, kenyataan kalau mereka akan bercerai tidak akan pernah berubah.
Gun mengambil dokumen itu dan merasa yakin pada akhirnya Mi Young lah yang akan menyerah. Saat waktunya tiba, Mi Young di perbolehkan datang keruangan ini untuk menandatangani surat cerai itu, "Hanya pada saat itu saja, kau di perbolehkan masuk ke ruangan ini"
"Ya. Aku paham", jawab Mi Young patuh tanpa berniat membantah sedikit pun.
Wajah Gun berubah sedikit terkejut mendengar jawaban Mi Young, "Bagus. Bagus. Jika kau paham", ucapnya sedikit kesal. Raut wajahnya, seakan ingin mendengar jawaban yang lain.
Tetua Lee membawa 3 sesepuh berkunjung ke rumah Gun. Kedatangan mereka di jamu oleh Ny. Wang, Ny. Lee, Mi Young dan juga Gun. Jelas sudah apa tujuan dari kedatangan tetua yang menerima suap dari Ny. Lee ini. Tetua mengoceh dan tidak terima dengan pernikahan Gun yang menurutnya memalukan.
Sejak kapan tradisi di keluarga sudah berubah, sehingga pria dari keturunan Lee menikah setelah menghamili si gadis. Ia berkata kehamilan Mi Young yang di luar nikah itu membuat para sesepuh marah. Sementara dia mengoceh, salah satu sesepuh baju merah malah tertidur dalam kondisi duduk.
Gun meminta maaf soal itu. Seharusnya ia mengunjungi para sesepuh terlebih dahulu. Sekali lagi Gun meminta maaf. Ny. Wang minta tetua jangan marah, selalu ada alasan kenapa ini terjadi. Sebentar lagi akan hadir seorang anak yang nantinya akan menjadi penerus kelurga Lee. Apa ada hal yang lebih menggembirakan dari hal itu?.
Seakan meragukan kehamilan Mi Young. Tetua bertanya, apa Ny. Wang yakin kalau istri Gun sedang hamil?. Apa berita kehamilan itu benar?. Di dunia ini banyak sekali kebohongan. Gun dan Mi Young terkejut mendengar pertanyaan memojokan yang di lontarkan tetua.
"Apa maksud Anda cucu menantuku berpura-pura hamil?", tanya Ny. Wang tersinggung.
Ny. Wang tidak tahu dari mana tetua mendengar gosip tersebut. Padahal sebenarnya ia tahu. Ny. Wang mengaku selama hidupnya bahkan tidak pernah memakai kaus kaki bermerek palsu/kw (yang berarti mana mungkin ia berbohong dengan hal serius seperti ini).
Gagal menjatuhkan, tetua lalu mengganti topik pembicaraan. Ia mendengar ibu Mi Young mempunyai restoran sendiri. Apa restoran itu seperti restoran waralaba yang mempunyai cabang di mana-mana.
Tidak, jawab Mi Young jujur. Restoran yang di kelola ibunya hanya sebuah restoran kecil yang menjual nasi ikan teri di pulau Yeo Wool. Mendengar jawaban polos Mi Young, tetua yang berlidah tajam ini menemukan celah untuk merendahkan Mi Young. Dia berkata ternyata istri Gun hanyalah gadis yang berasal dari desa disebuah pulau. Bukan dari ibu kota ataupun kotamadya.
"Kenyataan ini apakah bisa di terima?", tanya tetua dengan suara nyaring.
Seruan tetua bermulut tajam ini membangunkan sesepuh yang tadi tertidur.
Dengan penuh santun Mi Young menjelaskan, "Pantai di pulau Yeo Wool salah satu yang memiliki air yang paling jernih di negara kita. Dan di malam hari, anda bisa melihat banyak sekali bintang. Dan juga, udaranya segar.. sangat segar. Meski kecil, pulau itu indah sekali. Itu sebabnya, aku merasa bangga berasal dari pulau Yeo Wool".
Kejujuran dan sikap santun Mi Young mendapatkan pujian dari para sesepuh yang sedari tadi hanya diam menyimak. Mereka memuji Mi Young adalah cucu menantu yang baik sekali. Tak salah Gun memilihnya sebagai istri, mereka bertanya dari mana Gun mendapatkan istri yang lugu seperti Mi Young.
Tetua rese dan Ny. Lee terkejut karena para sesepuh berbalik menyukai Mi Young. Ny. Lee mencoba mengompori dengan bilang kalau hubungan Gun dan Mi Young sangatlah rumit. Ny. Wang memutus ucapan Ny. Lee. Ia berkata di pulau kampung halaman Mi Young ada pabrik sabun alami dan Gun mengambil alih perusahaan tersebut. Bermula dari pertemuan itulah, Mi Young dan Gun bertemu dan akhirnya menikah.
"Bukankah kita harus berterima kasih pada pabrik sabun tersebut", ucap Ny. Lee di iringi tawa sembari menatap tajam Ny. Lee. Untuk kedua kalinya, Ny. Lee diam tak berkutik.
Mi Young menambahkan kalau pabrik sabun itu hampir berhenti beroperasi. Tapi Gun yang sudah membeli pabrik sabun tersebut dan berjanji pada penduduk pulau Yeo Wool akan memindahkan pabrik itu ke Seoul. Sehingga pabrik itu bisa terus beroperasi, dan para penduduk Yeo Wool merasa sangat terbantu.
Mi Young mengatakan itu dengan hati tulus, tanpa ia tahu bahwa Gun sudah menjual pabrik tersebut. Gun yang di puji seperti itu, merasa tidak enak hati.
Setelah pertemuan itu usai, Gun menelpon direktur Tak dengan sembunyi-sembunyi. Bahkan ia bicara dengan nada berbisik takut suaranya terdengar Mi Young. Gun ingin tahu, sebenarnya apa yang akan di bangun oleh perusahaan pembeli pabrik sabun di pulau Yeo Wool. Apa direktur Tak sudah mengetahuinya.
Direktur Tak menjawab belum tahu, karena Gun tidak pernah menyuruhnya untuk mencari informasi. Gun memarahi asistennya tersebut yang tidak mempunyai inisiatif. Masa begitu saja harus di perintah dulu. Ia menyuruh direktur Tak untuk mencari tahu apa yang akan mereka bangun di pulau Yeo Wool.
Gun menutup telepon. Ia melihat kearah kamar mandi tempat Mi Young berada saat ini. Sedetik kemudian ponsel Gun bergetar menerima panggilan masuk. Tertera nama Se Ra di layar ponsel. Ia tak langsung menjawab panggilan itu. Beberapa saat ia berpikir, apakah harus mengangkat panggilan Se Ra atau tidak. Gun pergi agak menjauh dari tempatnya semula untuk menjawab telepon.
Se Ra senang sekali mendengar suara Gun, ia bertanya apa Gun sibuk?. Gun mengiyakan, lalu balik tanya bukankah pertunjukan balet Se Ra sebentar lagi akan selesai?. Lalu kapan Se Ra akan kembali ke Korea.
Se Ra berencana kembali ke Korea minggu depan setelah semua menyelesaikan semua urusannya disini, "Kenapa?. Kau sangat merindukanku?".
"Tidak", jawab Gun cepat, "Hanya saja, ada yang sangat ingin kukatakan padamu".
Gun terkesiap kaget karena tiba-tiba mendengar suara jeritan Mi Young dari arah kamar mandi. Gun yang jadi panik langsung menutup telepon lalu belari ke kamar mandi untuk melihat apa yang terjadi.
Di dalam kamar mandi, Mi Young kebingungan dengan air shower yang muncrat kemana-mana. Di tangannya, ia memegang sikat yang biasa di gunakan untuk membersihkan kamar mandi. Mi Young jadi lupa bagaimana caranya mematikan air kran shower. Ia mencoba meraih gagang shower, tapi semburan air yang deras membuatnya mundur menjauh.
Gun datang, hampir saja ia jatuh karena genangan air yang membuat lantai licin. Semburan air sempat membuat Gun kewalahan ketika hendak mengambil gagang shower, setelah benda itu berhasil ia dapatkan, Gun segera mematikan kran shower yang berada tak jauh dari tangannya.
Mi Young dan Gun basah kuyup. Gun tanya apa yang Mi Young lakukan?. Bagaimana ceritanya air shower itu bisa muncrat tak terkendali seperti tadi. Mi Young meminta maaf, tadi ia bermaksud membersihkan bath up setelah mandi. Gun menjelaskan nanti akan ada pembantu yang membersihkan kamar mandi dan lainnya, jadi Mi Young tak perlu repot-repot seperti tadi.
Gun melihat Mi Young menggigil kedinginan. Ia mengambil beberapa lember handuk kering dan melilitkannya ke tubuh Mi Young. Mi Young menyahut tidak apa-apa. Tapi Gun yang tak ingin Mi Young kedinginan dan masuk angin terus melilitkan handuk itu ke badan Mi Young.
Bukan satu atau dua lembar tapi semua handuk yang ada di sana. Padahal saat itu Gun juga tampak kedinginan, tapi sepertinya Gun tidak mementingkan dirinya sendiri. Yang penting saat ini Mi Young tidak kedinginan. Setelah itu, ia mengajak Mi Young keluar dari kamar mandi. Mi Young tampak tersentuh dengan perhatian hangat Gun.
Sementara itu Se Ra memandang ponselnya dengan perasaan aneh. Teman sekamar Se Ra yang baru datang dari berbelanja merasa heran melihat Se Ra yang melamun sambil memandangi ponsel, "Apa yang kau pikirkan?. Aku kira kau menelpon kekasihmu?".
"Ini aneh", jawab Se Ra tanpa mengalihkan pandangannya.
Teman Se Ra tanya memangnya apa yang aneh?. Se Ra menjawab tak biasanya Gun menutup telepon lebih dulu. Wajah Se Ra tampak sedih, merasakan ada sesuatu yang mengganjal.
Mi Young mengeringkan rambut di kamar tidur. Gun melihat di depan pintu. Mi Young menyadari kehadiran Gun, ia berkata akan mengeringkan rambut dengan lebih cepat. Sehingga Gun bisa menggunakan kamarnya seperti biasa. Gun menyahut tak masalah, tak perlu tergesa-gesa. Ia meminta Mi Young untuk mengerikan semua helai rambut agar Mi Young tidak kedinginan. Mi Young tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas bantuan Gun tadi.
Gun tersenyum tipis dan menyuruh Mi Young untuk melanjutkan kegiatannya, lalu pergi. Mi Young dibuat sedikit tersipu dengan perhatian Gun.
Ternyata Gun tidak pergi, dia masih di sana bersandar di balik pintu. Gun sedikit tersenyum. Tapi senyumnya itu memutar. Raut wajahnya menampakan kalau ia tengah memikirkan sesuatu.
Di ruang kerjanya, Daniel tengah asyik mendesain sesuatu. Ketika ingin mengambil pensil warna, Daniel melihat mug yang di gambar Mi Young. Daniel jadi ingat pada wanita itu. Selama Mi Young masih menganggapnya sebagai pastur, hingga Mi Young bisa menceritakan semua rahasia hidupnya pada Daniel. Daniel merasa tidak enak hati karena secara tak langsung sudah membohongi Mi Young selama ini.
Ponsel Daniel berdering menerima panggilan masuk. Telepon itu dari pihak organiser yang tertarik memajang hasil karya Daniel. Sayagnya, Daniel menolak tawaran tersebut karena dia pernah memberitahu sebelumnya tidak lagi menghadiri pameran semacam it.
Pandangan Daniel lalu tertuju pada mug Mi Young. Saat itu juga dia mengubah pikirannya. Daniel berkata akan membuat pengecualian kali ini, ia setuju untuk mengadakan pameran tapi tidak ingin tapi dengan syarat kehadirannya jangan terlalu di ekspos.
Hari ini Mi Young mengikuti kelas ibu hamil. Semua peserta datang bersama pasangan masing-masing hanya Mi Young yang datang sendirian tanpa suami. Meski begitu ia tampak antusias mengikuti kelas ini.
Instruktur yang berdiri di depan memegang selembar baju bayi. Dan kegiatan yang akan mereka lakukan hari ini berhubungan dengan benda yang dia pegang. Instruktur berkata hari ini mereka akan membuat baju bayi, tapi harus si ayah yang menjahit baju itu.
"Ayah harus menggunakan hati dan dengan tulus dalam setiap jahitan".
Mi Young yang semula antusias jadi bingung. Ia melihat peserta lain yang di dampingi suami mereka. Instruktur memberi aba-aba pada para suami untuk mengangkat jarum dan mulai menjahit. Lakukan dengan perlahan-lahan dan jangan malu-malu.
Instruktur berjalan untuk memantau kegiatan peserta satu persatu. Mi Young mengulur benang bersiap untuk menjahit. Insruktur melihat Mi Young duduk sendiran. Ia yang heran langsung menghampiri Mi Young. Instruktur bertanya apa Gun sangat sibuk hingga membiarkan Mi Young datang sendirian. Akan lebih menyenangkan jika Gun bisa datang dan menjahit baju bayi bersama-sama.
Mi Young menjawab kalau Gun sangat sibuk dengan perkerjaannya. Lagi pula Gun tidak bisa menggunakan jarum jahit, dia sangat payah dalam hal itu. Mi Young berjanji akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan jahitan. Instruktur mengerti jika memang seperti itu keadaannya.
Tiba-tiba terdengar suara menggelegar Gun, "Aku payah?", tanyanya muncul di depan pintu.
Gun berjalan mendekat meka Mi Young semberi memperdengarkan tawa khasnya yang selalu terdengar menggelikan. Gun terus tertawa sembari mengulang perkataan payah yang tadi di ucapkan Mi Young padanya. Mi Young terkejut dan juga senang dengan kehadiran Gun.
Tak lupa ia menyapa instruktur. Instruktur membalas sapaan Gun dengan memberitahu kalau Gun datang terlambat. Gun menyahut dengan santai bukankah yang terpenting ia sudah hadir disini. Instruktur membenarkan dengan wajah terpaksa..hahaha...
Gun lalu tanya pada Mi Young, "Apa maksudmu payah?. Saat menjalani wajib militer keahlianku adalah menjahit overlock. Aku jagonya", ucap Gun membanggakan diri. Mi Young menanggapinya dengan senyum. Instruktur ingin melihat keahilan Gun dalam menjahit overlock. Lihat saja, jawab Gun. Instruktur terpaksa mengiyakan walau terlihat jelas sekali rasa tak percaya di wajahnya.
*Overlock = Jahit tepi/telujur.
Gun kembali tertawa dan tawanya kali ini lebih nyaring dari yang pertama. Instruktur sampai dibuat terperangah heran dengan suara tawa Gun yang terdengar konyol. Aneh ini orang, pikirnya. Lalu cepat-cepat pergi meninggalkan pasangan itu.
Gun duduk di samping Mi Young. Mi Young tersenyum tak bisa menyembunyikan rasa gembiranya. Ia pikir Gun tidak bisa datang karena sibuk. Jika Gun benar-benar sibuk, Mi Young membolehkan Gun untuk pergi dan berkata bisa melakukannya sendiri.
Gun menjawab, "Kau bilang anak kita akan menyukainya. Kita tidak boleh membuatnya marah saat masih di dalam kandungan. Anak kita akan merajuk".
Mi Young tertawa, Gun juga tertawa lalu meminta jarum pada Mi Young. Dan mulailah Gun menunjukan keahliannya dalam hal jahit menjahit. Gun memasukan benang ke dalam lubang jarum tanpa kesulitan sedikit pun. Lalu tertawa lebar seperti biasa setelah berhasil melakukan itu. Mi Young tersenyum dan memotong sisa benang.
Gun lalu menjahit baju itu dengan cepat dan mahir. Ia juga memberi arahan pada Mi Young bagaimana cara menjahit yang baik. Mi Young mengamati gerakan tangannya Gun dengan cermat. Saat Gun merasa keringatan, dengan manjanya dia meminta Mi Young untuk mengusap keringat di keluar dari dahinya. Mi Young pun melakukan apa yang Gun minta dengan penuh keikhlasan.
Se Ra senang sekali mendengar suara Gun, ia bertanya apa Gun sibuk?. Gun mengiyakan, lalu balik tanya bukankah pertunjukan balet Se Ra sebentar lagi akan selesai?. Lalu kapan Se Ra akan kembali ke Korea.
Se Ra berencana kembali ke Korea minggu depan setelah semua menyelesaikan semua urusannya disini, "Kenapa?. Kau sangat merindukanku?".
"Tidak", jawab Gun cepat, "Hanya saja, ada yang sangat ingin kukatakan padamu".
Gun terkesiap kaget karena tiba-tiba mendengar suara jeritan Mi Young dari arah kamar mandi. Gun yang jadi panik langsung menutup telepon lalu belari ke kamar mandi untuk melihat apa yang terjadi.
Di dalam kamar mandi, Mi Young kebingungan dengan air shower yang muncrat kemana-mana. Di tangannya, ia memegang sikat yang biasa di gunakan untuk membersihkan kamar mandi. Mi Young jadi lupa bagaimana caranya mematikan air kran shower. Ia mencoba meraih gagang shower, tapi semburan air yang deras membuatnya mundur menjauh.
Gun datang, hampir saja ia jatuh karena genangan air yang membuat lantai licin. Semburan air sempat membuat Gun kewalahan ketika hendak mengambil gagang shower, setelah benda itu berhasil ia dapatkan, Gun segera mematikan kran shower yang berada tak jauh dari tangannya.
Mi Young dan Gun basah kuyup. Gun tanya apa yang Mi Young lakukan?. Bagaimana ceritanya air shower itu bisa muncrat tak terkendali seperti tadi. Mi Young meminta maaf, tadi ia bermaksud membersihkan bath up setelah mandi. Gun menjelaskan nanti akan ada pembantu yang membersihkan kamar mandi dan lainnya, jadi Mi Young tak perlu repot-repot seperti tadi.
Gun melihat Mi Young menggigil kedinginan. Ia mengambil beberapa lember handuk kering dan melilitkannya ke tubuh Mi Young. Mi Young menyahut tidak apa-apa. Tapi Gun yang tak ingin Mi Young kedinginan dan masuk angin terus melilitkan handuk itu ke badan Mi Young.
Bukan satu atau dua lembar tapi semua handuk yang ada di sana. Padahal saat itu Gun juga tampak kedinginan, tapi sepertinya Gun tidak mementingkan dirinya sendiri. Yang penting saat ini Mi Young tidak kedinginan. Setelah itu, ia mengajak Mi Young keluar dari kamar mandi. Mi Young tampak tersentuh dengan perhatian hangat Gun.
Sementara itu Se Ra memandang ponselnya dengan perasaan aneh. Teman sekamar Se Ra yang baru datang dari berbelanja merasa heran melihat Se Ra yang melamun sambil memandangi ponsel, "Apa yang kau pikirkan?. Aku kira kau menelpon kekasihmu?".
"Ini aneh", jawab Se Ra tanpa mengalihkan pandangannya.
Teman Se Ra tanya memangnya apa yang aneh?. Se Ra menjawab tak biasanya Gun menutup telepon lebih dulu. Wajah Se Ra tampak sedih, merasakan ada sesuatu yang mengganjal.
Mi Young mengeringkan rambut di kamar tidur. Gun melihat di depan pintu. Mi Young menyadari kehadiran Gun, ia berkata akan mengeringkan rambut dengan lebih cepat. Sehingga Gun bisa menggunakan kamarnya seperti biasa. Gun menyahut tak masalah, tak perlu tergesa-gesa. Ia meminta Mi Young untuk mengerikan semua helai rambut agar Mi Young tidak kedinginan. Mi Young tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas bantuan Gun tadi.
Gun tersenyum tipis dan menyuruh Mi Young untuk melanjutkan kegiatannya, lalu pergi. Mi Young dibuat sedikit tersipu dengan perhatian Gun.
Ternyata Gun tidak pergi, dia masih di sana bersandar di balik pintu. Gun sedikit tersenyum. Tapi senyumnya itu memutar. Raut wajahnya menampakan kalau ia tengah memikirkan sesuatu.
Di ruang kerjanya, Daniel tengah asyik mendesain sesuatu. Ketika ingin mengambil pensil warna, Daniel melihat mug yang di gambar Mi Young. Daniel jadi ingat pada wanita itu. Selama Mi Young masih menganggapnya sebagai pastur, hingga Mi Young bisa menceritakan semua rahasia hidupnya pada Daniel. Daniel merasa tidak enak hati karena secara tak langsung sudah membohongi Mi Young selama ini.
Ponsel Daniel berdering menerima panggilan masuk. Telepon itu dari pihak organiser yang tertarik memajang hasil karya Daniel. Sayagnya, Daniel menolak tawaran tersebut karena dia pernah memberitahu sebelumnya tidak lagi menghadiri pameran semacam it.
Pandangan Daniel lalu tertuju pada mug Mi Young. Saat itu juga dia mengubah pikirannya. Daniel berkata akan membuat pengecualian kali ini, ia setuju untuk mengadakan pameran tapi tidak ingin tapi dengan syarat kehadirannya jangan terlalu di ekspos.
Hari ini Mi Young mengikuti kelas ibu hamil. Semua peserta datang bersama pasangan masing-masing hanya Mi Young yang datang sendirian tanpa suami. Meski begitu ia tampak antusias mengikuti kelas ini.
Instruktur yang berdiri di depan memegang selembar baju bayi. Dan kegiatan yang akan mereka lakukan hari ini berhubungan dengan benda yang dia pegang. Instruktur berkata hari ini mereka akan membuat baju bayi, tapi harus si ayah yang menjahit baju itu.
"Ayah harus menggunakan hati dan dengan tulus dalam setiap jahitan".
Mi Young yang semula antusias jadi bingung. Ia melihat peserta lain yang di dampingi suami mereka. Instruktur memberi aba-aba pada para suami untuk mengangkat jarum dan mulai menjahit. Lakukan dengan perlahan-lahan dan jangan malu-malu.
Instruktur berjalan untuk memantau kegiatan peserta satu persatu. Mi Young mengulur benang bersiap untuk menjahit. Insruktur melihat Mi Young duduk sendiran. Ia yang heran langsung menghampiri Mi Young. Instruktur bertanya apa Gun sangat sibuk hingga membiarkan Mi Young datang sendirian. Akan lebih menyenangkan jika Gun bisa datang dan menjahit baju bayi bersama-sama.
Mi Young menjawab kalau Gun sangat sibuk dengan perkerjaannya. Lagi pula Gun tidak bisa menggunakan jarum jahit, dia sangat payah dalam hal itu. Mi Young berjanji akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan jahitan. Instruktur mengerti jika memang seperti itu keadaannya.
Tiba-tiba terdengar suara menggelegar Gun, "Aku payah?", tanyanya muncul di depan pintu.
Gun berjalan mendekat meka Mi Young semberi memperdengarkan tawa khasnya yang selalu terdengar menggelikan. Gun terus tertawa sembari mengulang perkataan payah yang tadi di ucapkan Mi Young padanya. Mi Young terkejut dan juga senang dengan kehadiran Gun.
Tak lupa ia menyapa instruktur. Instruktur membalas sapaan Gun dengan memberitahu kalau Gun datang terlambat. Gun menyahut dengan santai bukankah yang terpenting ia sudah hadir disini. Instruktur membenarkan dengan wajah terpaksa..hahaha...
Gun lalu tanya pada Mi Young, "Apa maksudmu payah?. Saat menjalani wajib militer keahlianku adalah menjahit overlock. Aku jagonya", ucap Gun membanggakan diri. Mi Young menanggapinya dengan senyum. Instruktur ingin melihat keahilan Gun dalam menjahit overlock. Lihat saja, jawab Gun. Instruktur terpaksa mengiyakan walau terlihat jelas sekali rasa tak percaya di wajahnya.
*Overlock = Jahit tepi/telujur.
Gun kembali tertawa dan tawanya kali ini lebih nyaring dari yang pertama. Instruktur sampai dibuat terperangah heran dengan suara tawa Gun yang terdengar konyol. Aneh ini orang, pikirnya. Lalu cepat-cepat pergi meninggalkan pasangan itu.
Gun duduk di samping Mi Young. Mi Young tersenyum tak bisa menyembunyikan rasa gembiranya. Ia pikir Gun tidak bisa datang karena sibuk. Jika Gun benar-benar sibuk, Mi Young membolehkan Gun untuk pergi dan berkata bisa melakukannya sendiri.
Gun menjawab, "Kau bilang anak kita akan menyukainya. Kita tidak boleh membuatnya marah saat masih di dalam kandungan. Anak kita akan merajuk".
Mi Young tertawa, Gun juga tertawa lalu meminta jarum pada Mi Young. Dan mulailah Gun menunjukan keahliannya dalam hal jahit menjahit. Gun memasukan benang ke dalam lubang jarum tanpa kesulitan sedikit pun. Lalu tertawa lebar seperti biasa setelah berhasil melakukan itu. Mi Young tersenyum dan memotong sisa benang.
Gun lalu menjahit baju itu dengan cepat dan mahir. Ia juga memberi arahan pada Mi Young bagaimana cara menjahit yang baik. Mi Young mengamati gerakan tangannya Gun dengan cermat. Saat Gun merasa keringatan, dengan manjanya dia meminta Mi Young untuk mengusap keringat di keluar dari dahinya. Mi Young pun melakukan apa yang Gun minta dengan penuh keikhlasan.
Gun mempercepat gerakan tangannya dan membuat Mi Young semakin kagum. Gun tertawa sembari memujinya dirinya sendiri yang sangat hebat dalam menjahit. Pasangan lainya sampai menoleh karena mendengar kehobohan mereka. Instrukur yang juga melihatnya menjuluki Gun seperti tokoh dalam drama medis terkenal "Behind The White Tower".
Mi Young memuji Gun sangat hebat. Saat tangan Gun sibuk menjahit, Mi Young melihat jari tangan Gun yang tidak memakai cincin pernikahan, sementara ia sendiri memakainya. Entah merasa tidak enak atau malu, Mi Young secara reflesk menutupi jari tangannya yang memakai cincin pernikahan. Gun sempat melihat sekilas dan merasa tidak enak sendiri.
Kelas ibu hamil telah selesai. Kini Gun dan Mi Young menunggu di depan lift. Senyum Mi Young terus mengembang, tak henti-hentinya ia memandang baju bayi yang di jahit Gun. Ia sangat menyukai baju itu.
Mi Young menatap Gun seperti ingin mengatakan sesuatu. Belum sempat Mi Young biacara, Gun langsung menunjuk perut Mi Young. Ia Mi Young merasa lapar setelah mengikuti kelas hamil seperti tempo hari.
Mi Young tersenyum dan menggeleng tidak lapar. Mi Young hanya ingin berterima kasih pada Gun. Dengan wajah sumringah, Mi Young berjanji akan menyimpan baju itu dan memakaikannya pada anak mereka setelah lahir nanti.
Gun juga sama senangnya dengan Mi Young, tapi ia masih jaim dan bersikap cool. Gun bertanya kenapa anak mereka harus memakai pakaian seperti itu. Banyak sekali baju bayi di Departement store yang lebih bagus dari baju yang saat ini di pegang Mi Young.
"Tapi hanya ada satu yang seperti ini. Jika kau menyimpan baju yang di pakai bayi pertama kali setelah lahir, nanti saat mereka menghadapi ujian atau mendapat masalah. Mereka akan menerima keberuntungan", jelas Mi Young.
Gun tersenyum dan tampak tersanjung. Tapi lagi-lagi ia bersikap jaim, untuk apa mempercayai tahayul seperti itu. Memangnya mereka hidup di jaman apa sampai Mi Young masih percaya pasa mitos dan tahayul semacam itu.
Mi Young memuji Gun sangat hebat. Saat tangan Gun sibuk menjahit, Mi Young melihat jari tangan Gun yang tidak memakai cincin pernikahan, sementara ia sendiri memakainya. Entah merasa tidak enak atau malu, Mi Young secara reflesk menutupi jari tangannya yang memakai cincin pernikahan. Gun sempat melihat sekilas dan merasa tidak enak sendiri.
Kelas ibu hamil telah selesai. Kini Gun dan Mi Young menunggu di depan lift. Senyum Mi Young terus mengembang, tak henti-hentinya ia memandang baju bayi yang di jahit Gun. Ia sangat menyukai baju itu.
Mi Young menatap Gun seperti ingin mengatakan sesuatu. Belum sempat Mi Young biacara, Gun langsung menunjuk perut Mi Young. Ia Mi Young merasa lapar setelah mengikuti kelas hamil seperti tempo hari.
Mi Young tersenyum dan menggeleng tidak lapar. Mi Young hanya ingin berterima kasih pada Gun. Dengan wajah sumringah, Mi Young berjanji akan menyimpan baju itu dan memakaikannya pada anak mereka setelah lahir nanti.
Gun juga sama senangnya dengan Mi Young, tapi ia masih jaim dan bersikap cool. Gun bertanya kenapa anak mereka harus memakai pakaian seperti itu. Banyak sekali baju bayi di Departement store yang lebih bagus dari baju yang saat ini di pegang Mi Young.
"Tapi hanya ada satu yang seperti ini. Jika kau menyimpan baju yang di pakai bayi pertama kali setelah lahir, nanti saat mereka menghadapi ujian atau mendapat masalah. Mereka akan menerima keberuntungan", jelas Mi Young.
Gun tersenyum dan tampak tersanjung. Tapi lagi-lagi ia bersikap jaim, untuk apa mempercayai tahayul seperti itu. Memangnya mereka hidup di jaman apa sampai Mi Young masih percaya pasa mitos dan tahayul semacam itu.
Namun, Mi Young tetap akan menyimpan baju itu meski kepercayaannya itu hanya tahayul sekalipun. Gun kembali dibuat tersenyum dengan ucapan tulus Mi Young barusan.
Lift terbuka dan keluarlah seorang gadis muda yang mengenali Gun, bahkan memanggil Gun dengan panggilan "Oppa"/kakak. Gun bingung dan merasa tidak kenal dengan gadis itu. Gadis muda itu bertanya apa Gun benar-benar tak mengingatnya, "Aku teman Se Ra. Soo Hyun".
Mi Young dan Gun yang mendengar kalau gadis itu adalah teman Se Ra langsung tercengang kaget. Bahkan Mi Young sampai memalingkan wajahnya. Gun bersikap seolah ingat dan mengenal Soo Hyun.
Soo Hyun tanya ada keperluan apa Gun disini. Ia melihat banner kelas ibu hamil yang tertempel di dinding, "Apa kalian datang bersama?", tanyanya curiga.
Gun jadi gelagapan, tak tahu harus mencari alasan apa. Mi Young yang sedari tadi memalingkan wajahnya memberikan alasan kalau mereka datang terkait pekerjaan di perusahaan. Mi Young mengatakan kalau Gun memutuskan untuk membiayai proyek yang berhubungan dengan anak-anak. Gun kaget, tapi terpaksa ia mengiyakan dan berkata kalau mereka baru saja selesai rapat.
Mi Young bersikap layaknya seorang sekertaris dan memanggil Gun dengan sebutan presdir. Mi Young pamit pergi lebih dulu dengan alasan ingin merangkum hasil wawancara hari ini dan akan segera menyerahkan laporan itu pada Gun besok, "Aku pergi dulu. Sampai jumpa besok, presdir", ucapnya lalu membungkuk hormat.
Gun mengikuti alur permainan Mi Young dan memujinya telah bekerja keras hari ini. Mi Young ingin naik lift. Tapi karena lift masih tertutup terpaksa Mi Young beputar arah menuju tempat lain. Mungkin memilih lewat tangga.
Langkah Mi Young terhenti karena tiba-tiba Soo Hyun memanggilnya, "Maaf. Tunggu sebentar". Soo Hyun jalan mendekati Mi Young dan menatapnya penuh selidik. Mi Young menunduk dengan wajah tegang, sudah takut duluan jika gedoknya terbongkar. Gun juga ikut menoleh, merasa cemas apa yang akan Soo Hyun lakukan.
Untungnya apa yang dikhawatirkan Mi Young tidak terjadi. Seperti Soo Hyun benar-benar percaya kalau Mi Young adalah sekertarisnya Gun. Dengan gaya santai ala nona besar, Soo Hyun menyodorkan gelas bekas minuman yang ia pegang, "Bisa kau buangkan ini?". (Dasar gak sopan >,<).
Mi Young tersenyum lega, "Ya. Tentu saja", jawabnya lalu mengambil gelas yang di tangan Soo Hyun.
Soo Hyun berkilah akhir-akhir ini sangat sulit mencari tempat sampah, lebih sulit dari pada mencari hartu karun. Lalu melayangkan pujian pada Mi Young yang sungguh baik hati karena mau membuang gelas bekas minumannya.
Gun yang melihat dari jauh jelas tak menyukai sikap tak sopan Soo Hyun. Ingin protes tapi tak bisa, akhirnya Gun hanya berguman sendiri. Ia memutar-mutar tangannya di dekat telinga sebagai isyarat kalau gadis muda itu sudah gila.
Soo Hyun berbalik menghadap Gun, "Sekertaris oppa sungguh baik sekali". Gun mengiyakan dengan wajah tak rela. Lalu ngedumel sendiri, "Seharusnya di membuangnya sendiri. Apa dia tidak mempunyai kaki dan tangan?".
Soo Hyun yang melihat Gun bicara sendiri bertanya ada apa oppa?.
"Ah...tidak apa-apa. Tidak apa-apa", jawab Gun.
Soo Hyun menghampiri Gun dan tanya apa Gun menonton pertunjukan Se Ra. Mi Young berbalik badan pergi dari sana. Soo Hyun terus mengoceh menyayangkan karena ia tak bisa melihat pertunjukan Se Ra.
Gun sama sekali tidak menyimak ocehan Soo Hyun, karena perhatiannya tertuju pada Mi Young yang berjalan pergi. Gun merasa tidak enak karena Mi Young pergi dengan cara seperti itu.
Mi Young baru menemukan tempat sampah setelah dia berada di luar gedung. Ia segera membuang bekas gelas minuman Soo Hyun. Senyum cerah Mi Young saat di kelas ibu hamil hilang berganti dengan wajah sedih. Mi Young memilih duduk melamun di perhentian bis.
Mi Young membuka tas dan melihat kembali baju bayi yang di jahit Gun. Baju lucu itu bisa membuat Mi Young tersenyum meski hanya senyum tipis yang sesaat. Mi Young menghela napas berat dan wajahnya kembali sedih.
Ponsel Mi Young berdering. Penuh semangat Mi Young segera menjawabnya mengira kalau itu telepon dari Gun. Tapi, ia merasa sedikit kecewa karena telepon itu ternyata dari ibunya.
Mi Young menjawab telepon. Lagi-lagi ibu merasa aneh dengan suara Mi Young yang terdengar lemah. Apa Mi Young sudah makan?. Kenapa suara Mi Young terdengar lemas begitu. Mi Young menyangkal, suaranya sama sekali tidak lemas. Mungkin kuping ibu saja yang salah dengar.
Ibu memberitahu besok akan pergi ke Seoul untuk menghadiri pernikahan putri dari teman sekolahnya. Jika ada waktu, ibu meminta Mi Young datang ke acara pernikahan itu bersama Gun. Ibu ingin melihat wajah putri dan juga menantunya. Mi Young menjawab kalau dirinya bisa saja datang, tapi belum tentu dengan Gun. Mi Young berkata akan menanykan hal ini pada Gun terlebih dahulu. Apakah bisa datang bersama atau tidak.
Ibu memaksa Mi Young untuk datang bersama Gun. Karena ibu berniat langsung pulang ke pulau Yeo Wool begitu acara pernikahan selesai. Mi Young yang tak bisa lagi membantah akhirnya menjawab baiklah. Ibu mematikan telepon setelah mengucapkan kata sampai berjumpa besok.
Mi Young pergi menemui Ji Hyun yang merasa stress karena baru saja kehilangan pekerjaan. Ia menghabiskan berbotol-botol soju dan tetap tak mengerti kenapa tiba-tiba saja di pecat dari pekerjaan. Parahnya lagi pemberitahuan pemecatan itu di sampaikan melalui telepon. Alasannya mereka tidak mau lagi memperpanjang kontrak kerja Ji Hyun.
Mi Young menatap iba. Ia juga merasa aneh kenapa kontrak Ji Hyun tidak di perpanjang. Menurutnya selama ini Ji Hyun telah bekerja dengan baik. Ji Hyun menyahut tidak tahu, selain minum tidak ada yang bisa ia lakukan. Tidak akan ada yang berubah. Bumi akan terus berputar meski ia terus minum seharian.
Semenjak Mi Young menikah dan pindah rumah, Ji Hyun merasa kesepian. Rasanya begitu menyenangkan ketika mereka berdua masih tinggal bersama. Ji Hyun mengira Mi Young tak akan pernah mengetahui rasa sepi yang ia rasakan, karena Mi Young telah hidup bahagia dengan suami.
Mi Young menunduk sedih karena pernikahan bahagia belum sepenuhnya dia rasakan. Mi Young melarang Ji Hyun minum, tapi Ji Hyun tidak mau berhenti. Ji Hyun berharap agar Mi Young hidup bahagia. Benar-benar bahagia.
Ji Hyun menangis dan memeluk erat Mi Young, "Jika onnie bahagia, maka aku akan baik-baik saja. Aku tidak apa-apa".
Mi Young menepuk pelan pundak Ji Hyun. Memenangkan Ji Hyun sekaligus menyemangati dirinya sendiri, "Baiklah, Ji Hyun. Aku akan berbahagia. Harus".
Mi Young membaringkan Ji Hyun yang sudah mabuk ke tempat tidur. Ji Hyun meracau dirinya bodoh, Mi Young bodoh dan seluruh dunia ini bodoh. Setelah memberingkan Ji Hyun, Mi Young duduk di depan meja rias dan membuka kotak perhiasan tempat ia menyimpan chip keberuntungan pemberian Gun. Mi Young ingat perkataan Gun saat memberikan chip itu di Macau.
Mi Young memandang chip itu dengan wajah sedih, "Apa yang kuharapkan", gumannya tak bersemangat.
Hari sudah malam ketika Gun pulang. Berkali-kali Gun menelpon Mi Young, tapi tak kunjung di angkat. Gun jadi cemas. kenapa Mi Young tak menjawab telponnya. Apa dia sedang pergi?.
Ketika masuk kamar, rasa cemas Gun hilang saat melihat Mi Young yang sudah tertidur di sofa. Sementara ponsel Mi Young yang berada tak jauh dari pemiliknya terus bergetar karena Gun tak berhenti menghubungi.
Gun mengakhiri panggilan, lalu menuntup pintu dan jalan perlahan mendekati Mi Young. Sengaja ia berjalan tanpa suara karena tidak ingin suara langkahnya sampai membangunkan Mi Young.
Gun melihat Mi Young benar-benar terlelap dalam tidurnya. Gun lalu melihat baju bayi hasil jahitannya diatas meja. Mi Young menaruh baju itu di dalam kotak cantik. Gun menyentuh baju itu dan tersenyum.
Gun mengendong Mi Young menuju ruang tidur. Gun merebahkan Mi Young ke atas tempat tidur. Menyelimuti dan melepas kaca mata Mi Young. Setelah itu, tanpa merasa malu atau jaim lagi, Gun membelai lembut rambut Mi Young dan menatap wajah wanita yang kini telah sah menjadi istrinya.
Gun juga melihat plester yang menempel di lengan Mi Young. Plester itu sebenarnya bergambar lucu, tapi tidak di mata Gun. Melihat plester itu membuatnya kesal karena mengingatkannya pada oppa tetangga. Gun beranjak dari tempat duduknya, lalu kembali dengan membawa plester yang sama lucunya dengan yang di pakai Mi Young.
Dengan penuh kehati-hatian, Gun melepas plester yang menempel di lengan Mi Young. Mi Young sempat bergerak karena mungkin merasa kulitnya yang tertarik. Gun spontan menghentikan kegiatannya dan kembali melanjutkan setelah Mi Young kembali tenang.
Setelah plester oppa tetangga terlepas, Gun melampiaskan kekesalannya dengan meremas-remas plester itu hingga menjadi buntalan kecil lalu membuanganya sejauh mungkin.
Kemudian Gun menempel plester miliknya dan tersenyum senang karena plester miliknya kini telah menempel di lengan Mi Young. Tidak ada lagi plester oppa tetangga yang merusak penglihatannya.
Lanjut ke Sinopsis Fated To Love You Episode 6 Part 2
Komentar :
Gokil banget sich Gun ini, apa lagi waktu scene membuat baju. Benar-benar heboh dan lebay.. hehe. Gun juga sudah mulai perhatian nich sama Mi Young. Asyik, aku suka itu. ^^
Mungkin gun nganggep plester itu si 'oppa tetangga'
ReplyDelete